Anda di halaman 1dari 28

BIMBINGAN DAN KONSELING

KESULITAN BELAJAR

Oleh :

Nama Kelompok 7 :

1. Duano Sapta Nusantara (06081181419067)


2. Luthfiah Asri (06081181419022)
3. Rya Agustini (06081181419012)
4. Sahala Martua Ambarita (06081181419009)
5. Sherly Anggraini (06081181419005)

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2016
KESULITAN BELAJAR

Makalah Oleh:

Program Studi Pendidikan Matematika Tahun 2014 Indralaya


Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Nama Kelompok 7 :

6. Duano Sapta Nusantara (06081181419067)


7. Luthfiah Asri (06081181419022)
8. Rya Agustini (06081181419012)
9. Sahala Martua Ambarita (06081181419009)
10. Sherly Anggraini (06081181419005)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr wb.

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Kesulitan Belajar .
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya pemakalah merasa masih terdapat banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki pemakalah. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak yang sangat pemakalah harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini
kedepannya.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari orang-orang yang selalu
mendukung sehingga dapat terselesainya makalah ini. Maka dari itu, pemakalah
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. Ibu Dra. Cecil Hiltrimartin, M.Si., Ph.d. selaku dosen pengajar Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling.
2. Ibu Fitri selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan modul ini.
3. Rekan- rekan Himpunan Mahasiswa Matematika FKIP UNSRI
4. Secara khusus pemakalah sampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang kepada
pemakalah.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan
bantuan dan masukan dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya, pemakalah berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah yang akan dibalas oleh Allah SWT. Amin Yaa Robbal Alamin.

Wassalamualaikum Wr Wb.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam
belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan
kurang saja melainkan dialami juga oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.
Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam
belajar. Sedangkan yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses
belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar.
Sebagai seorang guru yang tugasnya mengajar di sekolah, tentunya tidak
jarang harus menangani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini
terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-
anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak yang mempunyai
kesulitan dalam belajar.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan adalah perlakuan yang diterima anak
yang mengalami kesulitan belajar dari orang tua dan guru yang tidak mengetahui
masalah yang sebenarnya, sehingga mereka memberikan cap kepada anak mereka
sebagai anak yang bodoh atau gagal.
Dalam makalah ini, akan diketahui apa sebenarnya yang dimaksud masalah
kesulitan belajar, faktor apa yang menjadi penyebabnya, serta metode yang dapat
digunakan untuk membantu anak yang mengalami kesulitan dalam belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kesulitan belajar?
2. Apa sajakah faktor-faktor kesulitan belajar?
3. Apa sajakah jenis-jenis kesulitan belajar?
4. Karakteristik kesulitan belajar?
5. Bagaimana ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya?
6. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Pengertian kesulitan belajar
2. Faktor-faktor kesulitan belajar
3. Jenis-jenis kesulitan belajar
4. Karakteristik kesulitan belajar
5. Ciri-ciri kesulitan belajar dan gejalanya
6. Cara mengatasi kesulitan belajar

1.4 Manfaat
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab anak kesulitan belajar
3. Mengetahui kategori anak yang mengalami kesulitan belajar
4. Mengetahui karakteristik kesulitan belajar
5. Mengetahui cirri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar
6. Mengetahui dan memahami cara menangani anak kesulitan belajar
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar


Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun, dari
kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan
pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan
siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada
umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga
siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang itu terabaikan.
Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar
dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang
sesuai dengan kapasitasnya.
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi
rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan
dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi,
konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan
fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003). Berdasarkan
pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang
merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar
spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan / atau distraktibilitas dan
masalah emosional.
Dari sini timbulah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang
tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh
siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh
siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu
yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
2.2 Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak
masuk kuliah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam :

2.2.1 Faktor Intern Siswa


Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau
ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/ intelegensi siswa.
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).

Adapun faktor-faktor internnya adalah sebagai berikut:


1. Fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. Seorang anak
yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik,
sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak
sempurna. Selain karena sakit, factor fisiologis yang perlu kita perhatikan
karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah cacat tubuh, yang dapat kita jabarkan lagi menjadi cacat tubuh
yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta
gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli,
bisu, dan lain sebagainya.
2. Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai
perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui
bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa
aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikoogis ini adalah
inteligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110
140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami
pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90
110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ
dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi
mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua,
serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak
didiknya. Selain IQ, factor psikologis yang dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat, motivasi,
kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
2.2.2 Faktor Ektern Siswa
Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar
diri siswa. Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya
dibagi menjadi 3 macam:
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sebaya (peer group) yang
nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.

Adapun faktor-faktor ekternnya adalah sebagai berikut:


1. Sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di
rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya
akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau
anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan
orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan
terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan
belajar anak.
2. Non-Sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah
kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kurikulum dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang
memberikan perhatian terhadap masalah kesulitan belajar, ditemukan
sejumlah faktor penyebabnya, diantaranya:
a. Keturunan
Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan
menemukan rata-rata anggota tersebut mengalami kesulitan dalam
membaca, menulis dan mengeja, setelah diteliti secara lebih
mendalam, ternyata salah satu faktor penyebabnya adalah faktor
keturunan.
b. Otak
Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak yang lamban belajar
mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi
perdebatan yang cukup sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa
terdapat kesamaan ciri pada perilaku anak yang mengalami
kelambanan atau kesulitan belajar dengan anak yan abnormal. Hanya
saja anak yang lamban atau kesulitan belajar memiliki adanya sedikit
tanda cedera pada otak, oleh karena itu para ahli tidak terlalu
menganggap cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf
membuktikan ini.
c. Pemikiran
Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menmgalami kesulitan
dalam menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya
adalah mereka tidak dapat mengorganisasikan cara berpikir secara baik
dan sistematis. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu dilatih
berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.
d. Gizi
Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak
dan hewan, ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kesulitan
belajar dengan kekurangan gizi. Artinya, kekurangan gizi menjadi
salah satu penyebab terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar.
e. Lingkungan
Faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang
dapat mengganggu perkembangan mental anak, baik yang terjadi di
dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Meskipun
faktor ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar, tetapi bukan satu-
satunya faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar. Namun, yang
pasti faktor tersebut dapat mengganggu ingatan dan daya konsentrasi
anak.
f. Biokimia
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan
belajar masih menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh
Adelman dan Comfers (dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan
bahwa obat stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi
hiperaktivitas. Namun beberapa tahun kemudian penelitian Levy
(dalam Kirk & Ghallager, 1986) membuktikan hal yang sebaliknya.
Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi,
perasa dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian
akan menyebabkan kesulitan belajar. Ia lalu merekomendasikan diet
salisilat dan bahan makanan buatan kepada anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar.

2.3 Jenis Kesulitan Belajar


Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:
Dilihat dari jenis kesulitan belajar: ada yang berat ada yang sedang. Dilihat
dari bidang studi yang dipelajari: ada yang sebagian bidang studi yang dipelajari,
dan ada yang keseluruhan bidang studi. Dilihat dari sifat kesulitannya: ada yang
sifatnya permanen / menetap, dan ada yang sifatnya hanya sementara. Dilihat dari segi
factor penyebabnya: ada yang karena factor inteligensi, dan ada yang karena factor
bukan inteligensi. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh
kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di
sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai
kesulitan.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya :

2.3.1 Learning Disorder


2.3.1.1 Pengertian Learning Disorder
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga
hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti
karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2.3.1.2 Jenis-Jenis Learning Disorder


1. Disleksia (Dyslexia): adalah gangguan belajar yang mempengaruhi
membaca dan atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa
berbasis di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami
kata-kata tertulis.
Ciri - ciri penderita disleksia itu, dia sulit membedakan huruf
alpabet,terutama yang betuknya mirip-mirip (b,d,q,p), tidak bisa
mengeja kata dengan benar, sering salah membaca teks dan kadang
tidak paham arti teks itu, bingung membedakan kata yang bunyi
dan tulisannya mirip seperti hati menjadi pati.
2. Diskalkulia (Dyscalculia) : adalah gangguan belajar yang
mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan
diskalkulia sering mengalami kesulitan memecahkan masalah
matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika.
Ciri-cirinya, bingung membedakan simbol + - x :, sering salah
dalam menghitung matematika sehari-hari, tidak bisa mengerti
semua yang berhubungan dengan perhitungan, dan juga sulit
membedakan antara kg, liter, jam, menit, detik, tahun abad, dan
lain lain.
3. Disgrafia (Dysgraphia): adalah ketidakmampuan dalam menulis,
terlepas dari kemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia
sering berjuang dengan menulis bentuk surat atau tertulis dalam
ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan
gangguan motorik halus.
Ciri-ciri penderita dysgraphia ini antara lain sulit menuliskan
sebuah kata dengan benar. Terkadang hurufnya terbalik atau
ejaannya salah. Kalimat yang ditulis penderita biasanya salah
tempat, misalnya mau nulis Duano ganteng jadi Ganteng
Duano.
4. Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual
processing disorders): adalah gangguan belajar yang melibatkan
gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat
melihat dan / atau mendengar secara normal, gangguan ini
menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar.
Mereka akan sering memiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa,
baik tertulis atau auditori bahkan keduanya.
5. Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning
Disabilities) : adalah gangguan belajar dalam masalah dengan
visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya
mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi
nonverbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.
6. Gangguan bahasa spesifik (Specific Language Impairment (SLI)) :
adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi penguasaan
bahasa dan penggunaan.
7. ADHD/ADD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ Attention
Deficit Disorder) ini adalah jenis gangguan dimana penderitanya
sulit untuk fokus karena bersikap hiperaktif. Ciri ciri penderita
ADHD/ADD ini yaitu, perhatiannya mudah teralih, mudah bosan
dalam mengerjakan soal yang monoton, tidak suka mendengar dan
tidak suka duduk berlama-lama.
2.3.1.3 Ciri-Ciri Learning Disorder
a. Daya ingat (relatif) kurang baik;
b. Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang
membutuhkan kemampuan daya ingat;
c. Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau
kegiatan tertentu dengan tuntas;
d. Impulsif (bertindak sebelum berpikir);
e. Sulit konsentrasi atau pehatiannya mudah teralih;
f. Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah ;
g. Problem Emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah
tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya ;
h. Menolak bersekolah;
i. Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas
tertentu ;
j. Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pena;
k. Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu

2.3.1.4 Faktor Penyebab Learning Disorder


1. Genetik : Gangguan belajar dikarenakan adanya factor keturunan.
2. Perkembangan otak dan gangguannya : beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa gangguan belajar mungkin disebabkan oleh
gangguan pada otak baik sebelum kelahiran atau setelah kelahiran.
Lahir berat badan rendah, kekurangan oksigen, ibu mengkonsumsi
obat atau alkohol, ibu merokok selama kehamilan, kelahiran
prematur, kekurangan gizi, serta minimnya perawatan pra
kelahiran. Anak-anak yang mengalami cedera kepala cenderung
untuk mempunyai gangguan belajar.
3. Faktor lingkungan : racun yang ada dilingkungan juga merupakan
penyebab gangguan belajar. Janin yang berkembang, bayi, dan
anak-anak sangat rentan terhadap racun lingkungan. Beberapa
racun yang sering kita dapati dilingkungan yaitu zat aditif makanan
tertentu, pengawet, asap rokok, merkuri, dan timah. Gizi buruk
pada awal kehidupan juga berpengaruh untuk penyebab gangguan
belajar di kemudian hari.

2.3.2 Learning Disfunction


2.3.2.1 Pengertian Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya
siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain
bola volley, maka dia tidak dapat menguasai dengan baik.
2.3.2.2 Ciri-Ciri Learning Disfunction
Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifiestasi dari kesulitan
belajar dari Learning disfunction, antara lain:
1. Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
2. Lambat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik)
dan perkembangan (development).
3. Menunjukkan sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan
gejala emosional yang kurang wajar dalam proses belajar.
4. Tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan
(kepandaian) dengan hasil yang mestinya dicapai.

2.3.2.3 Faktor Penyebab Learning Disfunction


1. Tidak di dukung oleh keluarga dalam hal bakat.
2. Kurang mengembangkan bakat yang dimilikinya.
3. Kurang fokus terhadap pembelajaran.
2.3.3 Underachiever
2.3.3.1 Pengertian Underachiever
Underachiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau rendah.

2.3.3.2 Ciri-ciri :
1. Banyak mengalami kekecewaan dan tidak mampu mengontrol diri
terhadap kecemasannya.
2. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang percaya pada diri
sendiri.
3. Kurang mampu mengikuti otoritas.
4. Kurang mampu dalam penerimaan sosial.
5. Kegiatannya kurang berorientasi pada akademik dan sosial.
6. Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan.
7. Sikap negatif terhadap sekolah.
8. Kurang berminat dalam membaca dan berhitung.
9. Kurang mampu menggunakan waktu luang.
10. Menunjukkan gejala-gejala psikotik (gangguan jiwa yang ditandai
dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi,
misalnya terdapat halusinasi perilaku kacau/aneh) dan
neurotik(gangguan di mana gejalanya membuat distres yang tidak
dapat diterima oleh penderitanya. Hubungan sosial mungkin akan
sangat terpengaruh tetapi biasanya tetap dalam batas yang dapat
diterima. Gangguan ini relatif bertahan lama atau berulang tanpa
pengobatan)
2.3.3.3 Faktor Penyebab
1. Rendahnya dukungan keluarga
2. Kebiasaan belajar yang buru
3. Lingkungan belajar yang tidak kondusif
2.3.4 Slow Learner

2.3.4.1 Pengertian Slow Learner


Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.

2.3.4.2 Ciri-ciri :
1. Perhatian dan konsentrasi yang singkat.
2. Reaksi lambat.
3. Kemampuan terbatas untuk mengerjakan hal-hal yang abstrak dan
menyimpulkan.
4. Kemampuan terbatas dalam menilai bahan yang relevan.
5. Keterlambatan dalam menghubungan dan mewujudkan ide dengan
kata-kata.
6. Gagal mengenal unsure dalam situasi baru
7. Belajar lambat dan mudah lupa.
8. Berpandangan sempit.
9. Tidak mampu menganalisa, memecahkan masalah, dan berfikir
kritis.
2.3.4.3 Penyebab :
A. Masa sebelum dilahirkan (Masa Pranatal)
1. Penyakit kelamin, cacar, campak, dan sejenisnya.
2. Obat-obatan yang dimakan ibu waktu hamil muda.
3. Kelainan pada kelenjar gondok, yang mengakibatkan
pertumbuhan kurang wajar.
4. Sinar rontgen dan radiasi yang berlebihan.
5. Letak bayi dalam perut sang ibu yang tidak normal.
6. Sang ibu menderita keracunan pada waktu hamil.
7. Kecelakaan yang menimpa kandungan sang ibu.
8. Kehidupan batin ibu yang tidak stabil selama mengandung.
B. Masa kelahiran (Masa Natal)
1. Mengalami proses kelahiran yang terlalu lama.
2. Pendarahan pada otak karena sulitnya proses kelahiran
sehingga dibantu dengan alat.
3. Kelahiran bayi sebelum cukup umur(prematur).
4. Tidak segera menangis setelah lahir yang mengakibatkan
terlambatnya bayi untuk memulai bernafas secara efektif.
C. Masa setelah dilahirkan (Masa Postnatal)
1. Akibat dari kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
pada sel-sel otak.
2. Penyakit yang akut, sehingga mengakibatkan pendarahan di
otak (encipalitis) atau peradangan pada selaput otak
(meningitis)
3. Menderita penyakit avitaminosis yaitu kekurangan vitamin-
vitamin yang sangat diperlukan dan berguna bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.3.5 Learning Disabilities


2.3.5.1 Pengertian Learning Disabilities
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

2.3.5.2 Ciri-ciri :
1. Daya ingat terbatas (relatif kurang baik).
2. Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan
membaca.
3. Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi
pengucaannya.
4. Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran
matematika.
5. Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang
membutuhkan daya ingat.
6. Implusif yaitu bertindak tanpa difikir dahulu.
7. Sulit berkosentrasi.
8. Sering melanggar aturan baik dirumah maupun disekolah.
9. Tidak mampu disiplin atau sulit merencanakan kegiatan sehari-
hari.
10. Menolak bersekolah.
11. Tidak stabil dalam memegang alat tulis.
12. Kacau dalam memahami hari dan waktu.

2.3.5.3 Faktor penyebab :


1. Faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otak sebagai
pemicunya.
2. Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca, ketidak mampuan
dalam belajar disebabkan karena terdapat gangguan di area otaknya.
Pesan yang terkirim masuk ke otak tampaknya berubah menjadi tidak
beraturan dan kacau.

2.3 Cara Mengenal Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar


Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang tidak dapat belajar secara
wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, atau gangguan dalam belajar, sehingga
menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun
orangtua.
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan dalam belajar, misalnya:
1. Menunjukkan prestasi yang rendah/dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok
kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha
dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-
kawannya dalam segala halnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam
menyelesaikan tugas-tugas, dll.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti: acuh tak acuh, berpura-pura,
dusta, dll.
5. Menunjukan tingkah laku yang berlainan, misalnya : mudah tersinggung, murung,
pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Dari gejala-gejala yang tampak itu, guru (pembimbing) bisa menginterprestasi
bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan balajar. Disamping melihat gejala-
gejala yang tampak, guru pun bisa melakukan penyelidikan antara lain dengan:
a. Observasi
Suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek.
Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala- gejala
yang tampak pada diri subjek, kemudian di seleksi untuk dipilih yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
b. Interview
Cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang di
selidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang
orang yang di selidiki (guru, orang tua, teman sebaya). Untuk menyelidiki
anak yang mengalami kesulitan belajar. Interview bisa di laksanakan
langsung atau tidak langsung.
c. Tes diagnostic
Salah satu cara mengumpulkan data dengan tes. Menurut cronbach, tes adalah
suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan kelakuan dari dua orang
atau lebih. Untuk mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar tes
meliputi: tes buatan guru (teacher made test) yang terkenal dengan
diagnosting test and psicology test. Sebab yang mengalami kesulitan belajar
itu mungkin di sebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya rendah,
dll. Sehingga di perlukan tes psikologis. Untuk mengetahui IQ bisa di
gunakan: tes SPM (standard progressif matrics), dsb.
d. Dokumentasi
Cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip,
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang di selidiki. Untuk
mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat:
1. Riwayat hidupnya
2. Kehadiran murid didalam mengikuti pelajaran
3. Memiliki daftar pribadinya
4. Catatan hariannya
5. Catatan kesehatan
6. Daftar hadir di sekolah
7. Kumpulan ulangan
8. Rapor
Setelah data terkumpul kemudian diseleksi data-data yang diperlukan untuk
dapat mengelompokkan murid mana yang mengalami kesulitan belajar,
diperlukan patokan kesulitan belajar.

2.4 Karakteristik Kesulitan Belajar


Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada
anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai hambatan
dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang.
Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
2. Hambatan fisik atau tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran
yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan
kesulitan fisik awal.
3. Kelainan motivasional
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya
reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu
tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi
atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.
4. Kecemasan yang samar-samar atau kecemasan yang mengambang
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam
bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya
antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa,
menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk
mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
5. Perilaku berubah-ubah atau tidak konsisten dan tidak terduga
Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak
jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini
disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran.
Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan
isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.
6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap
Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak
berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap
seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku
akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
7. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai
Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman
belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak
terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara
kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat
dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .

2.5 Ciri-Ciri Kesulitan Belajar dan Gejalanya


a. Gangguan Persepsi Visual
1. Melihat huruf atau angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis,
sehingga seringkali terbalik dalam menuliskannya kembali.
2. Sering tertinggal huruf dalam menulis.
3. Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya: ibu ditulis ubi.
4. Kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri.
5. Bingung membedakan antara obyek utama dan latar belakang.
6. Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki
dan lain-lain).

b. Gangguan Persepsi Auditori


1. Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda apa yang didengarnya.
2. Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah sekaligus.
3. Bingung atau kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru (sulit
menyaring) sehingga susah mengikuti diskusi, karena sementara mencoba
memahami apa yang sedang didengar, sudah datang suara (masalah) lain.
c. Gangguan Belajar Bahasa
1. Sulit memahami atau menangkap apa yang dikatakan orang kepadanya.
2. Sulit mengkoordinasikan atau mengatakan apa yang sedang dipikirkan.

d. Gangguan Perseptual-Motorik
1. Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, menempel, dsb).
2. Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang mengakibatkan
canggung dan kaku dalam gerakannya.

e. Hiperaktivitas
1. Sukar mengontrol aktifitas motorik dan selalu bergerak (tidak bisa diam).
2. Berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas lain tanpa menyelesaikannya.

f. Kacau (distractability)
1. Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting.
2. Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan- urutan dalam proses pemikiran.
3. Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan.

Meski begitu ada hal-hal yang harus dihindari karena tidak akan membantu anak
mengatasi kesulitan belajarnya seperti :
1. Memarahi, menghukum atau mempermalukannya.
2. Memberi cap atau sebutan negatif.
3. Memperbanyak latihan dan les.
4. Mengiming-imingi hadiah.

Tapi orang tua tidak perlu khawatir karena kesulitan belajar bisa ditangani, berikut
yang harus orang tua lakukan :
1. Menerima keadaan yang ada, dalam hal ini bukan berdiam diri, bukan
menyangkali, berhenti menyalahkan diri sendiri, orang lain atau Tuhan serta
berhenti menangisi diri sendiri.
2. Melakukan pemeriksaan baik secara psikologis, motorik, neurologis, mata,
THT, dan alergi.
3. Berkomitmen 100% untuk menjalani program terapi serta mengubah pola
pikir dan pola asuh.
4. Menyeimbangkan antara kasih sayang dan disiplin.
5. Memberikan pujian.
6. Menghindari label negatif.

Sementara itu guru juga bisa berperan dengan memberikan suasana belajar yang
menyenangkan seperti menggunakan visual, auditori atau praktek, menggunakan
minat anak dalam memberikan contoh, memberikan target yang jelas,
memberikan pernyataan positif serta menjadi inspirasi.

2.6 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar


Berdasarkan gejala yang teramati dan faktor penyebab kesulitan belajar, maka upaya
dilakukan guru antara lain :
a. Tempat Duduk Siswa
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya
mengambil posisi tempat duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat tulisan
di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam mendengar semua informasi belajar
yang diucapkan oleh guru.
b. Gangguan Kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah
dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan
keluarga lainnya.
c. Program Remidial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu
ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik program remedial dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah mengulang kembali bahan
pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa,
dan lain sebagainya.
d. Bantuan Media dan Alat Peraga
Pengguanaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu
siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran.Boleh jadi kesulitan
belajar itu timbul karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami
siswa.
e. Suasana Belajar Menyenangkan
Menciptakan suasana belajar kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan
menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam
menerima materi pelajaran.
f. Motivasi Orang Tua di Rumah
Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapat perhatian orang tua dan
anggota keluarganya. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan motivasi
ekstrinsik dan intrinsic agar anak mampu memperoleh hasil belajar yang
memuaskan. Selain itu juga orang tua perlu memperhatikan kesehatan tubuh anak
dengan memberikan makanan dan minuman yang bergizi disertai dengan
suplemen pembangun tubuh yang cukup.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering
ditemui oleh para pendidik, terutama guru.Sebagai upaya untuk memberikan terapi
terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik
pembelajaran.Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan
serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah
melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola
pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat
digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang
proses pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara
mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-
sama dengan teman sejawat. Dalam Pembelajaran, para supervisor akan membantu
dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut.
Dalam analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi
kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan
konseling belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran.
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan yang sama, walaupun
mungkin saja kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya.pada
tingkat pendidikan dasar berbagai kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang
kuat membaca, menulis, serta berhitung. Masalah yang mungkin ada pada salah satu
kemampuan tersebut dapat menggangu kemampuan yang lain.
Dengan demikian, apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang orang
tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang mendapatkan nilai
yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu menjadi perhatian kita.
Karena sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja anak hanya mengalami
gangguan pada salah satu kemampuan tadi, dan ia tidak tahu bagaimana mengatasi
masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik
perkembangan anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya yang
dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan mengetahui
kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat menentukan alternatif
pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.Anak-anak berkemampuan
tinggi, tetapi mengalami hambatan dalam belajar meskipun jumlah mereka tidak
banyak namun perlu dicermati. Karena sesungguhnya mereka adalah aset yang
berharga. Kendala yang nampak untuk membantu mereka adalah kesulitan dalam
mengidentifikasi mereka. Seringkali potensi tinggi mereka tertutupi oleh
kekurangannya. Bahkan ada sebagian dari mereka tidak pernah dikenal sebagai anak
berbakat atau gifted, tetapi lebih dikenal sebagai anak bermasalah.

3.2 Saran
Untuk itu, dalam masalah kesulitan belajar ini, seluruh pihak baik orang tua,
guru, orang-orang yang disekitar tersebut diharapkan dapat saling bahu-membahu
mengatasi dan membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Orang tia
harus lebih perhatian kepada anaknya, selain itu sekolah sebagai tempat belajar anak-
anak dan guru sebagai orang tua kedua anak-anak diharapkan bukan hanya
memberikan ilmu pengetahuan melainkan juga memberikan arahan sikap yang positif
dan keterampilan. Hal ini juga, bukan hanya untuk anak yang sudah mengalami
kesulitan belajar melainkan anak yang belum mengalami kesulitan belajar pun harus
diberi kenyamanan dalam proses belajar. Karena pencegahan lebih baik daripada
mengobati. Sehingga generasi penerus bangsa memiliki kemampuan intelektual yang
baik disertai dengan tingkah laku dan keterampilan yang sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Ahmadi, Abu & Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Feldmen, William. Penerjemah Sudarmaji. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak:

CV. Prestasi Putra.

Purwanto, Ngalim, MP. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sholihin, Muchlis. 2006. Buku Ajar Psikologi Belajar PAI. Madura: STAIN Pamekasan

Press.

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :PT.

Remaja Rosdakarya.

Wood, Derek et al. Penerjemah Taniputra. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan

Belajar(Terjemahan). Yogyakarta: Kata Hati.

Anda mungkin juga menyukai