Obstruksi empedu mengacu pada penyumbatan setiap saluran yang membawa
empedu dari hepar ke vesica fellea atau dari vesica fellea ke usus halus. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dalam sistem empedu. Tanda dan gejala utama obstruksi empedu adalah terjadi kegagalan transport empedu. Penyabab kolestasis atau gangguan aliran empedu dapat disebabkan oleh obstruksi empedu dengan cara mekanis atau faktor metabolik pada hepatosit. Penyebab mekanis obstruksi empedu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu intrahepatik dan ekstrahepatik. Kolestasis intrahepatik umumnya terjadi pada hepatosit atau membran kanalikuli empedu. Penyebabnya meliputi penyakit hepatoselular (misalnya hepatitis virus, hepatitis akibat obat), kolestasis yang disebabkan obat, sirosis bilier, dan penyakit hati alkoholik. Pada penyakit hepatoselular, terjadi gangguan pada 3 fase metabolisme bilirubin, yaitu uptake, konjugasi, dan ekskresi. Ekskresi adalah fase terakhir oleh karena itu berakibat fatal bila terganggu. Bilirubin terkonjugasi dapat mendominasi dalam serum. Obstruksi ekstrahepatik aliran empedu dapat terjadi secara primer di dalam duktus atau sekunder akibat kompresi eksternal. Pada umumnya, batu empedu adalah penyebab obstruksi biliaris yang tersering. Penyebab lain yang menyebabkan sumbatan duktus adalah keganasan, infeksi, dan sirosis bilier. Secara sekunder, kompresi eksternal duktus dapat disebabkan oleh inflamasi (misalnya pankreatitis) dan keganasan. Adanya obstruksi secara fisik dapat menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi. Akumulasi bilirubin dalam aliran darah dan deposit pada kulit dapat menyebabkan ikterus. Ikterum konjungtiva merupakan tanda hiperbilirubinemia yang sensitif. Nilai bilirubin serum total biasanya 0,2-1,2 mg / dL. Ikterus mungkin tidak dikenali secara klinis sampai kadar paling sedikit 3 mg / dL. Pada keadaan nomal, bilirubin tidak ditemukan pada urin. Bila terdapat bilirubin terkonjugasi di urin maka urin berwarna gelap yang terlihat pada pasien dengan ikterus obstruktif atau akibat cedera hepatoselular. Strip reagen sangat sensitif terhadap bilirubin, mendeteksi sedikitnya 0,05 mg / dL. Dengan demikian, bilirubin urin dapat ditemukan sebelum bilirubin serum mencapai tingkat yang cukup tinggi yang menyebabkan ikterus klinis. Kurangnya bilirubin pada usus menyebabkan feses berwarna pucat, yang biasanya terkait dengan obstruksi empedu. Hubungan pruritus dengan obstruksi empedu belum jelas. Beberapa ahli mengemukakan keterkaitan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Ahli yang lain menduga pruritus disebabkan oleh pelepasan opioid endogen. Gejala Klinis Pasien dengan obstruksi biliaris biasanya mengeluhkan adanya feses yang pucat, urin berwarna gelap, ikterus, dan pruritus. Selain gejala klinis tersebut, berapa hal harus diperhatikan: - usia pasien dan kondisi medis yang menyertai - ada atau tidaknya nyeri - karakteristik dan lokasi nyeri - onset gejala yang akut - adanya gejala sistemik yang menyertai (misalnya demam, penurunan berat badan) - riwayat anemia - riwayat penyakit keganasan - riwayat penyakit batu empedu - riwayat operasi traktus biliaris - riwayat penggunaan alkohol, obat-obatan - perdarahan saluran cerna - hepatitis Pada pemeriksaan fisik secara umum didapatkan kulit dan mukosa ikterus. Pada pemeriksaan abdomen, vesica fellea dapat teraba (Courvoisier sign). Hal ini berhubungan dengan keganasan pankreas. Bila ditemukan penurunan berat badan, adenopati, dan darah samar pada feses perlu dicurigai suatu neoplasma. Selain itu perlu diperhatikan apakah terdapat asites dan sirkulasi kolateral yang mengarah pada sirosis. Demam tinggi dan menggigil perlu dipikirkan adanya cholangitis. Nyeri abdomen sering kali tidak dirasakan oleh pasien. Beberapa pasien dengan choledocolitiasis mengalami ikterus namun tidak nyeri abdomen, sedangkan beberapa pasien dengan hepatitis mengalami nyeri yang hebat pada kuadran atas kanan. Pada keadaan keganasan, sering ditemukan tidak adanya nyeri dan tenderness pada pemeriksaan. Bila ditemukan adanya xanthomata, perlu dipikirkan adanya sirosis biliaris primer. Bila ditemukan adanya ekskoriaso perlu dipikirkan adanya kolestasis yang berkepanjangan atau obstruksi biliaris yang massif.
Daftar pustaka:
Vlahcevic ZR, Heuman DM. Diseases of the gallbladder and bile ducts. Goldman G, ed. Cecil Textbook of Medicine. 21 ed. Philadelphia: WB Saunders; 2000. 821-33.
Marrelli D, Caruso S, Pedrazzani C, et al. CA19-9 serum levels in obstructive
jaundice: clinical value in benign and malignant conditions. Am J Surg. 2009 Apr 16. epub ahead of print.