BLOK MUSKULOSKELETAL
Kelompok B-11
Tia Aprilia Anjarnegara 1102014264
Mohammad Jordan Fadhilla 1102015138
Raudha Kasmir 1102015190
Nisa Austriana Nuridha 1102015167
Mashitta Safira Putri 1102015127
Yudha Ayatullah Khumaini 1102015248
Siti Khodijah Mulya Sari Rifki 1102015226
Siti Hartina Rahmawati Hasna 1102015224
Septira Arindya Maharani 1102015218
2015
DAFTAR ISI
1. SKENARIO .2
2. KATA SULIT...3
3. BRAINSTORMING.4
4. HIPOTESIS..5
5. SASARAN BELAJAR.6
5.1.Mampu memahami dan menjelaska tentang anatomi persendian
ekstremitas atas......7
5.2. Mampu memahami dan menjelaskan tentang asam urat.....15
5.3. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Gout Arthritis......17
6. KESIMPULAN...38
7. DAFTAR PUSTAKA.........39
1
SKENARIO
2
KATA SULIT
3
BRAINSTORMING
4
HIPOTESIS
Peningkatan basa purin dalam darah akan menimbulkan hyperuricemia yang dapat
disebabkan oleh konsumsi makanan yang banyak mengandung basa purin,
konsumsi alcohol dan riwayat penyakit sebelumnya. Akumulasi hyperuricemia
yang mengkristal pada sendi akan menimbulkan reaksi inflamasi seperti nyeri,
bengkak, kemerahan dan sulit bergerak yang disebut Gout Arthritis. Untuk
menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
darah dan pemeriksaan radiologi.
5
SASARAN BELAJAR
6
SASARAN BELAJAR
7
Articulatio cubiti merupakan suatu Articulatio composita dengan
Humerus, Radius, dan Ulna yang berartikulasi pada tiga sendi parsial
yaitu Articulatio humero-ulnaris, Articulatio humero-radialis, dan
Articulatio radio-ulnaris.
8
1) Fleksi : Semua otot yang menyilang di depan sumbu gerak,
M. biceps brachii, M. brachialis (murni sebagai otot fleksor
pada articulatio cubiti), M. pronator teres, M.
brachioradialis, M.flexor capi radialis, M. flexor carpi
ulnaris, M. Palmaris longus, dan M. flexor digitorum
superficialis. Otot-otot tersebut yang paling kuat bekerja
sebgai fleksor adalah : M. brachioradialis, kemudian diikuti
M. biceps brachii caput longum, M. brachialis dan paling
kecil adalah M. pronator teres. Otot-otot fleksor bekerja
maksimal pada articulatio cubiti sudut antara 90o 110o.
2) Ekstensi : Semua otot yang menyilang di belakang sumbu
gerak, M. triceps brachii, M. exstensor carpi radialis longus
dan brevis, M. extensor digiti minimi, M. extensor carpi
ulnaris, M. supinator dan M. anconeus
1.1.3.Mampu memahami dan menjelaskan articulatio radio-ulnaris
A. Articulatio Radio Ulnaris Proximalis
d. Gerak sendi :
9
c. Penguat sendi : Capsula articularis, Discus articularis,
Ligamentum radiulnare dorsale dan Ligamentum
radioulnare palmare.
3) Sendi Sinovial
Sebagian sendi kita adalah sendi sinovial.Pertemuan tulang yang
berhadapan dilapisi oleh tulang rawan sendi dan dibatasi oleh celah
sempit yang berisi cairan sinovial.Tulang rawan sendi dibentuk dari
tulang rawan jenis hialin dan tulang rawan sendi tidak memiliki
saraf dan pembuluh darah.Simpai sendi untuk menyatukan tulang,
lapisan luar simpai jaringan ikat padat kolagen yang menyatu
dengan periostium untuk membungkus tulang, lapisan dalam
simpai membran sinovial.Membran sinovial menghasilkan cairan
10
sinovial. Cairan sinovial terbentuk dari hasil dialisis plasma darah
dan limf. Unsur cairan sinovial asam hialuronat yg berikatan
11
menembus lamela, beranastomosis dengan kanalikuli dari lakuna
lain dan membentuk jalinan saluran komunikasi dengan osteosit
lainnya. Beberapa kanalikuli langsung bermuara ke dalam saluran
Havers dan rongga sumsum tulang. Daerah-daerah kecil tidak teratur
di antara osteon adalah lamela interstitial yang mencerminkan sisa
osteon yang telah mengalami erosi atau remodeling.
Di bawah periosteum jaringan ikat dibentuk oleh lamela
sirkumferensial luar yang berjalan sejajar satu sama lain terhadap
sumbu panjang tulang. Dinding dalam tulang (endosteum sepanjang
rongga sumsum) dilapis oleh lamela sikumferensial dalam. Di antara
lamela sirkumferensial luar dan dalam terdapat osteon.
Pada tulang hidup, lakuna setiap osteon berisi osteosit. Kanalis
sentralis mengandung jaringan ikat reticular, pembuluh darah, dan
saraf. Batas antara setiap osteon ditandai oleh garis bias matriks
tulang modifikasi yang disebut linea cementalis. Anastomosis di
antara kanalis sentralis disebut kanalis (Volkmann) perforans.
Osifikasi endrokondral
Pada proses osifikasi endokondral, tulang mula-mula dibentuk
sebgai model tulang rawan hialin embrionik. Seiring dengan
pertumbuhan tulang, model tulang rawan digantikan oleh tulang.
Pada bagian atas, tulang rawan hialin dikelilingi oleh jaringan ikat
perikondrium. Zona cadangan tulang rawan ( zona quiscens)
memperlihatkan kondrosit di lakuna yang tersebar secara tunggal
atau dalam kelompok kecil. Di bawah bagian ini terdapat zona
proliferasi kondrosit tempat kondrosit membelah dan tersusun dalam
kolom vertical. Kondrosit dalam lakuna bertambah ukurannya di
zona hipertrofi kondrosit akibat pembengkakan inti dan sitoplasma.
Kondrosit yang mengalami hipertrofi kemudian berdegenerasi
(terlihat banyak yang pecah),kemudian membentuk lempeng tipis
matriks tulang rawan terkalsifikasi.
12
Dinding lakuna dan tulang rawan yang terkalsifikasi mengalami
erosi dan akan diisi oleh sel-sel osteoprogenitor yang berasal dari
kuncup periosteum. Sel osteoprogenitor terus berdiferensiasi menjadi
osteoblas, yang mulai mensekresi matriks tulang, shingga
terbentuklah balok-balok tulang.
1.2.2.Mampu memahami dan menjelaskan tulang rawan
A. Tulang rawan hialin
Tulang rawan hialin adalah jenis yan paling banyak ditemukan.
Pada embrio, tulang rawan hialin berfungsi sebagai model
kerangka bagi kebanyakan tulang. Seiring dengan pertumbuhan,
model tulang rawan secara bertahap diganti oleh tulang melalui
proses yang disebut osifikasi endokondral. Pada orang dewasa,
kebanyakan model tulang rawan hialin telah diganti dengan
tulang, kecuali tulang rawan permukaan sendi,ujung
iga,hidung,laring,trakea, serta di bronki. Di sini, tulang rawan
hialin menetap seumur hidup dan tidak mengalami penulangan.
B. Tulang rawan elastis
Tulang rawan elastik serupa dengan tulang rawan hialin namun
memiliki lebih banyak serat elastik bercabang di dalam
matriksnya berwarna tengguli dengan pewarnaan orcein.
Kondrosit terdapat di dalam lakuna terlihat lebih banyak dan
lebih rapat. Lakuna dikelilingi oleh daerah teritorium yang
batasnya tidak tegas. Tulang rawan elastik bersifat sangat lentur
dan terdapat di telinga luar,dinding tuba auditorius, epiglottis
dan laring.
C. Fibrokartilago
Fibrokartilago ditandai oleh adanya berkas-berkas antara serat
kolagen kasar yang padat dan tidak teratur dalam jumlah besar.
Berbeda dari tulang rawan hialin dan elastik, fibrokartilago
terdiri atas lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat
kolagen tipe I padat. Fibrokartilago tidak mempunyai
perikondrium. Kondrosit terlihat di dalam lakuna, tersusun
berderet-deret diantara bundel-bundel serat kolagen tebal yang
tersusun secara konsentris. Di bagian tengah, di dalam masa
tulang rawan terdapat nucleus pulposus, berupa massa warna
kebiruan.
1.2.3.Mampu memahami dan menjelaskan otot
A. Otot Rangka
13
Serat otot rangka adalah sel multinukleus silindris panjang,
dengan inti-inti tersebar di perifer. Otot ini memiliki banyak
nucleus karna penyatuan sel otot mioblas selama perkembangan
embrionik. Setiap serat otot terdiri dari subunit-subunit yang
disebut myofibril yang terentang di sepanjang serat. Miofibril,
selanjutnya,terdiri dari banyak miofilamen yang dibentuk oleh
protein kontraktil tipis yang disebut aktin, dan protein tebal yang
disebut miosin.
Di dalam sarkoplasma,susunan filament aktin dan miosin sangat
teratur, membentuk pola cross-striation, yang dilihat di bawah
mikroskop vahaya berupa stria I (discus isotropicus) terang dan
stria A (discus anisotropicus) gelap di setiap otot. Pemeriksaan
dengan mikroskop electron mempelihatkan susunan internal
protein kontraktil di setiap miofibril. Gambaran resolusi-tinggi
ini menunjukkan bahwa setiap stria I terang terpisah menjadi
dua oleh linea Z padat melintang.di antar dua linea Z yang
berdekatan terdapat unit kontraktil otot terkecil yang disebut
sarkomer. Sarkomer adalah unit kontraktil berulang yang terlihat
di sepanjang setiap miofibril dan merupakan ciri khas
sarkoplasma serat otot rangka dan jantung.
Otot rangka dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat padat tidak
teratur yang disebut epimisium. Dari epimisium, lapisan
jaringan ikat kurang padat tidak teratur, disebut perimisium,
masuk dan memisahkan bagian dalam otot menjadi berkas-
berkas yang lebih kecil yaitu fasikulus; setiap fasikulus
dikelillingi oleh perimisium. Selapis tipis jaringan ikat retikular,
endomisium, membungkus setiap serat otot. Di selubung
jaringan ikat terdapat pembuluh darah, saraf, dan pembuluh
limfe. Otot rangka bersifat volunter yang artinya bekerja di
bawah kontrol kesadaran
B. Otot jantung
Serat otot jantung juga
silindris. Serat ini
terutama terdapat di
dinding dan sekat
jantung,dan dinding
pembuluh darah besar
yang melekat pada
jantung. Seperti otot
rangka, serat otot jantung
memperlihatkan cross-
striation yang jelas karena filament aktin dan miosin tersusun
teratur. Pemeriksaan dengan mikroskop electron
memperlihatkan adanya stria A,stria I,linea Z, dan unit sarkomer
berulang. Namun, berbeda dari otot rangka, otot jantung hanya
14
memperlihatkan satu atau dua inti di tengah, yang lebih pendek
dan bercabang. Ujung terminal otot jantung yan berdekatan
membentuk complexus junctionalis end-to-end terpulas-gelap
yang disebut diskus interkalaris.
C. Otot polos
15
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu
mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
16
LO.3.Mampu memahami dan menjelaskan tentang Gout Arthritis
3.1. Mampu memahami dan menjelaskan definisi gout arthritis
Gout artritis adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat
deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler
Data lain yang diperoleh dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di
beberapa rumah sakit di Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah kasus
gout artritis cenderung meningkat dalam 4 tahun terakhir (Data rekam
medis RSUP dr Sardjito, RS Panti Rapih, RS PKU Muhammadiyah
tahun 2009-2012)
17
3) Sejumlah obat-obatan dapat menghambat ekskresi asam urat oleh
ginjal sehingga dapat menyebabkan serangan gout. Yang termasuk
di antaranya adalah aspirin dosis rendah (kurang dari 1-2g/hari),
sebagian besar diuretik, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,
asetazolamid dan etambutol.
3.4. Mampu memahami dan menjelaskan patogenesis gout arthritis
Peningkatan kadar asam urat di dalam darah dan cairan tubuh lainnya
(contoh: synovia) berakibat pengendapan kristal monosodium urat. Hal
ini, pada saatnya, memicu serangkaian kejadian yang mencapai
puncaknya pada jejas sendi. Kristal urat agaknya mengaktifkan secara
langsung sistem komplemen yang memacu produksi kemotaksis dan
mediator pro-inflamasi. Kristal yang difagosit oleh makrofag dikenali
oleh sensor intrasel yang dinamakan inflammasome, yang diaktifkan
dan merangsang produksi sitokin IL-1. IL-1 adalah sebuah mediator
radang dan menyebabkan akumulasi local neutrophil dan makrofag di
dalam sendi dan membrane sinovial. Sel ini menjadi aktif,
menyebabkan pelepasan dari mediator tambahan meliputi kemokin,
sitokin lainnya, radikal bebas yang toksisk dan leukotrin terutama
leukotrin B+. Neutrofil aktif juga melepaskan enzim lisosom destruktif.
Sitokin dapat juga mengaktifkan sel sinovial dan sel tulang rawan
secara langsung untuk melepaskan protease (contoh: kolagenase) yang
mengeksaserbasi jejas jaringan. Ciri khas artritis akut yang dihasilkan
berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, bahkan tanpa
diobati. Serangan yang berulang, bagaimanapun juga dapat berkembang
18
menjadi kerusakan yang permanen seperti yang terlihat pada artritis
tofus kronik.
3.5. Mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis gout arthritis
1) Stadium artritis gout akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat
cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa adanya gejala apa-
apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan . biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama
berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil, dan merasa lelah. Pada serangan akut
yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam beberapa jam
atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu. Faktor pencetus serangan akut antara
lain berupa trauma local, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress,
tindakan operasi, pemakaian obat diuretic, atau penurunan dan
peningkatan asam urat.
2) Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak di
dapatkan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi
ditemukan Kristal urat. Hal ini menunjukan bahwa proses
peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan.apabila tanpa
penanganan yang baikdan pengaturan asam urat yang tidak benar,
maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang dapat mengenai
beberapa sendi dan biasanya lebih berat.
3) Stadium artritis gout menahun
Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan
terdapat poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh
dengan obat, kadang-kadang dapat timbul dengan infeksi sekunder.
Pada tofus yang besar dapat dilakukan ekstirpasi, namun hasilnya
kurang memuaskan. Lokasi tofi yang paling sering pada cuping
teling, metatarsophalangeal 1, olecranon, tendon Achilles dan jari
tangan. Pada stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran
kemih sampai penyakit ginjal menahun.
3.6. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding
gout arthritis
Penegakkan diagnosis didasarkan atas kriteria di bawah ini (American
College of Rheumatology 1977) :
a. Ditemukan Kristal monosodium urat pada cairan sendi atau
19
b. Terdapat tofus berisi Kristal monosodium urat yang dibuktikan
melalui pemeriksaan kimiawi atau mikroskop cahaya terpolarisasi
atau
c. Ditemukan 6 dari 12 fenomena klinis laboratorium maupun
radiologi seperti di bawah ini :
1. Ditemukan lebih dari satu serangan artritis akut
2. Inflamasi maksimal yang timbul dalam waktu satu hari
3. Serangan artritis monoartikular
4. Kemerahan pada sendi
5. Pembengkakan atau nyeri yang timbul pada sendi
6. Serangan unilateral yang melibatkan sendi
metatarsophalangeal 1
7. Serangan unilateral yang melibatkan sendi tarsal
8. Massa yang dicurigai tofus
9. Hiperurisemia
10. Pembengkakan asimetris pada sendi yang dibuktikan melalui
pemerikasaan X-ray
11. Kista subkortikal tanpa erosi yang terlihat melalui pemeriksaan
X-ray
12. Kultur negatif mikroorganisme dari cairan sendi saat terjadi
inflamasi sendi
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan laboratorium serum urat darah, asam urat urin 24 jam
b. Pemeriksaan analisis cairan sendi :
1) Temuan Kristal monosodium urat
2) Cairan sendi sesuai kondisi inflamasi
3) Pemeriksaan radiologi : tidak spesifik pada kondisi awal
penyakit soft tissue swelling pada sekitar sendi
Gout akut harus dibedakan dari penyebab gout artritis akut lainnya,
terutama artritis stafilokokus septik dan demam reumatik yang
disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Pseudogout dapat timbul
pada gagal ginjal kronis. Pseudogout disebabkan karena adanya Kristal
kalsium pyrophosfat sedangkan gout artritis disebabkan oleh
monosodium urat yang mana keduanya menyebabkan artritis.
Gout kronis terutama bila mengenai banyak sendi dapat menyerupai
rheumatoid atau osteoarthritis, osteoarthritis merupakan penyakit sendi
20
degeneratif yang mana terjadi deteriorasi progresif dan pemecahan
tulang rawan sendi pada sendi penyangga tubuh seperti lutut pinggul
dan vertebrae menyebabkan penebalan tulang subkondral dan
pertumbuhan tulang berlebih di sekitar pinggir sendi.
Diagnosis banding
a. Artropati Kristal lainnya calcium pyrophosphate dehydrate disease
kalsium apatite
b. Monoartropati akut akibat infeksi maupun trauma
c. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis (RA) adalah jenis arthritis kronis. Gejala awal RA
meliputi kelelahan, nyeri sendi, dan kekakuan. Gejala lain
rheumatoid arthritis mungkin merasa seperti flu, dengan perasaan
sakit, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan. Penyebab
rheumatoid arthritis tidak diketahui, walaupun mungkin ada
komponen genetik. Pengobatan awal arthritis, dapat efektif
meningkatkan prognosis dan dapat membantu mencegah kerusakan
tulang sendi yang terkait dengan RA. Diagnosa rheumatoid arthritis
(RA), pada tahap awal, bisa sulit. Tidak ada tes tunggal yang dapat
dengan jelas mengidentifikasi rheumatoid arthritis. Sebaliknya,
dokter mendiagnosis rheumatoid arthritis berdasarkan faktor-faktor
yang sangat terkait dengan penyakit ini. American College of
Rheumatology menggunakan daftar kriteria:
1) Kekakuan pagi hari di dalam dan sekitar sendi minimal satu
jam.
2) Pembengkakan atau cairan di sekitar tiga atau lebih sendi
secara bersamaan.
3) Setidaknya satu bengkak di daerah pergelangan tangan,
tangan, atau sendi jari.
4) Arthritis melibatkan sendi yang sama di kedua sisi tubuh
(arthritis simetris).
5) Rheumatoid nodul, benjolan pada kulit penderita rheumatoid
arthritis. Nodul ini biasanyadi titik-titik tekanan dari tubuh,
paling sering siku.
6) Jumlah faktor rematoid dalam darah abnormal.
7) X-ray tampak perubahan di tangan dan pergelangan tangan
khas dari rheumatoid arthritis, dengan kerusakan tulang di
sekitar sendi yang terlibat.
d. Pseudogout
Pseudogout adalah suatu bentuk radang sendi yang ditandai dengan
pembengkakan mendadak pada satu atau beberapa sendi yang
diakibatkan oleh penggumpalan Kristal calcium pyrophosphate
dehydrogenase crystal (CPPD). Kejadian ini dapat berlangsung
selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Pseudogout biasanya
terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, lebih sering mengenai
21
perempuan dan paling sering mempengaruhi lutut. Gejala-
gejalanya mirip dengan gout, penyebab pseudogout tiba-tiba, sakit
parah dalam bersama, dipicu oleh kristal di lapisan sendi. Tidak
seperti gout yang biasanya mempengaruhi sendi jempol kaki,
biasanya pseudogout mempengaruhi sendi besar ekstremitas (lutut,
pergelangan kaki dan tangan, siki dan bahu). Gejala pseudogout
juga mirip dengan arthritis rheumatoid seperti melibatkan beberapa
sendi simetris, kekakuan pagi hari, penebalan sinovium dan
peningkatan laju endap darah.
e. Septic arthritis
Septic arthritis adalah infeksi yang sangat menyakitkan pada sendi.
Bakteri atau jamur dapat menyebar dari daerah lain dalam tubuh ke
dalam sendi. Kadang-kadang bakteri hanya menginfeksi sendi saja
tanpa mengganggu daerah tubuh lain. Pada septic arthritis, kuman
menyusup ke dalam sendi dan menyebabkan nyeri yang parah
disertai pembengkakan. Biasanya kuman hanya menyerang satu
sendi. Bakteri paling sering menyerang lutut, meskipun sendi lain
juga dapat terkena, termasuk pinggul, pergelangan kaki, siku,
pergelangan tangan, dan bahu. Anak-anak dan orang dewasa paling
mungkin terserang septic arthritis. Jika diobati dalam seminggu
setelah gejala pertama muncul, kebanyakan penderitanya dapat
benar-benar pulih. Septic arthritis biasanya menyebabkan
ketidaknyamanan dan kesulitan menggerakkan sendi yang terkena.
Tanda dan gejalanya antara lain:
1) Demam
2) Nyeri parah pada sendi yang terkena, terutama ketika
menggerakkan sendi
3) Pembengkakan sendi yang terkena
4) Hangat di daerah sendi yang terkena
22
meningkat, dan berkurangnya aliran darah dalam sendi merupakan
reaksi tubuh terhadap bakteri, dan itu semua berkontribusi pada
kerusakan sendi.
f. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi ditandai dengan
kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas,
deformitas. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi karena
gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Beberapa faktor resiko
terjadinya osteoartritis adalah sebagai berikut:
1) Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan
bertambahnya umur
2) Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi,
dan lelaki lebih seringterkena OA paha, pergelangan tangan
dan leher
3) Suku bangsa dan genetik
4) Berat badan yang berlebihan juga mempengaruhi resiko
timbulnya OA karena tulangnya lebih padat dan keras
sehingga tak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi.
23
Mekanisme NSAID berhubungan dengan sistem biosintesis PG
yang telah memperlihatkan secara in vitro bahwa dosis rendah
aspirin dan indometasin menghambat produksi enzimatik PG.
Produksi PG akan meningkat bilamana sel mengalami kerusakan.
Obat NSAID secara umum tidak menghambat biosintesis
leukotrien. Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Golongan NSAID
a. Salisilat
Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetoasetal atau
aspirin adalah analgesik antipiratik dan anti-inflamasi yang
luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
a) Farmakodinamik : Merangsang pernafasan
(hiperventilasi), keseimbangan asam basanya adalah
alkalosis respiratorik, efek urikosurik, masa perdarahan
meningkat, berefek hepatotoksik dan menyebabkan
iritasi pada saluran cerna.
24
b) Farmakokinetik: Pada pemberian oral, sebagian salisilat
diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh di lambung,
tapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar
tertinggi kira-kira 2 jam setelah pemberian.
c) Indikasi: Salisilat merupakan obat yang digunakan
sebagai analgesik, antipiratik dan anti inflamasi.
Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai
antipiretik. Dosis toksis obat ini justru memperlihatkan
efek piretik sehingga pada keracunan berat akan terjadi
demam dan hiperdorsis. Obat ini juga dindikasikan
pada penyakit demam reumatik akut, artritis reumatoid,
profilaksis trombus koroner.
d) Efek samping : menyebabkan efek samping pada
saluran pencernaan (tukak lambung), ginjal (aliran
darah ginjal menurun, gagal ginjal, penggunaan
bertahun menyebabkan nefropati analgesik), kerusakan
hati, gangguan fungsi trombosit pada darah dan
hipersensitivitas akibat bergesernya metabolisme asam
arakidonat ke lipoksigenase.
b. Salisilamid
a) Farmakodinamik : Efek analgesik, antipiretik
salisilamid lebih lemah dari salisilat, karena salisilamid
dalam mukosa usus mengalami metabolisme lintas
pertama sehingga hanya sebagian salisilamid yang
diberikan masuk sirkulasi sebagai zat aktif.
b) Farmakokinetik : Obat ini mudah diabsorpsi usus dan
cepat didistribusikan ke jaringan. Obat ini menghambat
glukuronidasi obat analgesik lain di hati, misalnya Na
salisilat dan asetaminofen, sehingga pemberian bersama
dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat
tersebut.
c) Indikasi : Salisilamid dijual bebas dalam bentuk obat
tunggal atau kombinasi tetap. Dosis analgesic
antipiretik untuk orang dewasa 3-4 kali 300 -600 mg
sehari, untuk anak 65 mg/kgBb/hari diberikan 6
kali/hari. Untuk febris reumatik diperlukan dosis oral 3-
6 kali 2 g sehari.
c. Diflunisal
a) Farmakodinamik : obat ini merupakan obat derival
difluorefenil dari asam salisilat, tetapi in vivo tidak
diubah menjadi asam salisilat. Bersifat analgesik dan
antiinflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik.
Bersifat analgesik dan antiinflamasi tetapi hampir tidak
bersifat antipiretik.
b) Farmakokinetik : Setelah pemberian orak, kadar puncak
dicapai dalam 2- 3 jam. Sembilam puluh Sembilan
25
persen diflunisal terikat albumin plasma dan waktu
paruh 8-12 jam.
c) Indikasi : Hanya sebagai analgesik ringan sampai
sedang dengan dosis awal 500 mg disusul 250-500 mg
tiap 8-12 jam. Untuk osteoarthritis dosis awal 2 kali
250-500 mg sehari dengan dosis pemeliharaan tidak
melampaui 1,5 gram sehari.
d) Efek samping : lebih ringan daripada asetosal dan tidak
dilaporkan menyebabkan gangguan pendengaran.
26
a) Indikasi : Dipiron hanya digunakan sebagai analgetik dan
antipiretik karena efek antiinflamasinya lemah. Antipirin
dan aminopirin tidak digunakan lagi karena toksisitasnya.
Fenilbutazon dan oksifenbutazon tidak dianjurkan lagi
pemakaiannya
b) Efek samping : Semua derivat pirazolon dapat
menyebabkan agrunolositosis, anemia aplastik dan
trombostiopenia. Dipiron juga dapat menimbulkan
hemolisis, edema, tremor, mual dan muntah, pendarahan
lambung, dan anuria.
1. Asam Mefenamat
a) Farmakodinamik : Asam mefanamat digunakan sebagai
analgesic. Sebagai antiinflamasi, asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan aspirin. Sifat iritatifnya kuat.
b) Farmakokinetik : Asam mefenamat terikat sangat kuat pada
protein plasma.
c) Indikasi : dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500
mg sehari.
d) Kontraindikasi : Tidak di anjurkan pada anak dibawah 14
tahun dan wanita hamil dan pemberian tidak lebih dari 7
hari. Tidak diberikan selama masa menstruasi pada wanita
karena akan mengurangi kehilangan darah.
e) Efek samping : eritema kulit, bronkokontriksi, dan anemia
hemolitik.
2. Ibuprofen
Obat ini bersifat analgesik dengan antiinflamasi yang tidak
terlalu kuat. Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang
diperkenalkan pertama kali di banyak negara. Obat ini bersifat
analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat.
Efek sampingnya adalah eritema kulit sakit kepala
trombositopenia, ambliopia toksis yang reversible.
a) Farmakodinamik : derivat asam propionat dapat
mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dan
tiazid m juga dapat mengurangi efek antihipertensi obat -
blocker.
b) Farmakokinetik : absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung
dan kadar maksimal dalam plasma dicapi setelah 1-2 jam.
Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh
persen ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ekskresinya
berlangsung cepat, 90% dari dosis yang direabsorsi akan
diekskresi melalui urin.
c) Indikasi : untuk efek antiinflamasi dengan dosis 1200-2400
mg sehari. Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari.
d) Kontraindikasi : pada wanita hamil dan menyusui
27
e) Efek samping : gangguan saluran cerna ringan, eritema
kulit, sakit kepala, trombosipenia, ambliopia toksik.
3. Naproksen
Salah satu dari derivat asam propionat .
a) Farmakodinamik : Efektivitas sedikit lebih tinggi dengan
efek samping lebih rendah dari gol as propionat yg lain.
b) Farmakokinetik : absorpsi obat ini berlangsung baik melalui
lambung dan kadar puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam.
Waktu paruh obat 14 jam, sehingga cukup diberika dua kali
sehari. Ikatan obat dengan dengan protein plasma 98-99%.
Ekskresi utamanya dalam urin.
c) Indikasi : dosis untuk terapi penyakit reumatik sendi adalah
2 kali 250-375 mg sehari.
d) Efek samping : dispepsia ringan sampai perdarahan
lambung. Pada sistem saraf pusat timbul sakit kepala,
pusing, lelah dan ototoksisitas.
4. Indometasin
Merupakan derivat indol-asam astetat.
a) Farmakodinamik : memiliki efek anti-inflamasi, analgesik
dan antipiretik. Dapat menghambat motilitas leukosit
polimorfonuklear.
b) Farmakokinetik : absorpsi indomestain pada pemberian oral
cukup baik, 92-99% indomestain terikat pada protein
plasma. Metabolismenya terjadi di hati. Diekskresi melalui
urin dan empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam.
c) Indikasi : dosis indometasin yaitu 2-4 kali 25 mg sehari,
untuk mengurangi gejala reumatik di malam hari diberikan
50-100 mg sebelum tidur.
d) Kontraindikasi : anak, wanita hamil, pasien dengan
gangguan psikiatri dan pasien dengan penyakit lambung.
e) Efek samping : pada saluran cerna seperti diare, perdarahan
lambung, dan pankreatitis. Sakit kepala, agranulositosis,
anemia aplastik dan trombpsitopenia.
5. Piroksikam
Merupakan derivat asam enolat.
a) Farmakokinetik : waktu paruh dalam plasma lebih dari 45
jam sehingga diberikan hanya sekali sehari. Absorpsi cepat
di lambung, terikat 99% pada protein plasma.
b) Indikasi : hanya untuk penyakit inflamasi sendi seperti
arthritis rheumatoid, osteoarthritis, spondilitis ankilosa.
Dosis 10-20 mg sehari pada pasien yang tidak memberi
respons cukup dengan AINS yang lebih aman.
c) Kontraindikasi : tidak dianjurkan pada wanita hamil, pasien
tukak lambung, dan pasien yang sedang minum
antikoagulan.
28
d) Efek samping : pusing, tinitus, nyeri kepala, dan eritem.
1. Meloksikam
a) Farmakodinamik : Tergolong pereferential COX-2
menghambat COX2
b) Efek samping : pada gangguan saluran cerna.
c) Indikasi : dosis 7,5 mg sekali sehari.
2. Nabumeton
a) Farmakodinamik : Dapat menghambat iso-enzim
prostaglandin untuk peradangan, tetapi kurang menghambat
prostasiklin yang bersifat sitoprotektif.
b) Farmakokinetik : Nabumeton aktif setelah absorpsi. Dosis
yang diberikan 1 gram/hari didapatkan waktu paruh sekitar
24 jam. Pada usia lanjut waktu paruh nya bertambah
panjang dengan 3-7 jam.
3. Diklofenak
a) Farmakodinamik : menghambat preferential COX 2.
b) Farmakokinetik : Absorbsi obat ini melalui saluran cerna
berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini 99 % pada protein
plasma dan mengalami efek metabolisme lintas pertama
sebesar 40-50 %.
c) Indikasi : dosis orang dewasa 100-500 mg sehari terbagi
dua atau 3 dosis.
d) Kontraindikasi : pada ibu hamil dan penderita tukak
lambung.
e) Efek samping : mual, gastritis, eritema kulit dan sakit
kepala.
29
NSAID biasanya memerlukan waktu 2448 jam untuk bekerja,
walaupun untuk menghilangkan secara sempurna semua gejala
gout biasanya diperlukan 5 hari terapi. Pasien gout sebaiknya selalu
membawa persediaan NSAID untuk mengatasi serangan.
B. Uricosuric
Obat golongan urikosurik adalah obat yang menghambat reabsorpsi
asam urat di tubulus ginjal sehingga ekskresi asam urat meningkat
melalui ginjal. Sebaiknya terapi dengan obat golongan
urikosurik dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari efek
urikosuria dan terbentuknya batu urat.
1. Kolkisin
Adalah suatu anti-inflamasi yang unik yang
terutama diindikasikan pada penyakit pirai. Obat ini merupakan
alkaloid Colchicum autumnale, sejenis bunga leli.
a) Farmakodinamik
Sifat antiradang kolkisin spesifik terhadap penyakit pirai
dan beberapa artritis, untuk radang umum obat ini tidak
efektif. Kolkisin tidak memiliki efek analgesik.
Pada penyakit pirai, kolkisin tidak meningkatkan ekskresi,
sintesis atau radang asam urat dalam darah. Obat ini
berikatan dengan protein mikrotubular dan menyebabkan
depolimerasi dan menghilangnya mikrotubul fibrilar
granulosit dan sel bergerak lainnya. Hal ini menyebabkan
penghambatan migrasi granulosit ke tempat radang
sehingga pelepasan mediator antiinflamasi ditekan. Kolkisin
mencegah pelepasan glikoprotein dari leukosit pada pasien
gout menyebabkan nyeri dan radang sendi.
b) Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna baik. Obat ini
didistribusikan secara luas dalam jaringan tubuh. Kadar
tinggi berada di dalam ginjal, hati, limpa, dan saluran cerna,
tetapi tidak terdapat di dalam otot rangka, jantung, dan otak.
Sebagian besar diekskresikan dalam bentuk tinja, 10-20%
melalui urin. Pada pasien penyakit hati lebih banyak melalui
urin. Kolkisin dapat ditemukan dalam leukosit dan urin
sedikitnya untuk 9 hari setelah suatu suntikan IV.
c) Indikasi
Kolkisin merupakan untuk obat pirai, oleh karena itu
pemberian harus diberikan secepatnya pada awal serangan
dan diteruskan sampai gejala hilang atau timbul
efek samping yang mengganggu. Bila obat terlalu terlambat,
efektivitasnya kurang. Kolkisin juga berguna untuk
profilaktik serangan penyakit pirai atau mengurangi
30
beratnyaserangan dan obat ini juga dapat mencegah
serangan yang dicetuskan oleh obaturikosurik dan
alopurinol. Untuk profilaksis, cukup diberikan dosis kecil.
Dosis kolkisin 0,5-0,6 mg/jam atau 1,2 mg sebagai dosis
awal diikuti 0,5-0,6 mg/2 jam sampai gejala penyakit hilang
atau gejala saluran cerna timbul. Untuk profilaksis
diberikan 0,5-1 mg sehari. Pemberian IV: 1-2 mg
dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12-24 jam. Dosis jangan
melebihi 4 mg dengan satu regimen pengobatan.
Untuk mencegah iritasi akibat ekstravasasi sebaiknya
larutan 2 mL diencerkan menjadi 10 mL dengan larutan
garam faal.
d) Kontraindikasi
Kolkisin harus diberikan hati-hati pada pasien usia lanjut,
lemah atau pasien dengan gangguan ginjal, kardiovaskular,
dan saluran cerna.
e) Efek Samping
Efek samping yang paling sering adalah muntah, mual, dan
diare, dapat mengganggu terutama dengan dosis maksimal.
Bila efek terjadi, pengobatan harus dihentikan walaupun
efek terapi belum tercapai. Depresi sumsum tulang,
purpura, neuritis perifer, miopati, anuria, alopesia,
gangguan hati, reaksi alergi, dan colitis hemoragik terjadi
karena dosis yang berlebihan dan pada pemberian IV,
gangguan ekskresi akibat kerusakan ginjal dan kombinasi
keadaan tersebut.
2. Alopurinol
a) Farmakodinamik
Alopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena
menurunkan kadar asam urat. Pengobatan jangka panjang
mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukan
tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi.
Mobilisasi asam urat dapat ditingkatkan dengan
memberikan urikosurik. Kegunaan obat ini terutama untuk
mengobati pirai kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu
urat dalam ginjal, tetapi dosis awal harus dikurangi. juga
berguna untuk pengobatan pirai sekunder akibatolisitemia
vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma, psoriasis,
hiperurisemia akibatobat, dan radiasi. Obat ini bekerja
dengan menghambat xantin oksidase, enzim yang
mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya
menjadi asam urat. Alopurinol menghambat sintesis purin
yang merupakan precursor xantin.
b) Farmakokinetik
31
Alopurinol mengalami biotransformasi oleh enzim xantin
oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih
panjang daripada allopurinol, oleh karena itu allopurinol
cukup diberikan satu kali sehari karena masa paruhnya
pendek.
c) Indikasi
Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg/hari, 400-600
mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk pasien yang
gangguan ginjal dosisnya cukup 100-200 mg/hari.Untuk
anak 6-10 tahun 300 mg/hari dan 150 mg/hari untuk anak di
bawah 6 tahun. Bila diberikan bersamaan dengan
merkaptopurin, dosis merkaptopurin harus dikurangi sampai
25-35%, karena kerja alopurinol yang mengahambat
oksidasi merkaptopurin.
d) Efek samping
Efek sampingnya adalah reaksi kulit. Bila kemerahan kulit
timbul, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin
menjadi lebih berat. Allopurinol dapat meningkatkan
frekuensi serangan, sehingga sebaiknya pada awal terapi
diberikan kolkisin. Serangan menghilang setelah beberapa
bulan pengobatan.
e) Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah kemerahan pada
kulit, obat pun harus dihentikan karena gangguan mungkin
menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, mengigil,
leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, artralgia,
gangguan saluran cerna dan pruritus.
3. Probenesid
a) Farmakodinamik
Obat ini berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi
serta pembentukantofi pada penyakit pirai, tidak efektif
untuk mengatasi serangan akut. Obat ini juga berguna untuk
pengobatan hipeuresemia sekunder. Probenesid
menghambat ekskresi renal dari sulfinpirazon, indometasin,
penisilin,PAS, sulfonamide, dan juga berbagai asam
organic, sehingga dosis obat harus disesuaikan bila
diberikan bersamaan.
b) Indikasi
Dosis probenesid 2 kali 250 mg/hari selama seminggu
diikuti dengan 2 kali 500 mg/hari.
c) Kontraindikasi
Pasien yang dengan riwayat ulkus peptic
32
d) Efek samping
Efek sampingnya adalah gangguan saluran cerna, nyeri
kepala, dan reaksi alergi. Gangguan saluran cerna lebih
ringan dibandingkan sulfipirazon. Salisilat mengurangi efek
probenesid.
4. Sulfinpirazon
a) Farmakodinamik
Obat ini mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi
pada penyakit pirai kronik berdasarkan hambatan reabsorbsi
tubular asam urat. Kurang efektif menurunkan kadar asam
urat dibandingkan dengan alopurinol dan tidak efektif
mengatasi serangan pirai akut. Sulfinpirazon dapat
meningkatkan efek insulin dan obat hipoglikemik oral
sehingga harus diberikan bersama dengan obat-obatan
seperti fenilbutazon dan oksifenobutazon.
b) Indikasi
Dosis sulfinpirazon 2 kali 100-200 mg/hari, ditingkatkan
sampai 400-800 mg kemudian dikurangi sampai dosis
efektif minimal. Interaksi obat: Fenilbutazon,
oksifenbutazon (sulfinpirazon meningkatkan efek insulin
dan obathipoglikemik oral sehingga diberikan dengan
pengawasan ketat)
c) Kontraindikasi
Pasien yang dengan riwayat ulkus peptic
d) Efek samping
Mual, muntah, dan dapat timbul ulkus peptic. 10-15%
pasien yang mengalami gangguan saluran cerna, pemakaian
obat harus dihentikan. Anemia dan leukopenia,
agranulositosis dapat terjadi.
5. Ketorolak
a) Farmakodinamik
Merupakan obat analgesik poten dengan efek anti-inflamasi
sedang. Obat ini sangat selektif menghambat COX-1. Efek
analgesik sebanding morfin
b) Farmakokinetik
Absorbsi oral dan IM berlangsung cepat mencapai puncak
dalam 30-50 menit. Dosis IM 30-60 mg, IV 15-30 mg, dan
oral 5-30 mg.
33
c) Efek samping
Berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran cerna,
mengantuk, pusing, dan sakit kepala yang dilaporkan terjadi
kira-kira 2 kali placebo. Obat ini sangat selektif
menghambat COX-1, maka obat ini hanya dianjurkan
dipakai tidak lebih dari 5 hari karena kemungkinan tukak
lambung dan iritasi lambung besar sekali.
6. Etodolak
a) Farmakodinamik
Merupakan NSAID kelompok asam piranokarboksilat dan
obat ini merupakan lebih selektif terhadap COX-2
dibandingkan dengan NSAID umumnya.
Etodolak menghambat bradikinin yang diketahui
merupakan salah satu mediator perangsang nyeri.
b) Farmakokinetik
Masa kerjanya pendek sehingga harus diberikan 3-4 kali
sehari. Berguna untuk analgesic, pasca bedah. Dosis 200-
400, 3-4 kali sehari.
34
ditingkatkan perlahan tidak lebih dari 1 g/hari atau hingga target
asam urat tercapai. Efek samping yang dapat timbul akibat
penggunaan urikosurik adalah pembentukan Kristal asam urat di
urin dan deposisi asam urat pada tubulus renal, pelvis atau ureter.
b. Alopurinol menjadi obat pilihan untuk produksi asam urat
berlebihan yang disertai pembentukan tofus, nefrolitiasis,
insufisiensi renal, atau adanya kontraindikasi untuk terapi
urikosurik. Perlu diperhatikan bahwa toksisitas alopruinol timbul
pada kondisi penurunan LFG. Oleh karena itu penting dilakukan
penyesuaian dosis. Dosis mksimal pemberian allopurinol adalah
800 mg/hari. Efek samping yang dapat timbul pada penggunaan
alopurinol adalah sindrom dyspepsia, nyeri kepala, diare, pruritic
papulr rash, dan kemungkinan hipersensitivitas.
Tabel dosis alopurinol menurut LFG
35
hari.Karbohidrat sederhana jenis fruktosaa seperti gula, permen,
arum manis, gulali, dan siropsebaiknya dihindari karena fruktosa
akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
d. Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.Sumber makanan yang mengandung
protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,ginjal,
otak, paru, dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi
penderita gangguan asamurat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau
0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber proteinyang disarankan
adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur.
e. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega
sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknyasebanyak 15
persen dari total kalori.
f. Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam
urat melalui urin. Karena itu,Anda disarankan untuk menghabiskan
minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelassehari. Air minum
ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi.Selain dari minuman,
cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon,
blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-
buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi
karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-
buahan yangsebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena
keduanya mempunyai kandunganlemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengkonsumsialkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak mengkonsumsi alkohol. Hal ini adalahkarena alkohol akan
meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
3.10.Mampu memahami dan menjelaskan prognosis gout arthritis
50% dari orang di dunia yang pernah terserang oleh penyakit gout
arthritis biasanya dalam jangka waktu 6-24 bulan mengalami serangan
yang ke dua kalinya. Pasien yang telah menderita arthritis gout tidak
akan sembuh sepenuhnya. Pasien tersebut harus terus menjaga diet
sepanjang hidup dan mengurangi makanan yang mengandung purin
36
seumur hidupnya. Ini untuk memastikan penyakitnya tidak kambuh
lagi.
Sendi yang sakit dan dibebani dapat timbul rasa nyeri yang parah,
gerakan sendi berkurang, dan terjadi kekakuan. Berlanjut menjadi Low
back pain lebih sering terjadi pada usia lanjut. Mortalitas meningkat
pada obesitas, komplikasi meliputi hipertensi, infark miokard, diabetes
melitus, resiko paskapembedahan, hernia, batu empedu, hernia hiatus,
varises vena, dan osteoarthritis. Pada wanita terjadi peningkatan
insidensi hirsutisme dan kanker payudara serta endometrium.
37
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Anderson MD. 2000. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Eroschenko, VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional edisi
11. Jakarta: EGC.
Kumar, et. al. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 9. Jakarta: Elsevier.
Putz,R.Pabst. 2012. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia edisi 23. Jakarta: EGC.
39