Anda di halaman 1dari 10

ANGKA KEJADIAN BATU OPAK GINJAL YANG DISERTAI DENGAN NYERI

KETOK CVA YANG DITEMUKAN DENGAN PEMERIKSAAN FOTO POLOS BNO


PADA PASIEN SUSPECT NEFROLITHIASIS

Nidya Ulfa1,
1
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
2
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi

Latar Belakang : Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang mengalami peningkatan
insidensi baik di seluruh dunia maupun di Indonesia dewasa ini. Prevalensi pada masyarakat
dunia adalah rata-rata 1-2% penduduk menderita batu saluran kemih. Menurut Depkes RI,
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan
dari rumah sakit di seluruh Indonesia yang dilakukan oleh RSCM adalah sebesar 37.636
kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang
dirawat adalah sebesar 19.018 orang, Diagnosis batu ginjal dapat ditegak dengan rangkaian
anamnesis dan pemeriksaan penunjang lainnya, dari segi radiologi, dapat dilakukan
pemeriksaan foto polos BNO sebagai screening awal. Kemudian dari pemeriksaan
penunjang dengan melakukan nyeri ketok CVA untuk memeriksa apakah telah terjadinya
infeksi atau hidronefrosis.
Metode : Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk melihat angka kejadian
suspect batu opak ginjal yang disertai dengan nyeri ketok cva yang ditemukan dengan
pemeriksaan foto polos BNO pada pasien suspect nefrolithiasis di Instalasi Radiologi
RSUD Raden Mattaher Jambi.
Hasil : dari 42 orang responden penelitian ini, didapatkan hasil angka kejadian batu opak
ginjal pada pasien suspect nefrolithiasis sebanyak 32 orang responden (66,7%). Sedangkan
angka kejadian batu opak ginjal dengan nyeri ketok CVA pada pasien suspect nefrolithiasis
yang ditemukan dengan pemeriksaan foto polos BNO di Instalasi Radiologi RSU Raden
Mattaher berjumlah 13 penderita atau sebesar 40,6 %.
Kesimpulan : Angka kejadian suspect batu opak ginjal yang disertai dengan nyeri ketok
cva adalah 40,6%. Angka ini lebih sedikit dibandingkan dengan yang positif yang dapat
disimpulkan bahwa tidak semua pasien yang memiliki gambaran suspect batu opak ginjal
yang positif pada pemeriksaan fot polos BNO akan mengalami nyeri ketok cva pula.
PENDAHULUAN Selain penegakan diagnosis dari
Konsep pelayanan kesehatan primer anamnesis dan radiografi, pada penyakit
tidak dapat dilaksanakan dengan berhasil ginjal biasa dilakukan beberapa
tanpa dukungan pelayanan-pelayanan pemeriksaan fisik berupa palpasi dan
diagnositik yang memadai termasuk perkusi yang dapat membantu penegakan
fasilitas untuk radiologi diagnostik.1,2 diagnosis sementara dari penyakit ginjal.6
Pemeriksaan radiografi diagnostik yang Perkusi pada ginjal membantu menilai
dapat dilakukan salah satunya adalah foto ada tidaknya rasa sakit atau nyeri. Perkusi
polos BNO. dilakukan pada sudut costovertebra
Radiografi foto polos BNO atau dengan cara meletakkan telapak tangan
KUB (Kidney, Ureter, Bladder) berguna yang tidak dominan di atas sudut
untuk menilai total beban batu, ukuran, kostovertebra, kemudian tangan yang
bentuk, komposisi, dan lokasi batu pada dominan menggunakan sisi ulnar tangan
beberapa pasien. Batu yang mengandung atau membentuk gumpalan tinju
kalsium (sekitar 85% dari semua jenis melakukan pengetukan diatas tangan yang
batu yang terjadi pada saluran kemih telah diletakkan pada sudut kostovertebra,
bagian atas) adalah radiopak, namun asam pemeriksaan ini biasa disebut
urat murni, indinavir-diinduksi, dan batu pemeriksaan nyeri ketok CVA
sistin relatif radiolusen pada radiografi (costovertebral angle).7
foto polos.3 Lokasi batu saluran kemih Pada nefrolitiasis, Nyeri ketok CVA
yang khas dijumpai di bagian kaliks dan yang positif (+) menandakan bahwa batu
pelvis renalis, jika besar akan menyumbat telah menyebabkan terjadinya obstruksi
di pelvis renalis, dan bila keluar akan pada aliran urin sehingga menimbulkan
terhenti di ureter dan kandung kemih.5 hidronefrosis atau meregangnya kapsula
Meskipun foto polos BNO cukup ginjal akibat tertahannya aliran urin dari
baik untuk mendeteksi adanya sebuah ginjal menuju ureter disertai dengan
batu opak ginjal, foto polos bukan tanda-tanda retensi urine, dan infeksi.6,8,9
merupakan sebuah gold standart untuk Untuk wilayah Asia, telah tercatat
menentukan adanya batu opak pada ginjal resiko untuk terkena batu ginjal dan batu
dari segi pemeriksaan radiologi saluran kemih lainnya sebesar 2-5%, 8-
diagnostik. Foto polos BNO lebih sering 15% untuk wilayah Asia barat, dan 20%
digunakan sebagai screening awal untuk untuk Arab Saudi. Di negara berkembang,
menentukan adanya batu opak pada ginjal batu kandung kemih lebih umum terjadi
atau tidak. daripada batu saluran kemih bagian atas,
sedangkan di Negara maju, malah 2. RSUD Raden Mattaher juga
sebaliknya, batu saluran kemih bagian merupakan Rumah Sakit Provinsi
atas lebih sering terjadi. Perbedaan ini yang merupakan tempat rujukan untuk
diyakini berhubungan diet, pola hidup dan dilakukannya beberapa tindakan
konsumsi di masing-masing negara.3,8,11 tertentu, khususnya pemeriksaan
Setiap tahunnya, terjadi peningkatan penunjang seperti rontgen.
jumlah kejadian nefrolithiasis baik di Waktu penelitian yang diambil
dunia, di Indonesia maupun di RSUD berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti
Raden Mattaher Jambi. Berdasarkan data dapat mengikuti sidang skripsi dan jumlah
yang telah diambil peneliti pada Rekam sampel sesuai dengan jumlah pasien yang
Medis RSUD Raden Mattaher Jambi, datang ke instalasi radiologi untuk
Terjadinya peningkatan insidensi atau melakukan pemeriksaan foto polos BNO
kasus kejadian nefrolithiasis dari tahun dan positif nefrolithiasis pada saat
2011 berjumlah 58 kasus dan pada tahun dilakukan penelitian hingga selesai.
2012 meningkat menjadi 95 kasus, serta Populasi sampel pada penelitian ini
belum pernah dan belum adanya data adalah semua pasien yang memiliki hasil
dasar mengenai angka kejadian batu opak rontgen foto polos BNO nefrolithiasis
ginjal yang disertai nyeri ketok CVA pada Sampel penelitian adalah sebagian
pasien suspect nefrolithiasis di Instalasi pasien yang memiliki hasil rontgen foto
Radiologi RSUD Raden Mattaher Jambi, polos BNO nefrolithiasis pada waktu
sehingga peneliti ingin melakukan penelitian dilakukan.
penelitian mengenai hal tersebut. Dikarenakan keterbatasan waktu
dan kemampuan peneliti, sampel
ditentukan dengan Consecutive sampling
METODOLOGI PENELITIAN
21
Penelitian dilaksanakan di RSUD , berdasarkan kriteria inklusi, dan
Raden Mattaher jambi dimulai bulan Mei ketercapaian jumlah sampel.
Juni 2013. Jumlah sampel diambil dengan
Pemilihan tempat penelitian di menggunakan Total sampling22 yaitu
RSUD Raden Mattaher dikarenakan : jumlah sampel sama dengan jumlah
1. RSUD Raden Mattaher merupakan populasi pasien yang ada ketika dilakukan
Rumah Sakit Pendidikan, sehingga penelitian. Pengambilan sampel dengan
peneliti memiliki akses untuk menggunakan Total sampling oleh
melakukan penelitian peneliti dikarekan berdasarkan data rekam
medis dan data yang di ambil oleh peneliti
di Instalasi radiologi pada bulan Januari HASIL DAN PEMBAHASAN
hingga Desember 2012 yaitu pasien yang Populasi pasien dengan suspect
melakukan pemeriksaan foto polos BNO Nefrolithiasis yang melakukan
dengan diagnosis awal dokter perujuk ke pemeriksaan foto polos BNO pada saat
instalasi radiologi RSUD Raden Mattaher dilakukan penelitian sebanyak 42 orang.
yang sedikit yaitu berjumlah 93 kasus, Karena penelitian ini menggunakan total
sehingga menjadi alasan peneliti sampling, maka seluruh populasi yang ada
menggunakan Total sampling, dengan di jadikan sampel pada penelitian ini.
perhitungan jumlah sampel minimal. Tabel 1
Distribusi Pasien dengan Suspect
Variabel bebas pada penelitian ini
Nefrolithiasis yang melakukan
adalah gambaran batu opak ginjal pada pemeriksaan foto Polos BNO Mei-Juni
2013 berdasarkan Jenis Kelamin (N= 42)
pemeriksaan foto polos BNO,
karakteristik pasien dari segi umur, jenis Jenis kelamin n %
kelamin, pekerjaan Laki-laki 28 66,7

Editing adalah mengecek kembali Perempuan 14 33,3

lembar observasi yang telah dikumpulkan Jumlah 42 100

dengan meneliti kembali jawaban lembar Tabel 2


observasi yang diisi responden apakah Distribusi Pasien dengan Suspect
Nefrolithiasis yang melakukan
data terkumpul lengkap, jelas, konsisten, pemeriksaan foto Polos BNO berdasarkan
dan keragaman satuan data dapat dibaca. Usia (N= 42)
Usia n %
Sebelum dilakukan proses pemasukan 26-35 3 7,1
data ke dalam komputer. 36-45 11 26,2
46-55 12 28,6
Dalam melakukan penelitian ini, 56-65 11 26,2
peneliti terlebih dahulu meminta izin >65 5 11,9
Jumlah 42 100
kepada RSUD Raden Mattaher untuk Tabel 3
meminta persetujuan. Kemudian Distribusi Pasien dengan Suspect
Nefrolithiasis yang melakukan
melakukan pengambilan data dengan pemeriksaan foto Polos BNO berdasarkan
menggunakan lembar observasi yang akan Pekerjaan (N= 42)
diisi berdasarkan data pasien. Kemudian Pekerjaan n %
menjaga kerahasiaan nama (anonymity) PNS 11 26,2
dan data informasi yang diperoleh dijamin Swasta 8 19,0
kerahasiaan (confidentiality). Lain-lain 23 54,8
Jumlah 42 100

Tabel 4
Penderita suspect Nefrolithiasis yang Jumlah 32 100
memperlihatkan gambaran batu opak pada
pemeriksaan foto Polos BNO Tabel 8
( N= 42) Distribusi kejadian batu opak ginjal
Batu Opak Ginjal N % dengan nyeri ketok CVA Pada Pasien
Positif 32 76,2 suspect nefrolithiasis (N= 32)
Negatif 10 23,8
Nyeri Ketok CVA N %
Jumlah 2 100
Positif 13 40,6
Tabel 5 Negatif 19 59,3
Distribusi Pasien dengan Suspect
Jumlah 32 100
Nefrolithiasis yang memperlihatkan
gambaran batu opak pada pemeriksaan
foto Polos BNO berdasarkan Jenis Berdasarkan data yang diperoleh
Kelamin (N= 32) dengan melakukan penelitian didapatkan
angka kejadian batu opak ginjal pada
Jenis kelamin n %
Laki-laki 21 65,6 pasien suspect nefrolithiasis yang
Perempuan 11 34,3 ditemukan dengan pemeriksaan foto polos
Jumlah 32 100 BNO sebanyak 76,2 % atau 32 orang dari
42 kasus yang masuk ke Instalasi
Tabel 6
Distribusi Pasien dengan Suspect Radiologi RSU Raden Mattaher Jambi
Nefrolithiasis yang memperlihatkan
dengan suspect nefrolithiasis.
gambaran batu opak pada pemeriksaan
foto Polos BNO berdasarkan Usia Meskipun 90% dari batu urin yang
(N= 32)
buram pada foto polos BNO, sensitivitas
Usia n % untuk identifikasi calon batu individu
26-35 2 6,3 sekitar 50-60%, dan spesifisitas sekitar
36-45 8 25,0
46-55 8 25,0 70%. Sekitar 10% dari batu yang
56-65 10 31,25 memiliki gambaran radiolusen.1
>65 4 12,5
Jumlah 32 100 Foto polos BNO memiliki kinerja
yang cukup baik untuk mendeteksi
Tabel 7
Distribusi Pasien dengan Suspect adanya sebuah suspect batu opak ginjal,
Nefrolithiasis yang memperlihatkan namun foto polos bukan merupakan
gambaran batu opak pada pemeriksaan
foto Polos BNO berdasarkan Pekerjaan sebuah gold standart untuk menentukan
(N= 32) adanya batu opak pada ginjal dari segi
Pekerjaan n % pemeriksaan radiologi diagnostik. Foto
PNS 6 18,8 polos BNO lebih sering digunakan
Swasta 6 18,8
Lain-lain 20 60,2
sebagai screening awal untuk menentukan membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat
adanya batu opak pada ginjal atau tidak. kemudian merekat (adhesi) di inti untuk
Pada hasil penelitian yang membentuk campuran batu.25
didapatkan, foto polos BNO cukup baik Hasil dari penelitian diatas hampir
mendeteksi adanya batu pada ginjal mendekati dengan penelitian yang
dengan ukuran batu yang relatif besar dilakukan oleh Dewa ayu dkk,
seperti batu cetak (staghorn calculi) atau dari umur penderita dapat dilihat
batu dengan ukuran sedang lainnya pada bahwa batu saluran kemih terjadi
pasien suspect nefrolithiasis. Namun pada paling banyak pada rentang
batu dengan ukuran kecil akan sedikit umur 46-60 tahun yaitu 45 orang
sulit mendeteksi adanya batu dari foto (39,8%) dari seluruh sampel
polos BNO anterior karena gambaran penelitian.27 Sedangkan hasil
usus didepannya yang menyebabkan penelitian yang dilakukan Hardjonoe dkk,
gambaran menjadi buram. Untuk batu menunjukkan hal yang berbeda dimana
dengan ukuran yang lebih kecil, akan kelompok usia terbanyak mengalami
lebih baik bila dilakukan pemeriksaan penyakit batu saluran kemih adalah
lanjutan seperti Ultrasonografi atau IVP. kelompok umur 31 sampai 45 tahun 71
Batu saluran kemih pada umumnya (35,7%).28
mengandung unsur kalsium oksalat atau Pada penelitian yang dilakukan
kalsium fosfat, asam urat, magnesium oleh Sadhya dkk, yang meneliti mengenai
amonium fosfat (MAP), Xanthin dan penyakit batu saluran kemih dari segi
sistin. Batu saluran kemih mempunyai etiologi dan evaluasi, dimana didapatkan
komponen dasar kalsium sekitar 75% pada pria kejadian batu ginjal menurun
berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat tajam setelah 60 tahun. Dimana pada usia
atau campuran oksalat dan fosfat. Diduga tersebut terjadi penurununan penyerapan
dua proses yang terlibat dalam batu banyak nutrisi yang mempengaruhi
saluran kemih yakni supersaturasi dan pembentukan batu oleh usus, seperti
nukleasi. Supersaturasi terjadi jika kalsium. Kemudian, pada usia yang lebih
substansi yang menyusun batu terdapat tua, sering tejadinya kekambuhan dari
dalam jumlah besar dalam urin, yaitu batu ginjal setelah dilakukan terapi dari
ketika volume urin dan kimia urin yang penyakit batu saluran kemih itu sendiri.
menekan pembentukan batu menurun. Sedangkan pada usia <60 tahun,
Pada proses nukleasi, natrium hydrogen
urat, asam urat dan kristal hidroksipatit
dipengaruhi oleh lama dan kurangnya Gejala nyeri pada ginjal baik berupa
eksresi dari zat pembentuk batu.29 kolik atau non kolik tergantung pada
Namun tingginya aktivitas tak lokasi dari batu, secara anatomis, daerah
selamanya membuat risiko terjadinya batu yang biasa terdapat atau dilewati oleh
saluran kemih menjadi lebih rendah. Hal batu. Batu yang berada didalam pelvis
ini dibuktikan di Thailand oleh renalis berukuran diameter > 1 cm dapat
Tanthanuch dkk yang menemukan bahwa menyumbat pada persimpangan
pekerja seperti petani memiliki insiden ureteropelvic, umumnya batu tersebut
batu saluran kemih lebih tinggi dapat menimbulkan rasa nyeri dengan
dibandingkan Sedentary workers seperti intensitas ringan hingga berat di sudut
pegawai pemerintah dan pelajar yang costovertebral (costovertebral angle),
mana hasil peneletian ini mendekati hasil bagian lateral otot sacrospinalis dan tepat
penelitian yang telah dilakukan di bawah costae ke-12, karena distensi
menunjukan rendahnya jumlah kasus batu dari kapsul ginjal. 3,6,9
opak ginjal yang terjadi pada pegawai Pada gambaran batu non opak pada
negeri sipil yaitu hanya 18,8 % dari kasus. ginjal pun dapat timbul nyeri ketok cva
Penemuan ini sekaligus bertentangan positif dikarenakan ada beberapa jenis
dengan epidemiologi dinegara barat yang batu yang memiliki gambaran foto polos
menunjukan sedentary workers memiliki BNO radiolusen (hitam) atau batu berada
insiden lebih tinggi.30 dibagian proksimal atau midureter
Untuk Persarafan ransangan nyeri sehingga menyumbat aliran urin dan
pada ginjal adalah saraf simpatik menyebabkan timbulnya peregangan pada
preganglionik yang mencapai tingkat kapsula ginjal hingga timbulnya nyeri.
sumsum tulang belakang pada Thorakal Nyeri ketok CVA juga dapat timbul pada
11 ke lumbal 2 melalui akar saraf dorsal. penyakit lain seperti pada pyelonefritis
Aortorenal, celiac, dan ganglia atau infeksi pada ginjal akibat dari refluks
mesenterika inferior juga terlibat. Spinal urine karena saluran yang tersumbat pada
transmisi sinyal rasa sakit ginjal terjadi bagian distalnya.
terutama melalui saluran yang naik ke Pada penelitian yang dilakukan
spinotalamikus, sehingga apabila terdapat oleh peneliti, hanya dapat
peregangan pada kapsula ginjal maka menggambarkan angka kejadian dari
akan menimbulkan nyeri pada bagian suspect batu opak ginjal yang disertai
sudut costovertebra dan daerah yang dengan nyeri ketok CVA dimana kejadian
dipersarafi lainnya.3 batu opak ginjal dengan nyeri ketok CVA
positif lebih rendah dari batu opak ginjal UCAPAN TERIMA KASIH
1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
dengan nyeri ketok CVA negatif.
Kesehatan Universitas Jambi Dr. dr.
Penelitian ini belum dapat menentukan
H. Yuwono M.Biomed.
ada tidaknya hubungan antara adanya
2. dr. H. Husny Edy Taufik Sp.Rad,
gambaran foto polos BNO batu opak
sebagai dosen pembimbing substansi
ginjal dengan nyeri ketok CVA positif
atas segala bimbingan, saran dan
serta menggambarkan penyebab pasti
motivasi yang telah diberikan selama
penyusunan skripsi penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Pak Okki Permana SKM, Mkes,
Peda penelitian yang dilakukan Mei
sebagai dosen pembimbing
Juni 2013 di RSU Raden Mattaher
metodologi yang telah banyak
terdapat 42 kasus suspect nefrolithiasis.
memberikan bimbingan, saran, serta
Dari pemeriksaan penunjang secara
motivasi yang telah diberikan selama
radiologi yang dilakukan yaitu
penyusunan skripsi penelitian ini.
pemeriksaan foto polos BNO, sebanyak 4. Kedua orang tua serta keluarga yang
32 penderita ( 66,7 %) memiliki selalu memberikan dorongan,
gambaran batu opak ginjal yang positif perhatian, ketulusan dan semangat
sedangkan sisanya memilki gambaran yang tidak akan mungkin dapat
batu opak negatif sebanyak 10 orang diganti dengan apa pun.
5. Teman-teman seperjuangan angkatan
(28,3 %). Dari pengambilan data tersebut
2009, atas kerja sama yang baik dan
dapat disimpulkan bahwa :
kekompakkan selama ini.
1. Angka kejadian batu opak ginjal pada
pasien suspect nefrolithiasis yang
ditemukan dengan pemeriksaan foto DAFTAR PUSTAKA

polos BNO di Instalasi Radiologi 1. Hartono L. Petunjuk membaca foto


Raden Mattaher sebesar 66,7 %. untuk dokter umum. Cetakan IV.
Jakarta: EGC; 1995. Hal 8-7
2. Angka kejadian batu opak ginjal
2. Rasad S. Radiologi diagnostic. Edisi
dengan nyeri ketok CVA pada pasien ke-dua. Jakarta: FKUI; 2009. Hal 25-1
suspect nefrolithiasis yang ditemukan 3. Wolf SJ. Nephrolithiasis. Medscape
dengan pemeriksaan foto polos BNO (serial online) 2012 Jan (diakses 25
sept 2012). Diunduh dari URL:
di Instalasi Radiologi RSU Raden http://emedicine.medscape.com/article
Mattaher berjumlah 13 penderita atau /437096-overview
sebesar 40,6 %. 4. Jackman SV, Potter SR, Regan F,
Jarrett TW. Plain abdominal x-ray
versus computerized tomography
screening: sensitivity for stone 16. Pearly MS, Nakada S. Urolithiasis
localization after nonenhanced spiral medical and surgical management.
computerized tomography. J Urol. USA: Informa Healthcare; 2009. p 21-
Aug 2000;164(2):308-10. 9
5. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 17. Kidney stone. Struvite calculi
Buku ajar patologi; vol 2. Edisi ke -7. (online). (diakses 25 okt 2012). Di
Jakarta: EGC; 2007. Hal 603-602 unduh dari URL :
6. De Jong w. Buku ajar ilmu bedah. http://urologystone.com/kidneystones.
Edisi ke-dua. Jakarta: EGC; 2005. Hal html
764-756 18. Smith JK. Urinary calculi imaging.
7. Bickley L. Bates guide to physical Medscape (serial online) 2011 Augst
examination and history taking. 11th (Diakses 25 okt 2012). Diunduh dari
ed. USA: Lippincott Williams and URL:
Wilkins, a Kluwers Bussines; 2009. p http://emedicine.medscape.com/article
344-343 /381993-overview#a19
8. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. 19. Wisegeek. Costovertebral angle
Edisi ke-tiga. Jakarta: CV Sagung tenderness (online). (diakses 10 nov
Seto; 2011. Hal 99-85. 2012). Di unduh dari URL :
9. Tanagho EA, McAninch JA. Smiths http://www.wisegeek.com/what-is-
general urology. 17th ed. USA: The costovertebral-angle-tenderness.htm
McGraw-Hill Companies, Inc; 2008. 20. Kambakone, AR. New and envolving
p. 275-246 concepts in imaging and management
10. Rhoades RA, Bell DR, editors.
of urolithiasis : urologist perspective.
Medical physiology, principales for
clinical Medicine. 3rd ed. USA: RadioGraphics. June 2010;30(3):623-
Lippincott Williams and Wilkins, a 603)
Kluwers Bussines; 2009. p. 439-438.
21. Sastroasmoro, Sudigdo, Sofyan I.
11. Windus D, editors. The Washington
dasar-dasar metodologi penelitian
manual subspecialty consult:
klinis. Edisi ke-empat. Jakarta: CV.
nephrology subspecialty consult. 2nd
Sagung Seto; 2011. Hal 361
ed. USA: Lippincott Williams and
22. Dahlan, S. Besar sampel dan cara
Wilkins, a Kluwers Bussines; 2008.
pengambilan sampel dalam penelitian
pp. 248-235
kedokteran dan kesehatan. Jakarta :
12. Depkes RI 2002
Penerbit Salemba Medika; 2010. Hal
13. Snell R. Anatomi klinik. Edisi ke-
144-135.
enam. Jakarta: EGC; 2006. Hal 259-
23. Ege G, Akman H, Kuzucu K, Yildiz
250
S. Can computed tomography scout
14. Corr P. Mengenali pola foto-foto
radiography replace plain film in the
diagnostic. Jakarta: EGC; 2011. Hal:
evaluation of patients with acute
195-180.
urinary tract colic. Acta radiol. Jul
15. Menon M, Marten I, Resnick.
2004; 45(4):469-73.
Campbell-walsh urology. 8th ed.
24. Ratu G, Badji A, Hardjonoe. The
Philadelphia: WB. Saunders
Analysis of Urethral Stone Profile at
Company; 2002. p 3292-3230
The Clinical Pathology Laboratory.
Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory.
Jul 2006; 12 (3): 114-117
25. Ryal RL, dkk. Urinary risk factor in
calcium oxalate stone disease:
comparison of men and women.
Brithis Journal Of Urology.
1987.60:480-88
26. Sarada B. Satyanarayana U. Urinary
composition in men and women and
the risk of urolithiasis. Clin Biochem.
Dec 1991;24(6):487-90
27. Dewa Ayu PR, Anak agung NS. Profil
analisis batu saluran kencing di
instalasi laboratorium klinik RSUP
Sanglah Denpasar. J Peny Dalam.
Augs 2007;8(3):208-207
28. Abbagani S, Devi S, Varre S, Ponolla
D. Kidney stone disease: etiology and
evaluation. JABPT. 2010;1(1): 182-
175
29. Kim Jul dkk. Incidence of urinary
tract calculi in korea. Kor med J
2007;122(7):798-801
30. Tanthanuch M, Apiwatgaroon A,
pripatnont C. Urinary tract calculi in
sourthen Thailand. J med Assoc Thai.
2005;88(1): 80-5

Anda mungkin juga menyukai