askep
Beranda
1.
KOTA BINJAI
DI
OLEH :
1. Deni ariansyah
2. Chairul saleh
AKADEMI KEPERAWATAN SEHAT BINJAI
T.A 2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat
limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham Binjai.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah ini.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril maupun
materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
2. Bapak Ilham Syahputra Siregar,S.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Sehat Binjai
3. Bapak Dr.Mahim M.S Siregar Mars selaku Direktur RSUD RM Djoelham Kota Binjai
4. Ibu Tukinem AMK selaku Kepala Ruangan Mengkudu yang banyak membantu dalam proses
penyelesaian laporan kasus ini
5. Ibu Rahayu Kumala Dewi,S.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah member pengarahan
dalam menyusun laporan kasus ini
7. Kepada orang tua tercinta yang telah member dukungan baik itu moril maupun materil, serta
selalu mendoakan penulisa dalam menjalankan pendidikan di Akademi Keperawatan Sehat
Binjai
8. Rekan mahasiswa/i Akper Sehat Binjai atas motivasi serta saran dan kritik sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya,
semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Ruang Lingkup Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan
Umum
1.3.2. Tujuan
Khusus
1.4.
Metode Penulisan
2.1.1. . Defenisi
2.1.3. . Etiologi
2.1.4. . Patofisiologi
2.1.6. . Komplikasi
2.1.7. . Penatalaksanaan
2.1.8. Pencegahan
2.1.9. Pengobatan
2.1.10. Pemeriksaan penunjang......................................................................
2.2.1. . Pengertian
2.2.3. . Intervensi
2.2.4. . Implementasi
2.2.5... Evaluasi
................................................................................................................................... 3.1.3 Ri
wayat kesehatan sekarang
................................................................................................................................... 3.1.4 Ri
wayat kesehatan dahulu
................................................................................................................................... 3.1.5 Ri
wayat kesehatan keluarga
................................................................................................................................... 3.1.6. Ri
wayat / keadaan psikososial
................................................................................................................................... 3.1.7. Pe
meriksaan fisik
................................................................................................................................... 3.1.8. Pen
gkajian pola fungsional
................................................................................................................................... 3.1.10 An
alisa data
4.3.............................................................................................................................. Perencanaa
n
4.4.............................................................................................................................. Pelaksanaa
n
4.5.............................................................................................................................. Evaluasi
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%,
yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya
tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring
kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi
di Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.
(Weblog, ririns)
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan
sebagai normal pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur
kedua lengan iga dalam jangka beberapa minggu.
(weblog, Wikipedia-indonesia/)
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M dengan
Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM Djoelham
kota binjai.
a. Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan
pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi
b. Study kasus
- Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien dan juga
perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan yang jelas, baik subjektif
maupun objektif.
- Dokumentasi
Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang
berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya
penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah
kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
(weblog, wikipedia indonesia)
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan
lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam
cairan ekstra seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan
menyalurkan kembali ke dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus
untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem
peredaran.
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa
keluar jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal
atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan
sehat berbeda-beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama
dan denyut sesuai dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70
kali per menit.
Tekanan Darah
Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya
dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga
darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap. Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh
vena ke pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan
cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah
dan sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar
120 mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami
distensi sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan
aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut
dengan tekanan diastole.
Kecepatan Tekanan
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah
dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,
dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu
aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,
gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai
pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah
dari vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi
pengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan
penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang
bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.
Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat
dengan permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang
konsentris dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang
mengarah kesegala jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer.
Keadaan dapat terjadi pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang
mengalami sumbatan atau vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)
2.1.3 Etiologi
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)
2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik).
Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena
penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran
darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat
peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal
ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan
fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi
oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi
bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh
badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung
bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik
ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun
tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel
kiri. (Arif Manjoer. 2001 : h 441)
Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk
bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi
Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan
tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)
Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan
peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya
mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)
Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan
peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila
berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel
kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada
cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa
jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h 442)
2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa
pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung,
pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001)
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.8 Pencegahan
2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi
ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang
berlebihan.
3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di
kurangi)
4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit
7 kali dalam seminggu.
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki
riwayat penderita hipertensi.
7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)
2.1.9 Pengobatan
Jenis-jenis pengobatan
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution
treatmori of high blood preasure
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
c. Antoganis kalsium
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi
dan berbagai penyakit digeneratif lainnya.
Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa
Menjaga kestabilan BB
Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein
urine 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.
2.2.1 Pengkajian
1. Aktivitas istirahat
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat
mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak
tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna
diuretik.
- Kongestiva
6. Neurosensori
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
8. Pernapasan
- Sianosis
9. Keamanan
- Hipotesia pastural
10. Pembelajaran/Penyebab
1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload, vasokontriksi,
iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan tentang
nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang
secara spontan setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup beragam d/d
menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.
Diagnosa keperawatan I
Intervensi :
Pantau TD
Catat keberadaan
Rasionalisasi
Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan
dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak
menurunkan TD
Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah
penting sedikit dan dosis paling rendah.
Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan
tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan
hilang secara spontan setelah beberapa waktu.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.
Intervensi :
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan
gula sesuai indikasi
Rasionalisasi :
Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya
Diagnosa IV
Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk
tubuh.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk
mengatasinya
Rasionalisasi :
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh
Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan BB 0,5 kg/hari
Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol
perubahan
Intervensi :
Rasionalisasi :
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik
menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien
tentang apa yang diinginkan
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak
menentu dan tidak berdaya.
Diagnosa keperawatan IV
Rasionalisasi :
Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular
2.2.4 Implementasi
Diagnosa keperawatan I :
Memantau TD
Mencatat keberadaan
Diagnosa keperawatan II :
Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam
dan gula sesuai indikasi
Diagnosa keperawatan IV
Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
Diagnosa keperawatan V
Diagnosa keperawatan VI :
Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana
tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama
untuk mencapai tujuan)
Diagnosa I
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Diagnosa II
Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
Diagnosa III
Diagnosa IV
Diagnosa V
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Golongan Darah : O
Tanggal Operasi : -
Nama : Tn.D
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit
kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas.
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga
pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita / pasien
Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang
tua laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien
meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10
jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai
beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan
tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki
adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum
Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal
karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-
laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu
rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri
pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal
dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum
ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
n : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan
dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f. Pernafasan
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya
dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi
dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung minyak dan
lemak.
2. Eliminasi
BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa
tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan
pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam
kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah
sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala
bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Amlodepine : 2 x 10 mg
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
DS:
2 Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan pola nutrisi
makan diet
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam pasien susah
tidur siang
Ds
4 : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2
jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.
3.1.11 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Ruang : Mengkudu
No.Reg : 06-46-47
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO DATA TUJUAN
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI
DS:
1 Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman Nyeri dan Atur posisi Dengan mengat
kepala pusing, nyeri b/d pusing semifowler pasien posisi semi fowl
dan leher terasa peningkatan hilang Berikan istirahat pasien diharapka
tegang. tekanan darah yang cukup pasien merasa nyaman
d/d pasien tampak Anjurkan pasien Dengan memberika
DO: : Px tampak meringis meringis kesakitan, untuk menghindari istirahat yang cuku
kesakitan, kondisi kondisi badan makanan yang diharapkan rasa nye
badan lemah lemah. mengandung pasien berkurang
TD : 170/100 TD : 170/100 garam Dengan menghinda
mmHg mmHg Kolaborasi dengan makanan yan
Pols : 90 x/i Pols : 90 x/i dokter dalam mengndung gara
RR : 22 x/i RR : 22 x/i pemberian obat diharapkan dap
Temp : 370C Temp : 370C menghindari
peningkatan tekana
darah
Dengan berkolabora
dengan dokt
diharapkan pasie
mendapat penangana
lebih lanjut.
DS:
2 Pasien mengatakan Gangguan pola Kebutuhan Beri makan pasien Dengan memberika
tidak selera makan nutrisi b/d nutrisi sedikit tapi sering makan makan pasie
perubahan jenis terpenuhi Beri makanan sedikit tapi serin
DO: pasien tampak diet d/d Makanan dalam keadaan diharapkan pasien
lemah, yang di sajikan hangat mudah mencern
Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi Beri makanan makanan yan
habis 1/3 porsi yang berpariasi dimakannya
Beri penjelasan Dengan memberika
tentang manfaat makanan dala
makanan keadaan hang
diharapkan dap
menambah nafs
makan pasien
Dengan memberika
makanan yan
berpariasi diharapka
pasien tidak bosa
dengan makanan yan
disediakan
Dengan memberika
penjelasan
makanan pada pasie
agar pasien mengetah
manfaat makanan
Ds
4 : pasien mengatakan Gangguan pola aktivitas Bantu aktivitas- Dengan
kedua kakinya susah aktivitas b/d pasien pasien membantu pasien
digerakkan terpenuhi Beri posisi yang untuk berativitas
kelemahan fisik d/d
Do : aktivitas paiens di nyaman semi Agar kedua kaki
bantu oleh keluarga pasien tampak pasien tidak terasa
fowler
susah melakukan
dan perawat Dekatkan barang- kaku
aktivitas, semua barang dibutuhkan - Dengan memberikan
aktivitas dibantu pasien posisi semifowler di
oleh keluarga dan harapkan dapat
perawat mengurangi rasa nyer
pada pasien
Pasien dap
menjangkau baran
barang yang diperluka
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan
dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di
Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada pembahasan ini penulis akan
menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi,
iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang
menetapkan diagnosa
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan tentang
nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan tulangn secara
spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan kebutuhan
matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup beragam
d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemas.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 2
jam pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang
tidak terdapat pada tinjauan kasus
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa kontriksi,
iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan resiko
tinggi terhadap curah jantung
2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau
meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai mekanisme
koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik dijumpai
pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang diberikan oleh tim medis.
Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada
tinjauan teoritis
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur malam + 4
jam susah tidur siang
4.3 Perencanaan
4.4 Pelaksanaan
Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan
yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik
berkat adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga
tersedianya fasilitas yang memadai.
4.5 Evaluasi
Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px,
dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas,
disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi yang
dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai. Selanjutnya penulis akan
menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien
dengan hiperetensi.
Kesimpulan
- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90
mmHg
- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang
lanjut usia
- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada
tinjauan kasus
- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan
dalam proses penyembuhan.
5.2 Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan terutama
perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa diperhatikan
- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat, berharap
px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan
yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti
- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan
tersebut
- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim
medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta
Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika, Jakarta.
Http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php hipertensi