Anda di halaman 1dari 64

115

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM MAN YOGYAKARTA I


1. Letak Geografis
Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta I atau yang
sering disebut MAN Yogyakarta I secara geografis
terletak di daerah paling utara wilayah Kota
Yogyakarta, kurang lebih 100 m ke arah utara sudah
memasuki wilayah Kabupaten Sleman. Kondisi ini
sangat mendukung sebagai tempat pelaksanaan
pembelajaran siswa-siswinya, dengan ketenangan dan
kenyamanannya. Selain itu, letaknya yang
berdampingan dengan sentral pendidikan tinggi yang
terkenal di Indonesia seperti UGM, UII, dan UNY
menjadikan pemicu dalam menuntut ilmu.
Seiring dengan perkembangan wilayah kota ke
arah utara (Jl. Kaliurang) membuat berbagai
perubahan terutama jalur transportasi yang menuju
MAN Yogyakarta I mudah dijangkau berbagai tipe dan
jalur angkutan, serta makin menambah
berkembangnya kawasan di lingkungan tersebut
sebagai pusat pertokoan. Secara tidak langsung
kondisi ini membawa dampak terhadap ketenangan
dan kenyamanan pembelajaran.
MAN Yogyakarta I terletak di Jl. C. Simanjuntak
nomor 60, tepatnya di Kelurahan Terban, Kecamatan
116

Gondokusuman, Kotamadya Yogyakarta. Secara


geografis MAN Yogyakarta I dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Sekip
Universitas Gajah Mada
b. Sebelah Timur Berbatasan dengan Jl. C.
Simanjuntak
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl.
Kampung Terban
d. Sebelah Barat dibatasi oleh Gedung Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik UGM Yogyakarta.

2. Sejarah Singkat Pertumbuhan dan


Perkembangannya
a. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
MAN
Untuk menelusuri sejarah berdirinya MAN
Yogyakarta I, perlu diketahui asal mula atau latar
belakang berdirinya madrasah ini. Menurut kronologi
sejarah, MAN Yogyakarta I dahulu bernama SHA
(Sekolah Hakim Agama) yang berdiri pada tahun 1950
yang cikal bakalnya berkedudukan di Surakarta. Saat
itu SHA belum memiliki gedung sekolah, sehingga
untuk sementara waktu siswa SHA menempati gedung
SMAN II Yogyakarta, dan gedung SR 6 Malioboro.
Oleh karena gedung tidak memenuhi kapasitas siswa,
maka sebagian siswa ada yang masuk pagi dan
117

sebagian ada yang masuk siang. Selebihnya siswa


yang tidak tertampung menempati pasar kembang 41
Yogyakarta. Hal ini tidak berlangsung lama, sebab
pada tanggal 11 September 1951 SHA diberi gedung
oleh PTAIN Sekip Yogyakarta, yaitu gedung yang
sekarang ditempati MAN Yogyakarta I. Adapun
pencetus dan sekaligus kepala sekolah SHA adalah
Bapak R.H. Muh. Adnan.
Beberapa waktu kemudian SHA berubah menjadi
SHAI (Sekolah Hakim Agama Islam). Selanjutnya
berubah lagi menjadi SGHA (Sekolah Guru Hakim
Agama) yaitu pada tahun 1952. Perubahan ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan guru,
karena pada waktu itu dibutuhkan banyak sekali guru,
baik itu guru agama maupun guru umum.
Terdapat 4 bidang jurusan yang dimiliki SGHA
(Sekolah Guru Hakim Agama):
1) Bidang A ( Jurusan Sastra )
2) Bidang B ( Jurusan IPA )
3) Bidang C ( Jurusan Agama )
4) Bidang D ( Jurusan Hakim Agama )

SGHA untuk jurusan D (Hukum Agama dan


Perkantoran) berlangsung sampai tahun 1954. Dari
PGA 4 tahun bisa memasuki jurusan D. Sedangkan
untuk jurusan A, B, dan C berlangsung sampai tahun
1957.
118

Pada tahun 1954 SGHA berubah lagi menjadi


PHIN (Pendidikan Hakim Islam Negeri) yang
merupakan penjelmaan dari SGHA bidang A, C dan D.
PHIN ini merupakan satu-satunya sekolah hakim
Islam negeri yang ada di Indonesia. Perubahan dari
SGHA menjadi PHIN tersebut merupakan keinginan
dari Bapak Arifin Maruf dan Bapak Sigit. Keduanya
merupakan sarjana lulusan dari ilmu pendidikan
Universitas Gajah Mada ( UGM ). Perubahan ini
dimaksudkan untuk memenuhi kekurangan Hakim
Agama dan tenaga administrasi perkantoran.
Sebagai tindak lanjut terhadap usaha
pembaharuan di bidang pendidikan dan sesuai dengan
SKB 3 Menteri, yakni Menteri Agama nomor 6 tahun
1975, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor
037/u/1975 dan Menteri Dalam Negeri nomor 36
tahun 1975 tertanggal 24 maret 1975, sebagai
pelaksanaan dari keputusan Presiden nomor 15 tahun
1974 menetapkan bahwa mata pelajaran umum di
madrasah-madrasah mencapai tingkat yang sama
dengan mata pelajaran umum di sekolah umum yang
setingkat.
Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI nomor
17 tahun 1978, PHIN dirubah menjadi Madrasah
Aliyah Negeri Yogyakarta I. pada saat itu MAN
Yogyakarta I terbagi menjadi 3 jurusan, yaitu :
119

1) Jurusan Peradilan Agama (PA)


menitikberatkan pada Pendidikan Agama Islam.
2) Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
menitikberatkan pada pendidikan eksakta.
3) Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
menitikberatkan pada bidang-bidang ilmu sosial.

Periode Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) dengan


3 jurusan tersebut berlangsung sampai tahun
1985/1986, hingga pada akhirnya yaitu pada awal
tahun 1986 berlaku kurikulum 1984. Program
kurikulum 1984 merupakan pengembangan atau
penyempurnaan jurusan atau program pilihan di
sekolah umum menengah tingkat atas, yakni terdiri
dari program pilihan A dan Program pilihan B.
Adapun untuk program pilihan A mempunyai
tujuan memberikan bekal kemampuan yang
diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang Perguruan
Tinggi, meliputi :
1) A1 = Program Ilmu-ilmu Agama (yang
sekarang menjadi MAK)
2) A2 = Program Ilmu-ilmu Fisika
3) A3 = Program Ilmu-ilmu Biologi
4) A4 = Program Ilmu-ilmu Sosial
5) A5 = Program Ilmu-ilmu Budaya
(sekarang menjadi Bahasa)
120

Untuk program pilihan B mempunyai tujuan


mengarahkan atau mempersiapkan siswa yang akan
langsung bekerja. Program ini berbentuk program
kejuruan atau akademi yang materi-materi
pelajarannya disesuaikan dengan masyarakat, jadi
bersifat kontemporer. Program B ini belum bisa
direalisasikan di MAN Yogyakarta I karena mengingat
situasi dan kondisinya yang tidak memungkinkan
termasuk juga sarana dan prasarana yang belum
memadai, sehingga MAN Yogyakarta I hanya mampu
membuka program pilihan A1, A2, A3, dan A4.
sedangkan program pilihan A5 belum dapat dibuka.
Sesuai dengan SK Mendikbud RI No.
0489/U/1999 yang menyatakan bahwa Madrasah
Aliyah termasuk MAN Yogyakarta I merupakan
sekolah setingkat SMU yang berciri khas agama
Islam. Dengan dikeluarkannya SK Mendikbud RI
tersebut memberikan bukti nyata bahwa MAN
Yogyakarta I dalam pelajarannya menerapkan
ketentuan dan ketetapan yang dijalankan oleh SMA
pada umumnya dengan ciri khususnya Pendidikan
Agama Islam mendapat prioritas yang lebih banyak
dibanding dengan kurikulum yang diterapkan di
lingkungan SMA.
121

Selain terjadi beberapa perubahan nama dari


SGHI sampai kepada MAN Yogyakarta I juga telah
terjadi pergantian kepala sekolah sebagai berikut:
1) Saketi Sumosumarto (SGHA)
2) RM. Adnan Sostromojoyo (SGHA)
3) Saketi Sumosumarto (PHIN)
4) Drs. H. Asyhuri Dahlan (PHIN)
5) H. Akhid Masduki, SH (PHIN)
6) Khoiruddin Ilyasi, BA (PHIN-MAN Yk 1,
1978-1983)
7) Drs. HM. Soleh Harun (1983-1984)
8) Sutadji, BA (1984-1989)
9) HM. SyafiI SH, CN (1989-1996)
10) Drs. Bedjo Santoso (1996-1999)
11) Drs. M. Taslim Jerussalem (1999-2004)
12) Drs. Muzilanto, M.Ag (2004-sekarang)

b. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan


Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK)
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional khususnya dibidang pendidikan, maka sistem
pendidikan nasional perlu dijabarkan sesuai dengan
masing-masing kebutuhan lembaga yang
bersangkutan. Pembangunan di segala bidang
memerlukan berbagai jenis keahlian dan keterampilan
serta dapat meningkatkan mutu, kreatifitas dan
efesiensi kerja sebagai mana yang diharapkan. Untuk
122

mencapai maksud tersebut, pemerintah dalam hal ini


menteri agama, menteri pendidikan dan menteri
dalam negeri telah mengeluarkan SKB tentang
peningkatan mutu madrasah pada tahun 1975,
sedangkan pada tahun 1984 telah dikeluarkan pula
antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang pengaturan pembakuan
kurikulum sekolah umum dengan madrasah.
Sebagai tindak lanjut dari SKB tiga menteri
tersebut, Menteri Agama juga mengeluarkan
kurikulum Ibtidaiyah sampai dengan kurikulum
Madrasah Aliyah. Selanjutnya dalam rangka
peningkatan program pilihan ilmu-ilmu agama pada
Madrasah Aliyah, Menteri Agama pada tanggal 30
April 1987 telah mengeluarkan surat keputusan
nomor 73 tentang penyelenggaraan Madrasah Aliyah
Program Khusus. Pada tahun ajaran 1987-1988 telah
dibuka MAPK di lima lokasi sebagai berikut :
1) MAN Kota Baru Padang Panjang di
Sumatra Barat
2) MAN Ciamis Jawa Barat
3) MAN Yogyakarta I Daerah Istimewa
Yogyakarta
4) MAN Jember Jawa Timur
5) MAN Ujung Pandang Sulawesi Selatan
6) MAN Solo Jawa Tengah
123

Keberadaan MAPK di Yogyakarta merupakan


salah satu jurusan di MAN Yogyakarta I, maka segala
sesuatu yang menyangkut kegiatan MAPK tetap
menjadi tanggung jawab kepala sekolah di samping
jurusan-jurusan yang lain.
Madrasah Aliyah Program Khusus di MAN
Yogyakarta I ini mempunyai tiga kelas, yaitu kelas I,
II, dan III yang berada dalam satu komplek di
lingkungan MAN Yogyakarta I.

3. Visi dan Misi

a. Visi
ULIL ALBAB
UL Unggul
IL Ilmiah
AL Amaliyah
BA Ibadah
Bertanggung
B
jawab

MAN Yogyakarta I berusaha mencetak siswanya


dengan keunggulan ilmu pengetahuan dan agama
Islam, keilmiahan pola berpikir, dan mewujudkan amal
ibadah serta dapat mempertanggungjawabkan seluruh
aspek kegiatannya.
b. Misi
Dengan visi ULIL ALBAB, MAN Yogyakarta I
memiliki misi:
124

1) Intensifikasi keillahian, ketakwaan, dan akhlakul


karimah
2) Intensifikasi pembelajaran ilmu-ilmu agama
3) Intensifikasi pembelajaran MAFIKIB
(Matematika, Fisika, Kimia, Biologi)
4) Intensifikasi berlatih organisasi dan
kepemimpinan
5) Intensifikasi bersosialisasi ke masyarakat.

4. Struktur Organisasi
MAN Yogyakarta I adalah sebuah lembaga
pendidikan yang memiliki dua program studi yang
terdiri dari MAU dan MAK, struktur Madrasah ini
berbeda dengan MAN lainnya. Perbedaannya pada
Madrasah ini terdapat wakil kepala madrasah yang
membidangi MAK dan keagamaan. Sebagai
pengembangan untuk mewujudkan madrasah yang
orientasi pada lembaga pendidikan yang berbasis
sekolah maka MAN Yogyakarta I menempatkan wakil
kepala Madrasah usaha dan pengembangan untuk
merencanakan, memikirkan dan mengembangkan
usaha madrasah ini.
Struktur Organisasi dalam Madrasah Aliyah
Negeri Yogyakarta I yang menyelenggarakan MAPK
pada dasarnya tidak berbeda dengan struktur
organisasi lainnya, sebagaimana yang telah diatur
dalam keputusan Menteri Agama RI nomor 17 tahun
125

1978. Penambahan hanya terdapat pada tutorial yang


mengelola pengajian kitab dan penyelenggaraan
Asrama. Adapun struktur organisasi di MAN
1
Yogyakarta I adalah sebagai berikut:
Mengetahui :
Kepala Madrasah : Drs. Muzilanto,
M.Ag
Kepala Tata Usaha : Drs. Moch.
Isnaini
Wakamad Ur. Usaha & Pengembangan :
Wakamad Ur. Keagamaan : Drs. M. Nawawi
Wakamad Ur. Kurikulum : Drs. Zuliadi,
M.Ag
Wakamad Ur. Kesiswaan : Drs. Haerul Badri
Wakamad Ur. Sarana dan Prasarana : Drs.
Dadang
Wakamad Ur. Humas : Purnomo Basuki,
S.Pd
Kepala Perpustakaan : Dra. Dalyantinah
Kepala Laboratorium Bahasa : Dra. Endang SU
Kepala Laboratorium IPA : Dra. Murtini
Koordinasi Bimbingan Konseling : Dra. Hj.
Nikmah

1
Dokumen MAN Yogyakarta I tentang Struktur Organisasi dan
diperkuat dengan data melalui Internet http: // www.man1-
yog.sch.id//, diambil pada tanggal 10 Mei 2007.
126

Agar tidak terjadi kekacauan dalam


pelaksanaannya, maka tiap-tiap bagian dari struktur
organisasinya mempunyai tugas dan tanggung jawab
sendiri-sendiri. Adapun tugas dan tanggung jawab
masing-masing bagian tersebut adalah:
1) Komite Madrasah
Implementasi dari Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional tahun 2003 Nomor 20 tentang
peranan masyarakat dalam memprogramkan
pengelolaan pendidikan, baik dalam perencanaan,
pengawasan sampai evaluasi program pendidikan
melalui dewan Pendidikan atau Komite Madrasah. Di
lingkungan Departemen Agama, keberadaan Komite
Madrasah didasarkan pada SK Dirjen Kelembagaan
Agama Islam Nomor Dj. II/409/2003 tentang Pedoman
Pembentukan Komite Madrasah.
MAN Yogyakarta I yang bernaung dibawah
Departemen Agama telah memiliki komite madrasah
yang pengurusnya terdiri dari beberapa pakar dalam
pendidikan, wiraswasta atau unsur lainnya.
Keberadaan Komite Madrasah di MAN Yogyakarta I
ini memberikan kontribusi cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan Madrasah
dikarenakan komite mampu memberikan
pertimbangan, arahan dan koordinasi yang harmonis
127

dengan Madrasah untuk kepentingan dan kemajuan


MAN ini.

b. Kepala Madrasah
1) Memimpin dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan seluruh kegiatan pendidikan di
madrasah termasuk MAPK sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan meliputi :
a) Mengatur penyelenggaraan pendidikan atau
pengajaran di madrasah tersebut termasuk
penyelenggaraan tutorial.
b) Mengatur penyelenggaraan urusan tata usaha
madrasah.
c) Mengatur penyelenggaraan urusan
kepegawaian.
d) Mengatur penyelenggaraan urusan keuangan
madrasah.
e) Menyusun rencana anggaran untuk
pembiayaan madrasah termasuk
penyelenggaraan MAPK.
f) Mengatur penyelenggaraan sarana dan
prasarana/peralatan madrasah.
g) Mengatur penyelenggaraan rumah tangga
madrasah.
h) Mengatur penyelenggaraan urusan Asrama.
i) Mengatur penyelenggaraan urusan
perpustakaan dan laboratorium
128

j) Mengatur pembinaan kesiswaan.


k) Membina hubungan antara pimpinan, guru dan
murid.
l) Mengatur penyelenggaraan Bimbingan dan
Penyuluhan atau Bimbingan Karir.
m) Menyelenggarakan hubungan antara
madrasah dengan orangtua murid, instansi lain
yang terkait dan lembaga-lembaga keagamaan.
n) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan
atasan.

2) Memberikan laporan mengenai


pelaksanaan madrasah termasuk Madrasah
Aliyah Program Khusus kepada Kepala Sekolah
Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi
yang bersangkutan.

c. Wakil Kepala Madrasah


Membantu Kepala Madrasah dalam kegiatan
pendidikan di madrasah yang sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.
1) Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum
a) Mengatur penjadwalan kegiatan intra dan
kokulikuler
b) Mengatur pelaksanaan system kredit dan
penilaian
c) Mengatur penyelenggaraan laboratorium
bahasa, dan perpustakaan
129

d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan


kepala madrasah
e) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala sekolah.

2) Wakil Kepala Madrasah Urusan Kesiswaan


a) Mengatur pelaksanaan kegiatan
ekstrakulikuler
b) Mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru
c) Mengatur pelaksanaan kegiatan OSIS
d) Mengatur pelaksanaan tata tertib siswa
e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
kepala madrasah
f) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala madrasah

3) Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan


Prasarana
a) Mengatur pendayagunaan sarana dan
prasarana madrasah
b) Mengatur pelaksanaan pemeliharaan dan
pengembangan sarana dan peralatan
madrasah
c) Menyusun rencana anggaran untuk kegiatan
pendidikan di madrasah
d) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala sekolah
130

4) Wakil Kepala Madrasah Urusan Hubungan


Masyarakat
a) Mengatur pelaksanaan kerjasama dengan
BP3/PMOG
b) Mengatur pelaksanaan kerjasama dengan
instansi terkait dan lembaga keagamaan
c) Mengatur pelaksanaan hubungan dengan
masyarakat
d) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh
kepala madrasah
e) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala madrasah
d. Kepala Urusan Tata Usaha
1) Menyelenggarakan tata usaha madrasah dan
Asrama
2) Menyelenggarakan urusan kepegawaian

3) Menyelenggarakan urusan administrasi dan


pengelolaan keuangan
4) Menyelenggarakan urusan rumah tangga
madrasah dan Asrama
5) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh

kepala madrasah
6) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala madrasah
e. Guru
131

Melaksanakan pendidikan/mengajar di madrasah


yang meliputi kegiatan mengajar, bimbingan praktek
di laboratorium, antara lain:
1) Mengelola kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran yang diajarkan, antara lain :
a) Menguasai kurikulum dan GBPP mata
pelajaran
b) Membuat rencana program
bulanan/semesteran
c) Membuat satuan pelajaran
d) Melaksanakan tugas mengajar
e) Mengadakan test formatif / sub-sumatif /
sumatif
2) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh kepala madrasah
3) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada kepala
madrasah

f. Tutor
Melaksanakan tutorial dalam kegiatan pengajaran
bahasa arab dan pengajian kitab, antara lain :
1) Melaksanakan tugas mengajar bahasa arab
2) Melakukan evaluasi terhadap hasil pengajaran
bahasa arab
3) Membimbing kegiatan pengajian kitab
4) Mengadakan evaluasi terhadap hasil pengajaran
bahasa arab
132

5) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan


kepala madrasah
6) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala madrasah melalui koordinator tutorial
mata pelajaran yang bersangkutan
g. Tenaga Bimbingan dan Penyuluhan/Bimbingan
Karir
Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
para siswa antara lain:
1) Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada
para siswa secara berkelompok dan perorangan
2) Memberikan bantuan khusus kepada siswa yang
memerlukan
3) Memberikan bimbingan karir kepada siswa
4) Mengumpulkan informasi dan biodata siswa yang
diperlukan
5) Mengamati sikap dan tingkah laku siswa sehari-
hari
6) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
kepala sekolah
7) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala sekolah.

h. Perpustakaan
Melaksanakan pengelolaan perpustakaan, antara
lain :
133

1) Mengatur dan melayani pengguna atau pinjaman


buku-buku dan bahan-bahan pustaka lainnya
2) Menjaga dan memelihara perpustakaan
3) Mengolah buku-buku dan bahan-bahan pustaka
dengan sistem katalog dan klasifikasi
4) Menjaga tata tertib di perpustakaan
5) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
kepala madrasah
6) Melaporkan tugasnya kepada kepala madrasah
i. Petugas Laboratorium
Melaksanakan pengelolaan laboratorium
madrasah antara lain:
1) Mengatur penggunaan laboratorium
2) Menjaga dan memelihara alat-alat laboratorium
3) Menjaga tata tertib di laboratorium
4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh kepala madrasah
j. Pimpinan Asrama
Melaksanakan pengelolaan Asrama madrasah
antara lain:
1) Membantu kepala madrasah dalam pengelolaan
dan pengaturan Asrama antara lain:
a) Administrasi dan keuangan Asrama
b) Pengaturan akomodasi dan konsumsi
c) Penggunaan dan pemeliharaan perlengkapan
Asrama
134

d) Keamanan, ketertiban, kesehatan dan


kebersihan lingkungan Asrama
2) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
kepala madrasah
3) Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
kepala madrasah
k. Wali Kelas
Tugas-tugas wali kelas adalah sebagai berikut:
1) Bersama petugas BP dan guru lainnya
membimbing siswa
2) Mencatat/mempunyai selengkapnya identitas
siswa serta catatan kepribadian siswa kelasnya
3) Kalau ada kasus siswa, haruslah yang pertama-
tama mengetahui yang dilapori dan berusaha
menyelesaikan
4) Ikut menentukan kepengurusan, kenaikan kelas
dan kelulusan EBTA
5) Membuat lager dan mengisi raport
l. Guru Piket
Setiap hari ada paling sedikit dua orang guru
yang mendapat tugas penuh piket sejak jam 06.45
sampai dengan habis jam pelajaran terakhir dengan
tugas memonitor dan menjaga ketertiban selama
berlangsung proses belajar mengajar di hari itu.
Adapun tugas-tugas lainnya adalah:
135

1) Menyuruh siswa yang terlambat datang masuk


ke ruang BP untuk mendapatkan pembinaan
2) Mengisi kekosongan kelas yang gurunya tidak
dapat hadir atau memohon guru yang tidak
mengajar untuk mengisi kekosongan tersebut
3) Mengisi berita acara dalam buku piket atau buku
harian madrasah
4) Mengurusi presensi guru hari itu
5) Tidak mengizinkan memajukan jam pelajaran.

5. Keadaan Guru
Dengan diberlakukannya KTSP, maka guru
dituntut untuk lebih profesional danlebih kompeten
dalam profesinya. Dari segi kualitas keadaan guru di
MAN Yogyakarta I sudah memadai dan dari segi
kuantitas tenaga pengajarnya 98,5 % bergelar sarjana
(S1), hanya seorang yang bergelar sarjana muda dan
beberapa diantaranya bergelar master. Sedangkan
untuk mendukung pembelajaran agama staf
pengajarnya ada tiga orang lulusan mesir. Untuk lebih
jalasnya bisa dilihat pada table berikut ini2 :

6. Keadaan Siswa
MAN Yogyakarta I sebagai salah satu lembaga
pendidikan berusaha mensejajarkan dan memiliki
daya saing siswanya dengan SMA serta tidak lagi

Dokumen MAN Yogyakarta I tentang Keadaan Guru, diambil


2

tanggal 10 Mei 2007.


136

dianggap sebagai lembaga pendidikan kelas dua


setelah SMA. Realisasi ini sejalan dengan berbagai
keberhasilan siswa MAN Yogyakarta I yang
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi lebih kurang
80%, beberapa diantaranya tanpa tes di Perguruan
Tinggi Negeri melalui (PBUD/PMDK) dan pelaksanaan
UAN siswanya selalu memperoleh nilai rata tertinggi
diantara madrasah se-Propinsi DIY. Bahkan, baru-baru
ini, MAN Yogyakarta I berhasil menjadi juara I
Madrasah tingkat nasional.
Dengan kondisi semacam ini MAN Yogyakarta I
merupakan satu-satunya madrasah yang memiliki
animo peserta didik terbanyak untuk belajar di sana
dan tidak pernah kekurangan dalam jumlah siswanya.

7. Sarana dan Prasarana


Yang dimaksud sarana dan prasarana di sini
adalah segala sesuatu yang dapat menunjang suatu
keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Sarana prasarana pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting, oleh karena itu sarana yang baik
serta prasarana yang lengkap akan menjadikan proses
belajar mengajar berjalan secara optimal.
Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang
tersedia di MAN Yogyakarta I adalah3:
a. Laboratorium bahasa
Dokumen MAN Yogyakarta I tentang Sarana dan Prasarana dan
3

diperkuat dengan hasil observasi, pada tanggal 10 Mei 2007.


137

Laboratorium bahasa dilengkapi dengan Audio


Visual, namun karena keterbatasan waktu
penggunaan Laboratorium bahasa untuk materi
bahasa arab belum bisa maksimal, serta adanya
kendala renovasi pasca gempa membuat keberadaan
fasilitas ini belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
b. Perputakaan sekolah
Perpustakaan MAN Yogyakarta I, di dalamnya
terdapat koleksi berbagai buku pelajaran termasuk
salah satunya adalah pelajaran bahasa Arab serta
pengadaan LKS al-Hikmah yang harus dimiliki oleh
tiap-tiap siswa, selain itu juga terdapat buku bacaan
yang mengandung ilmu pengetahuan, dan ensiklopedi
dunia.
c. Masjid al-Hakim
Selain sebagai tempat shalat, masjid di Madrasah
ini juga difungsikan sebagai tempat dilaksanakannya
belajar mengajar, hal ini sebagai wujud kreatifitas
guru ketika menyikapi kebosanan siswa belajar di
kelas.
Selain yang disebutkan di atas, sarana dan
prasarana lain yang juga sangat menunjang
keberhasilan pendidikan di MAN Yogyakarta I adalah
dengan adanya asrama siswa, laboratorium komputer,
laboratorium kimia, ruang kelas bertingkat, meeting
room serta mobil sekolah.
138

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk mengetahui kondisi variabel motivasi


belajar (X1) dan kinerja guru (X2), maka peneliti
melakukan pengukuran dengan menggunakan angket
(kuisioner) yang terdiri dari pernyataan-pernyataan,
di mana masing-masing pernyataan tersebut disertai
lima kemungkinan jawaban yang harus dipilih sesuai
dengan kondisi pribadi responden. Dari jawaban
tersebut, kemudian disusun kriteria penilaian sebagai
berikut:
1. Nilai kumulatif adalah jumlah nilai dari setiap
item pernyataan yang merupakan jawaban dari
70 responden.
2. Presentase adalah nilai kumulatif dibagi dengan
nilai frekuensinya dikalikan dengan 100%.
3. Jumlah responden: 70 orang dengan nilai skala
pengukuran terbesar = 5, sedangkan nilai skala
pengukuran terkecil = 1, sehingga diperoleh nilai
kumulatif nilai terbesar = 70 x 5 = 350, dan
jumlah kumulatif nilai terkecil = 70 x 1 = 70.
Adapun nilai presentase terbesar = 350/350 x
100 = 100%, dan nilai presentase terkecil =
70/350 x 100 = 20%. Dari kedua nilai presentase
tersebut diperoleh rentang = 100% - 20% = 80%,
dan jika dibagi dengan 5 skala pengukuran, maka
139

didapat nilai interval presentase sebesar =


(80%/5 = 16%, sehingga diperoleh klasifikasi
kriteria penilaian sebagaimana tercantum dalam
tabel berikut ini :
140

Tabel 4.1.
Kriteria Penilaian
N Presentase Kriteria
o Penilaian
1. 20,00 - Sangat Kurang
35,99 Baik
2. 36,00 Kurang Baik
51,99
3. 52,00 Cukup Baik
67,99
4. 68,00 Baik
83,99
5. 84,00 Sangat Baik
100,00

1. Variabel Motivasi Belajar


Untuk mengetahui kondisi variabel motivasi
belajar, maka peneliti melakukan pengukuran dengan
menggunakan angket yang terdiri dari 20 item
pernyataan yang masing-masing disertai 5
kemungkinan jawaban yang harus dipilih salah satu
alternatif jawaban yang paling sesuai menurut
responden.
Setelah peneliti melakukan pengolahan data
terhadap 20 item pernyataan atas indikator-indikator
variabel motivasi belajar dengan jumlah responden
70, diperoleh hasil sebagaimana tercantum dalam
tabel berikut:
Tabel 4.2.
141

Kriteria Penilaian Variabel Motivasi Belajar


Jumlah
N Presenta Krite
Item Pengukuran Kumul
o se ria
atif
A Dimensi Minat Terhadap Pelajaran
Saya dapat bertahan lama
1 254 72.57 Baik
dalam belajar.
Saya tidak merasa malas
2 atau jenuh untuk 271 77.43 Baik
membaca buku.
Saya terbiasa membaca
3 buku pelajaran pada 277 79.14 Baik
waktu pagi.
Saya terbiasa membaca
4 buku pelajaran pada 269 76.86 Baik
waktu sore.
Saya terbiasa membaca
5 buku pelajaran pada 272 77.71 Baik
waktu malam.
Saya sudah biasa
6 membaca buku berulang- 275 78.57 Baik
ulang.
Saya belajar sesuai
7 dengan jadwal yang saya 278 79.43 Baik
susun.
Saya lebih meningkatkan
8 kegiatan belajar setiap 269 76.86 Baik
menjelang ujian (tes).
Saya tidak pernah
9 280 80 Baik
terlambat masuk kelas.
B Dimensi Tekun Menghadapi Tugas
Saya memperhatikan
penjelasan guru, dan
10 272 77.71 Baik
mencatat yang saya
anggap penting.
Saya mengisi waktu
kosong (jika guru tidak
11 272 77.71 Baik
hadir) dengan membaca
buku.
12 Saya tidak merasa putus 278 79.43 Baik
asa apabila mendapat
kegagalan dalam
memperoleh prestasi yang
tidak sesuai dengan
142

harapan.
Saya suka bertanya
kepada guru atau teman
13 apabila ada materi 274 78.29 Baik
pelajaran yang kurang
saya pahami.
Saya mendiskusikan
14 materi pelajaran yang 286 81.71 Baik
saya anggap sulit.
Saya mengikuti semua
15 kegiatan belajar di 283 80.86 Baik
sekolah.
C Dimensi Ulet Menghadapi Kesulitan
Saya menyelesaikan
pekerjaan rumah
16 290 82.86 Baik
meskipun sudah merasa
lelah
Saya menggunakan uang
jajan untuk membeli buku-
17 buku yang ada 289 82.57 Baik
hubungannya dengan
pelajaran.
Saya berusaha
menghindar dari berbagai
18 286 81.71 Baik
kegiatan (seperti bermain)
yang mengganggu belajar.
Saya aktif belajar untuk
19 269 76.86 Baik
meraih cita-cita.
Saya berusaha
menyelesaikan tugas-
20 273 78 Baik
tugas tepat pada
waktunya
Terbaik 290 82.86 Baik
Terburuk 272 77.71 Baik
Rata-rata 275.9 78.81 Baik

Dari tabel 4.2. di atas, dapat dilihat bahwa rata-


rata jawaban responden pada variabel motivasi
belajar adalah baik, yaitu sebesar 78.81% dari seluruh
pernyataan pada variabel tersebut. Adapun nilai
presentase tertinggi pada tanggapan responden
143

tentang penyelesaian pekerjaan rumah meskipun


sudah merasa lelah, sebesar 82,86%. Hal ini berarti
82,86 dari jumlah siswa kelas XI yang ada selalu
menyelesaikan pekerjaan rumah mereka walaupun
sudah merasa capek. Hal ini mengindikasikan bahwa
motivasi mereka untuk selalu belajar serta tidak
merasa puas jika apa yang mereka kerjakan belum
berhasil atau belum selesai. Hal ini sesuai dengan
pendapat ai al-Zarnuji dalam syairnya yang
mengatakan bahwa seorang yang menuntut ilmu
harus berusaha dengan keras untuk memperoleh ilmu
yang ia kehendaki.
Sedangkan skor terendah terdapat pada item
pengukuran mengisi waktu kosong (jika guru tidak
hadir) dengan membaca buku, sebesar 77,71%.
Kondisi ini menggmabarkan bahwa sebagian besar
siswa kelas XI yang selalu memanfaatkan waktu
kosong di kelas apabila guru tidak hadir dengan
membaca buku di perpustakaan atau buku-buku yang
mereka bawa dari rumah. Sedangkan sisanya sekitar
22, 29% termasuk dalam kelompok yang tidak
memaksimalkan waktu kosong di kelas. Dengan
demikian masih lebih banyak kelompok siswa yang
memanfaatkan waktu kosong untuk membaca
daripada siswa yang tidak memanfaatkannya.
Berdasarkan presentase ini motivasi belajar siswa
144

kelas XI masih tergolong baik walupun masih perlu


ditingkatkan lagi secara maksimal. Kriteria presentase
yang digunakan ini telah dijelaskan pada tabel 4.2.

2. Variabel Kinerja Guru


Untuk mengetahui kondisi variabel kinerja guru,
maka peneliti melakukan pengukuran dengan
menggunakan angket yang terdiri dari 20 item
pernyataan yang masing-masing disertai 5
kemungkinan jawaban yang harus dipilih salah satu
alternatif jawaban yang paling sesuai menurut
responden.
Setelah peneliti melakukan pengolahan data
terhadap 20 item pernyataan atas indikator-indikator
variabel kinerja guru dengan 70 responden, diperoleh
hasil sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 4.3.
Kriteria Penilaian Variabel Kinerja Guru
Jumlah
N Present
Item Pengukuran Kumul Kriteria
o ase
atif
A Dimensi Kemampuan Mengajar
Guru dapat menjelaskan
1 materi pelajaran dengan 263 75.14 Baik
baik
Guru memberikan
ilustrasi atau contoh-
2 contoh dalam 278 79.43 Baik
menjelaskan materi
pelajaran
Guru bersemangat dalam
3 276 78.86 Baik
mengajar
4 Guru memiliki wawasan 256 73.14 Baik
yang luas dalam materi
145

pelajaran yang
diajarkannya
Guru menerapkan metode Cukup
5 237 67.71
mengajar yang bervariasi Baik
Guru menggunakan alat
Cukup
6 peraga dalam 233 66.57
Baik
mengajarnya
B Dimensi Komunikasi
Guru melibatkan semua
Cukup
7 siswa untuk aktif 236 67.43
Baik
berdiskusi di kelas
Guru memperhatikan
8 siswa yang mempunyai 249 71.14 Baik
masalah
Guru memberikan
9 kesempatan kepada siswa 253 72.29 Baik
untuk bertanya
Guru menghargai
10 pendapat atau hasil karya 245 70 Baik
siswa
Guru mau membantu
Cukup
11 memecahkan masalah 232 66.29
Baik
yang dihadapi siswa
Guru memberikan
12 dorongan kepada siswa 238 68 Baik
untuk rajin belajar
Guru memberikan nilai
13 240 68.57 Baik
secara adil
Guru memiliki sikap Cukup
14 236 67.43
humoris Baik
Guru mau menjawab
15 pertanyaan siswa dengan 250 71.43 Baik
baik
C Dimensi Kepribadian
Guru memperhatikan
16 kebersihan dan ketertiban 262 74.86 Baik
kelas
Guru bertutur kata yang
17 266 76 Baik
sopan kepada setiap siswa
Guru datang ke kelas
18 280 80 Baik
tepat waktu
Guru berpakaian bersih
19 275 78.57 Baik
dan rapih
Guru menegakkan tata
20 281 80.29 Baik
tertib di kelas
146

Terbaik 281 80.29 Baik


Cukup
Terburuk 232 66.29
Baik
Rata-rata 254 72.66 Baik

Dari tabel 4.3. di atas, dapat dilihat bahwa rata-


rata jawaban responden pada variabel kinerja guru
adalah baik, yaitu sebesar 80.29% dari seluruh
pernyataan pada variabel tersebut. Adapun nilai
tertinggi adalah pada item pengukuran Guru
menegakkan tata tertib di kelas, dengan presentase
sebesar 80, 29%. Hal ini memggambarkan bahwa
guru sangat perhatian terhadap proses pembelajaran
yang berlangsung di dalam kelas sehingga segala
sesuatu yang dapat mengganggu jalannya
pembelajaran dapat dihindarkan.
Sedangkan skor terendah untuk kinerja guru
terdapat pada item pengukuran Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, yakni
66,29%. Nilai ini menunjukkan bahwa sebagian guru
masih memberikan partisipsi aktif kepada siswa.
Walaupun angka 66% merupakan indikasi bahwa lebih
dari separuh guru memberikan kesempatan tersebut,
namun perlu ditingkatkan lagi upaya agar guru dapat
melaksanakan pembelajran dengan memperhatikan
siswa (student oriented).

3. Variabel Prestasi Belajar


147

Untuk mengetahui kondisi variabel prestasi


belajar, maka peneliti melakukan pengukuran dengan
mengumpulkan nilai hasil belajar siswa kelas II dalam
bidang studi PAI pada tahun pelajaran 2007\2008
dengan jumlah responden 70 siswa.
Setelah peneliti melakukan pengolahan data
terhadap nilai hasil belajar ke-70 siswa tersebut,
diperoleh hasil sebagaimana tercantum dalam tabel
berikut:
Tabel 4.4.
Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa
Nilai Frekue Present
FX
(X) nsi ase
67 3 4.3 201
68 6 8.6 408
69 3 4.3 207
70 5 7.1 350
71 1 1.4 71
72 7 10 504
73 5 7.1 365
74 6 8.6 444
75 9 13 675
76 1 1.4 76
77 3 4.3 231
78 8 11 624
79 1 1.4 79
80 2 2.9 160
81 1 1.4 81
82 5 7.1 410
83 1 1.4 83
84 1 1.4 84
87 1 1.4 87
88 1 1.4 88
148

Total 70 522
100 8

Y2
FY 2 Y1 5228 74,69
n 70

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.5. di


atas, diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta I pada bidang
studi PAI untuk tahun pelajaran 2007/2008 adalah
sebesar 74,69%, artinya kondisi prestasi siswa dalam
bidang studi PAI berkategori baik.

C. Interpretasi Out Put Analisa Data

1. Nilai Korelasi Antar Variabel

Untuk mengetahui besarnya nilai korelasi antar


variabel, yakni antara variabel motivasi belajar (X 1)
terhadap prestasi belajar (Y), variabel kinerja guru
(X2) terhadap prestasi belajar (Y) serta variabel
motivasi belajar (X1) dengan variabel kinerja guru
(X2), peneliti menggunakan bantuan komputasi spss.
13 dengan bentuk analisis regresi yang hasilnya
seperti tabel di bawah ini :
149

Tabel 4.5.
Nilai Korelasi antar Variabel
Presta Motiv
si asi Kinerj
Belaja Belaja a
r r Guru
Pearson Correlation Prestasi 1.000 .669 .734
Belajar (Y) .669 1.000 .391
Motivasi .734 .391 1.000
Belajar (X1)
Kinerja
Guru (X2)
Sig. (1-tailed) Prestasi . .000 .000
Belajar (Y) .000 . .000
Motivasi .000 .000 .
Belajar (X1)
Kinerja
Guru (X2)
N Prestasi 70 70 70
Belajar (Y) 70 70 70
Motivasi 70 70 70
Belajar (X1)
Kinerja
Guru (X2)

Interpretasi:
a. Besar hubungan antar variabel prestasi belajar
dengan Motivasi belajar yang dihitung dengan
koefisien korelasi adalah 0,669, sedangkan
variabel prestasi belajar dengan kinerja guru
adalah 0,734, secara teoritis, karena korelasi
antara prestasi belajar dan kinerja guru lebih
besar daripada korelasi antara prestasi belajar
dan motivasi belajar, maka variabel kinerja guru
150

lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar


dibanding variabel motivasi belajar.
b. Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel
motivasi belajar dan kinerja guru yaitu 0,391.
Hal ini menandakan adanya multikolinieritas,
atau korelasi di antara variabel bebas.
c. Tingkat signifikansi koefisien korelasi satu sisi
dari output (diukur dari probabilitas)
menghasilkan angka 0,000. Karena probabilitas
di bawah 0,05, maka korelasi di antara variabel
prestasi dengan motivasi dan kinerja sangat
nyata.

2. Nilai Koefisien Kedua Variabel Bebas

Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien kedua


variabel bebas secara bersama-sama, yakni variabel
motivasi belajar (X1) dan variabel kinerja guru (X 2)
pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Y), peneliti
menggunakan bantuan komputasi spss. 13 dengan
bentuk analisis regresi yang hasilnya seperti tabel di
bawah ini:
Tabel 4.6.
Nilai Koefisien Kedua Variabel Bebas
Mod R R Adjust Std. Change Statistiks
el Squar ed R Error
151

R
of the Squar
Squar Estima e F Sig. F
e e te Chang Chang Chan
e e df1 df2 ge
1 .
82.18
843( .710 .702 2.634 .710 2 67 .000
7
a)

Interpretasi:
a. Angka R square adalah 0,710. Hal ini berarti

70,2 % prestasi belajar dapat dijelaskan oleh


variabel motivasi belajar dan kinerja guru.
Sedangkan sisanya (100% - 70,2%) disebabkan
oleh faktor-faktor yang lain.
b. Standard Error of estimate adalah 2,63 % (status
yang dipakai adalah veriabel dependent, atau
dalam hal ini adalah prestasi belajar). Perhatikan
pada analisis sebelumnya, bahwa standar deviasi
prestasi adalah 4,82 %, yang lebih besar dari
standard eror of estimate yang hanya 2,63 %.
Karena lebih kecil dari standar deviasi prestasi,
maka model regresi lebih bagus dalam bertindak
sebagai prediktor perstasi daripada rata-rata
prestasi itu sendiri.

3. Nilai Persamaan Regresi

Untuk mengetahui besarnya nilai persamaan


regresi serta besarnya nilai koefisien masing-masing
variabel, yakni antara variabel motivasi belajar (X 1)
pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Y), variabel
152

kinerja guru (X2) pengaruhnya terhadap prestasi


belajar (Y), peneliti menggunakan bantuan komputasi
spss. 13 dengan bentuk analisis regresi yang hasilnya
seperti tabel di bawah ini :
Tabel 4.7.
Nilai Koefisien Masing-Masing Variabel Bebas
Standardi
Unstandardi
zed
zed
Coefficien
Model Coefficients t Sig.
ts
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 13.9 4.753 2.9 .005
Motivasi 06 .055 .451 26 .000
Belajar (X1) .349 .058 .557 6.3 .000
Kinerja Guru .455 15
(X2) 7.8
01
a.
b. Interpretasi:
a. Persamaan Regresi:
Y = 13,906+ 0,349 X1 + 0,455 X2
Di mana:
Y = prestasi belajar
X1 = motivasi belajar
X2 = kinerja guru
b. Konstanta sebesar 13,906 menyatakan bahwa jika
tidak ada pengaruh motivasi belajar atau kinerja
guru, maka tingkat prestasi belajar adalah 13,906
%.
153

c. Koefisien regresi X1 sebesar 0,349 menyatakan


bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 %,
maka motivasi belajar akan menigkat 0,349 %.
d. Koefisien regresi X2 sebesar 0,455 menyatakan
bahwa setiap penambahan (karena tanda +) 1 %,
maka kinerja guru akan meningkat 0,455 %.
e. Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan
variabel dependent (Prestasi Belajar). Di sini akan
diberi contoh uji koefisien regresi dari variabel
motivasi belajar.
Hipotesis:
Ho : koefisien regresi tidak signifikan
Hi : koeifisien regresi signifikan
Dasar pengambilan keputusan:
1) Dengan membandingkan statistik hitung dengan

statistik tabel. Jika statistik t hitung < statistik t tabel ,


maka Ho diterima. Jika statistik t hitung > statistik t
tabel , maka Ho ditolak.
Statistik hitung: dari output di atas terlihat
bahwa t hitung adalah 6,692. Statistik tabel: tingkat
signifikansi () = 5 %
Df (derajat kebebasan) = jumlah data -2 atau 70-
2 = 68
Uji dilakukan dua sisi. Untuk t tabel dua sisi,
didapat angka 1,995.
Keputusan:
154

Karena statistik hitung > statistik tabel (6,315 >


1,995), maka Ho ditolak.
2) Berdasarkan Probabilitas, Jika probabilitas >
0,05, maka Ho diterima; Jika probabilitas < 0,05,
maka Ho ditolak.
Keputusan:
Terlihat bahwa pada kolom Sig/significance
adalah 0,000, atau probabilitas jauh di bawah
0,05, maka Ho ditolak, atau koefisien regresi
signifikan, atau motivasi belajar benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar.

Demikian juga untuk analisis konstanta dan


variabel kinerja guru dengan dua cara tadi dihasilkan
angka konstanta dan kinerja guru yang signifikan. Uji
yang sama, jika diterapkan pada variabel kinerja guru,
akan menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu
variabel kinerja guru benar-benar berpengaruh
terhadap prestasi belajar.

4. Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan


Dari hasil pengolahan data program SPSS 13,
dapat diketahui bahwa nilai koefisien jalur antar
variabel yang diperoleh, diuji sebagai berikut:
155

Uji secara keseluruhan ditunjukkan oleh tabel


4.6 hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
Ha : sekurang-kurangnya ada satu yxk 0; k = 1 dan
2
Ho : yx1 = yx2 = y1 = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
Ha: Motivasi belajar dan kinerja guru berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap prestasi
belajar
Ho: Motivasi belajar dan kinerja guru tidak
berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap prestasi belajar.

Uji signifikansi analisis jalur dengan


perbandingan antara nilai probabilitas 0,05 dengan
nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama
dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka
Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau
sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig],
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Dari tabel 4.6 diperoleh nilai F sebesar 82,187
dengan nilai probabilitas Sig = 0,000. Karena nilai sig
< 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak dan
156

oleh sebab itu, pengujian secara individual dapat


dilakukan.
Apabila nilai F dihitung secara manual dihitung
dengan rumus F, berdasarkan koefisien R2 pada Tabel
4.5. nilai F dapat dihitung sebagai berikut:

F
n k 1 R 2 yx
F
70 2 1. 0,710 82,187

k

k 1 R 2 yxk 2.1 0,710

5. Pengujian Hipotesis Secara Individual


a. Motivasi Belajar (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap Prestasi Belajar (Y)
Uji secara individual ditunjukkan dengan oleh
tabel 4.6 Coefficiebts. Hipotesis penelitian yang akan
diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai
berikut:
Ha : yx1 > 0
Ho : yx1 = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
Ha : Motivasi belajar berpengaruh secara signifikan
terhadap prestasi
belajar
Ho : Motivasi belajar tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi belajar.
Secara manual uji statistik yang digunakan adalah uji
t dengan rumus:
X1 0,451
t X1 6,315
se X 1 0.071417
157

Kaidah keputusan:
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil
atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05
Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar
atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05
Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai sig variabel


motivasi belajar sebesar 0,000. kemudian
dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai
probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig
atau [0,05 > 0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. Terbukti bahwa motivasi belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar.

b. Kinerja Guru (X2) berpengaruh secara


signifikan terhadap Prestasi Belajar (Y)
Uji secara individual ditunjukkan dengan oleh
tabel 4.6 Coefficiebts. Hipotesis penelitian yang akan
diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai
berikut:
Ha : yx2 > 0
Ho : yx2 = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
158

Ha : Kinerja Guru berpengaruh secara signifikan


terhadap prestasi
belajar
Ho : Kinerja Guru tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap
prestasi belajar.
Secara manual uji statistik yang digunakan adalah uji
t dengan rumus:
X 2 0,557
tX 2 7,801
se
X2
0.071401

Kaidah keputusan:
1) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama
dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig],
maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama
dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig],
maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan.

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai sig variabel


kinerja guru sebesar 0,000. kemudian dibandingkan
dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas
0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig atau [0,05 >
0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan. Terbukti bahwa kinerja guru berpengaruh
secara signifikan terhadap prestasi belajar.
159

Kerangka hubungan kausal empiris antara jalur (X 1


terhadap Y, X2 terhadap Y dan X1, X2 terhadap Y) dapat
dibuat melalui persamaan strukural sebagai berikut:
Y yx1 X 1 yx2 X 2 y
Y 0,451 X1 0,577 X 2 0,53 1
R 2 yx1. x 2 0,710
y 1 1 R 2 yx1. yx 2 1 0,710 0,53

Pyx1
X1
yx1 = 0,451 y = 0,53

rx1x2 = 0,391 Y
yx1x2 = 0,710

X2 yx2 = 0,557

Gambar 4.1.
Struktur Hubungan Kausal X1 dan X2 terhadap Y

c. Motivasi Belajar (X1) dan Kinerja Guru (X2)


berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap Prestasi Belajar (Y)
Pengaruh bersama atau koefisien X1 dan X2
terhadap Y atau koefisien determinan dan faktor
residual dihitung sebagai berikut: besarnya kontribusi
bersama X1 dan X1 terhadap Y adalah:
R 2 y X 1X 2 yx . ry yx . ryx yx . ryx
k k 1 1 2 2

0,451 x 0,669 0,557 x 0,734


0,301 0,408
0,710 Rsquare
160

Berdasarkan tabel 4.6 Model Summary diperoleh


nilai sig FChange sebesar 0,000. Ternyata 0,000 < 0,05,
maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha
diterima sehingga terbukti bahwa motivasi belajar dan
kinerja guru secara simultan dan signifikan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian di atas dapat diringkas seperti
tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.8.
Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung, Tidak Langsung,
Pengaruh Total
dan Pengaruh Motivasi Belajar (X1); Kinerja Guru (X2)
secara Simultan
dan Signifikan Terhadap Prestasi Belajar (Y)
Kontribusi Kontrib
Koefisi
Tidak usi
Variabel en Langsu
Langsu Total Bersam
Jalur ng
ng a
0,45
X1 0,451 0,451 - -
1
0,55
X2 0,557 0,557 - -
7
1 0,53 - - - -
X1 dan
- - - - 0,710
X2
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka hasil temuan
penelitian secara objektif bahwa:
1) Motivasi belajar (X1) yang diukur oleh prestasi
belajar (Y) memiliki pengaruh yang positif dan
161

signifikan terhadap tinggi rendahnya prestasi


belajar. Dengan demikian tinggi rendahnya prestasi
belajar dijelaskan oleh motivasi belajar. Besarnya
pengaruh motivasi belajar yang secara langsung
berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar
45,1%
2) Kinerja guru (X2) yang diukur oleh prestasi belajar
(Y) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Dengan
demikian tinggi rendahnya prestasi belajar
dijelaskan oleh kinerja guru. Besarnya pengaruh
kinerja guru yang secara langsung berpengaruh
terhadap prestasi belajar sebesar 55,7 %
3) Secara simultan motivasi belajar dan kinerja guru
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar (Y) sebesar 71 % sisanya yaitu sebesar 29 %
merupakan pengaruh yang datang dari faktor-
faktor lain. Misalnya lingkungan, intelegensia, raw
input dan lain-lain.

D. Analisis
1. Motivasi Belajar (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap Prestasi Belajar (Y)
Temuan penelitian menunjukkan bahwa motivasi
belajar yang diukur oleh prestasi belajar memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tinggi
rendahnya prestasi belajar. Artinya tinggi rendahnya
162

prestasi belajar dijelaskan oleh motivasi belajar.


Besarnya pengaruh motivasi belajar yang secara
langsung berkontribusi terhadap prestasi belajar
sebesar 45,1 %. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, harus diupayakan
meningkatkan tingkat motivasi belajar siswa baik
secara eksternal maupun internal.
Sebagai seorang siswa, dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran harus mampu memotivasi
dirinya secara maksimal sehingga akan memiliki
dorongan untuk mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya dalam memperoleh hasil yang memuaskan.
Al-Ghazali mengatakan bahwa seorang penuntut ilmu
hendaknya mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan memperoleh ilmu.4
Motivasi berkaitan dengan usaha pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran. Hal ini didukung oleh
pendapat Sardiman yang mengatakan bahwa tujuan
yang yang diakui dan diterima dengan baik oleh
siswa, dapat menjadikan alat motivasi yang sangat
penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus
belajar.5 Tersirat dalam pandangan ini bahwa apabila
4
Al-Ghazali, Iy Ulm al-Dn (Beirut : Dr al-Marifa li al-
iba. t.th.), hlm. 96.
5
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada. 2007), hlm. 95.
163

tujuan pendidikan ingin tercapai dengan baik, maka


upaya yang mengarah terhadap tujuan harus selalu
diupayakan dengan optimal. Salah satu upaya yang
mengarah pada tujuan tersebut dalam organisasi
pendidikan adalah dengan memperhatikan dan
menindaklanjuti hal-hal yang sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa.
Motivasi siswa dapat berasal dari dalam dan luar.
Misalnya dorongan dari luar oleh guru, orang tua,
serta teman sebaya untuk maju dalam belajarnya.
Karena dasar utama pelaksanaan motivasi oleh guru,
orang tua dan teman sebaya adalah bentuk perhatian
terhadap mereka. Kedua bentuk motivasi tersebut,
mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses dan
hasil belajar, di antara pengaruh tersebut,
sebagaimana disebutkan Syaiful Bahri, adalah sebagai
berikut:
a. Motivasi dapat memupuk rasa optimisme
dalam belajar. Anak didik yang mempunyai
motivasi dalam belajar akan selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap tugas yang menjadi
kewajibannya. Ia percaya bahwa belajar bukalah
kegiatan yang sia-sia. Hasil dari kegiatan belajar
pasti akan berguna, tidak hanya kini, namun juga
di hari-hari yang akan datang. Setiap ulangan
164

yang diberikan oleh guru, dihadapinya dengan


tenang dan rasa optimisme.
b. Motivasi akan melahirkan prestasi dalam
belajar. Dari berbagai hasil penelitian, selalu
menyimpulkan bahwa motivasi akan
mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi
rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator
baik buruknya prestasi belajar anak didik.6

Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan


tercermin dalam menjalankan tugas belajarnya.
Alasan-alasan yang mendorong siswa untuk
melakukan suatu tugasnya dikarenakan mempunyai
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement)
merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat belajar siswa. Oleh karena itu,
kreativitas dan menggerakkan semua
kemampuan serta energi yang dimilikinya demi
mencapai prestasi belajar yang maksimal. Siswa
akan sangat antusias untuk berprestasi tinggi
asalkan kemungkinan untuk melakukan hal itu
diberikan kesempatan. Siswa menyadari bahwa
hanya dengan mencapai presrasi belajar ia akan
memperoleh kesuksesan. Dengan kesuksesan
yang diraih, pada gilirannya akan dapat memiliki
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka
6

Cipta. 2002), hlm. 121.


165

serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.


dengan sendirinya.
b. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation ),
menjadi daya penggerak yang akan memotivasi
semangat belajar siswa. Kebutuhan afiliasi ini,
akan merangsang gairah belajar siswa, karena
setiap siswa menginginkannya yakni antara lain:
(1) kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang
lain di lingkungan belajarnya; (2) kebutuhan
akan perasaan dihargai dan dihormati, karena
setiap manusia merasa dirinya penting (sense of
importance); (3) kebutuhan akan perasaan maju
dan tidak gagal (sense of achievement); (4)
kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of
participation).
c. Kebutuhan akan kekuatan (need for power),
merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat belajar siswa. Kebutuhan kekuatan
akan merangsang dan memotivasi gairah belajar
serta menggerakkan semua kemampuannya demi
mencapai prestasi yang terbaik.

Siswa, dalam mencapai prestasinya mempunyai


harapan atau suatu keyakinan bahwa ada
kesempatan, di mana usaha tertentu akan mengarah
pada suatu tingkat prestasi tertentu. Ia juga
166

mempunyai harapan bahwa prestasi akan mengarah


pada hasil tertentu.

2. Kinerja Guru (X2) berpengaruh secara


signifikan terhadap Prestasi Belajar (Y)
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 39, dikemukakan
bahwa tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan
sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.7
Hasil penelitian ini memberikan makna yang
mendalam bahwa profesi guru adalah profesi yang
mulia dan sebagai amal jariyah yang pahalanya
mengalir setiap saat, karena setiap orang yang
menjadi pandai adalah karena guru. Seseorang dapat
menjadi ilmuwan, bupati, gubernur, menteri hingga
prsiden karena adanya sosok guru. Para guru,
pemimpin besar, pengusaha terkemuka juga tidak
7
Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Bab IV pasal 6.
167

akan dapat melupakan jasa besar seorang guru. Untuk


memahami permasalahan kinerja guru diperlukan
pemahaman yang mendalam baik dari segi kerangka
mikro maupun makro dari guru tersebut. Keberadaan
guru dalam kehidupan setiap orang dalam mengenal
dunia sangat diperlukan. Tanpa guru, tidak akan
muncul generasi pintar untuk membangun dan
memelihra bumi. Ikhwn al-afa mengatakan: semua
orang pada awalnya tidak mempunyai pengetahuan
apa-apa, karena itu ia memerlukan guru dalam proses
belajar, pembinaan moral dan keyakinannya. 8 Semua
orang pasti mengakui jasa seorang guru, walaupun
hanya dalam hati. Namun, dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan nasional tuntutan peningkatan
kinerja profesional guru terus didengungkan oleh
berbagai kalangan masyarakat. Mereka berharap,
untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di
Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional
dalam mendidik murid-muridnya.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja
guru yang secara langsung berpengaruh terhadap
prestasi belajar sebesar 55,7 %. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, harus
diupayakan meningkatkan tingkat kinerja guru,
sehingga di antaranya dapat memberikan peluang

8
Ikhwn al-afa, Rasil al-afa (Kairo : t.pn. 1928), hlm. 89.
168

bagi guru untuk melanjutkan pendidikan baik formal


maupun non-formal. Apalagi saat ini terdapat tuntutan
dari Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Bab IV pasal 8 yang mengatakan bahwa
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemmapuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, apabila
ada guru yang mengajar di tingkat sekolah menengah
atas masih belum S1 segera ditingkatkan untuk
memenuhi kualifikasi akademik guru dan kompetensi
proesionalnya. Menurut pasal 9 bahwa kualifikasi
akademik guru diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat.
Sedangkan kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Kenyataan ini perlu diperhatikan
oleh kalangan guru tetap maupun guru tidak tetap di
sekolah menengah atas. Dengan demikian, sudah
barang tentu guru-guru yang belum memenuhi
kualifikasi serta kompetensi mengajar rela untuk
mengundurkan diri atau mau tidak mau harus
menempuh studi sesuai dengan bidangnya serta
mempunyai sertifikasi untuk mengajar.
169

Kompetensi professional guru dalam hal ini


melalui pendidikan formal maupun informal untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan sangat
perlu ditingkatkan untuk kepentingan peningkatan
kinerja guru. Sebagai implikasinya, maka dari pihak
guru sendiri harus memiliki kemauan untuk terus
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan serta
kompetensinya sehingga dapat menunjang
pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik. Sedangkan
bagi pihak sekolah (lembaga pendidikan) diharapkan
perlu memberikan dorongan atau semangat kepada
para guru untuk terus berusaha meningkatkan
kemampuannya.
Ibnu Sina dalam Risla al-Siyasa mengatakan:
sepantasnya bila seorang pendidik itu cerdas,
agamis, bermoral, simpatik, kharismatik dan pandai
membawa diri. Sebelum tampil di depan para murid,
hendaknya iaterlebih dahulu tampak cerdas, bersih
dan berkepribadian. Ikhwn al-afa menetapkan
syarat cerdas, bermoral dan obyektif bagi guru.
Sedangkan al-Ghazali menetapkan menetapkan
persyaratan tertentu bagi guru yakni, hendaknya guru
jauh dari sifat rakus dunia dan gila kehormatan, guru
harus menjadikan akhlak yang baik sebagai
perangainya.9

Muammad Jawwad Ria, al-Fikru al-Tarbawiy al-Islmiy:


9

Muqaddimatun f Ulihi al-Ijtimiyyati wa al-Aqlniyyati (t.kt : Dr


170

Kompetensi guru yang meliputi pengetahuan,


sikap dan keterampilan yang melekat pada dirinya
yang dapat menunjukkan perilakunya sebagai guru.
Lebih lanjut, Surya M. mengatakan bahwa kompetensi
guru meliputi lima hal, yakni kompetensi personal,
kompetensi professional, kompetensi sosial,
kompetensi intelektual dan kompetensi spiritual. 10
Kompetensi personal adalah kualitas kemampuan
pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat
menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini
mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan
dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan
diri dan perwujudan diri. Kompetensi profesional
adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar
dapat mewujudkan dirinya sebagai guru professional.
Kompetensi professional meliputi aspek kepakaran
atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan
bahan yang harus diajarkan beserta metodenya, rasa
tanggungjawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan
dengan rekan sejawat guru lainnya. Kompetensi sosial
adalah kemampuan yang diperlukan seorang guru
agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan
dalam interaksi sosial dan melaksanakan

al-Fikr al-Arabiy. T.th.), hlm. 212.


10
Surya M, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung :
Pustaka Bani Quraisyi. 2004), hlm. 137.
171

tanggungjawab sosial. Kompetensi intelektual adalah


penguasaan berbagai ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan tugasnya sebagai guru.
Kompetensi spiritual adalah kualitas keimanan dan
ketakwaan sebagai orang yang beragama.

3. Motivasi Belajar (X1) dan Kinerja Guru (X2)


berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap Prestasi Belajar (Y)
Secara simultan, motivasi belajar dan kinerja
guru berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
belajar sebesar 71 %. Sisanya yaitu sebesar 29 %
merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor
lain, misalnya lingkungan (sosial budaya),
instrumental (kurikulum, program) dan fisiologis.
Besarnya pengaruh tersebut terkesan kecil, namun
perlu diperhatikan oleh para pelaksana pendidikan
dan pembelajaran.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa erat kaitanya dengan kondisi
psikologis siswa (motivasi) dan guru (insturumenatl
input). Keberhasilan proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tergambar
dalam diagram di bawah ini:
Alami
Lingkungan
Sosial
172

Luar Kurikulum
Program
Instrumental Sarana & fasilitas
Guru

Unsur

Kondisi fisiologis
Fisiologis
Kondisi panca
indera

Dalam
Minat
Kecerdasan
Psikologis Bakat
Motivasi
Kemampuan
kognitif

Motivasi adalah kondisi psikologis yang


mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi
motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seeorang untuk belajar. Penemuan-
penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil
belajar pada umumnya meningkat apabila motivasi
untuk belajar bertambah. Hal ini dipandang logis,
karena banyak bakat anak tidak berkembang karena
tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang
memperoleh motivasi yang tepat, maka lepslah energi
yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang
semula tak terduga. Bahkan bisa saja anak yang
tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki
173

motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin.


Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada diri
anak didik cukup mempengaruhi kemampuan
intelektual anak didik agardapat berfungsi secara
optimal.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut
mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu,
motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang
berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan
cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh
tantangan dan harus dihadapi dengan benar dan tepat
untuk mencapai cita-cita, senantiasa memasang tekad
bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai
dengan belajar.
Mengingat motivasi merupakan motor penggerak
dalam perbuatan, maka apabila ada anak didik yang
kurang memiliki motivasi intrinsik, diperlukan
dorongan dari luar, yaitu motivasi ekstrinsik. Agar
anak didik termotivasi untuk belajar, diperlukan
pemanfaatan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik secara
akurat dan bijaksana.
Adapun guru, merupakan unsur manusiawi
dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan
di dalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi tidak
ada guru, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar
174

mengajar. Guru dituntut untuk menjadi bagian dari


instrumental input dalam pelaksanaan pendidikan.
Sebagai bagian dari instrumental input, guru
dituntut untuk lebih profesional. Guru yang
profesional lebih mengedepankan kualitas pengajaran
daripada materiil oriented. Kualitas kerja lebih
diutamakan daripada mengambil mata pelajaran yang
bukan keahliannya.
Persoalan guru memang manyangkut dimensi
yang luas, tidak hanya bersentuhan dengan masalah
luar dirinya, misalnya mampu menjalin hubungan baik
dengan warga masyarakat di luar sekolah serta mamu
menjalin hubungan baik dengan anak didiknya kapan
dan di manapun dia berada, namun juga masalah yang
berkaitan dengan kepribadiannya. Untuk menjadi
guru yang baik, tidak hanya dapat diandalkan kepada
bakat ataupun hasrat (emansipasi) ataupun
lingkungan belaka, akan tetapi harus disertai kegiatan
studi dan latihan serta praktek/pengalaman yang
memadai agar muncul sikap guru yang diinginkan
sehingga melahirkan kegairahan kerja yang
menyenangkan.
Seorang guru yang memandang profesi keguruan
sebagai panggilan jiwa akan melahirkan perbuatan
untuk melayani kebutuhan anak didik dengan segenap
jiwa raga. Secara formal, jabatan guru dipandang
175

sebagai jabatan fungsional. Suatu jabatan yang tidak


dipengaruhi oleh lintas struktural. Kemanapun guru
dimutasikan tidak akan mempengaruhi kefungsional
jabatannya itu. Status jabatan guru yang demikian
menuntut guru untuk lebih profesional. Persepsi
orang-pun digiring untuk memandang guru sebagai
tenaga profesional yang hasur diakui keberadaannya.
Sebagai tenaga profesional yang sangat
menentukan jatuh bangunnya suatu bangsa dan
negara, guru seharusnya menyadari bahwa tugas
mereka sangat berat, bukan hanya sekedar menerima
gaji setiap bulan atu mengumpulkan kelengkapan
administrasi demi memenuhi angka kredit kenaikan
pangkat atau golongan dengan mengabaikan tugas
utama mengajar. Dengan kesadaran itu diharapkan
terlahir motivasi untuk meningkatkan kompetensi
melalui self study. Kompetensi yang harus
ditingkatkan menyangkut tiga kemampuan, yaitu
kompetensi personal, profesional dan sosial.
Ketiganya mempunyai peranan masing-masing yang
menyatu dalam diri pribadi guru dalam dimensi
kehidupan di rumah tangga, di sekolah dan di
masyarakat.
Di sekolah, kompetensi personal akan
menentukan simpatik tidaknya, akrab tidaknya guru
dalam pandangan anak didik. Cukup banyak anak
176

didik yang tidak mengenal gurunya dengan baik


disebabkan guru sangat jarang duduk bersama-sama
dengan anak didik di luar kelas pada waktu luang
untuk membicarakan apa saja yang berhubungan
dengan masalah pelajaran dan kesuliatannya.
Penampilan guru dari ujung rambut sampai ujung kaki
tidka lepas dari pengamatan anak didik. Pembicaraan
guru, perilaku guru, sikap guru dalam menilai
sesuatu, kemampuan guru dalam memecahkan
masalah, kedisiplinan guru, kepemimpinan guru,
tanggungjwab guru, kejujuran guru, kreativitas guru,
inisiatif guru dan bahkan cara guru berpakaian tidak
akan pernah lepas dari penilaian anak didik. Semua
itu disadari atau tidak oleh guru akan menjadi contoh
bagi anak didik.
Di samping itu, interaksi antara guru dan murid
juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, agar proses
belajar mengajar dapat tetap berlangsung dengan
baik, maka nilai-nilai al-Quran perlu dimasukkan
dalam interkasi edukatif tersebut. Menurut Sayyid
Husain al-Munawar, dalam interkasi belajar mengajar
yang positif, guru telah mengembangkan dimensi
kecerdasan yang mambawa kemajuan, yakni cerdas,
kreatif, inovatif dan produktif. Dimensi kecerdasan
dalam psikologi merupakan sebuah proses yang
mencakup tiga proses, yaitu analisis, kreativitas dan
177

praktis. Kecerdasan apapun bentuknya, baik IQ, EQ,


SQ dan lain sebagainya, saat ini diukur dengan tes-tes
di sekolah, bukan merupakan prestasi yang terukir
dalam kehidupan. Dimensi ini akan berimplikasi bagi
pemahaman nilai-nilai al-Quran dalam kehidupan. 11
Oleh karena itu, segala potensi yang ada pada anak
didik harus dikembangkan dalam interaksi belajar
mengajar, sehingga akan diperoleh hasil yang
maksimal.
Secara pribadi mungkin guru lebih siap menjadi
guru. Tetapi hal itu belum cukup tanpa ditopang
dengan kompetensi profesional. Menjadi guru bukan
hanya sekedar tampil di kelas, di depan sejumlah anak
didik, lalu memberikan pelajaran apa adanya, tanpa
melakukan langkah-langkah yang strategis. Bahan
pelajaran telah disampaikan, mengerti tidaknya anak
didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan tak
menjadi soal. Sikap seperti inilah yang tidak
profesional yang membodohi anak didik. Supaya
kegagalan pengajaran tertutupi, dilakukan rekayasa
nilai dengan dalih kasihan apabila anak didik
mendapat nilai rendah. Hal semacam ini merupakan
kebodohan guru yang miskin idealisme.

11
Sayyid Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qurani
dalam Sistem Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press. 2003), hlm.
9-10.
178

Dalam lingkungan sekolah dan masyarakat, guru


harus pandai bergaul dan tidak terjebak pada sikap
tinggi hati, sehingga tidak mau bergaul kecuali
dengan mereka-mereka yang seprofesi, tidak mau
bekerja sama apabila tidak menguntungkan, tidak
sudi duduk bersama anak didik disebabkan takut tidak
dihormatidan takut tidak dapat menjwab pertanyaan
anak didik. Beginilah sikap guru yang kurang dalam
hal kompetensi sosial. Suatu sikap yang sangat
merugikan anak didik yang sedang mencari
kebaikan dari guru.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini banyak
memiliki keterbatasan, karena banyaknya variabel
bebas, namun hanya motivasi belajar dan kinerja guru
yang diteliti. Ternyata setelah dikaji secara mendalam,
tidak hanya kedua variabel tersebut yang
mempengaruhi prestasi belajar, tetapi masih banyak
variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian
ini.
Keterbatsan penelitian ini akan memberikan
peluang kepada peneliti lain yang akan meneruskan
dan mengkaji faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar yang belum diungkap dan
dibahas dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis
ini.

Anda mungkin juga menyukai