DASAR TEORI
5
6
Gambar 2.1 Bahan isolasi dengan kekosongan udara dalam medan elektrostatik[1]
Void dapat muncul di dalam isolasi melalui proses-proses yang tidak
sempurna [2], antara lain:
Proses fabrikasi dimana void terbentuk karena adanya udara bocor saat proses
cross linking dari polyethylen. Proses ini terjadi pada temperature 200-220 oC,
yang untuk mencapainya digunakan uap panas dan tekanan 1.6-2 Mpa.
Proses instalasi, seperti pada proses penyambungan kabel.
Pada operasi kabel, seperti pada saat terjadi hubung singkat yang
menghasilkan perubahan termis yang besar pada kabel. Jika tekanan yang
dialami melebihi batas, ikatan isolasi polimer dapat lepas sehingga
menghasilkan void.
2.2 Transformator
8. PPS5 adalah sensor akan menunggu 5 pulsa yang kemudian, akan direkam dan
dijadikan sebagai data dalam pulse per second
9. PPSIO adalah sensor akan menunggu 10 pulsa yang kemudian, akan direkam
dan dijadikan sebagai data dalam pulse per second
Pada gambar 2.5 dapat dijelaskan mengenai terbentuknya fault gas dan
konsentrasinya terhadap kenaikan suhu. Gas hidrogen dan metana mulai terbentuk
pada suhu sekitar 1500C. Gas etana mulai terbentuk pada suhu 250 0C. Gas etilen
terbentuk pada suhu sekitar 3500C. Gas asetilen muncul pada suhu sekitar 700 0C.
Konsentrasi gas etana dan etilen menjadi indikasi penyebab gangguan logam
panas dan jika asetilen dalam jumlah besar akan menyebabkan adanya busur api
(internal arcing). Sedangkan hidrogen, metana, dan etana penyebab indikasi
peluahan parsial atau corona[7].
Gas-gas yang dilihat pada metode ini adalah gas-gas yang terbentuk dari
proses penurunan kualitas minyak dan selulosa. Gambar 2.10 menunjukkan
indikasi pada minyak trafo menurut key gas.
19
4. Electrical-Arcing
Sejumlah hidrogen dan asetilen terproduksi dan sejumlah metana
dan etilen. Karbon dioksida dan karbon monoksida akan selalu dibentuk
jika melibatkan fault selulosa. Minyak mungkin terkarbonisasi.
Gas dominaan: Asetilen (C2H2).
R2 R1 R5
Case Suggested fault diagnosis
C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
ArcingHigh-energy
2 0,1 to 3,0 0,1 to 1,0 >0,3
discharge
>0,1 to Low temperature thermal
3 <0,1 1,0 to 3,0
<1,0
4 <0,1 >1,0 1,0 to 3,0 Thermal <7000C
5 <0,1 >1,0 >0,3 Thermal >7000C
Kode 5, sama seperti kode 4 hanya saja gangguan yang terjadi berakibat
kepada kerusakan isolasi selulosa dan akan menimbulkan gas CO dan
CO2.
ini adalah 100% namun perubahan komposisi dari ketiga gas ini menunjukan
kondisi fenomena kegagalan.
Konsentrasi gas ini akan dihitung dan digambarkan di ketiga koordinat sisi
diagram segitiga menggunakan rasio:
CH 4
CH 4= x 100
CH 4 +C 2 H 4+C 2 H 2 (2.1)
C2H 4
%C2H4= x 100
CH 4 +C 2 H 4+C 2 H 2 (2.2)
C 2H 2
%C2H2= x 100
CH 4 +C 2 H 4+C 2 H 2 (2.3)
Daerah koordinat yang tergambar pada segitiga duval akan membentuk
titik yang menunjukkan indikasi kegagalan pada transformator. Berikut ini standar
IEEE untuk segitiga duval berikut dengan daerah gangguan.
Daerah pada segitiga duval pada tabel 2.6 terbagi atas enam zona indikasi
gangguan pada minyak trafo. Keenam zona tersebut dapat mewakili berbagai
karakteristik kegagalan pada minyak trafo.
Beberapa metode yang tersedia untuk interpretasi data analisis gas terlarut
menghasilkan indikasi terhadap minyak isolasi peralatan listrik. Metode ini
menggunakan lima rasio utama pada gas hidrokarbon yaitu H2, CH4, C2H6,
C2H4, dan C2H2, baik itu dua rasio gas, seperti pada IEEE dan IEC, tiga rasio gas
pada duval triangle[12].
Duval pentagon merupakan metode baru yang ditemukan pada tahun 2014
oleh Michel Duval yang merepresentasikan lima rasio utama gas hidrokarbon
kedalam bentuk pentagon (segilima) dengan tujuh indikasi kegagalan pada
minyak trafo yang dapat dilihat pada tabel 2.7. Metode ini merupakan aplikasi
terhadap minyak isolasi mineral pada peralatan.
Dalam representasi baru dari Duval Pentagon, persentase relatif dari lima
gas hidrokarbon dihitung dalam analisa DGA. Singkatnya, persentase relatif dari
H2 = (ppm dari H2)/(ppm dari H2 + CH4 + C2H6 + C2H4 + C2H2). Sebagai
contoh perhitungan dari duval pentagon dapat dilihat pada gambar 2.10.
digambarkan dari lima titik ini setelah dilakukan perhitungan matematis, akan
menghasilkan titik ke-6 yang digambarkan dengan kotak biru pada gambar 2.10
yang merupakan titik akhir representasi hasil DGA yang didapatkan.
A), C: suhu minyak ratarata didalam tangki, D: suhu minyak pada dasar belitan,
E: dasar tangki, gr: gradien suhu belitan ratarata e minyak ratarata (di dalam
tangki) pada arus pengenal, H: faktor titik panas, P: suhu titik panas, Q: suhu
belitan ratarata yang ditentukan oleh pengukuran resistansi, sumbu X: suhu,
sumbu Y: posisi relatif.