Anda di halaman 1dari 23

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Peluahan Parsial


Sebagai ilustrasi, bahan isolasi kwarsa dengan ketebalan 1 milimeter
digambarkan antara dua pelat konduksi. Bahan isolasi tersebut mengalami
kerusakan bentuk dimana terdapat void yang berisi udara di dalamnya. Jika
diberikan tegangan melintasi bahan isolasi sebesar 1 kV, maka akan terdapat
intensitas medan listrik sebesar 1kV/mm yang melintasi bahan dielektrik. Akan
tetapi, udara yang memiliki nilai permitivitas relatif sebesar 1/5 kali dibandingkan
dengan kwarsa akan menyebabkan intensitas medan listrik yang berbeda terjadi
pada void dalam bahan isolasi sebesar 5kV/mm. Kondisi ini menyebabkan
distribusi muatan yang tidak seimbang pada bahan isolasi.

Tabel 2.1 Kekuatan dielektrik material isolasi[1]


Material Dielectric Strength (kV per mm)
Air (Atmosphere Pressure) 3
Oil (Mineral) 15
Impregnated Paper 15
Polystyrene 20
Rubber (Hard) 21
Bakelite 25
Glass (Plate) 30
Paraffin 30
Quartz (Fused) 30
Mica 200
Dari tabel 2.1, terlihat bahwa kekuatan dielektrik dari kwarsa adalah 30
kV/mm, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan udara yang hanya sebesar 3
kV/mm. Perbedaan ini menyebabkan ionisasi pada kekosongan udara sehingga
mengalami peluahan muatan secara terus menerus, yang dapat menyebabkan
kegagalan. Fenomena inilah yang disebut dengan peluahan parsial (Peluahan
parsial; PD). Dinyatakan juga dalam IEEE std 1434-2000, bahwa PD adalah
peluahan elektris yang hanya menjembatani sebagian antara isolasi dengan
konduktor.

5
6

Gambar 2.1 Bahan isolasi dengan kekosongan udara dalam medan elektrostatik[1]
Void dapat muncul di dalam isolasi melalui proses-proses yang tidak
sempurna [2], antara lain:
Proses fabrikasi dimana void terbentuk karena adanya udara bocor saat proses
cross linking dari polyethylen. Proses ini terjadi pada temperature 200-220 oC,
yang untuk mencapainya digunakan uap panas dan tekanan 1.6-2 Mpa.
Proses instalasi, seperti pada proses penyambungan kabel.
Pada operasi kabel, seperti pada saat terjadi hubung singkat yang
menghasilkan perubahan termis yang besar pada kabel. Jika tekanan yang
dialami melebihi batas, ikatan isolasi polimer dapat lepas sehingga
menghasilkan void.

2.2 Transformator

2.2.1 Bushing Transformator

Pada dasarnya transformator merupakan peralatan listrik yang mengubah


daya listrik arus bolak-balik (AC), pada satu level tegangan ke level tegangan
yang lain, berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik [3]. Transformator daya 3
fasa yang digunakan pada pembangkit Listrik, harus memperhatikan bagian-
bagian utarnanya. Bushing merupakan salah satu bagian utama dalam
transformator, karena secara umum bushing adalah konduktor yang
menghubungkan kumparan transformator dengan jaringan luar. Bushing dan
kumparan pada transformator dapat dilihat pada Gambar 2.2.
7

Gambar 2.2 Konstruksi transformator daya[3]


Bushing diselubungi oleh isolator, dan berfungsi sebagai pengaman
hubung singkat antara kawat yang bertegangan dengan tangki transformator. Jenis
bushing yang diaplikasikan pada tegangan tinggi seperti transformator, dibuat
dengan prinsip Oil-impregnated paper-insulated bushing, yaitu bushing yang
berada dalam struktur internal dan terbuat dari material selulosa serta minyak.
Konstruksi dari bushing dapat dilihat pada Garnbar 2.3.

Gambar 2.3 Konstruksi Bushing

2.2.1.1 Interpretasi Data Pengukuran Peluahan Parsial

Beberapa jenis data pengukuran yang didapat ketika melakukan analisa

terhadao pengukuran peluahan parsial:

1. Phase Ressolved Peluahan parsial (PRPD) Pattern

Phase Resolved Peluahan parsial (PRPD) Pattern merupakan metode


dalam mengukur dan merekam sinyal, kemudian akan dilakukan analisis per fasa
dari setiap kumpulan peluahan parsial, yang direpresentasikan oleh setiap titik
8

serta membentuk sebuah pattern. Warna-warna pada pattern menunjukkan


intensitas munculnya peluahan parsial.
1. Warna hijau dan biru = intensitas tinggi tetapi memiliki nilai yang rendah
2. Wana kuning dan merah = intensitas menengah
3. Warna abu-abu = intensitas rendah tetapi memiliki nilai yang tinggi
4. Warna putih = basil filteran dari HFCT
Interpretasi grafik ini dilakukan berdasarkan data empiris dari peluahan
parsial analyzer TMS-8141 Spark Instuments, sebingga terdapat jenis peluahan
parsial yang terjadi antara lain:
a. Peluahan parsial pada bagian celah discharge
Kerusakan yang dianggap paling berbahaya terjadi ketika pada bagian celah
discharge. Hal ini biasanya disebabkan oleh vibrasi yang dapat merusak isolasi.
Pola peluahan parsial yang dihasilkan berbentuk asimetris dengan nilai magnitudo
pada siklus negatif lebib besar dari siklus positif, yang dapat dilihat pada Gambar
2.4.

Gambar 2.4 Pola grafik pada bagian celah discharge[4]

b. Peluahan parsial pada bagian end winding discharge


Peluahan parsial pada bagian ini terjadi karena adanya kontaminasi
permukaan, penuaan, atau desain yang tidak sesuai. Jika dilakukan inspeksi
visual, maka akan ditemukan bubuk putih pada permukaan dibagian belitan akhir.
Grafik pola peluahan parsial yang dihasilkan memiliki kemiripan dengan grafik
peluahan pada celah discharge, seperti pada Gambar 2.5.
9

Gambar 2.5 Pola grafik pada bagian end winding discharge[4]

c. Peluahan parsial internal


Pada umurnnya, pola yang terbentuk menyerupai dua pola segitiga yang
simetris, di siklus tegangan positif dan negatif. Jika dilakukan inspeksi visual atau
pada saat dilakukan pembersihan isolasi, akan terlihat kerusakan pada pita lapisan
terluar. Pola ini ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Pola grafik pada bagian internal[4]

2. Partial discharge Peak

Partial discharge peak merupakan analisis dengan memplotkan dari hasil


pattern, semua peak ini di plot dalam satu periode baik polaritas positif maupun
negatif, sehingga akan memperjelas untuk melihat nilai maksimum dari pattern
dan terjadi pada sudut berapa.
10

3. Peluahan parsial Pulse Height Distribution

Pulse height merupakan analisis ketinggian pulsa yang mempunyai polaritas


positif dan negatif, serta dapat melihat kedua polaritas berada pada keadaan yang
simetris atau tidak, sehingga masalah terhadap isolasi akan diketahui.
Pulse height mempunyai sumbu x yang merupakan besar nilai muatan dalam
coulomb, dan sum bu y sebagai pulse rate dalam Pulse Per Second (PPS). Pada
alat yang digunakan mempunyai pengaturan PPS sebesar 10, ini berarti bahwa
sensor akan menunggu 10 pulse untuk merekam, dan kemudian akan dijadikan
dalam data. Berdasarkan 10 PPS tersebut, dapat dibentuk sebuah grafis yang
menunjukkan bahwa dalam setiap muatan menunjukkan nilai distribusi polaritas
positif dan negatif pada kertas logaritma.

2.2.1.2 Data Kuantitatif pada Pengukuran Peluahan Parsial

Data kuantitatif yang didapatkan pada pengukuran peluahan parsial antara


lain:
1. Number of Discharge adalah event peluahan parsial yang terjadi
2. Repetition Rate adalah nilai yang menunjukan besarnya frekuensi peluahan
parsial, yang terjadi saat dilakukan pengukuran.
3. Max. Discharge adalah titik peluahan parsial yang paling tertinggi
4. Apparent Charge adalah rata-rata munculnya peluahan parsial. Suatu besaran
yang menwtjukan nilai kumulatif, atau jumlah muatan discharge dalam satu
kondisi tertentu, yang terjadi selama proses pengukuran.
5. Quadratic Rate adalah kuantitas peluahan parsial dari apparent charge, dan
menunjukan nilai kuadrat kumulatif muatan yang terlepas selama aktifitas
peluahan parsial dibagi dengan waktu pengukuran.
6. Avg Disc. Current adalah arus peluahan parsial. Suatu besaran/nilai dan
menunjukan jumlah dari muatan yang terlepas atau apparent charge, dalam
jangka waktu tertentu.
7. PPSI adalah sensor akan menunggu 1 pulsa yang kemudian, akan direkam dan
dijadikan sebagai data dalam pulse per second
11

8. PPS5 adalah sensor akan menunggu 5 pulsa yang kemudian, akan direkam dan
dijadikan sebagai data dalam pulse per second
9. PPSIO adalah sensor akan menunggu 10 pulsa yang kemudian, akan direkam
dan dijadikan sebagai data dalam pulse per second

2.2.2 Minyak Isolasi Transformator

Minyak transformator merupakan salah satu bagian dari transformator


daya yang berfungsi antara lain sebagai media pendingin dan media isolasi pada
transformator. Apabila terjadi gangguan pada transformator akibat dari gangguan
termal maupuan gangguan elektris, akan muncul gas-gas dalam minyak
transformator yang dapat berakibat terhadap kegagalan isolasi pada transformator.

Gambar 2.7 Minyak isolasi transforator[5]

2.2.2.1 Karakteristik Minyak Isolasi Transformator

Minyak transformator digunakan sebagai isolasi utama pada perangkat


konstruksi transformator. Oleh karena itu, dibutuhkan kriteria tertentu agar isolasi
transformator dapat dilakukan dengan baik. Adapun persyaratan yang harus
dipenuhi oleh minyak transformator adalah sebagai berikut[6]:
1. Kejernihan (appaearance).
Minyak transformator tidak boleh ada suspense atau endapan
(sedimen).
2. Massa jenis (density).
12

Massa jenis adalah perbandingan massa suatu volume cairan pada


15,56C dengan massa air pada volume dan suhu yg sama. Massa jenis
minyak transformator lebih kecil dibandingkan dengan air. Oleh karena itu,
adanya air dalam minyak transformator akan mudah dipisahkan, karena air
akan turun ke bawah, sehingga akan lebih mudah dikeluarkan dari tanki
minyak transformator.
3. Viskositas kinematik (kinematic viscosity).
Viskositas merupakan tahanan dari cairan untuk mengalir kontinyu
dan merata tanpa adanya turbulensi dan gayagaya lain. Viskositas minyak
biasanya diukur dari waktu alir minyak dengan volume tertentu dan pada
kondisi yang diatur. Sebagai media pendingin maka viskositas minyak
transformator merupakan faktor penting dalam aliran konveksi
memindahkan panas.
Berdasarkan ASTM D-445 dan IEC 296 A besar kekentalan minyak
atau viskositas kinematik yang dianjurkan adalah 16 eSt pada suhu 400 C.
4. Titik nyala (flash point)
Titik nyala menujukkan bahwa minyak dapat dipanaskan sampai
suhu tertentu sebelum uap yang timbul menjadi api yang berbahaya. Titik
nyala yang rendah juga menunjukkan bahwa minyak mengandung zat yang
berbahaya, seperti zat yang mudah menguap dan terbakar.
5. Titik tuang (pour point)
Titik tuang dipakai untuk mengidenti-fikasi dan menentukan jenis
peralatan yang akan menggunakan minyak isolasi.
6. Angka kenetralan (neutralization number)
Angka kenetralan dinyatakan dalam mg KOH yang dibutuhkan pada
titrasi 1 gram minyak. Angka kenetralan merupakan angka yang
menunjukkan penyusun asam dan dapat mendeteksi adanya kontaminasi
dalam mi-nyak, kecenderungan perubahan kimia atau cacat/indikasi
perubahan kimia tambahan. Selain itu, angka kenetralan merupakan
petunjuk umum untuk menentukan apakah minyak yang sedang dipakai
harus diganti atau diolah kembali dengan melakukan penyaringan.
13

7. Korosi Belerang (corrosive sulphur)


Minyak transformator dalam pemakaiannya, secara kontinyu atau
terus menerus kontak/terhubung langsung dengan bahanbahan logam
seperti tembaga, besi yang dapat mengalami korosi.
8. Tegangan tembus (breakdown voltage)
Tegangan tembus minyak transformator perlu diukur karena
menyangkut kesanggupan minyak menahan electris strees, tanpa kerusakan.
Tegangan tembus dapat diukur dengan cara memasukan 2 buah elektroda
bola (setengah bola) ke dalam minyak yang akan diukur. Kalau didapat
tegangan tembus yang rendah, maka dapat dikatakan minyak transformator
telah terkontaminasi.
9. Faktor kebocoran dielektrik (dielectric dissipation factor)
Nilai yang tinggi dari faktor ini menunjukkan adanya kontaminasi
atau hasil kerusakan (deterioration product) misalnya air, hasil oksidasi,
logam alkali koloid bermuatan dan sebagainya.
10. Stabilitas / kemantapan oksidasi (oxydation stability)
Kestabilan ini penting terutama terhadap oksidasi, sehingga dapat
dievaluasi kecenderungan minyak membentuk asam dan kotoran zat padat.
Asam dan kotoran zat padat yang terbentuk akibat oksidasi dan akan
menurunkan tegangan tembus. Selain itu, air dan asam menyebabkan korosi
terhadap logam yang ada di dalam transformator, sedang kotoran zat padat
akan menyebabkan perpindahan (heat transfer) dalam proses pendinginan
transformator terganggu.
11. Kandungan air (water content)
Adanya air dalam minyak menyebabkan turunnya tegangan tembus
minyak dan tahanan jenis minyak isolasi dan juga adanya air akan
mempercepat kerusakan kertas pengisolasi (isolasi paper).
12. Resistansi jenis (resistivity)
14

Resistansi jenis yang rendah menunjukkan adanya kontaminasi yang


bersifat konduktif (conductive contaminants).

13. Tegangan permukaan (interfacial tension)


Adanya kontaminasi dengan zat yang terlarut (soluble
contamination) atau hasil hasil kerusakan minyak, umumnya menurunkan
nilai tegangan permukaan. Penurunan tegangan permukaan juga
menurunkan indikator yg peka bagi awal kerusakan minyak.
14. Kandungan gas (gas content)
a. Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak isolasi dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi transformator dalam operasi.
b. Adanya gas H2, CH4, C2H6, C2H4, C2H2 menunjukkan terjadinya
dekomposisi minyak isolasi pada kondisi operasi, sedangkan adanya
CO2 dan CO menunjukkan adanya kerusakan pada bahan isolasi.

2.2.2.2 Gas Terlarut Minyak Transformator

Minyak transformator merupakan campuran kompleks dari molekul-


molekul hidrokarbon. Minyak trafo umumnya digunakan berbahan jenis isolasi
mineral. Minyak isolasi mineral dibengtuk dari beberapa molekul yang
mengandung gugus kimia CH3, CH2, dan CH yang dihubungkan oleh ikatan
molekul karbon.
Pemutusan beberapa ikatan C-H dan C-C dapat terjadi sebagai akibat
gangguan elektrik dan thermal, dengan bentuk pecahan kecil yang tidak stabil,
dalam bentuk radikal atau ion seperti H*, CH3*, CH2*, CH* atau C* (diantara
bentuk lain yang lebih kompleks) yang terkombinasi kembali dengan cepat
melalui reaksi kompleks menjadi molekul gas seperti hidrogen (H-H), metana
(CH3-H), etana (CH3-CH3), etilen (CH=CH2) atau asetilen (CHCH), gas-gas ini
dikenal dengan nama fault gas[7]. Gas-gas tersebut terakumulasi sebagai gas
bebas jika pembentukannya dalam jumlah besar dan waktu yang cepat.
15

Gambar 2.8 Kandungan pada minyak isolasi transformator

Pada gambar 2.5 dapat dijelaskan mengenai terbentuknya fault gas dan
konsentrasinya terhadap kenaikan suhu. Gas hidrogen dan metana mulai terbentuk
pada suhu sekitar 1500C. Gas etana mulai terbentuk pada suhu 250 0C. Gas etilen
terbentuk pada suhu sekitar 3500C. Gas asetilen muncul pada suhu sekitar 700 0C.
Konsentrasi gas etana dan etilen menjadi indikasi penyebab gangguan logam
panas dan jika asetilen dalam jumlah besar akan menyebabkan adanya busur api
(internal arcing). Sedangkan hidrogen, metana, dan etana penyebab indikasi
peluahan parsial atau corona[7].

Gambar 2.9 Pembentukan fault gas berdasarkan temperature[7]


16

2.2.3 Dissolved Gas Analysis (DGA)

DGA (Dissolved Gas Analysis) secara harfiah dapat diartikan sebagai


analisis kondisi transformator yang dilakukan berdasarkan jumlah gas terlarut
pada minyak trafo[8]. Uji DGA dilakukan pada suatu sampel minyak diambil dari
unit transformator kemudian gas-gas terlarut (dissolved gas) tersebut diekstrak.
Gas yang telah diekstrak lalu dipisahkan, diidentifikasi komponen-komponen
individualnya, dan dihitung kuantitasnya (dalam satuan ppm). Pengujian DGA
adalah salah satu langkah perawatan preventif yang wajib dilakukan dengan
interval pengujian paling tidak satu kali dalam satu tahun.
Keuntungan utama uji DGA adalah deteksi dini akan adanya fenomena
kegagalan yang ada pada transformator yang diujikan. Namun kelemahan
utamanya adalah diperlukan tingkat kemurnian yang tinggi dari sampel minyak
yang diujikan. Rata-rata alat uji DGA memiliki sensitivitas yang tinggi, sehingga
ketidakmurnian sampel akan menurunkan tingkat akurasi dari hasil uji DGA.

2.2.4 Interpretasi Data DGA


2.2.4.1 Metode Individual Gas dan Total Dissolved Combustible Gas (TDCG)
Klasifikasi peningkatan konsentrasi individual gas dan TDCG berdasarkan
standar IEEE C57. 104-2008[9] terlihat pada tabel 4.2. Kriteria 4 tingkatan
kondisi telah dikembangkan untuk mengklasifikasikan kondisi trafo pada hasil
pengujian minyak isolasi. Gas-gas yang mudah terbakar menurut IEEE adalah
Karbonmonoksida (CO), Metana (CH4), Etana (C2H6), Etilen (C2H4), Asetilen
(C2H2), dan Hidrogen (H2).

Tabel 2.2 Konsentrasi individual gas dan TDCG[9]


Kondisi gas terlarut
Jenis gas Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4
H2 100 100 700 701 1800 > 1800
CH4 120 121 400 401 1000 > 1000
C2H2 35 36 50 51 80 > 80

Tabel 2.2 Lanjutan


Jenis gas Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4
17

C2H4 50 51 100 101 200 > 200


C2H6 65 66 100 101 150 > 150
CO 350 351 571 571 1400 > 1400
CO2 (*) 2500 2500 4000 40001 10000 > 10000
TDCG 720 721 1921 1921 4630 > 4630
Catatan : (*) uncombustible gas = tidak termasuk dalam TDCG

Berikut merupakan kondisi transformator berdasarkan standar IEEE


C57.104-1991[9]:
Kondisi 1: Total gas terlarut yang mudah terbakar (TDCG) di atas
menunjukkan transformator beroperasi dengan baik atau normal. Namun,
tetap perlu dilakukan pemantauan atau investigasi kondisi gas-gas
tersebut.
Kondisi 2: TDCG dalam kisaran ini menunjukkan tingkat gas mulai tinggi
dimana gas-gas yang terlarut mudah terbakar. Ada kemungkinan timbul
gejala-gejala kegagalan yang harus mulai diwaspadai. Mengambil sampel
minyak DGA setidaknya cukup sering atau lebih rutin untuk menghitung
jumlah angkatan gas per hari untuk masing-masing gas.
Kondisi 3: TDCG dalam kisaran ini menunjukkan tingkat tinggi adanya
dekomposisi selulosa isolasi dan / atau minyak. Sebuah atau berbagai
kegagalan mungkin terjadi. Pada kondisi ini sudah harus diwaspadai dan
perlu perawatan lebih lanjut. Mengambil sampel DGA setidaknya cukup
sering untuk menghitung jumlah gas generasi per hari untuk masing-
masing gas.
Kondisi 4: TDCG dalam kisaran ini menunjukkan dekomposisi yang
berlebihan selulosa isolasi dan / atau minyak transformator sudah meluas.
Operasi Lanjutan dapat mengakibatkan kegagalan transformator.

2.2.4.2 Metode Key Gas


18

Key gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 104.2008[9] sebagai gas-gas


yang tebentuk pada transformator berdasarkan jenis gas yang khas atau lebih
dominan terbentuk pada berbagai temperatur.

Tabel 2.3 Jenis kegagalan metode key gas[9]


Gangguan Gas Kunci Kriteria Persentasi Gas
Dalam jumlah besar H2 dan C2H2,
Busur Api Asetilen dan dalam jumlah kecil CH4 dan H2: 60%
(Arcing) (C2H2) C2H2. CO dan CO2 juga ada jika C2H2: 30%
selulosa yang terlibat
Dalam jumlah besar H2, beberapa
Korona CH4, dengan jumlah kecil dari
Hidrogen H2: 85%
(Peluahan C2H6 dan C2H4, CO dan CO2
(H2) CH4: 13%
parsial) mungkin sebanding jika selulosa
yang terlibat
Pemanasan Dalam jumlah besar C2H4, lebih
Etilen C2H4: 63%
Lebih sedikit C2H6, beberapa kuantitas
(C2H4) C2H6: 20%
Minyak CH4 dan H2
Pemanasan Karbon
Dalam jumlah besar CO dan CO2,
Lebih Monoksida CO: 92%
gas hidrogkarbon mungkin ada
Selulosa (CO)

Gas-gas yang dilihat pada metode ini adalah gas-gas yang terbentuk dari
proses penurunan kualitas minyak dan selulosa. Gambar 2.10 menunjukkan
indikasi pada minyak trafo menurut key gas.
19

Gambar 2.10 Grafik kategori indikasi metode key gas[9]

Grafik indikasi dengan metode key gas dikategorikan menjadi 4 gangguan.


Berikut ini penjelasan dari keempat gangguan menurut key gas[9].
1. Thermal-Oil
Dekomposisi produk termasuk etilen dan metana dengan sedikit
kuantitas hidrogen dan etana. Tanda keberadaan asetilen mungkin
terbentuk jika fault yang terjadi parah atau diikuti dengan kontrak elektrik.
Gas dominan : Etilen (C2H4).
2. Thermal-Selulosa
Sejumlah karbon dioksida dan karbon monoksida terlibat akibat
pemanasan selulosa. Gas hidrokarbon, seperti metana dan etilen akan
terbentuk jika fault melibatkan struktur minyak.
Gas dominan : Karbon Monoksida (CO).
3. Electrical-Peluahan parsial
Discharge elektrik tenaga rendah menghasilkan hidrogen dan
metana dengan sedikit kuantitas etana dan etilen. Jumlah yang sebanding
antara karbon monoksida dan karbon dioksida mungkin dihasilkan dari
discharge pada selulosa.
Gas dominan: Hidrogen (H2).
20

4. Electrical-Arcing
Sejumlah hidrogen dan asetilen terproduksi dan sejumlah metana
dan etilen. Karbon dioksida dan karbon monoksida akan selalu dibentuk
jika melibatkan fault selulosa. Minyak mungkin terkarbonisasi.
Gas dominaan: Asetilen (C2H2).

2.2.4.3 Metode Rasio Doernenburg


Metode Doernenburg terlampir pada IEEE C57.104-2008[9]. Metode ini
sudah ditinggalkan sejak ditemukannya metode Rogers Ratio dan Basic Gas
Ratio. Jika dibandingkan dengan metode diagnosa lainnya, Doernenburg Ratio
Method (DRM) tetap merupakan alat diagnosa yang cukup efektif. Pengujian
DRM ini menggunakan empat buah rasio sebagai perbandingan gas.
Metode rasio ini mempunya syarat kondisi yaitu jika setidaknya salah satu
konsentrasi gas (ppm) untuk H2, CH4, C2H2, dan C2H4 melebihi dua kali nilai
untuk batas kondisi 1 (lihat tabel 2.2) dan salah satu dari dua gas-gas lain (CO dan
C2H6) melebihi nilai untuk batas kondisi 1, maka validitas prosedur rasio
doernenburg bisa dilakukan.

Tabel 2.4 Rasio Doernenburg[9]


Rasio untuk Key Gases Metode Doernenburg
Rasio 1 (R1) Rasio 2 (R2) Rasio 3 (R1) Rasio 4 (R1)
CH4/H2 C2H2/C2H4 C2H2/CH4 C2H6/C2H2
Gangguan
Gas Gas Gas Gas
Minyak Minyak Minyak Minyak
Alam Alam Alam Alam
Dekomposisi
>1.0 >0.1 <0.75 <1.0 <0.3 <0.1 >0.4 >0.2
Panas
Korona (Rendah
<0.1 <0.01 Tidak Signifikan <0.3 <0.1 >0.4 >0.2
Intensitas PD)
Busur Api (Tinggi >0.1 >0.01
>0.75 >1.0 >0.3 >0.1 <0.4 <0.2
Intensitas PD) <1.0 <0.1

Diagram alir metode rasio doernenburg untuk menentukan karakteristik


fault gas yang terbentuk dari minyak trafo dapat ditunjukkan pada gambar 2.11.
21

Gambar 2.11 Diagram alir rasio doernenburg[9]

2.2.4.4 Metode Rasio Roger


Metode rasio Roger merupakan salah satu cara untuk menganalisis gas
terurai dari suatu minyak transformator. Metode ini membandingkan nilai-nilai
satu gas dengan gas dengan gas yang lain seperti halnya pada rasio doernenburg.
Gas-gas yang digunakan dalam analisis menggunakan rogers ratio adalah
C2H2/C2H4, CH2/H2, C2H4/C2H6. Jenis kode dan diagnosa gangguan dengan
rasio Rogers berdasarkan standar IEEE C57.104-2008[9] dan IEC 60599-
1978[10].
Rasio roger tidak memiliki syarat tertentu untuk validitas terhadap
gangguan kegagalan yang terjadi pada minyak trafo, sehingga penggunaan rasio
roger dapat digunakan secara langsung. Rasio bisa diaplikasikan untuk kedua
parameter dari gas alam (atau relay) dan gas hasil ekstraksi dari minyak.

Tabel 2.5 Kode-kode indikasi gangguan bersarkan rasio Roger[9]


R2 R1 R5
Case Suggested fault diagnosis
C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
0 <0,1 >0,1 to <0,1 <0,1 Unit Normal
PDLow-energy density
1 <0,1 <0,1 <0,1
arcing
22

Tabel 2.5 lanjutan

R2 R1 R5
Case Suggested fault diagnosis
C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
ArcingHigh-energy
2 0,1 to 3,0 0,1 to 1,0 >0,3
discharge
>0,1 to Low temperature thermal
3 <0,1 1,0 to 3,0
<1,0
4 <0,1 >1,0 1,0 to 3,0 Thermal <7000C
5 <0,1 >1,0 >0,3 Thermal >7000C

Indikasi gangguan yang terjadi berdasarkan rasio roger memiliki masalah


tertentu pada minyak isolasi trafo[10]. Berikut ini penjelasan terkait dengan enam
diagnosis gangguan tersebut.
Kode 0, tidak terjadi indikasi gangguan pada minyak isolasi trafo sehingga
kondisi minyak masih dalam keadaan baik. Namun perlu tetap dilakukan
pemantauan akan kenaikan gas terlarut lainnya dengan pengambilan
sampel uji pada interval waktu berikutnya.
Kode 1, terjadi pelepasan muatan yang disebabkan udara yang terjebak
dalam sistem isolasi atau minyak mengandung banyak kadar air. Selain itu
bisa juga disebabkan oleh perforasi dari isolasi padat yang diakibatkan
oleh sparking atau arcing atau loncatan arus yang biasanya menimbulkan
gas CO dan CO2.
Kode 2, terjadi loncatan bunga api akibat sparking yang terus menerus
antara gulungan dengan gulungan atau gulungan dengan ground, atau pada
tap changer pada saat switching, atau kebocoran minyak isolasi dari tank
tap changer ke tank utama. Kondisi ini menyebabkan menurunnya harga
dielektrik dari minyak isolasi.
Kode 4, Terjadi overheating pada inti transformator. Hubung singkat pada
lapisan laminasi inti. Overheating disebabkan karena adanya arus eddy.
Kontak hubung yang jelek pada sisi terminal incoming, atau kontak pada
tap changer. Terjadi sirkulasi arus antara inti transformator dengan
ground, karena sistem grounding transformator tidak satu titik.
23

Kode 5, sama seperti kode 4 hanya saja gangguan yang terjadi berakibat
kepada kerusakan isolasi selulosa dan akan menimbulkan gas CO dan
CO2.

Diagram alir dalam menggunakan metode rasio roger untuk menentukan


karakteristik fault gas yang terbentuk dari minyak trafo dapat ditunjukkan pada
gambar 2.9. Terdapat perbedaan prosedur penggunaan rasio roger jika
dibandingkan dengan doernenburg karena tidak memiliki syarat dengan batas gas-
gas tertentu.

Gambar 2.12 Diagram alir rasio roger[9]

2.2.4.5 Metode Duval Triangle


Metode segitiga duval menggunakan standar IEC 60599-2007-05[11].
Metode duval triangle merupakan pengembangan dari rasio standar IEC 60599
yang kemudian direpresentasikan dalam enam zona gangguan pada segitiga sama
sisi. Kondisi khusus yang diperhatikan dengan metode ini adalah konsentrasi
metana (CH4), etilen (C2H4), dan asetilen (C2H2). Konsentrasi total ketiga gas
24

ini adalah 100% namun perubahan komposisi dari ketiga gas ini menunjukan
kondisi fenomena kegagalan.
Konsentrasi gas ini akan dihitung dan digambarkan di ketiga koordinat sisi
diagram segitiga menggunakan rasio:
CH 4
CH 4= x 100
CH 4 +C 2 H 4+C 2 H 2 (2.1)
C2H 4
%C2H4= x 100
CH 4 +C 2 H 4+C 2 H 2 (2.2)
C 2H 2
%C2H2= x 100
CH 4 +C 2 H 4+C 2 H 2 (2.3)
Daerah koordinat yang tergambar pada segitiga duval akan membentuk
titik yang menunjukkan indikasi kegagalan pada transformator. Berikut ini standar
IEEE untuk segitiga duval berikut dengan daerah gangguan.

Tabel 2.6 Segitiga duval dengan kode zona gangguan[11]


Segitiga Duval (IEC 60599-2007-05)
Zona Duval Triangle Zona Indikasi Gangguan
T1 Thermal faults, 3000C
T2 Thermal faults,
3000C<T7000C
T3 Thermal faults, > 7000C
D1 Discharge energi rendah
D2 Discharge energi tinggi
DT Campuran termal dan
electrical fault
PD Peluahan parsial

Daerah pada segitiga duval pada tabel 2.6 terbagi atas enam zona indikasi
gangguan pada minyak trafo. Keenam zona tersebut dapat mewakili berbagai
karakteristik kegagalan pada minyak trafo.

2.2.4.6 Metode Duval Pentagon


25

Beberapa metode yang tersedia untuk interpretasi data analisis gas terlarut
menghasilkan indikasi terhadap minyak isolasi peralatan listrik. Metode ini
menggunakan lima rasio utama pada gas hidrokarbon yaitu H2, CH4, C2H6,
C2H4, dan C2H2, baik itu dua rasio gas, seperti pada IEEE dan IEC, tiga rasio gas
pada duval triangle[12].
Duval pentagon merupakan metode baru yang ditemukan pada tahun 2014
oleh Michel Duval yang merepresentasikan lima rasio utama gas hidrokarbon
kedalam bentuk pentagon (segilima) dengan tujuh indikasi kegagalan pada
minyak trafo yang dapat dilihat pada tabel 2.7. Metode ini merupakan aplikasi
terhadap minyak isolasi mineral pada peralatan.
Dalam representasi baru dari Duval Pentagon, persentase relatif dari lima
gas hidrokarbon dihitung dalam analisa DGA. Singkatnya, persentase relatif dari
H2 = (ppm dari H2)/(ppm dari H2 + CH4 + C2H6 + C2H4 + C2H2). Sebagai
contoh perhitungan dari duval pentagon dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.13 Contoh representasi dari duval pentagon[12]


Setiap titik sudut pentagon sesuai dengan salah satu gas, sebagai contoh
H2. Persentase relatif dari H2 dilukiskan antara daerah titik pusat pentagon (0%
H2) dengan puncak pentagon H2 (100% H2). Hal ini berlaku untuk 4 gas lainnya.
Dalam contoh gambar 2.10 menghasilkan analisis DGA adalah H2 = 31 ppm,
C2H6 = 130 ppm, CH4 = 192 ppm, C2H4 = 31 ppm, dan C2H2 = 0 ppm.
Persentase relatif dari masing-masing gas (8, 34, 50, 8, dan 0%) digambarkan
dalam axis masing-masing, menghasilkan lima titik yang berbeda seperti yang
terlihat pada kotak merah. Titik pusat (centroid) dari poligon tak beraturan yang
26

digambarkan dari lima titik ini setelah dilakukan perhitungan matematis, akan
menghasilkan titik ke-6 yang digambarkan dengan kotak biru pada gambar 2.10
yang merupakan titik akhir representasi hasil DGA yang didapatkan.

Tabel 2.7 Zona indikasi metode duval pentagon[12]


Zona Indikasi Gangguan
T1 Thermal faults, 3000C
T2 Thermal faults, 3000C<T7000C
T3 Thermal faults, > 7000C
D1 Discharge energi rendah
D2 Discharge energi tinggi
DT Campuran termal dan electrical fault
PD Peluahan parsial
S Stray gassing (S) dari minyak mineral pada
suhu 1200C dan 2000C di laboratorium

2.3 Termal pada Transformator


Besaran pembebanan yang diberikan terhadap transformator menentukan
kenaikan suhu transformator tersebut. Dalam menentukan besarnya kenaikan suhu
transformator diasumsikan sebuah diagram termal yang sederhana seperti Gambar
2.11

Gambar 2.14 Diagram Termal


Keterangan:
A: suhu minyak atas yang diperoleh sebagai ratarata suhu minyak pada keluaran
minyak dan suhu pada kantong minyak, B: suhu minyak campuran di dalam
tangki pada belitan bagian atas (seringkali mempunyai suhu yang sama dengan
27

A), C: suhu minyak ratarata didalam tangki, D: suhu minyak pada dasar belitan,
E: dasar tangki, gr: gradien suhu belitan ratarata e minyak ratarata (di dalam
tangki) pada arus pengenal, H: faktor titik panas, P: suhu titik panas, Q: suhu
belitan ratarata yang ditentukan oleh pengukuran resistansi, sumbu X: suhu,
sumbu Y: posisi relatif.

2.3.1 Laju Penuaan Termal Relatif


Penuaan atau pemburukan isolasi adalah waktu terhadap suhu, kandungan
air, oksigen dan asam, model yang ditampilkan pada standar ini hanya
berdasarkan pada suhu isolasi sebagai parameter.
Karena distribusi suhu tidak seragam, bagian yang beroperasi pada suhu
tertinggi biasanya akan mengalami pemburukan paling besar sehingga laju
penuaan berdasarkan pada suhu titik panas belitan. Laju penuaan relatif V
ditentukan sesuai persamaan (13) untuk kertas yang ditingkatkan secara non
termal dan persamaan
(14) untuk kertas yang ditingkatkan secara termal. Laju penuaan relatif
didefinisikan:
V =2(h98)/ 6 (2.4)
dimana : suhu titik panas C, V : nilai relatif dari umur pemakaian.

2.4 Susut Umur Transformator


Susut umur yang disebabkan oleh operasi harian atau bulanan pada suhu
panas setempat 98 C dapat dinyatakan dalam satuan bulanan, harian atau
jam[15]. Jika beban dan suhu sekitar konstan selama satu periode maka susut
umur relatif:
v .t
t= (2.5)
periode waktu
dimana t: konstanta waktu, V: nilai relatif dari umur pemakaian, T: periode
pemakaian.

Anda mungkin juga menyukai