Anda di halaman 1dari 9

Belanda :

Belanda sendiri pertama kali masuk ke Indonesia melalui sebuah pelayaran yang
pimpin oleh Cornelis de Houtman. Sejak kedatangannya, banyak pelayaran-pelayaran
lain yang dilakukan oleh orang Belanda ke Indonesia dengan tujuan mendapatkan
rempah-rempah dengan harga yang murah. Lalu, dengan tujuan memonopoli
perdagangan di Nusantara, Belanda mendirikan sebuah kongsi dagang yang dikenal
dengan nama VOC (Veerenidge Oost Indische Compagnie). VOC sendiri memiliki
berbagai hak-hak istimewa yang diberikan kepada mereka karena mereka adalah wakil
dari pemerintah Belanda di Indonesia. Jan Pieterzoon Coen adalah orang pertama yang
meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara.

Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempah-rempah hasil


kekayaan alam indonesia di Lisabon (ibukota Portugis) Pada masa itu, Belanda masih
dalam penjajahan Spanyol. Tahun 1585 Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah
dari Lisabon karena Portugis di kuasai oleh bangsa Spanyol. Bulan April 1595 Belanda
memulai pelayaranya menuju nusantara dengan empat buah kapal dibawah pimpinan
Cornelis de houtman dan De Keyzer, Pelayaran bangsa Belanda ke Indonesia melaui jalur
palayaran Portugis, Pelayaran de houtman memasuki wilayah Nusantara melalui selat
sunda.

Faktor-faktor yang mendorong bangsa-bangsa Barat pergi ke dunia Timur, antara


lain sebagai berikut:

1.Dikuasainya rute dan pusat-pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang-orang


Islam.
2.Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan
peta dan kompas yang sangat penting bagi pelayaran.
3.Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal sehingga
harganya lebih murah dan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
4.Adanya keinginan untuk melanjutkan Perang Salib dan menyebarkan agama Nasrani ke
daerah-daerah yang dikunjungi.
5.Adanya jiwa petualangan sehingga menggugah semangat untuk melakukan
penjelajahan samudra.

Kedatangan bangsa barat di nusantara

Bangsa barat datang ke Indonesia pada awalnya bertujuan untuk menguasai


Indonesia. Karena Indonesia kaya akan hasil buminya. Termasuk rempah-rempah, bangsa
barat datang ke Indonesia. Di samping itu, mereka ke Indonesia membawa misi
menyebarkan agama, mereka melakukan penjelajahan samudra, karena memiliki
keinginan mencari kekayaan dan kejayaan

Bangsa Eropa melakukan penjajahan ke Indonesia bukan sekedar berdagang mereka


ingin mencari kekayaan dan kejayaan. Hal ini terbukti selama 350 tahun Indonesia di
bawah naungan kekuasaan penjajah. Berbagai organisasi rakyat muncul. Tujuannya untuk
melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan berbagai cara.

Kekuasaan bangsa portugis ke Indonesia tahun 1511 armada penjajahan portugis


dibawah pimpinan Alfonso De Alberqueque tiba di malaka berperang melawan Sultan
malaka yaitu Sultan Mahmud Syah ( 1488-1528). Bangsa portugis melanjutkan
perjalanan dari pulau Hituoke Ternate maluku, dengan tujuan menguasai daerah
penghasil rempah-rempah portugis dapat diusir dari wilayah maluku pada tahun 1575.

Pekembangan Kolonialisme dan Imperalisme Barat

Faktor-faktor pndorong bangsa Eropa ke Indonesia. Akibat terjadinya perubahan politik


di Eropa yang disebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, Perang salib, dan
jatuhnya Kekaisaran Byzantium, maka berpengaruh terhadap perubahan ekonomi dan
sosial di Eropa. Hal ini mendorong bangsa Eropa menyebar ke berbagai belahan dunia
termasuk ke kepulauan Indonesia.

Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol, Sebelum bansa Eropa datang, di Indonesia
telah berdiri kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan tersebut menjadi pusat perdagangan
kerajaan itu antara lain, Aceh, Banten, Demak, Cirebon, Banjar, Ternate, Makasar, dan
Tidore. Bangsa barat yang datang pertama kali di Indonesia yaitu bangsaPortugis. Pada
tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Maluku dari Filipina melalui Kalimantan,
kemudian menuju Tidore. Wilayah ternate bersekutu dengan Portugis sedangkan wilayah
Tidore bersekutu dengan Spanyol. Karena itu terjadi persaingan antara Portugis dan
Spanyol. Persaingan diatasi dengan perjanjian Tordesilas pada tahun 1534. Dalam
perjanjian itu disebutkan, bahwa Maluku sebagai daerah jajahan Portugis. Akhirnya
Spanyol meninggalkan Maluku dan kembali ke Filipina

Pngaruh Impetialisme dan Kolonialisme terhadap bangsa Indonesia

1. Bidang Politik

2. Bidang Ekonomi

3. Bidang Soaial

4. Bidang Budaya

Kekuasaan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)

Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di Banten. Kedatangan mereka pada
awal memang dicurigai, tetapi setelah menerangkan maksud kedatangannya hanyalah
untuk berdagang, maka penguasa dan rakyat Banten menyambut dengan baik, Hal ini atas
pertimbangan bahwa dengan kedatangan mereka selain dapat menambah pendapatan
kerajaan melalui perdagangan, dapat juga dijadikan sekutu melawan Portugis, Akan tetapi
suasana persahabatan itu tidak berlangsung lama karena timbul persaingan diantara
pedagang-pedagang Eropa.

Orang-orang belanda bersikap kasar sehingga menimbulkan keonaran. Akibatnya,


penguasa Banten menangkap orang-orang Belanda termasuk Cornelis de Houtman.
Orang-orang Belanda membalas dengan menembaki Banten dari kapal-kapal mereka. Hal
ini menimbulkan suasana permusuhan. Untuk mengatasi hal ini kemudian diadakan
perjanjian, yang menerangkan bahwa penguasa Banten akan melepas orang-orang
Belanda asal mereka mau memberikan tebusan dan setelah itu harus meninggalkan
Banten.

Akhirnya, dengan tebusan uang mereka dibebaskan. Belanda meneruskan


perjalanan ke timur menyusuri Pantai Utara Jawa. Mereka tidak singgah di pelabuhan itu
karena pelabuhan itu tidak mau menerima kedatangannya, Mereka segera kembali ke
negrinya. Keuntungan yang diperoleh Belanda adalah mengetahui secara langsung jalur
pelayaran dan daerah penghasil rempah-rempah.

Tahun 1598, Belanda datang di Indonesia yang kedua kalinya menuju Banten di
dibawah pimpinan Jacob van Neck, Meskipun sebelumnya Belanda sudah menimbulkan
keonaran, tetapi ternyata kedatangan yangke dua kali di Banten disambut baik.
Kedatangan Jacob van Neck segera diikuti oleh pedagang Belanda lainnya.

Tujuan VOC ke Indonesia

Belanda membentuk suatu kongsi dagang bersama yang disebut Vereeningde


Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602 terbentuknya maskapai Hindia Timur
(VOC) yang dimarkaskan di Amsterdam, Pembentukan VOC atas usul Johan van
Oldenborneve.

Dibentuknya VOC selain untuk menghindari persaingan di antara pedagangan


Belanda sendiri, juga bertujuan menyaingi kongsi dagang Inggris yang sudah terlebih
dahulu ada di India, yaitu EIC (East India Company). Tujuan VOC di Indonesia, antara
lain menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, menguasai kerajaan di Indonesia, dan
melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Setelah berhasil menguasai
pelabuhan-pelabuhan penting, dengan politik Devide et Impera (Memecah dan
Menguasai )

Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen Belanda memberi Hak Oktoori, yang
isinya :
1) Hak Monopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.

2) Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.

3) Hak untuk mengadakan perang dan menjajah.

4) Hak sebagai wakil pemerintah Belanda di Indonesia.

5) Hak untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja di Indonesia.

6) Hak untuk mengangkat pegawa.

7) Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.

8) Hak untuk memungut pajak.

Dalam Monopoli Perdagangan rempah-rempah di Indonesia VOC memberlakukan Hal-


hal berikut :

Hak Eksteerposi (Hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara


menebang/memusnahkannya bila perlu

Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan, pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli


perdagangan di Indonesia

Berakhirnya VOC

Setelah berjalan sekitar 200 tahun, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat
melaksanakan tugasnya karena mengalami kebrangkrutan. Pada tanggal 31 Desember
1799 secara resmi VOC dibubarkan.
Pelaksanaan Tanam Paksa

Van Den Bosch, seorang tokoh Belanda yang mengusulkan dilaksanakannya


Cultuur Stelsel Tanam Paksa. Latar belakang dilaksanakannya tanam paksa yaitu
karena terjadi kesulitan keuangan yang dialami pemerintah Belanda pada awal abad 19
kas negeri Belanda kosong. Di samping itu Belanda sedang menghadapi Belgia yang
berusaha melepaskan diri. Di Indonesia terjadi perlawanan Diponegoro. Dalam upaya
mengatasi keadaan tersebut, Van Den Bosch mengusulkan agar pemerintah belanda
meningkatkan produksi tanam perdagangan.

Usul tersebut disetujui oleh pemerintah Belanda dan Van Den Bosch diangkat menjadi
Gubernur Jendral Hindia Belanda sekaligus pelaksanaan tanam paksa. Cultuurprocenten
adalah semacam persen atau hadiah bagi para pelaksana tanam paksa dapat menyerahkan
hasil persen melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dengan tepat waktu. Kesempatan
ini digunakan oleh para pelaksana tanam paksa untuk memaksa rakyat bekerja ekstra
keras, agar hasil panen meningkat demi kepentingan pribadinya.

Akibat pelaksanaan Tanam Paksa

Hal ini membawa akibat yang sangat berat bagi rakyat Indonesia, Misalnya, akibat
tanah terbengkala, panen gagal, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, kematian.
Daerah-daerah yang paling banyak mengalami penderitaan ini adalah Demak, Purwodadi,
dan Priangan. Sedangkan bagi Belanda membawakan keuntungan yang melimpah.
Berjuta-juta gulden uang mengalir ke negeri Belanda sehingga dapat digunakan untuk :
Mengisi kekosongan kas negara, melunasi hutang, membuat jalan kereta api dan
pelabuhan, dan membangun pusat perindustrian.

Reaksi terhadap Tanam Paksa

Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat. Reaksi ini datang dari
Douwes Dekker dan Frans van der Putte ,yang berisi :
1) Max Hevelaar karya Douwes Dekker (Multatuli). Dalam buku yang berarti Lelang
Kopi, dijelaskan bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa, khususnya Banten dan
Priangan. Mereka diperas oleh pegawai Belanda dengan cara harus menanam kopi yang
hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tekanan para
pegawainya.

2) Suiker Contracten (Kontrak Gula) Karya Frans van der putte. Pada tahun 1850,
timbulah perdebatan mengenai pelaksanaan tanam paksa. Ada yang Pro dan ad yang
Kontra.Mereka yang menyetujui terutama para pegawai pemerintah dan para pengelola
NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij), Suatu perusahaan pengangkutan. Golongan
yang menentang yaitu golongan liberal dan agama.

Penghapusan Tanam paksa

Karena banyak reaksi yang muncul, Pemerintah Belanda mulai berusaha untuk
menghapuskan tanam paksa secara bertahap, Misalnya menghapuskan tanam paksa lada
pada tahun 1860 dan tanam paksa nilai serta teh pada tahun 1865. Keseluruhan tanam
paksa dihapuskan pada tahun 1870, tanam paksa dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1830-1870 (40 tahun).

Politik Kolonial Liberal

Di Indonesia tidak terlepas dari perubahan politik di Belanda. Pada tahun 1850,
golongan liberal di negeri Belanda mulai memperoleh kemenagan dalam pemerintah.
Kemenangan itu di peroleh secara mutlak pada tahun 1870, sehingga tanam paksa dapat
dihapuskan. Pada tahun 1870 di Indonesia dilaksanakan politik kolonial liberal atau
sering disebut Politik pintu terbuka (Open door policy). Sejak itu pemerintah Hindia
Belanda membuka Indonesia dari para pengusaha swasta asing untuk menanamkan
modalnya, khusus di bidang perkebunan.
Pelaksanaan ditandai dengan keluarga Undang-undang De Waal, yaitu Undang-undang
Agraria dan Undang-undang Gula. Undang-undang Agraria (Agrarische wet)
menjelaskan, Bahwa semua tanah di Indonesia adalah milik pemerintah kerajaan
Belanda. Oleh karena itu pihak swasta boleh menyewakan dengan jangka waktu antara
50-75 tahun di luar tanah yang digunakan oleh penduduk untuk bercocok tanam. Dalam
Undang-undang Gula (Suiker Wet) ditetapkan bahwa tebu tidak boleh diangkut ke luar
Indonesia tetapi harus di proses di dalam negeri.

Munculnya peerkebunan swasta di Indonesia

Terbukanya Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya pekebunan-


perkebunan swasta asing di Indonesia seperti perkebunan teh dan kina di Jawa Barat,
perkebunan tembakau di Deli, perkebunan tebu di Penanaman modal di bidang
pertambangan seperti tambang timah di Bangka dan tambang batu bara di Umbilin.
Pengaru gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum :

1) Tanam paksa dihapus.

2) Modal swasta asing mulai ditanamkan di Indonesia.

3) Usaha kerajinanrakyat terdesak oleh barang impor.

4) Pemerintah Hindia Belanda membangun prasarana-prasarana.

5) Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang penting.

6) Rakyat perdesaan mulai mengenal arti pentingnya uang.


Para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak, mereka harus mau
menerima semua yang telah ditetapkan oleh perusahaan pihak pengusaha memang
mempunyai peraturan yang disebut Poenale Sanctie yaitu peraturan yang menetapkan
pemberian sanksi hukuman bagi para buruh yang melarikan diri dan tertangkap kembali.

Kaum liberal memandang Hindia Belanda sebagai ladang pihak swasta sehingga dapat
menimbulkan akibat-akibat :

1) Timbulnya Urbanisasi. hal ini terjadi karena rakyat yang tidak mempunyai tanah,
pergi ke kota untuk mencari kehidupan dengan bekerja pada pabrik-pabrik yang telah
didirikan oleh swasta maupun pemerintah.

2) Penduduk kota semakin bertambah pesat

3) Timbulnya kaum buruh.

4) Tanah perkebunan semakin luas.

Anda mungkin juga menyukai