Belanda sendiri pertama kali masuk ke Indonesia melalui sebuah pelayaran yang
pimpin oleh Cornelis de Houtman. Sejak kedatangannya, banyak pelayaran-pelayaran
lain yang dilakukan oleh orang Belanda ke Indonesia dengan tujuan mendapatkan
rempah-rempah dengan harga yang murah. Lalu, dengan tujuan memonopoli
perdagangan di Nusantara, Belanda mendirikan sebuah kongsi dagang yang dikenal
dengan nama VOC (Veerenidge Oost Indische Compagnie). VOC sendiri memiliki
berbagai hak-hak istimewa yang diberikan kepada mereka karena mereka adalah wakil
dari pemerintah Belanda di Indonesia. Jan Pieterzoon Coen adalah orang pertama yang
meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara.
Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol, Sebelum bansa Eropa datang, di Indonesia
telah berdiri kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan tersebut menjadi pusat perdagangan
kerajaan itu antara lain, Aceh, Banten, Demak, Cirebon, Banjar, Ternate, Makasar, dan
Tidore. Bangsa barat yang datang pertama kali di Indonesia yaitu bangsaPortugis. Pada
tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Maluku dari Filipina melalui Kalimantan,
kemudian menuju Tidore. Wilayah ternate bersekutu dengan Portugis sedangkan wilayah
Tidore bersekutu dengan Spanyol. Karena itu terjadi persaingan antara Portugis dan
Spanyol. Persaingan diatasi dengan perjanjian Tordesilas pada tahun 1534. Dalam
perjanjian itu disebutkan, bahwa Maluku sebagai daerah jajahan Portugis. Akhirnya
Spanyol meninggalkan Maluku dan kembali ke Filipina
1. Bidang Politik
2. Bidang Ekonomi
3. Bidang Soaial
4. Bidang Budaya
Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di Banten. Kedatangan mereka pada
awal memang dicurigai, tetapi setelah menerangkan maksud kedatangannya hanyalah
untuk berdagang, maka penguasa dan rakyat Banten menyambut dengan baik, Hal ini atas
pertimbangan bahwa dengan kedatangan mereka selain dapat menambah pendapatan
kerajaan melalui perdagangan, dapat juga dijadikan sekutu melawan Portugis, Akan tetapi
suasana persahabatan itu tidak berlangsung lama karena timbul persaingan diantara
pedagang-pedagang Eropa.
Tahun 1598, Belanda datang di Indonesia yang kedua kalinya menuju Banten di
dibawah pimpinan Jacob van Neck, Meskipun sebelumnya Belanda sudah menimbulkan
keonaran, tetapi ternyata kedatangan yangke dua kali di Banten disambut baik.
Kedatangan Jacob van Neck segera diikuti oleh pedagang Belanda lainnya.
Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen Belanda memberi Hak Oktoori, yang
isinya :
1) Hak Monopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.
Berakhirnya VOC
Setelah berjalan sekitar 200 tahun, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat
melaksanakan tugasnya karena mengalami kebrangkrutan. Pada tanggal 31 Desember
1799 secara resmi VOC dibubarkan.
Pelaksanaan Tanam Paksa
Usul tersebut disetujui oleh pemerintah Belanda dan Van Den Bosch diangkat menjadi
Gubernur Jendral Hindia Belanda sekaligus pelaksanaan tanam paksa. Cultuurprocenten
adalah semacam persen atau hadiah bagi para pelaksana tanam paksa dapat menyerahkan
hasil persen melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dengan tepat waktu. Kesempatan
ini digunakan oleh para pelaksana tanam paksa untuk memaksa rakyat bekerja ekstra
keras, agar hasil panen meningkat demi kepentingan pribadinya.
Hal ini membawa akibat yang sangat berat bagi rakyat Indonesia, Misalnya, akibat
tanah terbengkala, panen gagal, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, kematian.
Daerah-daerah yang paling banyak mengalami penderitaan ini adalah Demak, Purwodadi,
dan Priangan. Sedangkan bagi Belanda membawakan keuntungan yang melimpah.
Berjuta-juta gulden uang mengalir ke negeri Belanda sehingga dapat digunakan untuk :
Mengisi kekosongan kas negara, melunasi hutang, membuat jalan kereta api dan
pelabuhan, dan membangun pusat perindustrian.
Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat. Reaksi ini datang dari
Douwes Dekker dan Frans van der Putte ,yang berisi :
1) Max Hevelaar karya Douwes Dekker (Multatuli). Dalam buku yang berarti Lelang
Kopi, dijelaskan bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa, khususnya Banten dan
Priangan. Mereka diperas oleh pegawai Belanda dengan cara harus menanam kopi yang
hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tekanan para
pegawainya.
2) Suiker Contracten (Kontrak Gula) Karya Frans van der putte. Pada tahun 1850,
timbulah perdebatan mengenai pelaksanaan tanam paksa. Ada yang Pro dan ad yang
Kontra.Mereka yang menyetujui terutama para pegawai pemerintah dan para pengelola
NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij), Suatu perusahaan pengangkutan. Golongan
yang menentang yaitu golongan liberal dan agama.
Karena banyak reaksi yang muncul, Pemerintah Belanda mulai berusaha untuk
menghapuskan tanam paksa secara bertahap, Misalnya menghapuskan tanam paksa lada
pada tahun 1860 dan tanam paksa nilai serta teh pada tahun 1865. Keseluruhan tanam
paksa dihapuskan pada tahun 1870, tanam paksa dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1830-1870 (40 tahun).
Di Indonesia tidak terlepas dari perubahan politik di Belanda. Pada tahun 1850,
golongan liberal di negeri Belanda mulai memperoleh kemenagan dalam pemerintah.
Kemenangan itu di peroleh secara mutlak pada tahun 1870, sehingga tanam paksa dapat
dihapuskan. Pada tahun 1870 di Indonesia dilaksanakan politik kolonial liberal atau
sering disebut Politik pintu terbuka (Open door policy). Sejak itu pemerintah Hindia
Belanda membuka Indonesia dari para pengusaha swasta asing untuk menanamkan
modalnya, khusus di bidang perkebunan.
Pelaksanaan ditandai dengan keluarga Undang-undang De Waal, yaitu Undang-undang
Agraria dan Undang-undang Gula. Undang-undang Agraria (Agrarische wet)
menjelaskan, Bahwa semua tanah di Indonesia adalah milik pemerintah kerajaan
Belanda. Oleh karena itu pihak swasta boleh menyewakan dengan jangka waktu antara
50-75 tahun di luar tanah yang digunakan oleh penduduk untuk bercocok tanam. Dalam
Undang-undang Gula (Suiker Wet) ditetapkan bahwa tebu tidak boleh diangkut ke luar
Indonesia tetapi harus di proses di dalam negeri.
Kaum liberal memandang Hindia Belanda sebagai ladang pihak swasta sehingga dapat
menimbulkan akibat-akibat :
1) Timbulnya Urbanisasi. hal ini terjadi karena rakyat yang tidak mempunyai tanah,
pergi ke kota untuk mencari kehidupan dengan bekerja pada pabrik-pabrik yang telah
didirikan oleh swasta maupun pemerintah.