Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Pengertian Perpustakaan
Pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber-sumber
lainnya (Palupi, 2012), diantaranya:
1. Menurut IFLA (International of Library Associations and Institutions)
Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan atau
sumber informasi dalam komputer yang tersusun secara sistematis untuk
kepentingan pemakai.
2. Menurut Sutarno NS., Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari
gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang
disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan
apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca. (NS, 2003)
3. Dalam UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa:
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan


Pada Pasal 4 UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa
Perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan
kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan


Dalam pasal 3 UU No.43 tahun 2007 disebutkan bahwa Perpustakaan
berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Fungsi pendidikan
diwujudkan dengan perpustakaan yang mampu meningkatkan kegemaran membaca
penggunanya. Fungsi penelitian diterapkan dengan menyediakan pelayanan untuk
pemakai dalam memperoleh informasi sebagai bahan rujukan untuk kepentingan
penelitian. Fungsi pelestarian yaitu sebagai tempat melestarikan bahan pustaka
(bahan pustaka merupakan sumber ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya). Fungsi
1
2

informasi diterapkan dengan menyediakan sumber-sumber pustaka yang lengkap dan


bermutu. Fungsi rekreasi diterapkan dengan menyediakan buku hiburan dan tata
ruang yang bersifat rekreatif.
Selain fungsi-fungsi tersebut, ada pula fungsi sosial, yang diartikan sebagai
wadah sosialisasi antar pengunjung dalam memperoleh informasi. Selain fungsi, ada
pula salah satu tugas pokok dari perpustakaan yaitu sebagai the preservation of
knowledge; artinya: mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan semua ilmu
pengetahuan atau gagasan-gagasan manusia dari zaman ke zaman. (Trimo, 1997)

2.1.4 Ruang pada Perpustakaan

Tabel 6. Ruang dan Peralatan pada Perpustakaan

Sumber: Standar Nasional Perpustakaan (2011)

Berdasarkan data tersebut, ruang-ruang yang minimal dibutuhkan pada


perpustakaan antara lain: ruang sirkulasi, ruang koleksi, ruang baca dan ruang kerja
staf, termasuk peralatan yang dibutuhkan di setiap ruangan tersebut. (Tabel 4)

2.1.5 Perlengkapan Ruang Perpustakaan


Menurut Darmono (2001), beberapa perlengkapan pokok yang dibutuhkan
sebuah perpustakaan antara lain:
1. Rak atau lemari buku, berfungsi untuk menempatkan koleksi buku.
3

2. Rak surat kabar, berfungsi untuk meletakkan surat kabar agar tidak mudah rusak
atau sobek.
3. Rak majalah, berfungsi untuk meletakkan majalah.
4. Meja dan kursi baca, perlengkapan ini sangat dibutuhkan oleh perpustakaan untuk
melayani pengguna perpustakaan yang ingin membaca koleksi buku di ruang
perpustakaan.
5. Meja dan kursi kerja, berguna bagi staf perpustakaan untuk melaksanakan
aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugasnya.
6. Meja sirkulasi, berfungsi untuk melayani pengguna yang akan meminjam atau
mengembalikan koleksi buku perpustakaan.
7. Lemari catalog, berfungsi untuk menyimpan kartu catalog.
8. Kereta buku, berfungsi untuk mengangkut buku yang dikembalikan oleh
pengguna perpustakaan (dari sirkulasi ke rak buku) atau mengangkut buku yang
telah diproses dibagian pembinaan koleksi ke rak buku.
9. Papan display, berfungsi untuk memamerkan koleksi buku baru yang akan
dilayankan oleh perpustakaan.

2.1.6 Sistem Pelayanan pada Perpustakaan


Ada dua macam sistem pelayanan yang biasa dilakukan oleh perpustakaan,
yaitu sistem pelayanan terbuka dan sistem pelayanan tertutup. Masing-masing sistem
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan (Saleh, 2001):
A. Sistem Pelayanan Terbuka (Open Access)
Dalam sistem pelayanan terbuka, perpustakaan memberi kebebasan kepada
pengguna untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya dari
rak. Petugas hanya mencatat apabila koleksi tersebut akan dipinjam serta
dikembalikan.
Kelebihannya:
Pengguna bebas memilih bukunya sendiri
Kebebasan ini menimbulkan rangsangan untuk membaca
Kalau buku yang dikehendaki tidak ada, dapat memilih buku lain dengan subyek
atau topik yang sama.
Kekurangannya:
Susunan buku dalam rak menjadi sulit teratur
4

Kemungkinan banyak buku yang hilang


B. Sistem Pelayanan Tertutup (Close Access)
Kebalikan dari sistem terbuka, pengunjung tidak boleh masuk ke ruangan
koleksi, tetapi koleksi yang dicari harus diambilkan oleh petugas. Penelusuran atau
pencarian koleksi harus melalui katalog. Petugas perpustakaan, selain mencatat
peminjaman dan pengembalian, juga mengambilkan dan mengembalikan koleksi ke
rak.
Kelebihannya:
Susunan dan letak buku terpelihara
Tidak perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna.
Kekurangannya:
Kebebasan melihat buku tidak ada, harus dicari melalui katalog
Melihat dari katalog tidak selalu efektif, karena dalam katalog ada, tetapi buku
yang dicari sering tidak ada, dan harus memilih lagi sampai berulang-ulang
Petugas harus mengambilkan dan mengembalikan buku
Katalog harus lengkap
C. Sistem Pelayanan Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi adalah pelayanan yang menyangkut peredaran bahan-bahan
pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan. Pada pelayanan sirkulasi ini dilakukan
proses peminjaman bahan pustaka yang boleh dipinjam, penentuan jangka waktu
peminjaman, pengembalian bahan pustaka yang dipinjam dan pembuatan statistik
peminjaman untuk membuat laporan perpustakaan. Jenis koleksi yang dipinjamkan
biasanya terbatas kepada bahan tercetak saja. Tetapi ada juga perpustakaan yang
meminjamkan bahan-bahan non-buku seperti kaset audio, kaset video, Compact Disc
dan lain-lain. Bahan tercetakpun tidak semua dipinjamkan. Jenis bahan pustaka yang
lazim dipinjamkan adalah buku teks.
Peminjamannya biasanya terbatas kepada anggota perpustakaan, dalam hal ini
guru dan siswa serta tenaga administrasi lainnya. Masyarakat luar yang bukan
anggota biasanya tidak boleh meminjam. Mereka hanya diperbolehkan membaca di
tempat. Jangka waktu peminjaman bervariasi antara perpustakaan yang satu dengan
perpustakaan yang lain. Begitu juga antara kelompok buku yang satu dengan
kelompok buku yang lain. Umumnya perpustakaan meminjamkan koleksi bukunya
5

selama dua minggu untuk jenis koleksi buku biasa dan satu hari (malam) untuk buku-
buku tandon (reserved collections). (Saleh, 2001)
Untuk melancarkan pekerjaan bagian sirkulasi, perlu dibuatkan buku petunjuk yang
memuat keterangan-keterangan mengenai:
Peraturan penggunaan bahan pustaka
Macam-macam bahan pustaka yang boleh dan tidak boleh dipinjam
Jangka waktu peminjaman, besar denda apabila terlambat mengembalikan,
menghilangkan atau merusakkan buku yang dipinjam
Keterangan jam buka perpustakaan
Keterangan mengenai tanda-tanda pada koleksi
Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu

2.2 Tinjauan Khusus


2.2.1 Perpustakaan Umum (Public Library)
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan,
menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat umum.
Perpustakaan umum diselenggarakan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa memandang latar belakang pendidikan, agama, adat istiadat,
umur, jenis dan sebagainya. (Palupi, 2012)

2.2.2 Fungsi Perpustakaan Umum


Fungsi Perpustakaan Umum diantaranya adalah:
a. Pusat Informasi: menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Preservasi kebudayaan: menyimpan dan menyediakan tulisan-tulisan tentang
kebudayaan masa lalu, kini dan pengembangan untuk masa yang akan datang.
c. Pendidikan: mengembangkan dan menunjang pendidikan non formulir diluar
sekolah dan universitas sebagai pusat kebutuhan penelitian.
d. Rekreasi: bahan-bahan bacaan yang bersifat hiburan dapat digunakan oleh
masyarakat untuk mengisi waktu luang.

2.2.3 Perpustakaan Anak


Menurut Sulistyo Basuki, perpustakaan anak adalah perpustakaan yang
ditujukan untuk anak. Koleksi dan pelayanan khusus yang ditujukan untuk anak dan
6

umumnya para anggota perpustakaan anak tersebut berusia 4-15 tahun. (Basuki,
1994)

2.2.4 Peran dan Fungsi Perpustakaan Anak


Peran perpustakaan anak, yaitu:
a) Memperkenalkan bacaan pada anak sejak dini sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan anak
b) Membantu anak mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan
c) Menunjang perkembangan anak
d) Meningkatkan minat baca pada anak
Fungsi perpustakaan anak, yaitu:
a) Pusat membaca buku-buku untuk anak
b) Sarana pendidikan secara non-formal kepada anak
c) Memenuhi kebutuhan anak akan informasi
d) Tempat untuk berinteraksi dengan sesama anak

2.2.5 Layanan Perpustakaan Anak


Menurut Joan M. Reitz pada bukunya yang berjudul Dictionary for Library
and Information Science, layanan anak adalah pelayanan perpustakaan yang
ditujukan untuk anak sampai berumur 12-13 tahun, yang di dalamnya sudah
termasuk pengembangan koleksi untuk remaja, lapsit services, mendongeng,
membantu pengajaran dalam mengerjakan tugas, program summer reading, dan
biasanya disediakan oleh pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan
umum. (Reitz, 2004)

2.2.6 Unsur-unsur Layanan Perpustakaan Anak


Perpustakaan anak memiliki empat unsur layanan (Hasiana, 2009), yaitu:
1. Koleksi
Yang dimaksud dengan bahan pustaka untuk anak ialah beragam materi yang
tersedia untuk anak, baik materi berbentuk buku maupun non-buku (kaset, CD, VCD,
DVD, film, games komputer dan lain-lain). Menurut Kamus Perpustakaan dan
Informasi karya Sutarno NS., buku anak adalah buku yang ditulis dan diilustrasikan
secara spesifik untuk anak sampai dengan umur 12-13 tahun. Beberapa macam buku
untuk anak antara lain bacaan fiksi dan non-fiksi, board book, sajak anak, buku
7

alphabet, buku berhitung, buku bergambar, easy books, bacaan untuk pemula, buku
cerita bergambar dan buku cerita.
Berdasarkan isi kandungannya, materi untuk anak dibedakan menjadi dua, yaitu
fiksi dan non-fiksi:
A. Fiksi untuk anak adalah semua bentuk prosa naratif yang mengandung unsur
rekaan yang ditujukan (dalam beberapa materi bahkan diciptakan oleh anak)
untuk anak dengan mengikuti kriteria-kriteria tertentu. Namun dapat juga karya
tersebut, yang mungkin pada awalnya ditujukan untuk orang dewasa, tetapi
karena dapat memenuhi kriteria-kriteria karya fiksi untuk anak maka karya
tersebut juga dapat dibaca oleh anak.
B. Materi non-fiksi adalah segala materi yang tidak berupa rekaan, yang
mengandung pengetahuan mengenai suatu aspek kehidupan nyata/ilmiah/religi
dam disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa dan penulisan serta
penjelasan yang dapat dipahami anak tanpa mengurangi nilai-nilai kandungan
ilmiah/kenyataan/religi materi tersebut.

Menurut Murti Bunanta pada bukunya yang berjudul Buku, Mendongeng dan
Minat Membaca, jenis cerita yang menarik anak untuk setiap tingkatan umur tentu
berlainan, tetapi bisa saja anak yang lebih kecil sudah dapat memahami dan
menyukai cerita yang pada umumnya untuk anak yang lebih besar, tergantung dari
pemahaman masing-masing anak dan pengalaman dari anak yang didapatkan
sebelumnya. (Bunanta, 2004)
A. Anak umur 0-2 tahun, buku untuk anak usia ini terbuat dari bahan yang tidak
mudah robek, aman, jumlah halaman tidak lebih dari 10 halaman, buku dengan
ilustrasi berwarna berani dan berbentuk jelas, serta cerita atau rangkaian kata
yang memancing interaksi. Untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran,
serta memperkenalkan buku sebagai media interaksi antara orangtua dan anak.
B. Anak umur 2-3 tahun, buku dengan ilustrasi cerdas dan jenaka serta rangkaian
kata yang dapat diucapkan bersama untuk mulai mengajak mereka berpikir
kreatif. Jenis cerita yang disukai adalah cerita yang memperkenalkan tentang
benda dan binatang di sekitar rumah, misalnya seperti sepatu, kucing dan
sebagainya. Sebaiknya lembaran buku terbuat dari bahan yang tidak mudah
lecek atau rusak.
8

C. Anak umur 3-5 tahun, pilih buku yang mengandung pilihan kata yang cerdas dan
kreatif serta ilustrasi yang menggugah imajinasi. Buku-buku yang
memperkenalkan huruf-huruf akan menarik perhatian, misalnya seperti huruf-
huruf yang bisa membentuk nama orang, nama binatang dan nama buah yang
ada dalam cerita. Menyediakan buku dengan tema permainan (misalnya puzzle),
dan menyediakan literatur yang menekankan pada bacaan yang sifatnya
menghibur dan membuat pesan moral.
D. Anak umur 5-7 tahun, pilih buku dengan tema yang unik serta tokoh yang
menarik. Pada usia ini, mereka mulai mengembangkan daya fantasinya, sudah
dapat menerima adanya benda atau binatang yang dapat berbicara. Menyediakan
bacaan-bacaan cerita ringan, yang memuat cerita konflik dan solusinya,
misalnya seperti kisah anak yang mampu mengatasi kesulitan hidupnya dalam
keluarga.
E. Anak umur 8-10 tahun, biasanya anak-anak amat menyukai cerita-cerita rakyat
yang lebih panjang dan rumit, cerita petualangan ke negeri dongeng yang jauh
dan aneh, juga cerita humor. Selain itu, menyediakan bacaan yang melukiskan
anak mampu mengatasi ketegangan seperti cerita anak korban bencana alam dan
juga dengan tema kemandirian.
F. Anak usia 10-13 tahun, pada usia ini anak-anak sudah mandiri membaca buku,
mulai menyadari emosi dan gagasannya sendiri, haus mengenal wawasan baru
dan perlu memperkaya kosa kata dan gaya berbahasanya. Di usia ini dapat
memperkenalkannya pada buku tanpa gambar atau bergambar sedikit, agar anak
tersebut dapat menggunakan imajinasinya untuk melihat dunia yang diceritakan
oleh buku tersebut.
2. Fasilitas
Fasilitas yang mendukung dalam pemberian pelayanan perpustakaan anak antara
lain adalah meja baca dan belajar, rak-rak buku berisi koleksi buku-buku anak, papan
tulis, komputeryang sudah dilengkapi dengangames yang mendidik untuk anak,
ruang bermain dengan berbagai macam mainan yang mendidik dan perlengkapan
belajar.
3. Jasa pada Perpustakaan Anak
Jasa perpustakaan anak (Febrinna, 2012), antara lain:
A. Peminjaman
9

Jasa peminjaman hampir ada di setiap perpustakaan. Salah satu tujuan datang ke
suatu perpustakaan adalah untuk membaca buku dan apabila perlu, buku tersebut
dapat dipinjam untuk dibaca di rumah atau di tempat lain. Peminjaman dapat
dilakukan apabila peminjam telah menjadi anggota perpustakaan tersebut.
B. Bimbingan Membaca
Menurut buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, bimbingan
membaca bermanfaat bagi anak-anak yang memerlukan bacaan tertentu, tetapi
belum atau tidak tahu cara mendapatkannya. Hal-hal yang harus diperhatikan di
dalam kegiatan bimbingan membaca adalah:
a) Pustakawan harus meluangkan waktu untuk memberi perhatian pada anak-
anak.
b) Anak-anak dilatih untuk berani meminta bantuan mencarikan bahan bacaan
atau informasi yang dibutuhkan kepada petugas perpustakaan.
c) Pustakawan harus memperlihatkan kepada anak-anak buku yang cocok dan
bermanfaat bagi mereka.
d) Pustakawan yang bertugas memberikan layanan ini dituntut untuk
mengetahui minat anak, buku yang disukai maupun yang tidak disukai,
kemampuan membaca pada usia tertentu, dan buku yang baik dan cocok
untuk anak-anak.
C. Menjawab pertanyaan (referens)
Penyediaan jasa referens merupakan salah satu layanan penting yang ada dalam
suatu perpustakaan. Layanan referens menjawab pertanyaan yang ditanyakan
oleh penguna perpustakaan.
D. Pinjam antar perpustakaan
Pinjam antar perpustakaan adalah transaksi peminjaman materi perpustakaan
yang melibatkan dua perpustakaan. Pola pinjam antar perpustakaan perlu
dimanfaatkan mengingat harga buku yang semakin mahal, anggaran belanja
perpustakaan yang amat terbatas, geografi Indonesia yang luas serta
menghindari duplikasi yang tidak perlu.
E. Layanan Belajar
Salah satu fungsi perpustakaan adalah belajar. Pengguna dapat memanfaatkan
fasilitas yang ada dalam suatu perpustakaan untuk mendukung belajar atau tugas
mereka. Proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan
langsung dengan kegiatan belajar siswa (Syah, 2007), meliputi:
10

a) Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang


progresif dan berhubungan dengan perolehan angka ragam ketrampilan fisik
anak (motor skills).
b) Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi
intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.
c) Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses
perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan anak
dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok.
F. Bercerita
Pustakawan atau staf perpustakaan dapat bercerita atau mendongeng sebagai
hiburan untuk anak. Kegiatan mendongeng adalah suatu kegiatan yang memberi
pengenalan utama kepada buku dan terutama ditujukan bagi anak-anak kecil
yang baru saja belajar membaca dan juga untuk mendorong mereka untuk lebih
banyak belajar membaca buku dengan cerita-cerita yang lebih beragam.
G. Mainan
Mainan sangat membantu anak dalam proses belajar dengan cara yang
menyenangkan. Jenis mainan yang dapat disediakan di bagian layanan anak,
misalnya seperti catur, lego, puzzle dan lain-lain.
4. Pustakawan
Pustakawan anak adalah seorang pustakawan yang mengkhususkan diri dalam
layanan dan koleksi untuk anak sampai dengan usia 12-13 tahun. Kebanyakan adalah
pustakawan yang memiliki pengetahuan luas tentang literature anak dan dilatih
dalam seni bercerita. (Reitz, 2004)
Pustakawan anak yang baik sebaiknya sudah memahami dengan baik buku-buku
mengenai anak dan bagaimana membimbing anak dengan baik saat melakukan
kegiatan membaca atau bermain saat di perpustakaan. Berhubungan dengan bacaan
anak dan remaja, Murti Bunanta (2004) mengatakan bahwa seorang pengelola
perpustakaan adalah orang yang juga gemar membaca dan mempunyai antusiasme
pada bacaan anak dan remaja, sehingga dapat membimbing dan menjadi tempat
bertanya bagi para anggotanya. Murti Bunanta juga mengungkapkan bahwa
pengetahuan tentang bacaan anak tentu merupakan hal yang mendasar, sebab
pengetahuan tentang buku mana yang cocok dan sesuai dengan minat anak dan
remaja, tentu amat membantu menolong anak mendapatkan buku yang diinginkan.
11

2.2.7 Ruang pada Perpustakaan Anak


Berdasarkan Standar IFLA (International Federation of Library Associations
and Institutions), menyarankan empat kebutuhan utama untuk akomodasi
perpustakaan anak, yaitu:
a) Penyediaan fasilitas dan ruang peminjaman, termasuk tempat untuk menyimpan
buku, bahan non-buku dan fasilitas untuk display.
b) Penyediaan bahan referensi dan ruang belajar.
c) Ruang Audio-Visual.
d) Akomodasi untuk perpustakaan yang disponsori kegiatan seperti layanan
bercerita, pertunjukkan film, diskusi dan display.

2.3 Ruang Bermain Edukatif


2.3.1 Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan
anak itu sendiri. Bermain selayaknya dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua
kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.
Anak-anak belajar melalui permainan mereka. Pengalaman bermain yang
menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang dewasa
membantu anak-anak berkembang secara optimal.

Bermain dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk


belajar berbagai hal yang tidak diperoleh anak di sekolah maupun di rumah. Di
samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian
pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain, anak belajar untuk bermasyarakat,
berinteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam membentuk hubungan sosial,
belajar berkomunikasi dan cara menghadapi serta memecahkan masalah yang
muncul dalam hubungan tersebut.

Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak,


meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan
perkembangan kognitif, meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh
yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan
kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara dan berinteraksi dengan satu sama
12

lain. Selama interaksi ini anak-anak mempraktikkan peran-peran yang mereka akan
laksanakan dalam kehidupan masa depannya. (Mutiah, 2010)

2.3.2 Karakterisik Anak Usia Dini


Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosio emosional, bahasa, dan komunikasi.

Klasifikasi anak berdasarkan karakteristik tumbuh kembang anak sesuai


kelompok usianya dapat dibagi menjadi:

1. Bayi (Infants) yaitu kelompok usia 0-1 tahun;


2. Batita (Toddlers) yaitu kelompok usia 2-3 tahun;
3. Balita (Early Childhood) yaitu kelompok usia 3-5 tahun;
4. Anak (Childhood) yaitu kelompok usia 6-11 tahun;
5. Remaja Muda (Young Teens) yaitu kelompok usia 12-15 tahun;
6. Remaja (Teenagers) yaitu kelompok usia 16-18 tahun.

Usia 0 hingga masa 6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan kepribadian anak dan sangat penting dalam perkembangan inteligensi.
Adapun beberapa masa yang dilalui anak usia dini sebagai berikut:

1. Masa Peka; masa yang sensitif dalam penerimaan stimulasi dari lingkungan.
2. Masa Egosentris; sikap mau menang sendiri, selalu ingin dituruti sehingga perlu
perhatian dan kesabaran dari orang dewasa/pendidik.
3. Masa Berkelompok; anak-anak lebih senang bermain bersama teman sebayanya
mencari teman yang dapat menerima satu sama lain sehingga orang dewasa
seharusnya memberi kesempatan pada anak untuk bermain bersama-sama.
4. Masa Meniru; anak merupakan peniru ulung yang dilakukan terhadap lingkungan
sekitarnya. Proses peniruan terhadap orang-orang di sekelilingnya yang dekat
(seperti memakai lipstick, memakai sepatu hak tinggi, mencoba-coba) dari
berbagai perilaku ibu, ayah, kakak maupun tokoh-tokoh kartun di TV, majalah,
komik dan media masa lainnya.
5. Masa Eksplorasi (penjelajahan), masa menjelajahi pada anak dengan
memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya, mencoba-coba dengan cara
13

memegang, memakan/meminumnya, dan melakukan trial and error terhadap


benda-benda yang ditemukannya.
Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, unik dan tidak ada satu
anakpun yang sama persis meskipun berasal dari anak yang kembar. Anak berbeda
baik dalam inteligensinya, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian,
kondisi jasmani, dan sosialnya. (Mutiah, 2010)

2.3.3 Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-Sudut Kegiatan


Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut
kegiatan, menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang mirip dengan model
pembelajaran area, karena memperhatikan minat anak. (Mutiah, 2010)
Sudut-sudut kegiatan yang dimaksud adalah:
a. Sudut Ketuhanan
Alat-alat yang ditempatkan adalah maket tempat ibadah, peralatan ibadah,
gambar-gambar, dan alat lainnya yang sesuai dengan keagamaan.
b. Sudut Keluarga
Alat-alat pada sudut keluarga terdiri dari kursti tamu, meja makan, perlatan dapur,
peralatan ruang kamar tidur, boneka berbagai jenis, dan peralatan lain di ruang
tamu.
c. Sudut Alat Sekitar dan Pengetahuan
Alat-alat pada sudut alam sekitar dan pengetahuan terdiri dari akuarium, meja/rak
untuk benda-benda objek pengetahuan, kulit kerang, biji-bijian, batu-batuan, kaca
pembesar, timbangan, magnet, dan alat-alat untuk menyelidiki alam sekitar.
d. Sudut Pembangunan
Alat-alat yang ditempatkan pada sudut ini adalah alat-alat untuk permainan
konstruksi, seperti balok, keping geometri, alat pertukangan, dan miniatur/model
berbagai jenis kendaraan.
e. Sudut Kebudayaan
Alat-alat yang ditempatkan pada sudut kebudayaan adalah peralatan
musik/perkusi, rak-rak buku, buku perpustakaan, alat untuk pengenalan bentuk,
warna, konsep bilangan, simbol-simbol, alat untuk kreativitas, dan lain-lainnya.

Alat bermain untuk area pembelajaran tersebut adalah:


14

a. Area Agama: maket tempat ibadah dan alat peraga tata cara ibadah agama-agama
di Indonesia, misalnya sebagai berikut:
Islam: maket masjid, gambar tata cara shalat, gambar tata cara berwudhu,
sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro, kartu huruf hijaiah,
tasbih, juzamma, Al-Quran, dan sebagainya.
Hindu: maket pura, gambar orang menuju ke pura.
Kristen/Katolik: maket gereja, Alkitab, Rosario
Budhha: maket pura, maket candi Buddha.
b. Area Balok: balok dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna, lego, lotto sejenis,
lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna,
kotak geometri, kendaraan mainan (kendaraan laut, udara, darat), rambu-rambu
lalu lintas, kubus berpola, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, lidi, tusuk
es krim, tusuk gigi, bola dengan berbagai ukuran dan warna, kardus bekas, dan
sebagainya.
c. Area Berhitung/Matematika: lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka,
kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan
jamur, ukuran panjang-pendek, ukuran tebal-tipis, tutup botol, pensil, manik-
manik, gambar buah-buahan, penggaris, meteran, buku tulis, puzzle busa (angka),
kalender, gambar bilangan, papan pasak, jam, kartu gambar, kartu berpasangan,
lembar kerja, dan sebagainya.
d. Area IPA: macam-macam tiruan binatang, gambar-gambar perkembangbiakkan
binatang, gambar-gambar proses pertumbuhan tanaman, biji-bijian (jagung,
kacang tanah, kacang hijau, beras), kerang, batu kali, pasir, bunga karang, magnet,
mikroskop, kaca pembesar (lup), pipet, tabung ukur, timbangan kue, timbangan
bebek (sebenarnya), gelas ukuran, gelas pencampur warna, nuansa warna, pita
meteran, penggaris, benda-benda kasar-halus (batu, batu bata, amplas, besi, kayu,
kapas, kain, kulit kayu, kulit binatang, dan lain-lain(, benda-benda untuk
pengenalan berbagai macam rasa (gula, kopi, asam, cuka, garam, sirup, cabe, dan
lain-lain), berbagai macam bumbu (bawang merah, bawang putih, lada, ketumbar,
kemiri, lengkuas, daun asam, jage, kunyit, jinten, dan lain-lain). Pengenalan bau
aroma.
15

e. Area Bahasa: buku-buku cerita, gambar seri, kartu kategori kata, kartu nama-nam
hari, boneka tangan, panggung boneka, papan planel, kartu nama bulan, majalah
anak, koran, macam-macam gambar sesuai tema, dan sebagainya.
f. Area Membaca dan Menulis: buku tulis, pensi warna, pensil, kartu huruf, kartu
kategori, kartu gambar, kertas plano, spidol, bellpoint dan sebagainya.
g. Area Drama: tempat tidur anak (boneka), lemari kecil, meja kursi kecil (meja
tamu, boneka-boneka, tempat jemuran, setrika dan meja setrika, baju-baju besar,
handuk, bekas make-up, minyak wangi, sisir, kompor-komporan, penggorengan,
dandang tiruan, piring, sendok, garpu, gelas, cangkir, teko, keranjang belanja,
pisau mainan, ulekan/cobek, mangkok-mangkok, tas-tas, sepatu/sandal, rak
sepatu, cermin, mikser, blender, sikat gigi, odol, telepon-teleponan, tiruan baju
tentara dan polisi, tiruan jas dokter, dan sebagainya.
h. Area Seni dan Motorik: meja gambar, meja kursi anak, krayon, pensil berwarna,
pensil, kapur tulis, kapur warna, arang buku gambar, kertas lipat, kertas koran,
lem, gunting, kertas warna, kertas kado, kotak bekas, bahan sisa, dan sebagainya.

2.3.4 Tahapan dan Perkembangan Permainan


Mildred Parten (1982) mengembangkan suatu klasifikasi permainan anak, yang
didasarkan atas observasi pada anak-anak dalam permainan bebas di sekolah asuhan,
yang kategorinya adalah (Mutiah, 2010):

1. Unoccupied play, yaitu anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut
bermain pada tahap ini hanya mengamati ke sekitar ruangan dan berjalan, tetapi
tidak terjadi interaksi dengan anak yang bermain.
2. Solitary play, yaitu terjadi ketika anak bermain sendirian dan mandiri dari orang
lain. Anak asyik sendiri dan tidak peduli terhadap apa pun yang sedang terjadi.
Anak usia 2-3 tahun sering terlibat dalam solitary play.
3. Onlooker play, yaitu terjadi ketika anak menonton orang lain bermain. Berbicara
dan menanyakan tetapi tidak ikut dalam permainan.
4. Parallel play, yaitu anak bermain terpisah dari anak-anak lain, dengan mainan
yang sama dengan cara meniru cara mereka bermain.
5. Assosiative play, terjadi ketika permainan melibatkan interaksi sosial dengan
sedikit organisasi. Mereka cenderung tertarik dan terjadi tukar-menukar mainan.
16

Meminjam atau meminjamkan mainan dan mengikuti atau mengajak anak-anak


antri adalah contoh-contoh assosiative play.
6. Cooperative play, meliputi interaksi sosial dalam suatu kelompok yang memiliki
suatu rasa identitas kelompok dan kegiatan yang terorganisasi.

2.3.5 Jenis-Jenis Permainan


Jenis-jenis permainan dapat dibagi berdasarkan:
1. Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan bayi untuk
memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan (skema) sensorimotor
mereka.
2. Permainan praktis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika keterampilan-
keterampilan baru sedang dipelajari. Permainan ini utamanya muncul pada bayi,
sedangkan permainan praktis terjadi sepanjang hayat.
3. Permainan pura-pura (simbolis), yaitu terjadi ketika anak mentransformasikan
lingkungan fisik ke dalam suatu simbol.
4. Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman
sebaya.
5. Permainan fungsional, yaitu permainan pertama yang dilakukan pada awal masa
anak-anak, dimana anak mengulang-ulang kegiatan sederhana dan menemukan
kesenangan dalam bermain dengan lingkungannya. Permainan ini berguna untuk
meningkatkan motorik anak.
6. Permainan konstruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu
kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah ciptaan sendiri.
7. Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan
yang melibatkan aturan dan sering kali bersifat kompetisi.

2.3.6 Perkembangan Anak


Adapun aspek-aspek perkembangan yang dapat dioptimalkan dalam kegiatan
bermain, antara lain adalah:

1. Bermain untuk Pengembangan Kognitif Anak


a. Bermain membantu untuk membangun konsep dan pengetahuan.
Anak-anak tidak membangun konsep atas pengetahuan dalam kondisi yang
terisolasi, melainkan melalui interaksi dengan orang lain.
17

b. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.


c. Bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif.
2. Bermain untuk Pengembangan Sosial Emosional
a. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan
menyelesaikan masalah. Anak-anak yang bermain mesti berpikir tentang
bagaimana mengorganisasi materi sesuai dengan tujuan mereka bermain.
b. Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak.
c. Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut.
d. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial.
Bermain membantu perkembangan emosi yang sehat dengan cara menawarkan
kesembuhan dari rasa sakit dan kesedihan.
e. Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri.
Bermain memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menjadi diri mereka
sendiri, mengenal diri mereka sendiri, untuk membentuk disain kehidupan yang
lebih baik.
3. Bermain untuk Pengembangan Motorik
a. Bermain membantu anak mengontrol gerak motorik kasar anak.
Melalui bermain, dapat mengontrol gerak motorik kasar. Pada saat bermain,
mereka dapat mempratikkan semua gerakan motorik kasar seperti berlari,
meloncat, melompat, anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan
atau meloncat, berputar dan beralih respons untuk irama.
b. Bermain membantu anak menguasai keterampilan motorik halus.
Melalui bermain, anak dapat mempraktikkan keterampilan motorik halus mereka
seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, mengecat.
4. Bermain untuk Pengembangan Bahasa/Komunikasi
a. Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan
orang lain, mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan
menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul.
b. Bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar
bahasa kedua.
18

2.3.7 Edukatif
Edukatif berasal dari kata bahasa Inggris, to educate yang berarti mendidik
(kata kerja) menjadi educative (kata sifat) atau education (kata benda), sehingga
edukatif (educative) bisa diartikan segala sesuatu yang bersifat mendidik atau
berhubungan dengan pendidikan.

Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ruang Bermain


Edukatif adalah ruang atau fasilitas yang disediakan untuk anak-anak di
perpustakaan anak sebagai lembaga penunjang pendidikan anak dimana mereka tidak
hanya membaca buku, tapi dapat juga bermain sambil belajar dengan melakukan
permainan yang mendidik atau edukatif. Permainan edukatif merupakan suatu
kegiatan yang sangat menyenangkan, bersifat mendidik dan bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau
untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan anak, mengembangkan
kepribadian anak, mendekatkan hubungan antara orangtua dengan anak, kemudian
menyalurkan kegiatan anak didik dan sebagainya.
Ruang Bermain Edukatif dibagi berdasarkan tipe perkembangan anak dan
aktivitas anak yang dilakukan dari tiap tipe perkembangan anak tersebut, yang
kemudian dibuat menjadi area atau zona-zona bermain anak, yaitu:
1. Area atau Zona Perkembangan Kognitif Anak
2. Area atau Zona Perkembangan Sosial Anak
3. Area atau Zona Perkembangan Moral Anak
4. Area atau Zona Perkembangan Bahasa Anak
5. Area atau Zona Perkembangan Motorik Anak
Dengan zona kognitif dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak,
zona sosial mengembangkan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan anak yang
lain atau pendamping, zona moral mengembangkan moral anak, zona bahasa
mengembangkan kemampuan anak dalam membaca dan menulis serta berbicara, dan
zona motorik dalam mengembangkan gerak badan, daya imajinasi dan kreativitas
anak.
19

2.4 Studi Banding Perpustakaan Umum


2.4.1 Geylang East Public Library

Gambar 3. Geylang East Public Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)

Geylang East Public Library pertama kali dibuka pada 26 Juli 1988 oleh Wong
Kan Seng, Menteri Pengembangan Masyakarakat dan Menteri Luar Negeri Kedua.
Perpustakaan tersebut ditutup untuk perbaikan pada 18 Maret 2002 dan kembali
dibuka pada 29 April 2002.

Gambar 4. Lokasi Geylang East Public Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)

Perpustakaan dengan luas 3.817 m2 dan memiliki koleksi buku sekitar 243.438
buah ini melayani penduduk di bagian Timur dari Aljunied, Balam, Geylang East,
Geylang West, Geylang Serai, Jalan Besar, Kampong Ubi, Kallang, MacPherson dan
Paya Lebar. Geylang East Public Library berada di jalan 50 Geylang East Ave 1,
Singapore. Buka setiap hari mulai dari jam 10.00-21.00.

Perpustakaan tersebut menyediakan Fasilitas dan Sarana sebagai berikut:


A. Fasilitas
Kapasitas duduk: 198
Area Multimedia
20

Area Membaca Koran


Book Drop 24 jam
Ruang Aktifitas
Ruang Serbaguna
2 Ruang Rapat
Ruang Membaca Private
Pendingin Ruangan
B. Sarana
Program Storytelling untuk anak dan kunjungan liburan sekolah
Program Pendidikan dan Informasi untuk pengunjung
Pertunjukkan
Seminar
Pameran

Geylang East Public Library memiliki tiga lantai; lantai satu didesain untuk
anak-anak dan orangtuanya dan lantai dua untuk anak remaja dan dewasa, sedangkan
lantai tiga untuk kantor karyawan, ruang serbaguna dan ruang rapat.

Gambar 5. Denah Lantai 1 dan Lantai 2 Geylang East Public Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)

Perpustakaan tersebut menggunakan konsep alam yang ditunjukkan melalui


penyediaan area baca dengan karpet hijau lembut yang luas untuk memberikan kesan
rumput hijau. Berbagai tanaman juga diletakkan di sekitar area baca tersebut. Pada
lantai 1, yang merupakan area untuk anak-anak dari umur 1-12 tahun, terdapat area
baca dan area buku, serta ruang untuk aktifitas anak-anak seperti bermain sambil
belajar, storytelling dan sebagainya.
21

Gambar 6. Area Baca dan Area Buku Geylang East Public Library
Sumber: http://www.nlb.gov.sg/GeylangEastPublicLibrary (2015)

2.4.2 Woodlands Regional Library

Gambar 7. Woodlands Regional Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/ WoodlandsRegionalLibrary (2015)

Woodlands Regional Library pertama kali dibuka pada 28 April 2001 oleh
Dr. Tony Tan, Wakil Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dari Sembawang, GRC.
Perpustakaan tersebut memiliki empat lantai dengan basement yang total luas
keseluruhannya sekitar 11.100 m2 di Woodlands Civic Centre, sebagai tempat
penyedia informasi dan referensi di bagian Utara Singapore.
22

Gambar 8. Lokasi Woodlands Regional Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)

Perpustakaan yang terletak di jalan 900 South Woodlands Drive #01-03,


Singapore ini memiliki koleksi buku sekitar 468.300 buah. Perpustakaan tersebut
menjadi tempat penyimpanan koleksi buku-buku Asian Childrens Literature (ACL),
yang pertama kali dibuka pada 20 April 2012. Hal ini ditujukan untuk menaikkan
kepedulian dan mempromosikan dengan lebih dalam mengenai Asian Childrens
Literature terhadap anak dan orangtuanya.

Perpustakaan tersebut menyediakan Fasilitas dan Sarana sebagai berikut:

A. Fasilitas
Kapasitas duduk: 800
Area Multimedia
Area Membaca Koran
Book Drop 24 jam
Ruang Aktifitas
Ruang Serbaguna
3 Ruang Rapat
Auditorium
Ruang Membaca Private
Cafe
Panggung
Pendingin Ruangan
B. Sarana
Program Storytelling untuk anak dan kunjungan liburan sekolah
Program Pendidikan dan Informasi untuk pengunjung
23

Pertunjukkan
Seminar
Pameran

Woodlands Regional Library tersebut memiliki empat lantai; lantai satu


merupakan area untuk orang dewasa dengan area majalah, area koran dan area audio-
visual. Ruang rapat, ruang karyawan dan caf juga terletak di lantai ini. Lantai dua
merupakan area referensi untuk remaja sampai dewasa, dan area buku-buku fiksi dan
non-fiksi untuk remaja.

Gambar 9. Denah Lantai 1 dan Lantai 2 Woodlands Regional Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)

Sedangkan pada lantai tiga, merupakan area untuk orang dewasa dengan area
buku-buku fiksi dan non-fiksi. Lantai empat merupakan area untuk anak dan
orangtuanya dengan berbagai macam koleksi buku untuk anak berupa buku-buku
fiksi dan non-fiksi, terdapat juga ruang rapat dan ruang karyawan.

Gambar 10. Denah Lantai 3 dan Lantai 4 Woodlands Regional Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)

Perpustakaan tersebut didesain untuk menciptakan suasana alam dan


lingkungan yang ditunjukkan melalui air terjun buatan saat memasuki perpustakaan.
24

Pajangan-pajangan keramik dan lukisan-lukisan dari seniman lokal juga menghiasi


interior perpsutakaan tersebut untuk menaikkan kepedulian terhadap budaya lokal.
Area anak di lantai empat khusus didesain sebagai Taman Baca dengan pohon buatan
di tengah ruangan, dan karpet hijau di sekitar pohon sebagai area baca anak, yang
berperan sebagai tempat dimana anak dan orangtuanya dapat membaca bersama.
Taman Baca tersebut juga dibagi menjadi beberapa area, seperti area untuk
berkreativitas seperti menggambar dan sebagainya.

Gambar 11. Interior Area Anak Woodlands Regional Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/WoodlandsRegionalLibrary (2015)

2.4.3 Marine Parade Public Library

Gambar 12. Marine Parade Public Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)

Marine Parade Public Library pertama kali dibuka pada 10 November 1978
oleh Goh Chok Tong, Menteri Keuangan. Perpustakaan tersebut dipindahkan ke
Gedung Marine Parade Community pada 28 Mei 2000 dalam upacara peresmian
yang dihadiri oleh Perdana Menteri Goh Chok Tong.
25

Gambar 13. Lokasi Marine Parade Public Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)

Marine Parade Public Library terletak di jalan 278 Marine Parade Road #01-
03, Marine Parade Community Building, Singapore ini memiliki koleksi buku sekitar
214.000 buah dengan luas bangunan 3.700 m2.Buka setiap hari mulai dari jam 10.00-
21.00.

Perpustakaan tersebut menyediakan Fasilitas dan Sarana sebagai berikut:

A. Fasilitas
Kapasitas duduk: 383
Area Multimedia
Area Membaca Koran
Book Drop 24 jam
Ruang Aktifitas
Ruang ganti diaper
Ruang Membaca Private
Cafe
Pendingin Ruangan
B. Sarana
Program Storytelling untuk anak dan kunjungan liburan sekolah
Program Pendidikan dan Informasi untuk pengunjung
Pertunjukkan
Seminar
Pameran
26

Marine Parade Public Library memiliki tiga lantai dengan satu lantai
mezzanine melalui tangga dari lantai satu dan berlanjut ke lantai berikutnya; lantai
satu merupakan area untuk orang dewasa dengan ruang multimedia, ruang karyawan
dan cafe. Lantai mezzanine merupakan area buku-buku fiksi dan non-fiksi untuk
remaja.

Gambar 14. Denah Lantai 1 dan Lantai Mezannine Marine Parade Public Library
Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)

Lantai dua merupakan area untuk anak dengan orangtuanya, berisikan


berbagai macam buku untuk anak. Ruang untuk aktifitas anak dan ruang untuk ganti
diaper bayi juga terdapat di lantai ini. Lantai tiga merupakan area untuk orang
dewasa dengan area buku-buku fiksi dan non-fiksi, juga area untuk membaca koran.

Gambar 15. Denah Lantai 2 dan Lantai 3 Marine Parade Public Library
Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)

Perpustakaan tersebut telah melakukan renovasi dari bulan Maret sampai


bulan Mei 2013, terutama pada tampak depan bangunan dan area display buku yang
lebih berkualitas menggunakan furniture seperti kursi dan rak buku yang menarik.
Area anak juga mengalami perubahan dengan penggunaan warna-warna yang
colorful dan ruang untuk melakukan berbagai macam aktifitas anak seperti bermain.
27

Gambar 16. Interior Area Anak Marine Parade Public Library


Sumber: http://www.nlb.gov.sg/MarineParadePublicLibrary (2015)

2.5 Hasil Analisa Studi Banding


Berikut adalah hasil analisa dari studi banding mengenai perpustakaan umum
berdasarkan standar fasilitas dan sarana perpustakaan dan penyediaan ruang untuk
anak:

Tabel 7. Hasil Analisa Studi Banding

Geylang East Woodlands Marine Parade Public


Public Library Regional Library Library
FASILITAS
Ruang Baca ADA ADA ADA
Lantai 1: Area Baca Lantai 1: Area Baca
Lantai 1: Area Baca untuk dewasa, untuk dewasa,
Anak, Green Newspaper Newspaper Reading
Reading Space, Reading Area Area
Babies Corner Lantai 2: Area Baca Lantai Mezzanine: Area
Lantai 2: Area Baca untuk remaja dan Baca untuk remaja
untuk remaja dan dewasa Lantai 2: Area Baca
dewasa, Quiet Lantai 3: Area Baca Anak dan pendamping
Reading Room, untuk dewasa, Lantai 3: Area Baca
Green Reading Quiet Reading untuk dewasa, Quiet
Area, Newspaper Room Reading Room,
Reading Area Lantai 4: Area Baca Newspaper Reading
Anak Room
Pembagian area
berdasarkan usia ADA ADA ADA
atau karakteristik
Lantai 1: usia 1-12
Lantai 1: Dewasa Lantai 1: Dewasa
tahun
Lantai 2: Remaja Lantai Mezzanine:
Lantai 2: remaja
dan Dewasa Remaja
dan dewasa
Lantai 3: Dewasa Lantai 2: Anak
Lantai 3: publik
Lantai 4: Anak Lantai 3: Dewasa
dan karyawan
Buku Fiksi dan Buku Fiksi dan
Ruang Koleksi Buku Fiksi dan Non-
Non-Fiksi, majalah, Non-Fiksi, majalah,
Buku Fiksi, majalah, koran
koran koran, referensi
Ruang Audio
Visual ADA ADA ADA
(Multimedia)
28

Ruang Referensi TIDAK ADA ADA TIDAK ADA


Ruang Bermain
(Ruang Aktifitas ADA ADA ADA
Anak)
AKTIF DAN PASIF (AKTIFITAS)
Art & Craft; Art & Craft; Art & Craft;
Art & Craft;
menggambar, menggambar, menggambar,
menggambar,
mewarnai, mewarnai, mewarnai,
AKTIF mewarnai, Permainan
Permainan Permainan
membuat origami, bersama,
bersama, bersama,
melukis keramik pertunjukkan
pertunjukkan pertunjukkan
Storytelling, Storytelling, Storytelling,
PASIF Storytelling pameran, pameran, pameran,
seminar seminar seminar
Ruang Rapat TIDAK ADA ADA ADA TIDAK ADA
2 ruang rapat 3 ruang rapat
Fasilitas
TIDAK ADA ADA ADA ADA
Tambahan
Book Drop 24
jam, ruang Book Drop 24
Book Drop 24 serbaguna, jam, ruang ganti
jam, ruang caf, stage, diaper untuk
serbaguna auditorium, bayi, caf, ruang
ruang karyawan
karyawan
SARANA

Sistem Pelayanan
Terbuka atau TERBUKA TERBUKA TERBUKA TERBUKA
Tertutup

Peminjaman
ADA ADA ADA ADA
koleksi buku
KONSEP DESAIN
Konsep alam
Konsep alam dengan
dengan waterfall Konsep colorful
Area duduk di lantai penggunaan buatan, pada ruang
kayu atau berbagai karpet hijau pajangan- anak dengan
Konsep Desain jenis kursi seperti yang luas dan pajangan penggunaan
sofa, kursi kayu, perletakkan keramik dan furniture yang
bantal-bantal tanaman di lukisan-lukisan berwarna-
sekitar area lokal, area anak warni
baca dengan pohon
buatan
Sumber: Olahan Pribadi
29

2.6 Kerangka Berpikir

Judul Tugas Akhir


Penerapan Ruang Bermain Edukatif pada Perpustakaan Umum di
Jakarta Selatan

Latar Belakang
Ruang bermain edukatif untuk anak sebagai fasilitas dalam
menunjang pendidikan anak dengan belajar sambil bermain di
perpustakaan anak

Rumusan Masalah
1. Apakah Perpustakaan Umum Jakarta Selatan telah
memenuhi dalam penyediaan fasilitas dan sarana
perpustakaan terutama pada ruang untuk anak?
2. Bagaimana perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk
anak pada perpustakaan umum?

Tujuan Penelitian Landasan Teori


Mengetahui telah memenuhi atau Tinjauan Umum
tidak Perpustakaan Umum Perpustakaan Umum
Feed Jakarta Selatan dalam penyediaan
back fasilitas dan sarana perpustakaan
terutama pada ruang untuk anak. Tinjauan Khusus
Perpustakaan Anak
Mengetahui perancangan Ruang Ruang Bermain
Bermain Edukatif untuk anak Edukatif
pada perpustakaan umum.

Analisa
Analisa Perpustakaan Umum Jakarta Selatan, Analisa Aspek
Manusia, Analisa Aspek Lingkungan, Analisa Aspek Bangunan,
Analisa Ruang Bermain Edukatif

Konsep

Skematik Desain Perancangan

Sumber: Olahan Pribadi

Anda mungkin juga menyukai