Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas
pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran
selalu diupayakan agar dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses
belajar mengajar. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam
peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dalam penyusunan berbagai
macam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran merupakan
perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut,
terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan
siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang di
rancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada
umumnya yang di lakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran seperti
semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam
mengikuti kegiatan pelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil belajar
siswa serta tidak bermakna pengetahuan yang di peroleh siswa. Salah satu
dari pembelajaran inovatif yang tidak akan membuat siswa bosan dan
tidak termotivasi tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division).1 Berdasarkan latar
belakang tersebut dapat di dapat rumusan masalah yaitu Bagaimana
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut?,
Bagaimana langkah-langkah dalam penerapan tipe STAD? Serta
bagaimana kelebihan serta kekurangan model pembelajaran STAD?.

1
Hamzah, Belajar Dengan Pendekatan Pikem: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif, Dan Menarik, (PT Bumi Aksara, 2011) ,hlm 106.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division)


Pembelajaran adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara
siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Egge,dkk (1993:13) dalam Hamzah,B (2011:107) pembelajaran
kooperatif adalah sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar
saling membantu dalam mempelajari sesuatu.
Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk
mengerjakan materi yang kompleks dan dapat membantu guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan
antara manusia. Misalnya membuat siswa menghargai perbedaan dan
keberagaman. Selain itu, model pembelajaran kooperatif juga dapat
memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan membantu saling belajar,
berdiskusi, berdebat dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep, ketrampilan-
ketrampilan, memanfaatkan energi sosial siswa, saling menggambil
tanggung jawab, dan belajar menghargai satu sama lain.
Model pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement
Division) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.
Menurut Salvin,dkk (dalam Ibrahim 2002: 21), STAD merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Di katakan
demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat
kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Model pembelajaran STAD
juga merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak
diteliti. Model ini juga sangat diadaptasi, telah digunakan dalam
Matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik, dan banyak subyek lainnya,
dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. STAD adalah
yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti,
seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa dan

2
mekanika, geografi dan ketrampilan perpetaan, dan konsep-konsep sains
lainnya.

B. Komponen Utama STAD


STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu 1) presentasi kelas,
2) tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Kelima
komponen tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Pertama, presentasi kelas. Materi pertama kali yang diperkenalkan
dalam STAD adalah presentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan
pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau di diskusikan
yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audio-visual. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa
hanyalah bahwa presentasi tersebut harus benar-benar fokus pada unit
STAD. Dengan cara ini siswa akan menyadari bahwa mereka harus
memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis
untuk menentukan skor tim mereka.
Kedua, belajar dalam tim. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, dimana mereka
mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan, murid yang
merasa mampu harus membantu murid yang kesulitan. Fungsi utama
dari tim ini adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-
benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya
agar bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan
materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi
lainnya. Tim adalah ciri yang paling penting dalam STAD. Pada tiap
hal, yang di tekankan adalah membuat anggota tim, dan tim pun harus
melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
Ketiga, tes individu. Setelah pembelajaran selesai, di lanjutkan
dengan tes individu (kuis). Di antara siswa tidak di perbolehkan untuk

3
saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa
bertanggungjawab secara individu untuk memahami materinya.
Keempat, skor pengembangan individu. Selanjutnya, skor yang di
dapatkan dari hasil tes di catat oleh guru untuk membandingkan
dengan hasil prestasi sebelumnya. Skor tim di peroleh dengan
menambahkan skor peningkatan semua anggota dalam satu tim. Nilai
rata-rata di peroleh dengan membagi jumlah skor penambahan di bagi
jumlah anggota tim.
Kelima, penghargaan tim. Penghargaan di dasarkan nilai rata-rata
tim, sehingga dapat memotivasi mereka. Penggunaan sistem skor
dalam model STAD adalah untuk lebih menekankan pencapaian
kemajuan daripada persentase jawaban yang benar.2
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa Gagasan utama di
belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk meguasai ketrampilan yang di ajarkan
guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah,
mereka harus membantu teman kelompok mereka dalam mempelajari
pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk
melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar
itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para siswa di beri waktu
untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak
saling membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus
menguasai materi itu (Tanggung Jawab perorangan). Para siswa
mungkin bekerja berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan
ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain, mereka bisa
mendiskusikan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah
itu atau mereka bisa saling memberi pertanyaan tentang isi dari materi
yang mereka pelajari itu. mereka mengajari teman sekelompok dan
menaksir kelebihan dan kekurangan mereka unntuk membantu agar
bisa berhasil menjalani tes. Karena skor kelompok di dasarkan pada

2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Rosda:2013), hlm. 185-186.

4
kemajuan yang di peroleh siswa atas nilai sebelumnya (kesempatan
yang sama untuk berhasil), siapapun dapat menjadi bintang
kelompok dalam satu minggu itu, karena nilainya lebih baik dari nilai
sebelumnya atau makalahnya dianggap sempurna, sehingga selalu
menghasilkan nilai yang maksimal tanpa mempertimbangkan nilai
rata-rata siswa sebelumnya.3

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD


Sebelum menyajikan materi, menurut Arifin (1991:33) dalam
Majid (2013:186) guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan
lembar jawaban yang akan di pelajari murid dalam kelompok-
kelomppok kooperatif, kemudian menetapkan murid dalam kelompok
heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang. Aturan heterogenitas
dapat berdasarkan pada:
1. Kemampuan akademik (pandai, sedang, dan rendah) yang di
peroleh dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya.
Pembagian tersebut harus di seimbangkan, sehingga setiap
kelompok terdiri dari murid dengan tingkat prestasi seimbang.
2. Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/ sifat
(pendiam dan aktif), dan lain-lain.
3. Penyajian materi pembelajaran
a. Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok, sebelum
menyajian materi, guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan
lembar jawaban yang akan di pelajari siswa dalam kelompok-
kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam
kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang.
b. Penyajian materi pelajaran
Pendahuluan

3
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, ( Raja Grafindo
persada,2010), hlm 203.

5
Disini perlu ditekankan apa yang akan di pelajari siswa
dalam kelompok, dan menginformasikan hal yang penting
untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-
konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran di
presentasikan oleh guru dengan menggunakan metode
pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan
seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
Pengembangan
Di lakukan pengembangan materi yang sesuai, yang akan di
pelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk
mempelajari makna, bukan hafalan. Guru harus
menjelaskan tentang benar atau salah pada pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Jika siswa telah memahami konsep,
maka dapat beralih ke konsep lain.
Praktik terkendali
Praktik terkendali dilakukan dalam menyajikan materi
dengan cara menyuruh siswa dalam mengerjakan soal,
memanggil siswaa untuk menjawab atau menyelesaikan
masalah agar siswa selalu siap. Dalam memberikan tugas
tersebut hendaknya jangan menyita waktu yang lama.
c. Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan
yang akan di pelajari siswa. Selain materi pelajaran, isi dari LKS
tersebut juga di gunakan untuk melatih kooperatif. Guru
memberikan bantua dengan memperjelas perintah, mengulang
konsep, dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini,
para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang di hadapi,
membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi,
kelompok di harapkan bekerjasama sebaik-baiknya, dan saling
membantu dalam memahami materi pelajaran.

6
d. Evaluasi
Dilakukan selama 45-60 menit secara mandiri untuk menunjukkan
yang telah di pelajari siswa selam bekerja dalam kelompok. Hasil
evaluasi di gunakan sebagai nilai perkembangan individu dan di
sumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.
e. Penghargaan kelompok
Dari hasil nilai perkembangan, maka peghargaan dari prestasi
kelompok diberikan pada tingkatan penghargaan seperti kelompok
baik, hebat, dan super.
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat di lakukan
oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:
a) Menghitung skor individu
Menurut Slavin( dalam Ibrahim,dkk. 2000) untuk memberikan
skor perkembangan individu di hitung seperti pada tabel di
bawah ini
Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Sor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah 0 poin
skor awal
10 poin di bawah sampai 1 10 poin
poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di 20 poin
atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas 30 poin
skor awal
Nilai sempurna (tanpa 30 poin
memerhatikan skor awal

b) Menghitung skor kelompok


Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan yang di peroleh anggota kelompok
di bagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-

7
rata skor perkembangan kelompok, di peroleh kategori skor
kelompok seperti tercantum pada tabel di bawah ini4
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
0 5 -
5 15 Tim Baik
15 25 Tim Hebat
25 30 Tim Super
c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru
memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing
kelompok sesuai dengan predikatnya.
f. Perhitungan skor awal dan pengubahan kelompok dalam satu
periode penilaian (3-4 minggu) di lakukan perhitungan ulang skor
evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian di lakukan
perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang
lain.

D. Kelebihan dan kekurangan metode STAD


Kelebihan dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatid
tipe STAD adalah:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan siswa yang lain.
2. Siswa dapat menguasai pelajaran yang di sampaikan,
3. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan
positif.
4. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Adapun kekurangan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah:

4
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, Dan
Implementasi Padakurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ( PT Fajar Interpratama Mandiri,2009),
hlm.71-72.

8
1. Membutuhkan waktu yang lama.
2. Siswa pandai cenderung enggan apabila di satukan dengan
temannya yag kurang pandai, dan yang kurang pandaipun
merasa minder apabila di gabungkan dengan temannya yang
pandai, walaupun lama-kelamaan perasaan itu akan hilang
dengan sendirinya.
3. Siswa diberikan kuis dan tes secara perseorangan. Pada saat ini
siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menjunjukkan
apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara
menjawab soal kuis dan tes sesuai dengan kemampuannya.
Pada saat mengerjakan kuis dan tes ini, setiap siswa bekerja
sendiri.
4. Penentuan skor. Hasil kuis atau tes di periksa oleh guru, setiap
skor yang di peroleh siswa di masukkan ke dalam skor
individual, untuk melihat peningktan kemampuan individual.
Rata-rata skor peningkatan individual merupakan sumbangan
bagi kinerja pencapaian hasil kelompok.
5. Penghargaan terhadap kelompok. Berdasarkan skor
peningkatan individu, maka akan di peroleh skor kelompok.
Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari
sumbangan skor individu.

9
BAB III
PEMBAHASAN
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai
prestasi yang maksimal. Dalam praktiknya, tipe STAD ini
menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi sehingga
dapat diterapkan untuk beragam materi pelajaran, yang didalamnya
terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban benar,
misalnya fisika.
Dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD, pembelajaran fisika yang akan disampaikan adalah materi
tentang fluida dinamis. Sebelum menyajikan materi dalam kelas,
guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban
dari materi yang akan dipelajari siswa dalam kelompok kooperatif,
kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan
jumlah maksimal 4-6 orang. Sebagai tahap awal pada proses
pembelajaran dalam kelas, guru memulai kegiatan belajar mengajar
dengan berdoa dilanjutkan dengan menyampaikan indikator yang
harus dicapai siswa berkaitan dengan materi fluida dinamis yang
meliputi jenis aliran fluida, persamaan kontinuitas, dan Asas
Bernoulli beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan untuk momotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-
konsep yang akan mereka pelajari. Kemudian, guru memberikan
apersepsi yang menarik yang bertujuan untuk merangsang peserta
didik dalam memulai pembelajaran. Apersepsi yang akan
disampaikan yaitu mengajak siswa untuk berimajinasi tentang
tangki yang berlubang dengan cara mengajukan pertanyaan yang
ringan dan sederhana.

10
Tahap kedua, belajar dalam tim. Guru membagikan LKS
dan lembar kerja kepada setiap kelompok. Guru menyampaikan
materi fluida dinamis dengan dibantu oleh media dan
mendemonstrasikannya, kemudian guru menjelaskan tentang tugas
yang harus diselesaikan serta cara-cara untuk mengerjakannya.
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Selama tim
bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,
dorongan, dan bantuan bila diperlukan.
Tahap ketiga, tes individu. Untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan siswa dalam belajar fluida dinamis, diadakan kuis
atau tes secara individu. Siswa mengerjakan kuis selama 10 menit
dan tidak dibenarkan bekerja sama. Kuis yang diberikan masing-
masing mempunyai tingkat kesulitan soal dan bobot penilaian yang
berbeda.
Tahap keempat, skor pengembangan individu. Selanjutnya,
guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan
rentang 0-100. Skor yang didapatkan dari hasil kuis didata dan
diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor
kelompok.
Tahap kelima, penghargaan tim.. Kemudian skor rata-rata
kelompok dihitung dengan menjumlahkan nilai individu dibagi
jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor kelompok,
diperoleh kategori skor atau predikat kelompok yang meliputi tim
baik, tim hebat, dan tim super. Setelah masing-masing kelompok
memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan
kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.
Setelah kegiatan pembelajaran kooperatif telah selesai
dilakukan, guru menyampaikan kepada siswa untuk agar
mempelajari materi yang akan datang. Guru menutup kegiatan
belajar mengajar dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama,
kemudian mengucapkan salam.

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Student Team Achievement Division (STAD)merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas
dan interaksi diantara siswa utuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi
yang maksimal. Pada proses pembelajaranya, belajar kooperatif tipe
STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap presentasi kelas,
2) belajar dalam tim, 3) tes individu, 4) skor pengembangan individu,
5) penghargaan tim.

12
DAFTAR PUSTAKA
Huda,Miftahul.2011. Cooperative Learning: metode, teknik,
struktur, dan model penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni.2009. Pembelajaran Kooperatif: meningkatkan kecerdasan
komunikasi antar peserta didik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid,Abdul.2013.Strategi Pembelajaran.Bandung: PT Remaja
Rosdakrya.
Rusman.2010.Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif:
Konsep, Landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan(KTSP).Jakarta: KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP.
Uno,Hamzah B & Nurdin Mohamad.2011.Belajar dengan
Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan,
Kreatif, Efektif,Menarik.Jakarta:PT Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai