Anda di halaman 1dari 21

Pendidikan

September
Sebagai
Sistem 2012
Kelompok 6
1. Viky Kharisma
112084056
Dasar
2. Firda
112084052 dasar
3. Selmi
112084057
4. Fiqhiyatul Basithoh
Pendidikan
112084044
Pendidikan Sebagai Sistem

A. Pengertian Sistem

Istilah sistem banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep


dan pengertian yang berbeda-beda. Sistem berarti metode atau pola pelaksanaan seperti
dalam system Dalton, system modul, system jarak jauh, system klasifikasi menurut
Dewey dan sebagainya.

Dalam istilah Yunani Systema Memiliki pengertian yaitu Keseluruhan


yang terdiri atas bagian-bagian yang terorganisasi atau suatu konstruksi bagian yang
membentuk suatu keseluruhan yang kompleks

Dalam arti luas Sistem diartikan sebagai serangkaian komponen atau bagian
yang saling terkait dan berfungsi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.

Istilah system meliputi spectrum yang luas sekali, misalnya kita dapat
menganggap sebuah mobil sebagi suatu system. Suatu organisme seperti seorang
manusia, seeokor hewan, atau sebatang pohon adalah suatu system. Suatu perkumpulan
organisasi, Sebuah sekolah, Suatu perusahaan, Susunan matahari beserta planet dan
satelitnya semua itu disebut dengan suatu system. Semua system mempunyai batasan
sendiri namun semuanya ada dalam lingkungan yang saling mempengaruhi.

Dalam system tentu ada kesamaannya, Kesamaan itu adalah ciri-cirinya yang
meliputi:

1. Tujuan
2. Fungsi
3. Komponen
4. Interaksi
5. Penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
6. Proses transformasi
7. Umpan balik
8. Daerah batasan atau lingkungan
a. Tujuan (output). Sistem mempunyai tujuan. Tujuan yang harus dicapai suatu system
menuntut terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha
terciptanya tujuan tersebut.
b. Komponen-komponen. Demi terlaksananya masing-masing fungsi yang dapat
menunjang usaha pencapaian tujuan, di dalam suatu system terdapat bagian yang
melaksanakan masing-masing fungsi tersebut.
c. Interaksi atau saling hubungan. Semua komponen dalam suatu system saling
berhubungan satu sama lain secara sinergis saling mempengaruhi dan saling
membutuhkan.
Proses bekerjanya system ini secara sederhana dapat dilukiskan sebagai berikut :
Sistem

Proses
Masukan Hasil
Transformasi

Umpan balik

d. Proses transformasi. Semua system mempunyai misi untuk mencapai suatu maksud atau
tujuan tertentu. Untuk itu diperlukan suatu proses yang mengubah masukan (input)
menjadi hasil (out put). Untuk menjaga kelangsungan hidup dan menjaga mutu prestasi,
maka setiap system memerlukan terlaksananya fungsi control yang mencangkup
monitoring dan koreksi.
e. Fungsi monitoring yang terlaksana dengan baik akan memungkinkan diketahuinya
kenyataan apakah fungsi-fungsi yang akan dilaksanakan dengan baik dan memuaskan
hasilnya. Dan juga memungkinkan diketahuinya bahaya yang akan mengancam sebelum
bahaya tersebut menimpa dan membinasakan system yang bersangkutan.Dalam analisis
system pelaksanaan fungsi monitoring biasa disebut dengan umpan balik (feed back).
f. Daerah batasan dan lingkungan. Antara suatu system dengan bagian-bagian yang lain
atau lingkungan di sekitarnya akan selalu terjadi interaksi. Kedua hal ini, system dan
lingkungan, dapat dipisahkan dengan batasan imajiner.
B. Macam-macam Sistem

1. Dalam buku Analisis dan Disain (1991) oleh Jogiyanto.HM. mengemukakan


mengenai klasifikasi sistem sebagai berikut :
a. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran-pemikiran
atau ide yang tidak nampak secara fisik.
Contoh : Sistem teologia merupakan sistem yang berupa
pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan
Tuhan.
Sistem Fisik adalah sistem yang ada secara fisik.
Contoh : sistem komputer, akutansi, produksi, dll.
b. Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
Sistem Alamiah yaitu sistem yang terjadi melalui proses alam.
Contoh : Sistem putaran tata surya.
Sistem Buatan Manusia yaitu sistem yang dirancang manusia.
Contoh : Sistem informasi merupakan contoh man
machine siystem, karena menyangkut penggunaan komputer
yang berinteraksi dengan manusia.
c. Sistem Tertentu dan Sistem Tak Tentu
Sistem Tertentu merupakan sistem yang beroperasi dengan
tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi antara
bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga
keluaran dapat diramalkan.
Contoh : Sistem komputer.
Sistem Tak Tentu merupakan sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur
probabilitas.
d. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem Tertutup adalah sistem yang tidak berhubungan dan
tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini
bekerja secara otomatis tanpa adanya campur tangan pihak
diluarnya.
Sistem Terbuka adalah sistem yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya.
Contoh : Bekerjanya sistem mobil adalah tertutup tetapi
sistem penggunaannya terbuka.
2. Menurut Abdul Gafur, dalam bukunya Disain Instruksional (1982), sistem
dibagi menjadi 4 bagian menurut sifat-sifat suatu sistem, yakni :
a. Terbuka vs Tertutup
Sistem terbuka adalah sistem yang dapat menerima pengaruh
dari luar
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dapat menerima
informasi dari luar.
b. Sederhana vs Kompleks
Sistem sederhana yaitu sistem yang hanya terdiri atas beberapa
komponen dan hasil/ produksinya mungkin sederhana.
Sistem kompleks yaitu sistem yang terdiri dari banyak
komponen yang saling berinteraksi, bagian-bagian tidak bisa
dipahami kalau berdiri terpisah satu sama lainnya, dan totalitas
lebih daripada sekedar jumlah bagian-bagian, serta bagian-
bagiannya saling bergantung satu sama lain.
c. Hidup vs Mati
Sistem yang hidup, misalnya: sel manusia dan tanaman.
Sistem yang mati, misalnya: tata surya, komputer, dll.
d. Susunan Vertikal (hierarkhi)
Sistem hierarkhi merupakan sistem selalu berkait erat dengan sistem
yang lain. Susunan hierarkhi terjadi apabila sistem pada tingkat
bawahan bergabung membentuk sistem yang lebih tinggi.

C. Pendidikan Sebagai Sistem


1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang
baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi
kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan
dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut.
a. Herbert Spencer (1860)
1. Kegiatan demi kelangsungan hidup.
2. Usaha mencari nafkah.
3. Pendidikan anak.
4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
5. Penggunaan waktu senggang.
Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut
didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk
setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.
b. Bloom cs
1. Kognitif (head)
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal
dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental.
Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yaitu:
a. Knowledge (Pengetahuan)
Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan
untuk diingat.
b. Comprehension (Pemahaman)
Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi,
rumusan, menafsirkan suatu teori.
c. Application (Penerapan)
Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu
pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan
pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
d. Analysis (Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur-
unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan
alam dan jagad raya.
e. Synthesis (Sintesis)
Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.
f. Evaluation (Penilaian)
Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.
2. Afektif (heart)
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai
atau perkembangan emosional dan moral.
Tujuan afektif dibagi dalam 5 bagian, yaitu;
a. Receiving
Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu.
b. Responding (Merespon)
Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan
kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam
merespon.
c. Valuing (Menghargai)
Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan
mengikat diri pada norma tersebut.
d. Organization (Organisasi)
Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu
sistem nilai-nilai.
e. Characterization by Value or Value Complex
Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak
seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi.
3. Psikomotor (hand)
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang
mengandung unsur motoris.
Berdasarkan jenisnya, macam macam tujuan pendidikan dibagi menjadi 6,
yaitu:
1. Tujuan umum. Menurut kohnstamm dan gunning, tujuan umum pendidikan
adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan
menurut kihajar dwantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai
manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial) , dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya.
2. Tujuan khusus. Adalah tujuan tujuan pendidikan yang telah disesuaikan
dengan keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai yujuan umum
pendidikan.
3. Tujuan tak lengkap. Adalah tujuan dari masing masing aspek pendidikan.
4. Tujuan insidental adalah tujuan yang timbul secara kebetulan. Secara
mendadak, misal tujuan untuk mengadakan hiburan atau variasi dalam
kehidupan sekolah.
5. Tujuan sementara adalah tujuan tujuan yang ingin kita capai dalam fase
fase tertentu dari pendidikan.
6. Tujuan perantara adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan
tujuan lain. Misal mempelajari bahasa guna mempelajari literatur - literatur
asing.

Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian
dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran
akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya
setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk
manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun
nonformal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk
prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan filsafat suatu bangsa
yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang. TPN
merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelengggaraan pendidikan.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem
nilai Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal
3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab3.
2. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh
atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.
Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum
yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
seperti standar kompetensi pendidikan dasar, menengah kejuruan, dan jenjang
pendidikan tinggi.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan
pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut4
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum
bertujuan meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan tinggi bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
berahlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap
untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan
seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai
tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus
dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional.
Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 dinyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan , dan khusus pada jenjang pendidikan dan
menengah terdiri atas:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Kelompok mata pelajaran estetika.
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, maka Badan Standar
Nasional Pendidikan merumuskan tujuan setiap kelompok mata pelajaran
sebagai berikut:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia bertujuan; membantu
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berahlak mulia. Tujuan tersebut dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah
raga dan kesehatan.
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan;
membentuk peserta didik menjadi manusia menjadi memiliki rasa
kebanggaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan
dan/atau kegiatan agama, ahlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni
dan budaya, dan pendidikan jasmani.
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan
mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta
didik.
4. Pada Satuan Pendidikan SD/MI/SD-LB/Paket A, tujuan ini dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pemngetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan,
dan muatan lokal yang relevan.
5. Pada Satuan Pendidikan SMP/MTs/SMP-LB/Paket B, tujuan ini
dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan
dan/teknologi informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang
relevan.
6. Pada Satuan Pendidikan SMA/MA/SMA-LB/Paket C, tujuan ini
dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan,
teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
7. Pada Satuan Pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan
dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan
komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
8. Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan membentuk karakter
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman
budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
9. Kelompok mata pelajaran Jasmani, olah raga dan kesehatan bertujuan
membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani,
danmenumbuhkan rasa sportifitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan
dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan,
ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
4. Tujuan Pembelajarn/Instruksional
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian
dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajran dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami
karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka
menjabarkan tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru
melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai
mengikuti pelajaran.

2. Isi dan Bahan Pendidikan


Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan pendidikan
relevan. Kita tahu bahwa tujuan pendidikan itu sangat luas, mulai dari tujuan umum sampai
ke tingkat tujuan khusus yang sekecil kecilnya. Guru harus dapat memberi penafsiran yang
tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan dicapainya secara konkret, sehingga dapat
memilih bahan / materi dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mencapai
tujuan tersebut, isi / bahan yang tepat harus dipilih.

Kriteria atau syarat utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan itu
adalah:
1. Bahan / materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
2. Bahan / materi harus sesuai dengan peserta didik.
Materi yang diberikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, yang mengandung nilai nilai
yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa. Dalam menetapkan bahan./ materi tersebut,
karakteristik subjek didik pada fase perkembangan tertentu harus pula dipertimbangkan.

Pemilihan bahan / materi di samping harus sesuai dengan tujuan, dituntut pula
agar sesuai dengan subjek didik yang dipelajarinya. Bahan / materi yang akan diberikan harus
dapat diseusaikan dengan kemampuan peserta didik, menarik perhatian, minat, umur, bakat,
jenis kelamin, latar belakang, dan pengalaman.

Selain bahan / materi tersebut juga perlu diorganisasikan menurut urutannya


dengan memperhatikan keseimbangan dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang
konkret menuju yang abstrak, sehingga dapat menuntun para pelajar secara runtun /
sistematis sehingga melahirkan kurikulum.

Berdasarkan hal di atas, guru harus memilih bahan / materi yang perlu
diberikan, bahan mana yang tidak perlu. Untukk itu guru harus mempertimbangkan hal hal
berikut ini:
Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
Urgensi abhan, yaitu bahan/materi itu pentin untuk diketahui oleh peserta didik.
Nilai praktis atau kegunaannya diartikan sebagai makna bahan itu bagi kehidupannya
sehari hari.
Bahan tersebut merupakan bahan wajib sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Bahan yang susah diperoleh sumbernya perlu diupayakan untuk diberikan oleh guru.
Untuk bahan yang mudah diperoleh sebaiknya ditugaskan untuk dipelajari siswa.
3. Metode metode Pembelajaran
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa
dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola
pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya.
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah
satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru
dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya.

Macam macam metode pembelajaran:

1. Metode Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan


pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976),
melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya. Gage dan Berliner (1981:457),
menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan
ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa
informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).

Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode


ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan
keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan
anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang


sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana
proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana
seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau
seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya
bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :

a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang


menguasai apa yang didemonstrasikan.

4. Metode Ceramah Plus

Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang


menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan
dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas.

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas.

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan
mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan Metode Resitasi adalah :


a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif,
bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru
hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

6. Metode Eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan


pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

Metode Study Tour (Karya wisata)


Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya
peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan
tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8. Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya
langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
9. Metode Pengajaran Beregu

Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team
pendidik tersebut

10. Peer Theaching Method

Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode


mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus
pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.

12. Project Method

Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta
peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

13. Taileren Method

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-


sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja
berkaitan dengan masalahnya

14. Metode Global (ganze method)


Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan
materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi
tersebut.
4. Alat alat Pendidikan

Pada dasarnya, yang dinamakan alat Pendidikan sangat luas sekali artinya. Segala
perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan disebut alat pendidikan.

Dalam konteks perspektif yang lebih dinamis, alat tersebut disamping sebagai perlengkapan,
juga merupakan pembantu mempermudah terlaksananya tujuan pendidikan.

Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri-dari bermacam-macam, antara lain: hukuman dan
ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, kebiasaan-kebiasaan. Termasuk juga
sebagai alat pendidikan antara lain: gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, keadaan
alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Ditinjau dari segi wujudnya, alat pendidikan dapat berupa:


1).Perbuatan pendidik; mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran,
ancaman dan hukuman.
2).Benda-benda sebagai alat bantu; seperti meja, kursi, papan tulis, pulpen, penghapus,
spidol, buku, peta, OHP, laptop, LCD, dan lain-lain.

5. Terdidik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Terdidik adalah individu yang


tergantung dari orang lain dalam arti ia benar-benar seorang pribadi yang menentukan
diri sendiri tidak dipaksa dari luar dan mempunyai keinginan sendiri.
Menurut L.J. Crown Bach kebutuhan terdidik ada 5, yaitu : kebutuhan efeksi,
diterima oleh orang tua, diterima oleh kawan sekelompok, independence, dan harga
diri.
Menurut Donald dan Doane kebutuhan terdidik dibagi menjadi 14, yaitu :
memilih jabatan, bergaul dengan orang lain, filsafat hidup, moral, perkawinan dan
keluarga, kesehatan, pemakaian waktu senggang dan rekreasi, keuangan, hubungan
dengn jenis kelamin, agama, hubungan dengan keluarga, keterampilan sosial, mata
pelajaran tradisional, dan lapangan minat lain.
Sedangkan menurut Abraham Maslow kebutuhan terdidik ada 5, yaitu:
kebutuhan biologis/fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan
rasa harga diri, kebutuhan aktualisasi diri.
6. Pendidik
PERSYARATAN PENDIDIK

A. Persyaratan Jasmaniah Dan Kesehatan


Guru adalah petugas lapangan dalam pendidikan. Oleh karena itu syarat
pertama yang harus dipenuhi oleh seorang guru antara lain
Guru tidak boleh mempunyai cacat tubuh yang nyata.
Guru harus sehat jasmani (tidak sakit apapun)
Guru harus sehat jiwa

B. Persyaratan Pengetahuan Pendidikan


Untuk menjadi seorang guru perlu adanya pendidikan khusus. Adapun
pengetahuan pengetahuan yang penting bagi seorang guru antara lain:
Pengetahuan tentang pendidikan
Pengetahuan psikologi
Pengetahuan tentang kurikulum
Pengetahuan tentang metode mengajar
Pengetahuan tentang dasar dan tujuan pendidikan
Pengaetahuan tentang moral, nilai nilaidan norma norma

C. Persyaratan Kepribadian
Kepribadian pada dasarnya adalah keseluruhan dari ciri ciri dan tingkah laku
dari seseorang. Dalam pembicaraan disini pengertian kepribadian lebih
ditekankankepada kelakuan, tabiat, sikap dan minat. Kelakuan dan tabiat
adalah sesuatu yang berhubungan dengan moral. Dalam kaitannya persyaratan
seorang guru. Guru haruslah mempunyai kepribadian yang luhur. Sebab guru
adalah sosok yang dijadikan panutan oleh anak didik.

D. Persyaatan Persyaratan Khusus


Persyaratan ini antara lain :
Seorang guru harus berjiwa pancasila
Menurut uu no. 4 tahun 1950, babx pasal 15 bunyinya : syarat utama
untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat syarat mengenai kesehatan
jasmani dan rohani, ialah sifat sifat yang perlu untuk dapat memberikan
pendidikan dan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3, dan pasal 4,
dan pasal 5 dari undang undang ini.
Pasal 3 tentang tujuan pendidikan dan pengajaran
Pasal 4 tentang dasar dasar pendidikan dan pengajaran
Pasal 5 tentang bahasa

E. Persyaratan Menurut Ronggo Warsito


Menurut rangga warsita oranmg yang pantas menjadi guru adalah
orang yang dari keturunan terhormat
orang yang taat beribadah
orang yang bermoral tinggi

7. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses


pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan
dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena
manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum
mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan
sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
- pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
- pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
- Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
- Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
- Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
2. Lingkungan sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik
anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus
untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang
khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan
sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
- tanggung jawab formal kelembagaan
- tanggung jawab keilmuan
- tanggung jawab fungsional
3. Lingkungan masyarakat
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial
yaitu:
- pranata pendidikan = bertugas dalam upaya sosialisasi
- pranata ekonomi = bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
- pranata politik = bertugas menciptakan integritas dan stabilitas
masyarakat
- pranata teknologi = bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah
manusia
- pranata moral dan etika = bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam
pergaulan masyarakat

HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT


1. Hubungan transaksional antara sekolah dengan masyarakat
* Sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan.
* Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari
masyarakat.
Caranya:
- aktivitas kurikuler para siswa (mengumpulkan bahan pengajaran dari masyarakat,
kegiatan pengabdian pada masyarakat, magang, dsb)
- aktivitas para guru (kunjungan ke rumah siswa, dll)
- kegiatan ekstrakurikuler (melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan melibatkan
masyarakat)
- kunjungan orangtua/anggota masyarakat ke sekolah (saat kenaikan kelas, ultah
sekolah, dsb)
- melalui media massa (publikasi mengenai kegiatan sekolah lewat televisi, dsb)
2. Hubungan transmisif dan transformasif
Hubungan transmisif terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan
kebudayaan. Hubungan transformasif terjadi manakala sekolah berperan sebagai
agen pembaharu dalam kebudayaan masyarakat.

- Reproduksi budaya: Siswa diajarkan untuk menggali unsur-unsur budaya yang telah ada dalam
masyarakatnya.
- Difusi kebudayaan : Siswa diajarkan agar dapat menyebarluaskan unsur-unsur yang dinilai positif dan
belum berkembang dalam masyarakatnya.
- Berpikir kreatif : Berpikir alternatif, berani tampil beda.

Anda mungkin juga menyukai