Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan, obat merupakan salah satu unsur

yang sangat penting. biaya obat mempunyai porsi yang cukup besar dalam upaya

kesehatan. Begitu pula keberhasilan pencegahan penyakit sering kali sangat ditentukan

oleh ketersediaan dan penggunaan obat. Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan

kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi.

Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh

penyalahgunaan sediaan obati atau penggunaan yang salah atau tidak tepat serta tidak

memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi,

distribusi hingga penggunaannya di masyarakat (WHO, 2014)1.

Kementerian Kesehatan (2015)2, telah menetapkan 12 sasaran strategi dalam

periode tahun 2015-2019. Sasaran yang terkait dengan program kefarmasian bagian

obat obatan adalah sasaran ke empat yaitu meningkatkan akses, kemandirian, dan

mutu sediaan farmasi dengan sasaran yang akan di capai pada tahun 2019 adalah

presentase ketersediaan obat di Puskesmas sebesar 90%, jumlah bahan baku obat

tradiosional serta alat kesehatan yang di produksi di dalam negri sebanyak 35 jenis,

dan presentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat

sebesar 83%.
2

Pengelolaan obat harus dilakukan secara penuh oleh kabupaten atau kota,

mulai dari aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan. Tujuan

pengelolaan obat adalah untuk menjamain kelangsungan ketrsediaan dan

keterjangkauan pelayanan yang efisien, efekif dan rasional.Untuk mencapain tujuan

tersebut, maka diantara semua yang terlibat dalam pengelolaan obat hendaknya

melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan standar dimana pengelolaan obat yang

dilakukan sesuai dengan urutan kegiatan yang terdapat dalam pedoman kerja

puskesmas (Depkes RI,2009) 3.

Secara nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya operasional

kesehatan. Sehingga ketidak efisienan dalam pengelolaan obat akan berdampak negatif

baik secara medis maupun medik. Selanjutnya alokasi dana obat-obat generik hanya

sebesar RP. 625,- per jiwa per tahun. Perlakuan ini tidak relevan karena obat generik

merupakan sumber obat utama bagi Puskesmas dan RSU Pembantu yang melayani

masyarakat luas. Dengan demikian obat generik yang besarnya 7% dari konsumsi obat

nasional itu merupakan sumber obat utama bagi sekitar 70-80% penduduk Indonesia

(Depkes RI, 2008)3.

Menurut Quik dkk (1997)4, bahwa di negara berkembang anggaran belanja

obat merupakan anggaran kedua terbesar setelah gaji, yaitu sekitar 40% dari seluruh

anggaran unit elayanan kesehatan. Melihat kenyataan di atas maka di dalam membuat

suatu perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat mutlak

diperlukan koordinasi dan keterpaduan sehingga anggaran obat yang jumlahnya masih

terbatas dan bersumber dari berbagai anggaran pemerintah dapat digunakan secara

optimal.
3

Hal inipun sangat membantu di dalam menghindari terjadinya perencanaan

yang keliru karena kurang koordinasi dan keterpaduan antar tim pengelola obat.

Perencanaan yang keliru tersebut dapat mengakibatkan kekurangan atau bahkan

kelebihan obat. Kekurangan stock obat sangat dirasakan oleh konsumen yang

membutuhkannya karena bila terjadi demikian maka konsumen akan mencari obat di

apotik-apotik swasta dengan harga jual yang meningkat hampir 100% dari harga jual

pabrik. Sedangkan bila kelebihan stock obat, maka akan terjadi penumpukan obat yang

tidak perlu terjadi dan ini tentunya mencerminkan terjadinya pemborosan pada dana

yang seharusnya digunakan secara optimal.

Oleh karena itu aspek manajemen logistik obat-obatan mempunyai rangkaian

kegiatan terkendali seperti perencanaan, pengadaan, distribusi, penggunaan obat secara

rasional dan kecermatan manajemen akan membantu dalam meminimalisasi biaya

obat-obatan tersebut.

Di samping aspek manajemen logistik di atas, peningkatan efisiensi dana dapat

juga dilaksanakan melalui pemenuhan kebutuhan prioritas. Pendekatan ini walaupun

tidak dapat secara langsung menghemat dana, tetapi dapat memberikan informasi yang

berguna dalam menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam upaya menghemat

dana dan meningkatkan efisensi.

Pelaksanaan pengelolaan obat selama ini di Puskesmas Jawa Kisa belum

berdasarkan analisis kebutuhan prioritas, sehingga kadang pengadaan obat sering

mengalami kendala berupa kuranganya keterseidiaan obat di Puskesmas. Berdasarkan

observasi awal tahun 2016 perencanaan obat di Puskesmas Jawa Kisa baru sebatas

permintaan yang berdasarkan stok persdiaan obat tanmpa memperhitungkan peresapan


4

obat serta pola penyakit yang terjadi di masyrakat. Hal ini berpengaruh pada

pemenuhan kebutuhan masyrakat akan obat ketika terjadi penyakit pada bulan-bulan

tertentu. Sehingga sistem pengelolan obat di Puskesmas Jawa Kisa sampai saat ini di

tahun 2017 hanya mencapai 80% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo,

2016)5.

Puskesmas Jawa Kisa memiliki 40 orang tenaga kesehatan 2 di antaranya

adalah bagian farmasi. Perencanaan kebutuhan obat sangat mempengaruhi

ketersediaan obat, sedangkan ketersediaan obat merupakan salah satu indikator dari

mutu pelayanan kesehatan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor

penting dalam pelaksanaan penegelolaan obat, sebab SDM sangat mempengaruhi

proses perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan. Hingga saat ini SDM

bagian farmasi yang di miliki Puskesmas Jawa Kisa sangatlah minim yaitu hanya 55%,

(Profil Kesehatan Puskesmas Jawa Kisa, 2016) 6.

Untuk menunjang mutu pelayanan kepada masyarakat, perlu diupayakan agar

obat di Puskesmas tersedia dalam jumlah yang cukup dan sesuai dengan pola penyakit.

Jika obat yang disediakan di Puskesmas kehabisan stock maka semua pasien yang

membutuhkan obat akan mendapatkan obat di apotik terdekat dengan harga yang

relatif mahal.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis akan meneliti mengenai

Pelaksanaan Fungsi Manajmen dalam Pengelolaan Obat di Puskesmas Jawa Kisa

Kabupaten Nagekeo tahun 2017. Penelitian ini akan lebih fokus mengkaji pengelolaan

obat.
5

B. Rumusan Masalah

Pengelolaan obat yang efisien dan efektif harus memperhatikan pelaksanaan

fungsi-fungsi manajemen, seperti yang berkaitan dengan kebijakan perencanaan,

pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat, di Puskesmas Jawa Kisa Kabupaten

Nagekeo. Oleh karena itu, dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi manajemen berdasarkan kegiatan perencanaan kebutuhan obat

di Puskesmas Jawa Kisa?

2. Bagaimana fungsi manajemen berdasarkan kegiatan pengadaan obat di Puskesmas

Jawa Kisa?

3. Bagaimana fungsi manajemen berdasarkan kegiatan pendistribusian obat di

Puskesmas Jawa Kisa?

4. Bagaimana fungsi manajemen berdasarkan penggunaan obat di Puskesmas Jawa

Kisa?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran tentang fungsi manajemen pengelolaan obat di

Puskesmas Jawa Kisa Kabupaten Nagekeo.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui fungsi manajemen berdasarkan kegiatan perencanaan kebutuhan

obat di Puskesmas Jawa Kisa.

2. Mengetahui fungsi manajemen berdasarkan kegiatan pengadaan atau

permintaan obat di Puskesmas Jawa Kisa.


6

3. Mengetahui fungsi manajemen berdasarkan kegiatan pendistribusian obat di

Puskesmas Jawa Kisa.

4. Mengetahui fungsi manajemen berdasarkan penggunaan obat di Puskesmas

Jawa Kisa.

D. Manfaat Penelitian

1. Menfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait atau pihak Puskesmas untuk

menentukan kebijakan yang lebih khususnya untuk meningkatkan fungsi

Manajemen dalam Pengelolaan Obat-obatan yang efekif dan efisien.

2. Menfaat praktis

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah wawasan,

dengan memepelajari Manajemen Pengelolaan Obat-Obatan.

3. Menfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan

merupakan salah satu baan bacaan bagi peneliti berikutnya


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Manejamen Logistik Kesehatan

Manajemen menurut Harold Koontz dan Cyrill O'Donnel (1999)7, dalam

bukunya The Principles of Management yang mendefinisikan pengertian manajemen

bahwa manajemen adalah cara untuk mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan yang

lain. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan

menggunakan kegiatan orang lain (George R. Terry,2010)8.

Manajemen dalam bukunya General Industrial Management bahwa

manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan menggandakan

pengendalian dalam rangka mencapai tujuan (Henry Fayol,1985)9.

Manajemen merupakan ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan

pengunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan

sebelumnya. Manajemen memiliki kegiatan memimpin, mengatur, mengelola,

mengendalikan, dan mengembangkan.

Fungsi-fungsi manajemen menurut Harold Koontz dan Cyrill O'Donnel (1999)7

adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan mencakup hal-hal pemilihan/penetaan tujuan organisasi dan

penetuan strategi, kebijakan, proyeksi, program, metode, sistem, anggaran, dan standar

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.


8

Ada empat tahap yang harus dilalui dalam proses perencanaan adalah sebagai

berikut:

a. Menetapkan tujuan

b. Merumuskan keadaan saat ini

c. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan

d. Mengembangkan rencana untuk pencapaian tujuan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan, sumber daya organisasi, dan lingkungan tempat organisasi

berada. Pengorganisasian bertujuan membagi suatu kegiatan yang besar menjadi

kegiatan-kegiatan yang lebih kecil, (Harold Koontz dan Cyrill O'Donnel, 1999)7.

Ada tiga aspek dari fungsi manajemen mengenai pengorganisasian yaitu

sebagai berikut :

a. Menetapkan struktur organisasi

b. Mendelegasikan wewenang

c. Memantapkan hubungan

3. Penyusunan Personalia (Staffing)

Staffing merupakan penarikan, pelatihan, dan pengembangan serta penempatan

dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang

menguntungkan dan produktif. Fungsi staffing mencakup kegiatan berikut :

a. Perencanaan sumber daya manusia

b. Rekruitmen karyawan

c. Seleksi
9

d. Pengenalan dan orientasi

e. Penilaian dalam pelaksanaan kerja

f. Pemberian balas jasa dan penghargaan

g. Perencanaan dan pengembangan karier.

1. Pengarahan (Directing)

Fungsi pengarahan adalah membuat karyawan melakukan apa yang diinginkan

dan harus dilakukan. Fungsi yang melibatkan kualitas, gaya, dan kekuasaan

pemimpin. Kegiatan kepemimpinan misalnya komunikasi, motivasi, dan disiplin

perlu diintensifkan oleh atasan.

2. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk menilai dan

mengendalikan jalannya suatu kegiatan demi tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, tujuan pengawasan adalah memperbaiki kesalahan,

penyimpangan, penyelewengan dan kegiatan lainnya yang tidak sesuai dengan

rencana.

Ada beberapa langkah dalam proses pengawasan, antara lain sebagai berikut...

a. Menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi

b. Mengukur prestasi kerja

c. Menentukan apakah prestasi kerja sudah sesuai dengan standar atau belum

d. Pengambilan tindakan koreksi bila pelaksanaannya menyimpang dari

standar.

Logistik adalah proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan

penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari suplair, diantara fasilitas-
10

fasilitas perusahaan dan kepada para pelanggan, (Bowersox, 1986)10.Logistik

merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan

sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar.

Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga

mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori, pergudangan, dan pemaketan .

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses

mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, pendistribusian,

penggunaan, serta penghapusan material atau alat-alat yang berhubungan dengan

kesehaatan (Athijah Umi, dkk, 2012)11.

Manajemen logistik keshatan sebagai proses yang secara strategik mengatur

pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen dan

penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan

pemasarannya dengan cara tertentu (Bowersox, 1986)9.Manajemen logistik obat adalah

proses pengelolaan yang strategis mengenai pengadaan, distribusi dan penyimpanan

obat dalam upaya mencapai kinerja yang optimal (Indrawati , 2004)11.

B. Tinjauan Umum tentang Pengelolaan Obat di Puskesmas

Pengelolaan obat merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan obat dapat terwujud dengan baik

apabila didukung dengan kemampuan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.

Tujuan utama pengelolaan obat Kabupaten atau Kota adalah tersedianya obat yang

berkualitas baik, tersebar secara merata, jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat diunit pelayanan kesehatan.


11

Tujuan pengelolaan obat yaitu memelihara dan meningkatkan penggunaan obat

yaitu memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di

unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat

jumlah, tepat waktu dan tempat (Direktorat Bina Obat Publik, 2012)12.

Pengelolaan obat yang efektif dan efisien diharapkan dapat menjamin:

1. Tersedianya rencana kebutuhan jenis dan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan

PKD di Kabupaten atau Kota.

2. Tersedianya anggaran pengadaan obat yang dibutuhkan sesuai dengan waktunya.

3. Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien

4. Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik

5. Terjaminnya pendistribusian obat yang efektif dengan waktu tunggu (lead time)

yang pendek.

6. Terpenuhinya kebutuhan obat yang mendukung PKD sesuai dengan jenis, jumlah

dan waktu yang dibutuhkan.

7. Tersedianya sumber daya manusia (SDM) dengan jumlah dan kualifikasi yang

tepat.

8. Digunakannya obat secara rasional sesuai dengan pedoman yang disepakati.

9. Tersedianya informasi pengelolaan dan penggunaan obat yang sahih, akurat dan

mutkakhir.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Sistem Pengelolaan dan Penggunaan

Obat Kabupaten atau Kota mempunyai 4 fungsi dasar, yaitu : perumusan kebutuhan

(selection), pengadaan (procurement), distribusi (distribution) dan penggunaan obat

(use). Keempat fungsi tersebut didukung oleh penunjang pengelolaan yang terdiri dari
12

organisasi (organization), pembiayaan dan kesinambungan (financing

andsustainability), pengelolaan informasi (information management) serata

pengelolaan dan pengembangan SDM (human resources magament).

Di dalam buku Managing Drug Supply yang diterbitkan oleh Management

Science For Health (Davis Roberth, 1993)14, dituliskan bahwa: Logistics is the science

of procuring maintaining, and transporting supplies. It involves delivering large

amounts of supplies on schedule to many people located in numerous different places.

(Logistik adalah suatu ilmu mengenai pengadaan, pemeliharaan dan penyediaan

transportasi. Termasuk pelayanan persediaan dalam jumlah besar kepada banyak

orang-orang di tempat-tempat yang jaraknya berjauhan).

Ada empat fungsi utama di dalam siklus logistik dari sistem suplai yang

merupakan suatu rangkai kegiatan dalam manajemen logistik yaitu perencanaan,

pengadaan, distribusi dan pengguna sebagaimana terlihat pada gambar sebagai berikut:

Perencanaan

Manajemen
Pengguna Logistik Pengadaan

Distribusi

Gambar : 1. Siklus Logistik Obat-Obatan

Keterangan :

: Arus kegiatan suplai

: Garis koordinasi
13

Manajemen Logistik (Diadopsi dari Management Science for Health,

Managing Drug Supply, Boston, MA, USA, 1993)15:

a. Seleksi obat-obatan mencakup ketersediaan dan kuantitas obat.

b. Pengadaan mencakup metode pembelian, pembiayaan, sistem pembayaran,

sumber penyediaan, kualitas asuransi dan keputusan yang berkaitan dengan

pembelian obat-obatan.

c. Distribusi mencakup manajemen import, pengawasan manajemen kelebihan stok

obat dan transportasi.

d. Pengguna mencakup apotik atau toko obat, perlengkapan dan pelabelan dan

pendidikan konsumen.

C. Tinjauan Umum tentang Perencanaan Kebutuhan Obat

Kegiatan utama pengelolaan obat adalah perencanaan. Perencanaan dilakukan

untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai

dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Merencanakan pengadaan obat diawali

dengan kompilasi data yang disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi

kabupaten atau kota diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan

teknik tertentu (Depkes RI, 2009)3.

Perencanaan kebutuhan obat merupakan suatu proses memilih jenis dan

menetapkan jumlah perkiraan kebutuhan obat di suatu unit pelayanan kesehatan. Pada

dasarnya perencanaan dibuat tahun anggaran berikutnya, namun untuk menunjang

kegiatan pelayanan yang dilaksanakan tiap hari, maka setiap bulan disusun rencana

kebutuhan obat yang didasarkan atas penerimaan dan penggunaan obat pada bulan

lalu.Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan jenis dan jumlah
14

obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindar terjadinya kekosongan obat dan

meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis.

Menurut Depkes RI (2008)3, Kegiatan pokok dalam perencanaan kebutuhan

obat meliputi pemilihan jenis obat, perhitungan jumlah obat dan peningkatan efisiensi

dan Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan

kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Dalam

merencanakan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang disampaikan

Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota diolah menjadi rencana

kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.

Tahap-tahap yang dilalui dalam proses perencanaan obat adalah :

1. Tahap pemilihan obat, dimana pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik

terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan

harga berpedoman pada penetapan Menteri.

2. Tahap kompilasi pemakaian obat, untuk memperoleh informasi :

a. Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan/

puskesmas pertahun.

b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh

unit pelayanan kesehatan atau puskesmas.

c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat Kabupaten atau Kota

secara periodik.

3. Tahap perhitungan kebutuhan obat, dilakukan dengan :

a. Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi

obat tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan


15

dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan

perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan

alokasi dana.

b. Metode Morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola

penyakit.Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah :

1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur

penyakit.

2) Menyiapkan data populasi penduduk.

3) Menyediakan data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh populasi

pada kelompok umur yang ada.

4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit/ tahun untuk

seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.

5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat

menggunakan pedoman pengobatan yang ada.

6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan

dating.

4. Tahap proyeksi kebutuhan obat, dengan kegiatan-kegiatan :

a. Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang, dengan

mengalikan waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/ bulan

ditambah stok pengaman.

b. Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang akan

datang.
16

c. Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan melakukan

analisis ABC-VEN, menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian

kebutuhan dengan anggaran yang tersedia.

d. Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan

melakukan kegiatan : menetapkan kebutuhan anggaran untuk masing-masing

obat berdasarkan sumber anggaran; menghitung persentase anggaran masing-

masing obat terhadap total anggaran dan semua sumber.

e. Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan obat, dengan menggunakan

formulir lembar kerja perencanaan pengadaan obat.

5. Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat

Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah rencana pengadaan,

skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana

pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan

kebutuhan obat adalah dengan cara :

a. Analisa ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan

kebutuhan dananya yaitu :

1) Kelompok A : Kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya

menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat

keseluruhan.

2) Kelompok B : Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.


17

3) Kelompok C : Kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana

pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah

dana obat keseluruhan.

b. Analisa VEN dilakukan dengan mengelompokkan obat yang didasarkan

kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu :

1) Kelompok V : Kelompok obat yang vital antara lain : obat penyelamat,

obat untuk pelayanaan kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit-

penyakit penyebab kematian terbesar.

2) Kelompok E : Kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang

bekerja pada sumber penyebab penyakit.

3) Kelompok N : Kelompok obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan

dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk

mengatasi keluhan ringan.

Dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan (2014)16, tentang Standar

Pelayanan Puskesmas, menyebutkan bahwa pelayanan farmasi Puskesmas adalah

suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan

dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

Puskesmas yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat

(Suciani & Adisasmito, 1996)17.


18

Fungsi perencanaan itu mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan

suatu strategi untuk mencapai sasaran, dan menyusun rencana guna mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan kegiatan - kegiatan (Robbins & Coulter, 1999)18.

D. Tinjauan Umum tentang Pengadaan Obat

Salah satu kegiatan Puskesmas adalah mengadakan obat-obatan yang

dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan. Maksud dan tujuan pengadaan ini adalah agar

obat yang dibutuhkan untuk pelayanan dapat lebih terjamin keberadaannya, baik secara

kuantitas maupun kualitas.

Depkes RI (2000)19, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang atau

Jasa Pemerintah menyatakan bahwa pengadaan dan distribusi obat dan perbekalan

kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah

ditetapkan oleh Menkes RI dapat dilakukan dengan penunjukan langsung.

Berdasarkan hal tersebut di atas di pandang perlu untuk menyesuaikan

Pedoman Teknis Pengadaan Obat Dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan

Kesehatan Dasar yang sudah ada, mengacu kepada peraturan perundang-undangan

yang berlaku dalam melaksanakan pengadaan barang atau jasa bagi instansi

pemerintah.

Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah

obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat

waktu. Oleh karena itu, pengadaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan

bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah

direncanakan. Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan melalui dinas kesehatan


19

kabupaten atau kota dan Gudang Farmasi Kabupaten atau Kota (GFK) dengan

mengajukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas diajukan

oleh bagian farmasi kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota melalui GFK

dengan menggunakan format LPLPO. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan

ketepatan waktu penyerahan obat kepada Puskesmas, kepala dinas kesehatan

kabupaten atau kota dapat menyusun petunjuk mengenai alur permintaan dan

penyerahan obat dari GFK ke Puskesmas.

Kegiatan utama dalam pengadaan obat baik di Rumah Sakit maupun

Puskesmas adalah menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan

kebutuhan, mengajukan permintaan kebutuhan obat ke pada GFK dengan

menggunakan LPLPO, sebagaimana yang berhubunga dangan penerimaan dan

pengecekan jenis dan jumlah obat. Adapun fungsi daftar permintaan tersebut adalah

menghindari gejala penyimpangan pengelolaan obat dari yang seharusnya, optimasi

pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan atau permintaan yang baik,

dan indikator untuk memilih ketepatan pengelolaan obat di Puskesmas (Apriyanti,

2011)20.

1. Waktu Pengadaan Obat

Waktu pengadaan obat dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Namun akan

dilakukan pembelian ketika obat yang di Puskesmas kehabisan stock obat. Pengadaan

obat yang dilakukan di Puskesmas Jawa Kisa yaitu satu kali dalam tiga bulan, dan

untuk laporan LPLPOnya dibuat setiap ahkir bulan ke tiga.

2. Pemeriksaan Obat Datang


20

Pemeriksaan obat dilakukan setelah obat telah berada di gudang farmasi

puskesmas, obat akan diterima sesuai dengan jenis dan jumlahnya disertai dengan

dokumen penerimaan obat. Staf gudang farmasi atau apotik melakukan cek obat yang

ada di gudang farmasi sebelum dibawah ke ruangan agar jenis, jumlah dan mutu obat

dapat dilihat langsung. Apakah sesuai dengan laporan penerimaan sehingga dapat

mencegah terbawanya obat yang rusak dan expaire, (Profil Kesehatan Puskesmas Jawa

Kisa, 2016)5.

Metode yang digunakan dalam pengadaan obat di Puskesmas Jawa Kisa

adalah sesuai dengan kebutuhan dan pola penyakit dengan menggunakan LPLPO

kemudian ke dinas kesehatan (Gudang Farmasi Kabupaten atau Kota) setiap satu kali

dalam tiga bulan terakir. Semua obat yang di minta tersedia oleh Dinas Kesehatan

tetapi masih saja kekosongan obat di Puskesmas.

Kebijakan Obat Nasional (KONAS, 2006)21, sebagai penjabaran lebih lanjut

dari SKN-2004, dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan

dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya.

Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari

tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan

penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses serta kerasionalan penggunaan

obat.

Semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar

memberikan manfaat bagi kesehatan. Bersaman dengan itu masyarakat harus

dilindungi dari salah penggunaan dan penyalahgunaan obat.


21

Keputusan Menteri Kesehatan (2008)2, pengadaan atau permintaan obat-obatan

yang baik, diperlukan untuk:

1. Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang tepat (sesuai kebutuhan)

2. Mendapatkan obat dengan mutu yang tinggi

3. Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu

4. Optimalisasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan/ permintaan

yang baik.

Adapun kegiatan pengadaan obat di Puskesmas Jawa Kisa berupa:

1. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan

2. Pengajuan permintaan kebutuhan obat kepada Distributor PBF dengan

menggunakan LPLPO.

Pengadaan obat melalui prosedur permintaan (deliver order) merupakan

tahapan tersendiri yang sangat penting dalam pengelolaan obat, karena keberadaan

obat harus terjamin. Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang dan sekaligus

merupakan (revenue cente)r utama.

Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di

Puskesmas menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan

radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari

seluruh pemasukan Puskesmas berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Untuk itu,

jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh tanggung

jawab, maka dapat diprediksi bahwa pendapatan Puskesmas akan mengalami

penurunan (Suciati & Adisasmita, 2006)22.


22

E. Tinjauan Umum tentang Pendistribusian Obat.

Distribusi merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek-aspek

penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan termasuk penyerahan kepada pasien.

(Bapelkes, 1995)23.

Pendistribusian obat mencakup kegiatan pengeluaran dan pengiriman obat-

obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan jumlah dari gudang

obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan

kesehatan. Obat yang berada di puskesmas nantinya akan didistribusikan ke pustu,

poskesdes dan posiandu.

1. Penerimaan

Suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit

pengelolahan yang selanjutnya akan digunakan untuk menunjang pelayanan di

Puskesmas. Saat waktu melakukan penerimaan, petugas instalasi apotik berkewajiban

mengadakan pengecekan terhadap obat-obatan yang diserahkan seperti dalam daftar

penyerahan dengan membandingkan antara fisik obat dan persyaratan lainnya bagi

penerimaan obat-obatan.

Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar

obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan dokumen

yang menyertainya dilakukan oleh tenaga farmasi. Pemeriksaan mutu obat dilakukan

secara organoleptik, khusus pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan

pencatatan terhadap tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap

obat yang diterima (Kemenkes, 2011)2.

Pemeriksaan mutu obat secara organoleptik dilakukan meliputi:


23

a. Tablet : Kemasan dan Label

1) Bentuk fisik (keutuhan, basah, lengket)

2) Warna, bau dan rasa

b. Tablet salut : warna, bau dan rasa

1) Bentuk fisik (keutuhan, basah, lengket)

2) Kemasan dan label

c. Cairan : warna, bau

1) Kejernihan, homogenitas

2) Kemasan dan label

d. Salep : warna, konsistensi

1) Homogenitas

2) Kemasan dan label

e. Injeksi : warna

1) Kejernihan untuk larutan injeksi

2) Homogenitas untuk serbuk injeksi

2. Penyimpanan

Suatu kegiatan pengaturan pengamanan terhadap obat, alat kesehatan, yang di

terima agar terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.

Tujuan dari penyimpanan ini adalah agar mutu obat yang tersedia di Puskesmas dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Pendistribusian yang baik mencakup kegiatan :

a. Menyimpan obat-obatan pada kondisi dimana mutu dan kemasan dapat

terpeliharan dan dipantau dengan baik.


24

b. Pengelolaan persediaan yang optimal dapat mencegah kekosongan obat dan

menghindari stok obat yang berlebihan.

c. Memelihara pencatatan persediaan yang akurat untuk digunakan dalam

memperkirakan kebutuhan obat dimasa datang dan menelusuri konsumsi di

waktu lampau.

d. Menggunakan sumber-sumber transpor yang tersedia seefisien mungkin.

e. Mengurangi kehilangan obat, karena obat rusak dan kadaluarsa dengan

menggunakan praktik pengelolaan yang baik, (Kemenkes,2015)2.

Selain itu, alur distribusi juga perlu diketahui dalam rangka menghindari jalur

distribusi yang panjang sekaligus menghindari kesalahan pahaman (misunderstanding)

antar pihak-pihak yang terkait.

F. Tinjauan Umum tentang Penggunaan Obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat selalu diabaikan dalam

meningkatkan sistem logistik obat. Terkadang melupakan faktor yang mempengaruhi

penggunaan obat dapat memberi dampak terhadap mutu pelayanan kesehatan

(pengobatan) dan terhadap pemakaian sumber dana kesehatan serta meningkatkan

risiko efek samping obat.

Pelaksanaan program Departemen Kesehatan ternyata obat menyerap proporsi

yang cukup besar dari biaya operasional kesehatan, sedangkan dana yang tersedia

sangat terbatas (Depkes RI, 2007)3. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana obat

yang terbatas di sektor pemerintah terutama di unit-unit pelayanan kesehatan,

Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten atau Kota, perlu dilakukan berbagai upaya

peningkatan mutu penggunaan obat secara tepat, efektif, aman dan efisien.
25

Langkah-langkah penting dalam penggunaan obat adalah :

1. Diagnosa yang tepat

2. Peresepan yang rasional, efektif, aman dan ekonomis

3. Pelayanan yang baik

4. Kemasan dan etiket yang baik dan sesuai

5. Penggunaan obat oleh pasien harus dengan informasi yang jelas.

G. Tinjauan Umum tentang Obat

Obat merupakan komponen dasar suatu pelayanan kesehatan. Dengan

pemberian obat, penyakit yang diderita oleh pasien dapat diukur tingkat

kesembuhannya. Selain itu obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka

persepsi masyarakat tentang hasil yang diperoleh dari pelayanan kesehatan adalah

menerima obat setelah berkunjung ke sarana kesehatan baik puskesmas, rumah sakit

maupun poliklinik. Obat merupakan komponen utama dalam intervensi mengatasi

masalah kesehatan, maka pengadaan obat dalam pelayanan kesehatan juga merupakan

indikator untuk mengukur tercapainya efektifitas dan keadilan dalam pelayanan

kesehatan.

Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat dipakai dalam diagnosis,

mengurangi rasa sakit, mengobati dan mencegah penyakit pada manusia atau hewan

(Hartono Joko, 2001)24.

Tjay dan Rahardja (2003)25, obat merupakan semua zat kimiawi, hewani

maupun nabati dalam dosis yang layak menyembuhkan, meringankan atau mencegah

penyakit berikut gejalanya.


26

Segi farmakologi obat didefinisikan sebagai substansi yang digunakan untuk

pencegahan dan pengobatan baik pada manusia maupun pada hewan. Obat merupakan

faktor penunjang dalam komponen yang sangat strategis dalam pelayanan kesehatan.

Upaya pengobatan di puskesmas merupakan segala bentuk kegiatan pelayanan

pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk menghilangkan

penyakit dan gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara yang khusus

untuk keperluan tersebut (Anonim, 2005)26.

Obat dibedakan atas 7 golongan yaitu:

1. Obat tradisional yaitu obat yang berasal dari bahan-bahan tumbuh-tumbuhan,

mineral dan sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha

pengobatannya berdasarkan pengalaman.

2. Obat jadi yaitu obat dalam kemasan murni atau campuran dalam bentuk serbuk,

cairan, salep, tablet, pil, supositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis

sesuai dengan F.I (Farmakope Indonesia) atau buku lain.

3. Obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si

pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang

memproduksinya.

4. Obat baru yaitu obat yang terdiri dari zat yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat

misalnya lapisan, pengisi, pelarut serta pembantu atau komponen lain yang belum

dikenal sehingga khasiat dan keamanannya.

5. Obat esensial yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat yang meliputi diagnosa, prifilaksi terapi dan

rehabilitasi.
27

6. Obat generik berlogo yaitu obat yang tercantum dalam DOEN (Daftar Obat

Esensial Nasional) dan mutunya terjamin karena produksi sesuai dengan

persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan diuji ulang oleh Pusat

Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.

7. Obat wajib apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh

apoteker di apotek, (Anonim,2005)26.

H. Tinjauan Umum tentang Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan pokok secara menyeluruh dan terintegrasi pada masyarakat, sebagai usaha

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Jika di tinjau dari sistem pelayanan

kesehatan di Indonesia, maka peranan dari kedudukan Puskesmas adalah sebagai unjuk

tombak system pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan

kedudukan Puskesmas di Indonesia amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan

terdepan di Indonesia, Puskesmas juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan

pelayanan keseahatan masyarakat selain bertangung jawab menyelenggarakan

pelayanan kedokteran atau medis.

2. Azas Puskesmas

Puskesmas selalu memegang asas pengelolaan yang sangat penting dalam

pelayanan kesehatan yakni :

a. Asas Pertanggun Jawaban Wilayah Kerja

Arti dari asas pertanggung jawaban wilayah keja ialah Puskesmas harus

bertanggung jawab atas semua masalah yang terjadi di wilayah kerjanya. Wilayah
28

kerja meliputi satu kecamatan atau bagian dari kecamatan. Faktor kepadatan, luas

daerah, keadaan geografis dan infrastruktur lainya merupakan bahan pertimbangan

dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.

Secara administrasi Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah

tingkat II, sehinnga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati, tetapi

puskesmas bertanggung jawab secara langsung baik teknis maupun administrasi

kepada kepala kantor Depertemen Kesehatan kota atau kabupaten dengan persetujuan

kepala kantor wilayah Depertemen Kesehatan Provinsi. Kedudukan dalam hirarkai

pelayanan kesehatan, sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Puskesmas

berkedudukan sebagai fasilitas kesehatan.

b. Asas Peran Masyarakat

Asas ini masyarakat dilibatkan dalam melaksanakan program kerja puskesmas.

Salah satu bukti keterlibatan peran serta masyarakat ialah adanya posyandu dan dasa

wisma.

c. Asas Keterpaduan

Asas ini menjadikan Puskesmas dapat menyatukan program kerja dari sektor

yang satu ke sektor yang lain. Artinya selain Puskesmas menjalankan program

kesehatan, Puskesmas juga dapat menjalankan program lain selain kesehatan.

d. Asas Rujukan

Asas rujukan adalah asas yang diberlakukan apabila Puskesmas tidak dapat

menangani suatu masalah kesehatan. Asas ini ditetapkan untuk bekerja sama dengan

rumah sakit.
29

3. Sistem Pelayanan Puskesmas

Sistem pelayanan Puskesmas meliputi :

a. Puskesmas membantu wilayah kerjanya

b. Puskesmas keliling atau pelayanan kesehatan keliling

c. Jaringan pelayanan rujukan kesehatan

d. Pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat desa

4. Fungsi puskesmas

Fungsi Puskesmas dijabarkan sebagai berikut :

a. Sebagai pusat pengembangan masyarakat kesehatan di wilayah kerjanya

b. Membinan peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat diwilayah kerjanya.

5. Tujuan Puskesmas

Tujuan puskesmas adalah mengembangkan dan mendekatkan secara merata

pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh kepada masyarakat diwilyah kerja

Puskesmas.

6. Program pokok puskesmas

Upaya menunjang pengembangan program pokok Puskesmas yang mempunyai

6 subsistem manajemen yaitu (Muninjaya, 2006)25:

a. Subsistem pelayan kesehatan (promosi, pencegahan, pengobatan ,

rehabilitasi medis dan sosial)

b. Subsistem personalia (pengembangan staf)


30

c. Subsistem keuangan.

d. Subsistem logistic.

e. Subsistem pencatatan dan pelaporan

f. Subsistem peran serta masyarakat.

7. Kegiatan peleyanan Puskesmas.

Kegiatan Puskesmas yang dulunya 23 kegiatan, kini menjadi 10 kegiatatn

yakni:

a. Usaha pelayan rawat inap

b. Usaha kesejahteraan ibu dan anak

c. Usaha keluarga berencana

d. Usaha kesehatan gigi

e. Usaha kesehatan gizi

f. Usaha kesehatan sekolah

g. Usaha kesehatan lingkungan

h. Usaha perawatan kesehatan masyarakat.

i. Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

j. Usaha kesehatan olah raga.


31

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Di teliti

Pengelolaan obat merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan,

pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-

sumber dana yang ada sehingga dapat meningkatkan penggunaan obat secara efisien

dan efektif.

1. Perencanaan Obat

Perencanaan obat merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam

pengelolahan obat khususnya dalam perhitungan perkiraan kebutuhan obat. Ketidak

tepatan dalam perhitungan perkiraan obat mengakibatkan:

a. Keterbatasan stock obat, meskipun dana memadai

b. Kelebihan obat yang biasa dipakai, akibat pemilihan dan jumlah yang tidak

tepat, obat yang dipilih tidak sesuai dengan pola penyakit dan bentuk yang

kurang disukai oleh dokter atau pasien.

c. Tidak efektifnya penggunaan dana akibat kecenderungan memakai obat-

obatan mahal, daripada menggunakan obat generik.

2. Pengadaan Obat

Pengadaan obat yang merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan pengelolahan

obat, mempunyai peran yang tak kalah pentingnya. Dengan pengadaan atau

permintaan obat yang baik maka kebutuhan akan obat-obatan akan terpenuhi dengan

mutu yang baik, jenis obat yang tepat dan kecepatan serta ketepatan waktu

penyampaian obat.
32

3. Pendistribusian Obat

Kegiatan pendistribusian obat dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik jika

tidak terjadi ketimpangan di dalam pendistribusian obat, dimana ada beberapa unit

pelayanan seperti Puskesmas di tengah kota yang mendapatkan suplai yang lebih baik

dibandingkan pelayanan kesehatan pinggiran. Begitu pula pendistribusian obat kepada

pasien, diharapkan pasien mendapatkan obat dalam kondisi kemasan yang masih baik.

4. Penggunaan Obat

Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan masalah yang sangat serius

karena dapat berdampak negatif baik untuk kesehatan maupun dari segi ekonomisnya.

Segi kesehatan dapat dilihat dari efek samping obat yang digunakan dan dari segi

ekonomis dapat dilihat dari penggunaan obat-obatan yang mahal, diagnosa yang

kurang tepat dan masih banyak lagi.

B. Pola Pikir Variabel yang di Teliti

Perencanaan
Kebutuhan Obat

Pengadaan
Obat
FUNGSI MANAJEMEN
PENGELOLAAN OBAT
Pendistribusian
Obat

Penggunaan
Obat

Keterangan:

Perencana kebutuhan obat : Variabel Independen

Pengadaan oba : Variabel Independen


33

Pendistribusian obat : Variabel Independen

Penggunaan obat : Variabel Independen

Fungsi manajemen pengelolaan obat- obatan : Variabel Dependen

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Manajemen Pengelolaan Obat

Manajemen pengelolaan obat adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari

kegiatan perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia, mencakup pola atau tata laksana, tenaga,

sarana dan dana dalam pencapaian tujuan.

Kriteria Obyektif:

Sesuai Standar : Apabila pengelolaan obat yang dilakukan sesuai

dengan urutan kegiatan yang terdapat dalam

Pedoman Kerja Puskesmas Jawa Kisa Kabupaten

Nagekeo.

Tidak Sesuai Standar : Apabila pengelolaan obat yang dilakukan tidak

sesuai dengan urutan kegiatan yang terdapat dalam

Pedoman Kerja Puskesmas Jawa Kisa Kabupaten

Nagekeo.

2. Perencanaan Obat

Perencanaan obat adalah pemenuhan kebutuhan berdasarkan perkiraan

kebutuhan obat di Puskesmas Jawa Kisa Kabupaten Nagekeo.

Kriteria Obyektif:
34

Baik : Apabila jumlah pemenuhan obat memenuhi

jumlah pengobatan berdasarkan jumlah penduduk

yang dilayani.

Kurang baik : Apabila jumlah pemenuhan obat tidak memenuhi

jumlah pengobatan berdasarkan jumlah penduduk

yang dilayani.

3. Pengadaan

Pengadaan obat adalah suatu kegiatan pengajuan permintaan kebutuhan obat

kepada Distributor (PBF) untuk mendapatkan obat sesuai kebutuhan Puskesmas dan

tepat waktunya dengan menggunakan daftar permintaan atau penyerahan obat.

Kriteria Obyektif:

Baik : Apabila membuat daftar permintaan atau penyerahan obat

sesuai dengan kebutuhan baik jenis maupun jumlahnya.

Kurang Baik : Apabila membuat daftar permintaan atau penyerahan obat

tidak sesuai dengan kebutuhan baik jenis maupun jumlah.

4. Pendistribusian Obat

Pendistribusian obat adalah kegiatan berupa penerimaan, pengecekan,

pengendalian persediaan, penyimpanan, dan penyerahan obat dari Puskesmas ke unit-

unit pelayanan yang ada di dalam gedung Puskesmas dan di luar gedung Puskesmas.

Kriteria Obyektif:

Baik : Apabila kegiatan penerimaan sampai dengan penyerahan

obat, diterima sesuai jenis maupun jumlahnya oleh pasien.

Kurang Baik : Apabila kegiatan penerimaan sampai dengan penyerahan


35

obat, tidak sesuai jenis maupun jumlahnya setelah diterima

oleh pasien.

5. Penggunaan Obat

Penggunaan obat adalah pemanfaatan obat mulai dari diagnosa yang tepat

peresepan yang rasional, efektif, aman dan ekonomis, serta informasi yang jelas

tentang penggunaan obat.

Kriteria Obyektif:

Baik : Apabila pemanfaatan obat sesuai dengan diagnosa dan

resep.

Kurang Baik : Apabila pemanfaatan obat tidak sesuai dengan diagnosa dan

resep.
36

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu melihat gambaran

fungsi manajemen dalam pengelolaan obat- obatan serata melakukan pengumpulan

data berdasarkan kegiatan manajemen pengelolahan obat pada variabel sebab dan

akibatnya pada saat yang bersamaan (Cross Sectional) di Puskesmas Jawa Kisa

Kabupaten Nagekeo tahun.

B. Lokasi dan Waktu Ppenelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Jawa Kisa Kabupaten Nagekeo

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan dilaksanakan pada bulan 7 tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua tenaga kesehatan di Puskesmas Jawa Kisa sebanyak 40 orang.

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan di

Puskesmas Jawa Kisa sebanyak 40 orang. Adapun cara pengambilan sampel dalam hal

ini adalah dengan menggunakan total populasi (Exchaustive sampling ), (Notoatmodjo,

2005)27 .

D. Pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap

responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan.


37

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan harian, bulanan dan tahunan berdasrkan

kegiatan manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Jawa Kisa.

E. Pengolaan dan Penyajian Data

Data dikumpul dan di olah dengan menggunakan computer program SPSS dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan disertai dengan penjelasan.

F. Analisa Data

Data di analisas dengan menggunakan analisis Univariat.Analisis Univariat

merupakan analisa yang dilakukan menganilsis tiap variabel yang akan di teliti

(Notoadmojo, 2005)27.
38

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIK TAMALATEA MAKASSAR

Alamat Jln Perintis Kemerdekaan Km. 12 Makassar Telepon 0411-583330Kode Pos 90245 Sul-Sel

PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


OBAT OBATAN DI PUSKESMAS JAWA KISA TAHUN 2017

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamain : a. Laki-laki b. Perempuan

4. Pendidikan Terakhir :

II. Variabel Penelitian

A. Pengelolaan Obat

1. Apakah pengelolahan obat sesuai Standar?

a. Ya ,jelaskan ................................................................................

b. Tidak

2. Jika menggunakan standar, apakah pengelolahannya diterapakan?

a. Ya, jelaskan ................................................................................

b. Tidak

3. Apa anda tahu yang dimaksud pengelolaan obat?

a. Ya, jelaskan.................................................................................

b. Tidak
39

4. Pengelolahan obat dilakukan oleh:

a. Seluruh staf Puskesmas

b. Staf Farmasi Puskesmas

5. Pengelolaan obat dilakukan dalam tahap:

a. Perencanaan, permintaan, pendistribusian, dan penggunaan

b. Tahap lain, sebutkan ................................................................

6. Apakah perencanaan termasuk dalam tahap pengelolahan obat?

a. Ya, jelaskan .................................................................................

b. Tidak

7. Apakah pengadaan termasuk dalam tahap pengelolahan obat?

a. Ya,jelaskan .................................................................................

b. Tidak

8. Apakah pendistrbusian termasuk dalam tahap pengelolahan obat?

a. Ya. jelaskan .................................................................................

b. Tidak

9. Apakah penggunaan termasuk dalam tahap pengelolahan obat?

a. Ya. jelaskan .................................................................................

b. Tidak

10. Adakah pengeloloan obat yang efektif dan efisien?

a. Ya. jelaskan .................................................................................

b. Tidak
40

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIK TAMALATEA MAKASSAR

Alamat Jln Perintis Kemerdekaan Km. 12 Makassar Telepon 0411-583330Kode Pos 90245 Sul-Sel

PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


OBAT OBATAN DI PUSKESMAS JAWA KISA TAHUN 2017

B. Perencanaan

1. Apakah ada tahap perencanaan dalam pengelolaan obat?

a. Ya b. Tidak

2. Siapa terlibat dalam tahap perencanaan:

a. Direksi Puskesmas

b. Bagian Farmasi

3. Adakah tahap tahap perencanaan ?

a. Ya b. Tidak

4. Tahap tahap perencanaan meliputi:

a. Menetapkan jenis obat, Pemilihan obat, Perhitungan jumlah

Kebutuhan obat.

b. Lainnya, sebutkan ....................................................................

5. Manfaat perencanaan:

a. Permintaan sesuai kebutuhan dan Obat dapat dimanfaatkan

secara optimal.

b. Lainnya, sebutkan .....................................................................

6. Apakah ada metode dalam perencanaan obat ?

a. Ya
41

b. Tidak

7. Metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya?

a. Metode konsumsi

b. Meetode morbiditas

8. Metode perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit?

a. Meetode morbiditas

b. Metode konsumsi

9. Apakah ada cara dalam tahap penyesuaian rencana pengadaan obat?

a. Ya

b. Tidak

10. Cara cara dalam tahap penyesuaian rencana pengadaan ?

a. Analisa ABC dan Analisa VEN

b. Cara lain sebutkan !


42

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIK TAMALATEA MAKASSAR

Alamat Jln Perintis Kemerdekaan Km. 12 Makassar Telepon 0411-583330Kode Pos 90245 Sul-Sel

PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


OBAT OBATAN DI PUSKESMAS JAWA KISA TAHUN 2017

C. Pengadaan

1. Pengadaan obat dilakukan?

a. Sesuai perencanaan

b. Tidak sesuai perencanaan

2. Siapa Yang melakukan pengadaan obat?

a. Staf Farmasi

b. Kepala Puskesmas

3. Tempat pengadaan obat?

a. Gudang Farmasi Kabupaten atau Kota (GFK)

b. Apotik luar.

4. Apakah ada daftara permintaan obat yang sesuai kebutuhan ?

a. Ya

b. Tidak

5. Waktu pengadaan obat?

a. Setiap 3-4 kali dalam setahun

b. Setiap bulan

6. Berapa kali pengadaan obat dalam sebulan?

a. 1 kali dalam sebulan


43

b. 2 kali dalam sebulan

7. Apakah ada hambatan dalam pengadaan obat?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah ada pemeriksan setelah obat tiba Gudang Farmasi Puskesmas?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah ada penyerahan obat dari GFK ke Puskesmas?

a. Ya

b. Tidak

10. Siapkah yang memeriksa obat ketika ada penyerahan obat dari GFK?

a. Staf farmasi puskesmas

b. Staf lain
44

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIK TAMALATEA MAKASSAR

Alamat Jln Perintis Kemerdekaan Km. 12 Makassar Telepon 0411-583330Kode Pos 90245 Sul-Sel

PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


OBAT OBATAN DI PUSKESMAS JAWA KISA TAHUN 2017

D. Pendistribusian

1. Pendistribusian Obat dilakukan:

a. Sesuai perencanaan

b. Tidak sesuai perencanaan

2. Yang melakukan pendistribusian obat

a. Kepala Puskesmas

b. Bagian Farmasi

3. Sasaran distribusi

a. Polindes dan poskesdas

b. Yang lain, sebutkan......................................................

4. Adakah staf yang memelihara obat?

a. Ya, sebutkan siapa ......................................................

b. Tidak ada

5. Tempat penyimpanan obat?

a. Gudang Farmasi Puskesmas

b. Tempat lain ,sebutkan ................................................

6. Apakah ada penerimaan dan penyimpanan dalam pendistribusian ?

a. Ya
45

b. Tidak

7. Apa yang dimkasdukan dengan pendistribusian

a. Rangkaian kegiatan yang mencakup penerimaan,penyimpanan, dan

penyerahan

b. Rangkain kegiatan perencanan pengadaan obat obatan.

8. Apakah ada pendistribusian yang baik dan benar?

a. Ya

b. Tidak

9. Adakah trnsportasi yang digunakan dalam pendistribusian?

a. Ya

b. Tidak

10. Siapakah yang menerima, menyimpan, dan menyerahkan obat dari Gudang

farmasi Kabupaten Kota ke Puskesmas?

a. Petugas Farmasi Puskesmas

b. Petugas puskesmas lain. Sebutkan ................................................


46

YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIK TAMALATEA MAKASSAR

Alamat Jln Perintis Kemerdekaan Km. 12 Makassar Telepon 0411-583330Kode Pos 90245 Sul-Sel

PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN


OBAT OBATAN DI PUSKESMAS JAWA KISA TAHUN 2017

E. Penggunaan

1. Penggunaan obat dilakukan:

a. Sesuai perencanaan

b. Tidak sesuai perencanaan

2. Yang menggunakan obat:

a. Pasien Umum

b. Pasien BPJS

3. Ada staf yang bertugas mengontrol penggunaan obat

a. Ya, sebutkan siapa .............................................................

b. Tidak ada

4. Apakah ada keluhan pengguna obat

a. Ya, sebutkan .......................................................................

b. Tidak ada

5. Apakah ada langkah-langkah dalam penggunaan obat?

a. Ya, sebutkan .......................................................................

b. Tidak ada

6. Apakah ada diagnosa yang tepat dalam penggunaan obat?

a. Ya
47

b. Tidak

7. Apakah ada pelayanan yang baik sebelum memberikan himbauan tentang

penggunaan obat?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah pasien mengerti dengan himbauan yang diberikan petugas tentang

penggunaan obat?

a. Ya

b. Tidak

9. Adakah penggunaan obat yang baik dan benar oleh pasien?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah pasien merasa puas dengan penggunaan obat?

a. Ya

b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai