Anda di halaman 1dari 37

HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN

Oleh:

1. Dede Ayu Pratiwi NIM : 1609511107


2. Serly Nur Indah Permatasari NIM : 1609511108
3. Ni Wayan Intan Martinez NIM : 1609511109
4. I Putu Sandika Artaguna NIM : 1609511110
5. Ni Luh Risna Cahyani NIM : 1609511111

Kelompok 9

Kelas : 2016B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah yang berjudul kelenjar endokrin ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak

lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya, terutama Prof. Dr.K

Puja, MKes. selaku dosen mata kuliah Histologi Veteriner II yang telah memberikan

bimbinga, arahan, dan bantuan.

Kami harapkan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, agar untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi, dan guna memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Histologi Veteriner II.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Denpasar, 21 April 2017

Hormat saya,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Dasar Teori ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
2.1. Kelenjar Pituitari ..................................................................................... 4
2.2. Kelenjar Pineal ....................................................................................... 9
2.3. Kelenjar Thyroid...................................................................................... 10
2.4. Kelenjar Parathyroid ................................................................................ 13
2.5. Kelenjar Pankreas .................................................................................... 16
2.6. Kelenjar Adrenalis ..................................................................................... 18
2.7. Kelenjar Testis ........................................................................................... 26
2.8. Kelenjar Ovari ........................................................................................... 28
Bab III Penutup
4.1. Kesimpulan .............................................................................................. 30
4.2. Saran .......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 32

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 struktur histologi kelenjar pituitari ................................................................4

2.2 struktur histologi pars distalis ........................................................................5

2.3 neurohypophyse .............................................................................................7

2.4 sel corpora arancea ........................................................................................9

2.5 sel phinealosit dan astrosit .............................................................................9

2.6 kelenjar tiroid ................................................................................................10

2.7 struktur histologi kelenjar tiroid ....................................................................12

2.8 kelenjar tiroid dan paratiroid ........................................................................13

2.9 struktur histologi kelenjar paratiroid .............................................................14

2.10 kelenjar pankreas ..........................................................................................16

2.11 sel-sel pulau langerhans .................................................................................17

2.12 kelenjar adrenal ..............................................................................................18

2.13 bagian korteks dan medula .............................................................................20

2.14 struktur histologi testis ...................................................................................27

2.15 struktur histologi ovari ...................................................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Kelenjar/glandula endokrin adalah kelenjar penghasil secret khas,

yang dinamakan hormon. Sekret yang dihasilkan tanpa melalui saluran kelenjar,

melainkan langsung dicurahkan kedalam aliran darah. Sekret mengawasi fungsi

organ dan jaringan tertentu sebagai organ.

Kelenjar endokrin di hasilkan oleh organ-organ endokrin. Kumpulan

dari berbagai organ endokrin membentuk sistem organ. Setiap organ endokrin

akan menghasilkan satu macam hormon yang di sebut dengan istilah hormon

tunggal. Tetapi ada juga yang menhasilkan lebih dari satu hormon yang disebut

hormon ganda. Hormon ganda ini diasanya terbentuk untuk pengatur kinerja

organ endokrin lainnya. Sehingga muncul saling ketergantungan atau saling

mempengaruhi antara suatu hormon terhadap aktivitas kelenjar endokrin lainnya.

A. Sistem Organ Kelenjar Endokrin


Organ-organ endokrin yang membentuk suatu sistem organ, meliputi:

1. Kelenjar Pituitari (Hipophysis)

2. Kelenjar Pineal

3. Kelenjar Tiroid

4. Kelenjar Paratiroid

5. Kelenjar Pankreas

6. Kelenjar Adrenalis

7. Kelenjar Testis

1
8. Kelenjar Ovarium

A. Fungsi Kelenjar Endokrin

Secara umum kelenjar-kelenjar endokrin berperan menghasilkan

hormon-hormon yang diperlukan oleh jaringan-jaringan dalam tubuh

tertentu, yang berfungsi untuk:

1. Mengontrol dan merangsang aktifitas kelenjar tubuh.

2. Merangsang pertumbuhan jaringan.

3. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa

pada usus halus.

4. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin,

mineral dan air.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun hal-hal yang akan dibahas didalam paper ini adalah sebagai berikut:

1. Kelenjar-kelenjar apa saja yang digolongkan sebagai kelenjar endokrin?

2. Bagaimana struktur histologis masing-masing kelenjar yang digolongkan

sebagai kelenjar endokrin.

3. Apa fungsi dan hormone apa yang dihasilkan masing-masing kelenjar yang

digolongkan sebagai kelenjar endokrin.

1.3. Tujuan

1. Mengetahui kelenjar-kelenjar yang digolongkan sebagai kelenjar endokrin.

2
2. Mengetahui struktur histologis kelenjar-kelenjar endokrin.

3. Mengetahui fungsi dan hormon-hormon yang dihasilkan masing-masing

kelenjar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelenjar Pituitari

Hypofisis cerebri atau glandula pituitari adalah struktur lonjong kecil

yang melekat pada permukaan bawah otak melalui infundibulum. Lokasinya

sangat terlindungi baik yaitu terletak pada sella turcica ossis sphenoidalis.

Disebut master endocrine gland karena hormon yang dihasilkan kelenjar ini

banyak mempengaruhi kelenjar endokrin lainya.

Dibagi menjadi 2 lobus :

1. Lobus anterior ( adenohypofisis), dibagi lagi menjadi:

a. Pars anterior ( pars distalis )

b. Pars intermedia

Dipisahkan oleh suatu celah, sisa kantong embrional. Juluran dari

pars anterior yaitu pars tuberalis meluas keatas sepanjang permukaan

anterioar dan lateral tangkai hypofisis.

2. Lobus posterior (neurohypofisis)

Struktur Histologi:

1. Infundibular stalk

2. Pars Distalis

3. Pars Intermedia

4. Pars Nervosa

Gambar 2.1 struktur histologi

4
A. Adenohypofisis

1. Pars distalis

Gambar 2.2 struktur histologi pars distalis

Bagian ini merupakan bagian utama dari kelenjar hypofisis karena

meliputi 75% dari seluruh kelenjar. Dengan sedian yang diberi pewarnaan HE

dapat dibedakan menjadi 2 macam sel :

a. Sel chromophobe (Sel utama)

Sitoplasma tidak menyerap bahan warna sehingga tampak intinya saja,

ukuran selnya kecil. Sel ini biasanya berkelompok dibagian tengah dari

lempengan sel chromofil sehingga ada dugaan bahwa sel ini merupakan

sel yang sedang tidak aktif dan nantinya dapat beruba menjadi sel acidofil

atau sel basofil pada saat diperlukan.

b. Sel kromofil

Bagian ini terdiri dari :

Sel Acidophil

5
Ukuranya lebih besar dengan batas yang jelas dan dengan

pewarnaan HE rutin sitoplasmanya berwarna merah muda. Berdasakan

reaksinya terhadap bahan cat, dapat dibedakan menjadi 2 sel:

1) Sel orangeophil (alpha acidophil = sel somatrotope)

Sel ini dapat dicat dengan orange-G, menghasilkan hormon

GH

2) Sel carminophil (epsilon acidhophil = sel mammotrope)

Sel ini bereaksi baik terhapat cat azocarmin. Jumlah sel ini

meningkat selama dan setelah kehamilan. Hormon yang

dihasilkan hormon prolaktin.

Sel Basophil

Sel ini memiliki inti lebih besar dari sel acidiphil dan dengan

pewarnaan HE sitoplasmanya tampak berwarna merah ungu atau biru.

Bila memakai pengecatan khusus aldehyde fuchsin, dapat dibedakan 2

macam sel :

1) Sel beta basophil (sel thyrotrophic)

Sel ini tercat baik dengan aldehyde fuchsin dan

menghasilkan hormon thyrotropic hormone

2) Sel delta basophil

Dengan perwarnaan aldehyde fuchsin tidak tercat dengan

baik. Berdasarkan hormon yang dibentuk, diduga sel ini ada 3

macam:

a. Sel gonadotrophin type 1: sel ini menghasilkan FSH

6
b. Sel gonadotropin type 2: sel ini menghasilkan LH

c. Sel corticotrophic: sel ini menghasilkan hormon ACTH,

pada manusia, sel ini membentuk melanocyte stimulating

hormone ( MSH)

2. Pars intermedia

Bagian hypophysis ini pada hewan mengalami rudimenter, dan

tersusun dari suatu lapisan sel tipis yang berupa lempengan lempengan yang

tidak teratur dan gelembung yang berisi koloid. Pada hewan diduga

membentuk melanocyte stimulating hormon ( MSH ) yang akan merangsang

kerja sel melanocyte untuk membentuk pigmen lebih banyak. Tetapi hal ini

masih dalam penelitian lebih lanjut.

B. Neurohypophyse

Gambar 2.3 struktur histologi neurohypophyse

7
Terdiri dari 2 macam struktur :

a. Pars nervosa : infundibular processus

b. Infundibulum : neural stalk ( merupakan tangkai yang menghubungkan

neurohypophyse dengan hypotalamus )

Bagian ini tersusun dari :

a. Sabut saraf tak bermyelin yang berasal dari neuro secretory cell

hypotalamus yang dihubungkan melalui hypotalamo hypophyseal tract

b. Sel pituicyte : sel ini menyerupai neuroglia yaitu selnya kecil dan

mempunyai pelanjutan- pelanjutan sitoplasma yang pendek.

Ciri khas yang terdapat dalam neurohipophyse ini adalah adanya suatu struktur

yang disebut herrings bodies yang merupakan neurosekret dari neuro-secretory

cell dari hypotalamus yang kemudian dialirkan melalui axon dan ditimbun dalam

neuro hypophyse sebagai granul. Hormon hormon yang dihasilkan oleh bagian

ini adalah : ADH (vasopressin ), oxytocin.

2.2 Kelenjar Pineal

Disebut pula epifisis serebri dan berasal dari neuroektoderm di bagian atap

diensefalon. Kelenjar ini berbentuk menyerupai biji pinus, berat 150 g, dan terletak

didekat ventrikel 3. Ciri khas dari kelenjar ini adalah adanya corpora arenaceca yang

terbentuk dari matriks klasifikasi (dari garam kalsium dan magnesium).

8
Gambar 2.4 sel corpora arancea

Terdapat dari dua jenis sel, yaitu:

a. Pinealosit

Basofilik, berukuran besar dan terang, inti

ireguler, banyak mitokondria.

Sel ini menghasilkan melatonin (derivate

triptofan) yang berfungsi menciptakan

irama sikardian, antioksidan, dan mengatur

onset pubertas serta kematangan seksual.

b. Astrosit Gambar 2.5 sel pinealosit


dan sel astrosit
Lebih Gelap, kecil, Memiliki prosesus

sitoplasmik yang panjang, ditemukan pada

area perivaskular, dan di antara pinealosit.

9
2.3 Kelenjar Thyroid

Berbentuk kupu-kupu dan terletak servikal tepatnya di anterior laring

(Halim, Herlani.2011). Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher

dan terdiri atas sepasang lobus di sisi kiri dan kanan. Lobus kiri dan kanan

dihubungkan oleh ismus. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama

koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid

sederhana (Trihadi, N. 2014). Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan

dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase.

Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian

dapat berefek pada organ target.

Gambar 2.6 kelenjar tiroid

10
Mekanisme sekresi hormon tiroid sendiri diatur oleh suatu axis

hipothalamus-hipofisis tiroid. Hipotalamus akan mensekresikan Thyroid

Releasing Hormon (TRH) yang akan merangsang hipofisis untuk

mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Kemudian TSH

merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid

terutama dalam bentuk T3 dan T4.

A. Struktur histologi kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid tersusun dari banyak kantung kosong yang berbentuk bulat

yang disebut folikel tiroid (thyroid follicles). Pada setiap folikel terlihat sel

sel yang mengelilingi. Pada dasarnya sel yang mengelilingi tiap folikel adalah

sel epitel kuboid sederhana (Wick, Sherri. 1997). Folikel-folikel pada tiroid

terisi oleh hormon yang terikat dengan glikoprotein, hormone ini disebut

koloid. Koloid merupakan bentuk inaktif dari hormone Tri-iodo

thyronine (T3) dan thyroxine(T4), yang terbuat dari glikoprotein yang disebut

thyroglobulin, yang dihasilkan oleh sel epitel dan berikatan dengan iodine

(University of Leeds. 2013)

11
Gambar 2.7 struktur histologi kelenjar tiroid

Selain folikel dan sel epitel pada kelenjar tiroid terdapat sel fungsional

lainnya. Sel ini disebut parafollicular cell yang sering terlihat sebagai sebuah

sel pada barisan epitel yang mengelilingi follikel atau pada jaringan ikat

diantara folikel Parafollikular sel ini juga disebut clear cells, biasanya sel ini

ditemukan sebagai sel yang berukuran relative besar dan tidak berwarna

karena sel ini tidak menyerap zat warna hematoxylin dan eosin. Parafolikular

sel ini mensekresi hormone calcitonin, yaitu hormone yang dapat menurunkan

kadar calcium dalam darah. Sekresi dari calcitonin di regulasi lngsung oleh

kadar kalsium dalam darah (Ownby, Charlotte L. 2002).

B. Hormon kelenjar tiroid

Thyroid meregulasi metabolism tubuh melalui hormone- hormone

yang dihasilkan, yang dibuat dengan cara mengekstrak iodine dari darah

dan mengubahnya menjadi hormone thyroid (Sargis, Robert M. 2015).

12
Thyroid menghasilkan tiga jenis hormone yaitu, Tri-iodo thyronine (T3),

thyroxine (T4), dan calcitonin. Hormon T3 dan T4 sekresinya diregulasi

oleh hipotalamus dan kelenjar pituitary melalui sekresi Thyroid Releasing

Hormone (TRH) dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Sedangkan

sekresi calcitocin diregulasi langsung oleh kadar calcium dalam darah.

Gambar 2.8 kelenjar tiroid dan


kelenjar paratiroid

2.4 Kelenjar Parathyroid

Kelenjar parathyroid merupakan kelenjar endokrin kecil yang berada di

belakang thyroid. Parathyroid bekerja mengatur kadar kalsium di dalam tubuh,

seperti berapa banyak kalsium dalam tulang dan berapa banyak kalsium dalam

darah. Calsium merupakan mineral yang penting dalam tubuh, maka dari itu

kalsium diregulasi dengan hati-hati (Norman, 2014).Parathyroid terletak dibagian

medial kelenjar thyroid. Kelenjar ini berukuran kecil dan pada setiap lobus tiroid

terdapat dua kelenjar parathyroid. Kelenjar parathyroid berukuran kecil, tetapi

disuplai oleh banyak pembluh darah karena fungsinya untuk meregulsi kadar

kalsium dalam darah.

13
A. Struktur histologi kelenjar paratiroid

Kelenjar parathyroid terletak pada bagian permukaan posterior dari

kelenjar tiroid. Normalnya ada dua buah kelenjar pada satu lobus thyroid,

yaitu kelenjar superior dan kelejar inferior. Setiap kelenjar parathyroid di

lapisi oleh jaringan ikat dan mengandung banyak sel sekretori yan

berhubungan dengan jaringan kapiler (Boundless. 2014). Parathyroid

memiliki capsula yang terdiri dari jaringan ikat yang tipis dan banyak

ditemukan vaskularisasi pada kelenjar ini. Parathyroid terdiri dari dua sel

utama, yaitu sel oxiphil dan sel chief. Sel chief merupakan sel yang

memproduksi parathyroid hormone (PTH). Sel oxiphil sendiri belum

diketahui fungsinya dan diyakini bahwa tidak memiliki fungsi dalam sistem

endokrin (Razani, Brahman. 2014) Pada individu yang lebih tua juga

ditemukan jaringan adipose.

Gambar 2.9 struktur histologi kelenjar paratiroid

14
B. Hormon kelenjar parathyroid

Parathyroid merupakn kelenjar kecil yang berada pada posterior kelenjar

thyroid. Parathyroid berfungsi meregulasi kandungan kalsium dalam tubuh.

Fungsi regulasi ini dilakukan dengan sekresi parathyroid hormone (PTH).

PTH dapat menaikan kadar kalsium dalam darah dengan cara sebagai berikut:

1. Mengekstrak kalsium dari tulang.

2. Meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengabsorpsi calcium dari

makanan.

3. Meningkatkan kemampuan ginjal dalam menyaring kalsium yang ada

dalam urine.

Ketika kadar kalsium dalam darah menurun, PTH dilepaskan kedalam

darah dan menyebabkan tulang melepaskan kalsium sehingga membuat kadar

kalsium dalam darah kembali normal.Ketika kadar kalsium dalam darah tinggi

maka parathyroid akan berhenti menghasilkan PTH (The American

Association of Endocrine Surgeons, 2013).

2.5 Kelenjar Pankreas

a. Kelenjar pancreas

Kelenjar pancreas merupakan kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.

Dalam fungsinya sebagai kelenjar eksokrin pancreas menghasilkan getah

pancreas untuk membantu proses pencernaan (Kristy, Yanti. 2014). Sebagai

kelenjar endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon

15
untuk mengendalikan level gula darah sepanjang hari. Pancreas memanjang

secara lateral dan superior disepanjang abdomen dari lengkungan duodenum

menuju ke limpa. Kepala dari pancreas

yang berhubungan dengan duodenum

merupakan bagian paling lebar dari

pancreas. Memanjang secara lateral ke

kiri mendekati limpa, pancreas

menyempit sedikit demi sedikit

membentuk badan dan ekor pancreas.


Gambar 2.10 kelenjar
1. Struktur histologi pancreas pankreas

Dalam fungsinya sebagai kelenjar endokrin pancreas terdiri dari

pulau-pulau langerhansnyang tersebar secara merata. Kapsula pada

pancreas jarang terlihat karena banyak mengandung jaringan ikat

longgar, dan lobulusnya cukup jelas.

Pancreas memiliki lobulasi yang jelas dan memiliki banyak pembuluh

darah dan saraf. Struktur uung kelenjarnya mirip dengan kelenjar parotis.

Adapun ciri cirinya adalah sebagai berikut (Suwiti, NK. 2014).

a. Epitelnya berbentuk pyramidal dengan daerah sitplasma basal berwarna lebih

gelap dan sitoplasma apeks lebih cerah

b. Terdapat myoepitel atau basket cell

16
c. Terdapat pulu pulau Langerhans yang terdiri dari 4 sel.

Gambar 2.11 sel-sel pulau


langerhans

Sel sel pada pulau Langerhans pakreas terdiri dari 4 sel yang
berbeda yaitu sel alpha, sel beta, sel delta dan sel gamma. Setiap sel
memiliki fungus endokrinnya sendiri, sel alpha akan mensekresi
hormone glucagon, sel beta akan mensekresi hormone insulin, sel
delta akan mensekresi somatosin dan sel gamma mensekresikan
polypeptida

1. Hormone kelenjar pancreas

Pada kelenjar pancreas ditemukan empat sel yang mensekresi hormone

yang berbeda pada pulau langerhans pancreas diantaranya:

a. Sel alpha, mensekresikan hormone glucagon yang berperan dalam

proses glugenolysis.

17
b. Sel beta, mensekresi insulin. Insulin berfungsi dalam mengubah

glukosa dalam darah menjadi glukosa menjadi glukogen dalam proses

glukogenesis.

c. Sel delta, mensekresi somatostatin yang berperan dalam mengatur

kadar insulin dan glucagon yang diproduksi pancreas. Somatistatin

akan di sekresi bila kadar hormone dalam darah tinggi.

d. Sel gamma, mensekresi pancreatin polypeptide yang diduga berperan

dalam regulasi nafsu makan dan digu memiliki peran penting dalam

obesitas.

2.6 Kelenjar Adrenalis

Gambar 2.12 kelenjar


adrenal

A. Fungsi Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal berfungsi melepaskan berbagai hormon ke dalam tubuh. Dua

hormon penting yang dilepaskan kelenjar adrenal adalah kortisol dan adrenalin.

Kelenjar adrenal juga berperan memengaruhi organ reproduksi, berperan dalam

metabolisme, dan memproduksi respon sistem saraf simpatik. Kelenjar adrenal

18
terletak di atas ginjal yang terdiri atas dua bagian yaitu medula dalam (inner

medulla) dan korteks luar (outer cortex). Medula dalam menghasilkan epinefrin

(adrenalin) sementara korteks luar menghasilkan kortisol.

B. Fungsi Kortisol

Kortisol adalah hormon steroid yang digunakan untuk mengembalikan

keseimbangan tubuh selama periode stres. Oleh sebab itu, kortisol disebut juga

sebagai hormon stres. Kortisol bersifat antagonis terhadap insulin dan bertugas

memecah lemak dan protein sehingga memainkan peran dalam mengontrol

bagaimana tubuh menggunakan nutrisi. Kortisol bisa menyebabkan penambahan

berat badan untuk dua alasan. Pertama, kortisol memindahkan lemak dari hati ke

otot-otot perut, dan kedua, kortisol meningkatkan nafsu makan.

C. Fungsi Adrenalin

Lapisan luar (korteks) dari kelenjar adrenal menghasilkan kortisol, sedangkan

lapisan dalam (medula) menghasilkan epinefrin yang juga dikenal sebagai

adrenalin. Epinefrin (adrenalin) bekerja dengan sistem saraf simpatik untuk

meningkatkan denyut jantung. Adrenalin juga mendorong metabolisme

karbohidrat. Ketika sistem saraf pusat melihat adanya situasi berbahaya atau

keadaan darurat, adrenalin akan dilepaskan. Adrenalin meningkatkan denyut

jantung, melebarkan otot-otot kaki, dan meningkatkan gula darah dengan

mendorong penggunaan glukosa. Peningkatan aliran darah dan energi

mempertinggi pengiriman oksigen dan glukosa ke otot dan otak.

D. Bagian Kelenjar Adrenal

19
Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal

kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Fungsi

kelenjar suprarenalis terdiri dari : Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan

garam-garam, mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan

protein, serta mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.

Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :

1. Medula Adrenal

Terletak di kutub atas ginjal berbentuk menyerupai bulan sabit pipih

dengan panjang 4-5cm dan lebar 1-2 cm. Berat keduanya adalah 8 gram.

Tiap kelenjar ditutup oleh kapsula jaringan ikat padat dan berisi stroma

kaya akan serat retikularis yang mendukung sel skretori.

Gambar 2.13 bagian kortex dan


medula pada kelenjar adrenal

Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf

otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan

20
langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka menyebabkan

pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.

Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan

katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari

sumber-sumber endogen terpenuhi.

Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam

persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh).

Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas,

meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar

glukosa darah.

b. Korteks Adrenal

Korteks adrenal tersusun dari 3 zona yaitu:

a. Zona glomerulosa

Zona Glomerulosa terdapat tepat di bawah simpai, terdiri atas

sel polihedral kecil berkelompok membentuk bulatan, berinti gelap

dengan sitoplasma basofilik. Zona glomerulosa pada manusia tidak

begitu berkembang. Dan merupakan penghasil hormon

mineralokortikoid.

Hormon Mineralokortikoid

Hormon ini pada dasarnya bekerja pada tubulus renal

dan epitelgastro intestinal untuk meningkatkan absorpsi ion

natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion

kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit

21
dipengaruhi ACTH. Hormon ini terutama disekresikan sebagai

respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.

Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan

reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastro intestinal yang

cederung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal.

Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh hiperglikemia.

Aldesteron merupakan hormon primer untuk mengatuk

keseimbangan natrim jangka panjang.

b. Zona fasikulata

Zona fasikulata merupakan sel yang lebih tebal, terdiri atas sel

polihedral besar dengan sitoplasma basofilik. Selnya tersusun

berderet lurus setebal 2 sel, dengan sinusoid venosa bertingkap

yang jalannya berjajar dan diantara deretan itu. Sel-sel

mengandung banyak tetes lipid, fosfolipid, asam lemak, lemak dan

kolesterol. Sel ini juga banyak mengandung vitamin C dan

mensekresikan kortikosteroid. Dan merupakan penghasil hormon

glukokortikoid.

Hormon Glukokortikoid

Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap

metabolisme glukosa ; peningkatan hidrokortison akan

meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan

dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH

dari lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan

22
mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.

Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat

respon inflamasi pada cedera jaringan dan menekan

manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup

kemungkinan timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus

peptikum, peningkatan pemecahan protein yang

mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk

dan redistribusi lemak tubuh. Dalam keadaan berlebih

glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah

protei menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan

nitrogen negatif.

c. Zona Retikularis

Lapisan ini terdiri atas deretan sel bulat bercabang cabang

berkesinambungan. Sel ini juga mengandung vitamin C. Sel-selnya

penghasil hormon kelamin (progesteron , estrogen & androgen).

Hormon-hormon seks adrenal (Androgen)

Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya

didalam glandula adrenalis dirangsang ACTH, mungkin dengan

sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini

memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria.

Kelenjar adrenal dapat pula mensekresikan sejumlah kecil

estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal

dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara

23
berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi seperti terlihat pada

kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut

Sindrom Adreno Genital.

A. Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Adrenal

Beberapa hormon penting yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal adalah sebagai
berikut:

1. Hormon Aldosteron

Hormon aldosteron disekresikan oleh zona glomerulosa (lapisan terluar) dari

korteks adrenal. Fungsi utama hormon ini adalah untuk mengatur jumlah

kalium dan natrium yang dilewatkan ke dalam urin. Produksi aldosteron

dikontrol oleh renin angiotensin system (RAS) atau renin angiotensin

aldosterone system (RAAS). Ini adalah sistem hormon yang mengatur tekanan

darah dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Umumnya renin diproduksi oleh

ginjal saat tubuh kehilangan banyak garam dan air dari tubuh. Renin pada

gilirannya memicu produksi angiotensin yang pada akhirnya merangsang

kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon aldosteron. Penurunan tekanan

darah juga merangsang sekresi aldosteron. Jadi, bersama dengan sistem renin

angiotensin, aldosteron membantu ginjal untuk mempertahankan mineral

penting seperti sodium dan kalium.

2. Hidrokortison dan Kortikosteron

24
Kortikosteroid dilepaskan dari daerah korteks kelenjar adrenal.

Hormon kortikosteroid yang disekresikan oleh kelenjar adrenal termasuk

hormon hidrokortison dan kortikosteron. Hidrokortison atau kortisol mengatur

metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hidrokortison dan kortikosteron

memainkan peran penting dalam mengatur respon inflamasi tubuh.

Kortikosteron juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan karenanya

dapat digunakan sebagai agen penekan kekebalan tubuh. Sekresi kedua

hormon ini dikendalikan oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang

disekresikan oleh kelenjar hipofisis.

3. Androgenik Steroid

Androgenik steroid atau androgen disekresi oleh zona reticularis

(lapisan terdalam) dari korteks adrenal. Androgen adalah hormon seks pria

dan bertanggung jawab untuk perkembangan karakteristik laki-laki. Hormon

ini memainkan peran penting dalam perkembangan organ seks laki-laki

selama fase embrio.

4. Epinefrin dan Norepinefrin

Kedua hormon ini disekresikan oleh bagian dalam kelenjar adrenal

yaitu medula adrenal dan biasanya dikenal pula sebagai adrenalin. Epinefrin

dan norepinefrin disebut katekolamin karena disekresikan untuk merespon

kondisi stres fisik atau mental. Epinefrin, juga dikenal sebagai adrenalin,

memainkan peran penting dalam konversi glikogen menjadi glukosa. Hormon

25
ini juga diperlukan oleh tubuh untuk kelancaran arus darah ke otak dan otot.

Selain itu, epinefrin juga berperan meningkatkan denyut jantung dan

melemaskan otot polos paru-paru. Selain itu, hormon ini juga memicu

pelebaran pembuluh darah kecil di paru-paru, jantung, ginjal, dan otot.

Singkatnya, epinefrin membuat tubuh bersiap untuk melakukan

pertempuran. Seiring dengan epinefrin, norepinefrin juga mengaktifkan

mekanisme tubuh untuk respon melawan/melarikan diri.

2.7 Kelenjar Testis

A. Testis

Testis merupakan organ eksokrin dan endokrin. Eksokrin berupa glandula

tubuler yang menghasilkan sel dan spermatozoa, sedangkan yang berupa

endokrin berupa sel interstisiel leyding dan sel sertoli. Testosterone dihasilkan

oleh sel sel leydig. Ditestis juga dihasilkan sedikit estrogen yang dihasilkan

oleh sel sertoli..

Struktur Histologis :

Testis dibungkus oleh kapsula disebut tunika albugenea yang tersusun dari

jaringan ikat padat putih fibrous (JIPPF) dan selanjutnya tunika ini

melanjutkan diri ke jaringan ikat longgar di mediastinum testes, selain itu

tunika ini melanjutkan diri membentuk septula testes.

Septuli testes membagi testes menjadi lobuli testes.

Didalam lobuli testes terdapat tuboli kontorti dan tuboli rekti.

26
Sel intertisiel leyding bentuk polihidral, nukleusnya bulat dan besar dengan

nucleolus terlihat jelas. Sel ini terdapat diantara tubuli kontorti.

Didalam tubuli kontorti terdapat berbagai perkembangan sperma yaitu,

spermatosit primer, sekunder, permatid dan spermatozoa yang terletak pada

lumennya.

Selain itu juga terdapat sel sertoli yang berfungsi sebagai pelindung

mekanik, member makan spermatozoa mempunyai bentuk kolumner tinggi

atau segitiga dengan inti oval terletak di basal, batas sel ini dengan sel

lainnya tidak begitu jelas.

Gambar 2.14 truktur histologi


testis
B. Hormone pada testis

Pada testis hormone yang dihasilkan adalah hormone testosterone.

Testosterone merupakan hormone utama yang diperlukan untuk pertumbuhan

fisik pada laki laki. Yang merupakan bahan utama untuk menstimulasi

27
perkembangan tubuh selama pubertas. Fungsi testosterone tidak terbatas pada

masa pubertas. Tetap juga berperan dalam :

Mengatur kadar libido

Produksi sperma

Memperahankan kekuatan dan masa otot

Hypothalamus dan kelenjar pituitary meregulasi berapa banyak testotero

yang diproduksi oleh testes. Hypothalamus akan mengirimkan sinyal ke

kelenjar pituitary untuk melepaskan bahan gonadotrophic (FSH dan LH).

Kedua hormone ni yang akan memicu testis untuk memproduksi testosterone.

1.8 Kelenjar Ovari

Ovarium merupakan organ endokrin maupun eksokrin, yakni penghasil

hormone dan sel gamet.

Struktur histologist:

Permukaan ovarium dilapisi sel epithel kuboid kompleks (kubis banyak

lapis) yang makin ke atas menjadi squamous komplek.

Ovarium terbagi menjadi dua daerah, yaitu :

a) Daerah korteks (zona parenchymatosa)

b) Daerah medulla (zona vasculosa)

Pada korteks ditemukan banyak folikel dengan berbagai tahap

perkembangan (folikel primer, sekunder, tersier, folikel de graff, dll.

Fosa ovolasi (terlihat jelas pada ovarium kuda)

28
Pada medula: tersusun dari jaringan ikat longgar, vasa darah.

Gambar 2.15 struktur histologi ovari

Hormone pada kelenjar

Kelenjar ovary termasuk dalam sistem endokrin karena ovary memiliki

kemampua untuk menghasilkan hormone yang utama adalah estrogen dan

progenteron.

Progesterone dan estrogen penting untuk menyapkan uterus untuk

siklus menstruasi. Setelah melepaskan ovariumFSH dan LH akan dilepaskan

dan mestimulasi produksi progesteron. Apabila terjadi kehamilan maka akan

ada peningkatan dalam sekresi progesterone dan estrogen.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kelenjar/glandula endokrin adalah kelenjar penghasil secret khas, yang

dinamakan hormon. Sekret yang dihasilkan tanpa melalui saluran kelenjar,

melainkan langsung dicurahkan kedalam aliran darah. Sekret mengawasi

fungsi organ dan jaringan tertentu sebagai organ.

2. Organ-organ endokrin yang membentuk suatu sistem organ, meliputi:

1. Kelenjar Pituitari (Hipophysis)

2. Kelenjar Pineal

3. Kelenjar Tiroid

4. Kelenjar Paratiroid

5. Kelenjar Pankreas

6. Kelenjar Adrenalis

7. Kelenjar Testis

8. Kelenjar Ovarium

3. Secara umum kelenjar-kelenjar endokrin berperan menghasilkan hormon-

hormon yang diperlukan oleh jaringan-jaringan dalam tubuh tertentu, yang

berfungsi untuk:

1. Mengontrol dan merangsang aktifitas kelenjar tubuh.

2. Merangsang pertumbuhan jaringan.

30
3. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada

usus halus.

4. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin,

mineral dan air.

3.2 Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai histologist kelenjar-

kelenjar endokrin.

2. Pelajar dan peneliti maupun masyarakat lainnya perlu menambah

pengetahuan lagi tentang kelenjar-kelenjar endokrin

3. Penelitian-penelitian lebih lanjut perlu diadakan agar pengetahuan

histologi kelenjar-kelenjar endokrin berkembang sejalan dengan

berkembangnya zaman.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kenali Fungsi Kelenjar Adrenalin, Hormon Adrenalin, Dan Kostisol.
Jakarta: http://www.amazine.co/9969/kenali-fungsi-kelenjar-adrenal-
hormon-adrenalin-kortisol/. Diakses pada tanggal 21 April 2017 jam 15.00.

Boundless.2014. Parathyroid Glands Boundless


Biology. https://www.boundless.com/biology/textbooks/boundless-biology-
textbook/the-endocrine-system-37/endocrine-glands-214/parathyroid-glands-
806-12044/. Diakses pada 21 April 2017

Halim, herlani. 2011. Aspek Anatomi dan Histologi Kelenjar Endokrin.


http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/metabolik-endokrin/aspek-
anatomi-dan-histologi-kelenjar-endokrin/. Diakses pada 21 April 2017

Krtisty, Yanti.2014. Apakah Fungsi Pankreas http://www.sridianti.com/apakah-


fungsi-pankreas.html. Diakses pada 23 April 2017

Lysha,Spearsh. 2009.Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Kelenjar Pituitari. Makasar:


http://lhizaspears21.blogspot.com/2009/07/anatomi-histologi-dan-
fisiologi_22.html. Diakses pada tanggal 21 April 2017 jam 15.00.

Ownby, Charlotte L. 2002. Endocrim system.


https://instruction.cvhs.okstate.edu/histology/HistologyReference/hrendo.ht
m. Diakses pada 21 April 2017

Razani, Brahman. 2014. Parathyroid Gland Histology.


http://www.pathwaymedicine.org/parathyroid-gland-histology. Diakses
pada 23 April 2017
The American Association of Endocrine Surgeons. 2013. Parathyroid Glands:
Function.
http://endocrinediseases.org/parathyroid/parathyroid_background.shtml.
Diakses pada 23 April 2017

Sargis, Robert M. 2015. Thyroid gland overview.


http://www.endocrineweb.com/endocrinology/overview-thyroid. Diakses
pada 21 April 2017

32
Suwiti, NK. 2017. Buku Ajar Sistem Pencernaan. Fakultas Kedokteran Hewan
Udayana.

Trihadi, N.2014. Anatomi Fisiologi Kelenjar Tiroid.


http://eprints.undip.ac.id/44851/3/Nugroho_Trihadi_22010110120107_BAB
_2.pdf. Diakses pada 21 april 2017

Tyas. 2011. Kelenjar Adrenalis. Jawa Timur:


http://hatyascenter.blogspot.com/2011/04/kelenjar-adrenal.html. Diakses
pada tanggal 21 April 2017 jam 15.00

University of Leeds. 2013. The Histology Guide.


http://www.histology.leeds.ac.uk/glandular/thyroid.php. Diakses pada 23
April 2017

Wick, Sherri. 1997. Endocrinology: Tissue Histology


.http://www.unomaha.edu/hpa/endocrinehistology.html. Diakses pada 23
April 2017

Supratikno,. Adnyana, IKM,. Adi, W., Agungpriyono, S. 2011. Studi Mikroanatomi


Pankreas Kodok Lembu Menggunakan Metode Pewarnaan Baku dan
Immunohistokimia. Jurnal Veteriner. Vol. 12 No. 1: 1-6

Nasi, LS., Kairupan, CF., Lintong, PM. 2015. EFEK DAUN SIRIH MERAH (Piper
Crocatum) TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN GAMBARAN
MORFOLOGI ENDOKRIN PANKREAS TIKUS WISTAR (Rattus
Norvegicus). Jurnal e-Biomedik (eBm). Volume 3, Nomor 3

Riestati, SD., Mahendra, Marbendra, APW,. Soewondo, A, 2015. Studi Pengaruh


Hipertiroidisme Terhadap Siklus Estrus Dan Gambaran Histologi
Ovarium Pada Tikus Betina (Rattus Norvegicus). Jurnal Biotropika. Vol. 3
No. 3

33

Anda mungkin juga menyukai