Anda di halaman 1dari 2

mengenal hukum anti monopoli dan persaingan usaha

A.) Sejarah Umumnya


Zaman sekarang ini yang penuh dengan adu sikat sikut perekonomian antar negara di dunia,
sudah ada 80 negara yang memiliki UU Persaingan usaha dan dan anti monopoli dan ada 20
negara yang sedang berupaya menyusun perundang-undangan yang sama. Tujuan mereka
menyusun aturan hhukum tersebut hanya untuk melakukan regulasi guna menciptakan suasana
persaingan usaha yang sehat.
Pada perekonomian dunia ini, ternyata negara komunis seperti Russia dan China telah
berorientasi terhadap mekanisme pasar dan mengikutsertakan diri dalam organisasi WTO. Pada
tahun 1990.an Francis Fakuyuma menyatakan bahwa prinsip liberal dalam ekonomi pasar bebas
telah berhasil memproduksi kesejahteraan material yang belum pernah dicapai sebelumnya. Salah
satu esensi penting terselenggaranya pasar bebas adalah persaingan pelaku pasar yang dapat
memenuhin kebutuhan konsumen. Adapun dalam memenangkan persaingan usaha, yakni dengan
banyaknya inovasi yang selalu dikembangkan, teknologi yang maju, SDM yang mempuni serta
manejerial sumber daya perusahaan yang tepat. Kalau tidak seperti itu, maka pelaku usaha akan
tersingkir dari arena persaingan usaha.
Pelaku usaha yang jumlahnya sangat sedikit dapat membuat kewenangan yang tidak sesuai
aturan sehingga banyak perusahaan meningkatkan harga setinggi-tingginya dalam waktu yang
relatif singkat, sehingga muncul persaingan yang curang diantara para pelaku usaha serta dapat
merugikan konsumen begitu juga negara.. Adanya kasus tersebut, pada tahun 1890.an dalam
kongres Amerika Serikat atas inisiatif senator John Sherman mengesahkan UU yang berjudul "
Act to Protect Trade and Commerce Against Unlawful Restrainst and Monopolies" atau lebih
dikenal " Sherman Act" . Akan tetapi, setelah UU diamandemenkan kembali karena munculnya
gagasan baru dalam pengaturannya sehingga nama terakhir dari UU itu diberi judul "Antirust
Law", karena pada awalnya aturan hukum ditunjukkan untuk mencegah pengelompokkan
kekuatan industri-industri yang membentuk trust (sebangsa dengan kartel) untuk memonopoli
komoditi-komoditi yang tidak tergabung dalam kelompok tersebut.
Pada tanggal 14 April 1947, pemerintahan jepang mengesahkan sebuah UU yang diberi nama
Dokusen Kinshi Ho (Act No.54 of 14 April 1947). Dengan berlakunya UU tersebut, terpaksa bagi
perusahaan-perusahaan besar memcahkan diri perusahaannya menjadi kecil. Namun pada
nyatanya, perusahaan itu tetap melakukan praktik tidak adil dalam persaingan usaha baik dalam
persaingan lokal ataupun internasional, sebagaimana yang dijelaskan Kementrian Perdagangan
dan Industri Jepang (MITI) dalam riset penelitiannya. Dan adapun negara-negara eropa yang juga
menyusun dan membangun UU dalam menangani serta membatasi pelaku usaha yang melakukan
tindakan persaingan tidak sehat dan juga monopoli.

B) Sejarah di Indonesia

Di dalam fenomena persaingan usaha nasional selalu terdapat isu kondisi struktural ekonomi, isu
prilaku mendukung persaingan atau tidak mendukung persaingan dari para pelaku usaha nasional,
serta isu kebijakan persaingan usaha nasional. Dalam isu pertama, perspektif ekonomi sangatlah
menonjol, untuk isu yang kedua, perspektif ekonomi terkait dengan masalah motif ekonomi dari
prilaku tersebut dan sudut pandang hukum akan membahas ada atau tidaknya aturan dari prilaku
tersebut, sedangkan isu yang ketiga, sangat menonjol perspektif hukumnya. Oleh karenanya,
dalam pembahasan isu persaingan usaha pastinya akan terdapat perspektif ekonomi dan perspektif
hukumnya.
Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai posisi hukum persaingan usaha di dalam sistem
hukum nasional Indonesia, hal ini ditujukan agar dapat diidentifikasi posisi hukum persaingan
usaha di dalam pembidangan hukum nasional sehingga pembaca tidak terperangkap pada
paradigma pembidangan hukum yang telah usang. Pembidangan hukum yang membagi-bagi
permasalahan hukum secara rigid pada bidang hukum publik (hukum negara (HTN dan HAN) dan
hukum pidana) dan hukum perdata (private). Pembidangan hukum tersebut tidak mengenal adanya
bidang hukum yang merupakan kombinasi di antaranya.
Kemudian akan pula dibahas secara umum mengenai eksistensi dan isu di seputar Undang-
Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(selanjutnya disingkat UU No. 5 / 1999) yang sampai saat ini dianggap sebagai hukum yang
mengatur isu persaingan usaha di Indonesia. Selanjutnya akan dibahas pula secara umum
mengenai peraturan hukum lain yang juga memiliki hubungan dengan hukum persaingan usaha.
Untuk peraturan hukum lain ini akan dapat dilihat bahwa ada peraturan hukum yang substansinya
pro-persaingan dan ada pula yang anti persaingan. Jikalau peraturan hukum yang anti persaingan
tersebut memiliki tingkat yang setara dengan undang-undang maka peraturan hukum tersebut
jelas kontra produktif terhadap UU No. 5 tahun 1999 karena dapat saja berlaku prinsip lex
specialist derogat lex generalist. Namun bila aturan hukum tersebut berada di bawah tingkat
undang-undang maka dapat berlaku prinsip bahwa hukum di atasnya mengatasi hukum di
bawahnya. Oleh karenanya sebagaimana pula diungkapkan secara implisit dalam peralihan
undang-undang ini, aturan hukum yang memiliki tingkat di bawah undang-undang bila itu
kontradiktif dengan UU No. 5/1999 maka aturan hukum itu secara otomatis tidak berlaku lagi.

Anda mungkin juga menyukai