Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan
(filantropi) dalam konteks masyarakat Muslim. Zakat merupakan kewajiban
bagian dari setiap muslim yang mampu serta menjadi unsure dari Rukun
Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh merupakan wujud kecintaan hamba
terhadap nikmat dari Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga
seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama
baik dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah Islamiyah.
Di Indonesia, pengelolaan dana ZIS telah diatur Undang-Undang Nomor
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. UU ini mengatur tentang
Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang boleh beroperasi di Indonesia. OPZ
yang disebutkan dalam UU tersebut adalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ merupakan lembaga pengumpul dan
pendayagunaan dana zakat yang dibentuk oleh pemerintah dari tingkat pusat
sampai dengan tingkat daerah sedangkan LAZ merupakan OPZ yang
dibentuk atas swadaya masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Monitoring dan Evaluasi pada LPD ZIS?
2. Bagaimana Prosedur Monitoring dan Evaluasi pada LPD ZIS?
3. Apa saja Jenis, manaat, model ME pada LPD ZIS?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Monitoring dan Evaluasi pada LPD ZIS
2. Untuk mengetahui prosedur Monitoring dan Evaluasi pada LPD ZIS
3. Untuk mengetahui jenis, manfaat dan model ME pada LPD ZIS
BAB II

SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PADA LPD ZIS

A. Pengertian Sistem Monitoring dan Evaluasi Pada LPD ZIS


Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi
tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang
dilaksanakan.dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang
diimplementasikan.dan diperlukan agar kesalahan awal dapat segera
diketahui serta dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi
risiko yang lebih besar. 1 Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang
kita lakukan dan melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang
kita berikan.
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.
Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup
waktu.
B. Prosedur Monitoring dan Evaluasi pada LPD ZIS
belum
C. Jenis, Manfaat & Model ME pada LPD ZIS
1. Jenis
belum
2. Manfaat
Secara umum manfaat dari penerapan sistem monitoring dan evaluasi
dalam suatu program adalah sebagai berikut:
a. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat untuk mendukung
perencanaan:
Penerapan sistem M&E yang disertai dengan pemilihan dan
penggunaan indikator akan memperjelas tujuan serta arah
kegiatan untuk pencapaian tujuan tersebut.
Pemilihan indikator program yang melibatkan berbagai pihak
secara partisipatif tidak saja berguna untuk mendapatkan
indikator yang tepat tetapi juga akan mendorong pemilik

1 Yusuf al-Qardawi, Al-Ibadah fil Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), hlm, 235
proyek dan berbagai pihak yang berkepentingan untuk
mendukung suksesnya program.
b. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan program:
Adanya sistem M&E yang berfungsi dengan baik
memungkinkan pelaksana program mengetahui kemajuan serta
hambatan atau hal-hal yang tidak diduga yang secara potensial
dapat menghambat jalannya program secara dini. Hal terakhir
bermanfaat bagi pelaksana program untuk melakukan tindakan
secara tepat waktu dalam mengatasi masalah.
Informasi hasil M&E dapat memberikan umpan balik kepada
pelaksana program tentang hasil capaian program, dalam arti
sesuai atau tidak sesuai dengan yang diharapkan
Bilamana hasil program belum sesuai dengan harapan maka
pelaksana program dapat melakukan tindakan penyesuaian atau
koreksi secara tepat dan cepat sebelum program terlanjur
berjalan tidak pada jalurnya. Dengan demikian informasi hasil
M&E bermanfaat dalam memperbaiki jalannya implementasi
program.
c. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat akuntabilitas program
dan advokasi:
M&E tidak hanya memantau aktivitas program tetapi juga hasil
dari aktivitas tersebut. Informasi pemantauan terhadap luaran
dan hasil (output dan outcome) program yang dipublikasikan
dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan akan
meningkatkan akuntabilitas program.
Informasi hasil M&E dapat dipakai sebagai bahan masukan
untuk advokasi program kepada para pemangku kepentingan.
Informasi tersebut akan memicu dialog dan pembelajaran serta
memacu keikutsertaan

3. Model

belum
ini km edit aja mana yg mau di pake

tujuan monitoring:
Menjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan
dan sasaran.
Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih
besar.
Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring
mengharuskan untuk itu.

jenis-jenis Monitoring:
Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan tingkat
kepatuhan implementor terhadap standar dan prosedur yang telah
ditetapkan.
Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh mana
sumberdaya dan pelayanan sampai pada kelompok sasaran.
Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi perubahan
sosial dan ekonomi yang terjadi setelah diimplementasikan suatu
kebijakan.
Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan adanya
perbedaan antara hasil dan tujuan kebijakan.
Menurut Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:2
1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan
administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan
prosedur yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan
layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai
mereka.
3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu menghitung hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai
akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.
4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa
antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok
pendekatan terhadap Monitoring:
Akuntansi sistem sosial: pendekatakan monitoring untuk mengetahui
perubahan kondisi sosial yang objektif dan subjektif dari waktu ke waktu.

2 pendapat ulama dalam Yusuf Qardawi. Fiqih Zakat, op.cit. hlm.564


Eksperimental sosial: pendekatan monitoring untuk mengetahui perubahan
sosial yang terjadi dalam sebuah kelompok eksperimen dengan cara
membandingkan dengan kelompok kontrol.
Akuntansi sosial: pendekatan monitoring yang berusaha untuk mengetahui
hubungan antara masukan, proses, keluaran/hasil, dan dampak.
Sintesis riset dan praktek: pendekatan monitoring yang menerapkan
kompilasi, perbandingan, dan pengujian secara sistematis terhadap hasil-
hasil dari implementasi kebijakan publik di masa lampau.
Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang berlangsung
guna memastikan kesesuain proses dan pencapaian sesuai rencana atau tidak. Bila
ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera dibenahi sehingga
kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya.3
Jadi, hasil monitoring menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya.
Sementara Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau
capaian akhir dari kegiatan atau program. Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana
pelaksanaan program yang sama diwaktu dan tempat lainnya.
Seperti terlihat pada gambar Siklus Majamen Monev, fungsi Monitoring (dan
evaluasi) mnerupakan satu diantara tiga komponen penting lainnya dalam system
manajelemen program, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Tindakan korektif
(melalui umpan balik). Sebagai siklus, dia berlangsung secara intens keaarah
pencapaian target-target antara dan akhirnya tujuan program.

Secara lebih terperinci monitoring bertujuan untuk:


1) Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;
2) Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;
3) Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;
4) Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan
kegiatan;
5) Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-
hambatan selama kegiatan;
6) Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;
7) Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai

Adapun prinsip-prinsip monitoring sebagai berikut:

3 Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta PT Raja
grafindo, 1998) hlm.82
a. Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus
b. Monitoring harus menjadi umpan balik bagi perbaikan kegiatan program
organisasi
c. Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun
terhadap pengguna produk atau layanan.
d. Monitoring harus dapat memotifasi staf dan sumber daya lainnya untuk
berprestasi
e. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku
f. Monitoring harus obyektif
g. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program.

EVALUASI PENGELOLAAN ZIS

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi
baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.

a. Tujuan Evaluasi

Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat


diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat


diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas


pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat


dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya


penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara
membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk


memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan
yang lebih baik.
b. Alasan Evaluasi Kebijakan

Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu


kebijakan mencapai tujuannya.

Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan


melihat tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan
berhasil atau gagal.

Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu


kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan
program pemerintah.

Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak


dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama
kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan
atau program.

Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan


bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang
akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

c. Pendekatan evaluasi

Evaluasi Semu: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif


untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil
kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada
individu, kelompok, atau masyarakat.

Evaluasi formal: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif


untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil
kebijakan berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara
formal oleh pembuat kebijakan.
Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang menggunakan
metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid
mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit diinginkan oleh
berbagai stakeholders.

d. Indikator Evaluasi

Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.

Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan


masalah?

Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada


kelompok masyarakat berbeda?

Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok


dan dapat memuaskan mereka?

Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

e. Metode Evaluasi

Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program,


tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok
sasaran.

Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan


sesudah program, tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari
perubahan kelompok sasaran.

Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program,


ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok
sasaran dan kelompok kontrol.

Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum


dan sesudah program, ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari
efek program terhadap kelompok sasaran dan kelompok kontrol.

f. Kendala Evaluasi
Kendala psikologis: banyak aparat pemerintah masih alergi terhadap
kegiatan evaluasi, karena dipandang berkaitan dengan prestasi dirinya.

Kendala ekonomis: kegiatan evaluasi membutuhkan biaya yang tidak


sedikit, seperti biaya untuk pengumpulan dan pengolahan data, biaya untuk para
staf administrasi, dan biaya untuk para evaluator.

Kendala teknis: evaluator sering dihadapkan pada masalah tidak


tersedianya cukup data dan informasi yang up to date.

Kendala politis: evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena alasan
politis. Masing-masing kelompok bisa jadi saling menutupi kelemahan dari
implementasi suatu program dikarenakan ada deal ataubargaining politik tertentu.

Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan


monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan
melalui kegiatan monitoring.4

Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang


tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap.
Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan.
Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan
gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan
penafsiran, pemberian angka dan penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan
Apa pebedaan yang dibuat (William N Dunn : 2000).

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang
diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai
(output). Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya
dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis
program yang dibuat dalam perencanaan dan dilaksanakan.

Adapun mengenai prinsip-prinsip evaluasi, Nanang Fattah (1996) mengemukakan


ada 6 prinsip, yaitu:

4 Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta PT Raja
grafindo, 1998) hlm.113
1) prinsip berkesinambungan, artinya dilakukan secara berlanjut.

2) Prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dan komponen program


harus dievaluasi

3) Prinsip obyektif, artinya pelaksanaannya bebas dari kepentingan pribadi.

4) Prinsip sahih, yaitu mengandung konsistensi yang benar-benar mengukur


yang seharusnya diukur.

5) Prinsip penggunaan kritis

6) Prinsip kegunaan atau manfaat

Manajemen zakat yang baik adalah suatu keniscayaan. Dalam Undang-Undang


(UU) No.38 Tahun 1999 dinyatakan bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat (Widodo, 2003) harus dapat
diukur. Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat
ukurnya. Pertama, amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sistem
yang dibangun. Kedua, sikap profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus
diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan. Dengan
transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol
yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga
akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa curiga dan
ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi.

Ketiga kata kunci ini dapat diimplementasikan apabila didukung oleh penerapan
prinsip-prinsip operasionalnya. Prinsip-prinsip operasionalisasi LPZ antara lain.

Kita harus melihat aspek kelembagaan. Dari aspek kelembagaan, sebuah


LPZ seharusnya memperhatikan berbagai faktor, yaitu : visi dan misi,
kedudukan dan sifat lembaga, legalitas dan struktur organisasi, dan aliansi
strategis.
Aspek sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan aset yang paling
berharga. Sehingga pemilihan siapa yang akan menjadi amil zakat harus
dilakukan dengan hati-hati. Untuk itu perlu diperhatikan faktor perubahan
paradigma bahwa amil zakat adalah sebuah profesi dengan kualifikasi
SDM yang khusus.
Aspek sistem pengelolaan. LPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang
baik, unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah : LPZ harus memiliki
sistem, prosedur dan aturan yang jelas, memakai IT, manajemen terbuka;
mempunyai activity plan; mempunyai lending commite; memiliki sistem
akuntansi dan manajemen keuangan; diaudit; publikasi; perbaikan terus
menerus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi
tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang
dilaksanakan.dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang
diimplementasikan.dan diperlukan agar kesalahan awal dapat segera
diketahui serta dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi
risiko yang lebih besar. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita
lakukan dan melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang
kita berikan. Adapun prinsip-prinsip monitoring sebagai berikut:
1. Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus
2. Monitoring harus menjadi umpan balik bagi perbaikan kegiatan
program organisasi
3. Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun
terhadap pengguna produk atau layanan.
4. Monitoring harus dapat memotifasi staf dan sumber daya lainnya
untuk berprestasi
5. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku
6. Monitoring harus obyektif
7. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program.

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.


Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup
waktu.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, apabila ada kesalahan penulis
mohon maaf. Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun
penulis menjadikan lebih baik. Sifat sempurna hanyalah milik Allah. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Anda mungkin juga menyukai