Anda di halaman 1dari 44

MONITORING DAN EVALUASI

PROGRAM PEMASARAN SOSIAL

ARIEF FARDIANSYAH, ST., M.Kes.


Pendahuluan (1)
 Monitoring dan evaluasi merupakan suatu fungsi
manajemen yang harus menjadi kompetensi
seorang pemasar sosial.
 Monitoring, pengendalian dan evaluasi diperlukan
untuk mengetahui dan menjamin kemajuan suatu
program, dan untuk menilai hasil akhir dari suatu
program pemasaran sosial.
Pendahuluan (2)
 Kegiatan monitoring & evaluasi program pemasaran
sosial mrpkn bagian akhir suatu perencanaan yg
meliputi garis2 besar tindaklanjut pemasaran sosial
utk memantau kemajuan programnya.
 Salah satu aspek program pemasaran sosial ini
disamping perencanaan & pelaksanannya ad. Evaluasi
program yg pd gilirannya berkaitan dgn evaluasi
dampak program serta batasan2 perilaku sbg evaluasi
dlm pemasaran sosial.
POKOK BAHASAN I
MONITORING, PENGENDALIAN, DAN
INFORMASI
Monitoring, Pengendalian & Informasi
 Monitoring, pengendalian dan informasi juga
diperlukan untuk mengetahui apakah program telah
sesuai dengan rencana, perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi serta penyesuai-penyesuaian
yang perlu dilakukan untuk menjamin pencapaian
tujuan pemasaran sosial.
 Basis dari kegiatan ini adalah pengumpulan data
(indikator-indikator yang telah ditetapkan, beserta data
pendukung lainnya), pengolahan dan analisis data
(termasuk pembandingan dengan standar) dan
menyajikannya sebagai sebuah informasi yang bisa
dipahami oleh semua yang terlibat dalam kegiatan
program pemasaran sosial.
 Hasil monitoring dan pengendalian harus dikemas dalam
bentuk informasi yang jelas, lengkap dan mudah dipahami bagi
semua yang terlibat dalam kegiatan (pimpinan sampai staf
pelaksana/pendukung) sehingga dapat dipakai untuk
melakukan koreksi (bila diperlukan) atau penyesuaian kegiatan
atau bahkan juga replaning.
 Monitoring dan pengendalian dilakukan terhadap kegiatan
program yang sedang berjalan, sehingga koreksi (bila
ditemukan penyimpangan) dapat dilaksanakan segera saat itu
untuk lebih dapat menjamin pencapaian tujuan pemasaran
sosial.
Pengertian (1)
 Monitoring merupakan fungsi manajemen yang berkesinambungan
yang mempunyai tujuan utama menyediakan umpan balik dan
indikasi awal tentang bagaimana kegiatan-kegiatan dilaksanakan,
perkembangan atau pencapaian kinerja dari waktu ke waktu serta
pencapaian hasil yang diharapkan.
 Monitoring melacak kinerja yang nyata terhadap apa yang
direncanakan atau diharapkan dengan menggunakan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.
 Monitoring meliputi kegiatan pengumpulan dan analisis data
tentang proses dan hasil dari pelaksanaan program atau kegiatan
dan memberikan rekomendasi untuk melakukan tindakan koreksi.
Pengertian (2)
 Pengendalian adalah tindak lanjut dari monitoring. Monitoring
sebenarnya lebih ditekankan pada kegiatan mencermati proses
pelaksanaan kegiatan serta adanya perubahan lingkungan
organisasi.
 Hasil monitoring akan memberikan umpan balik, apakah kegiatan
dapat berjalan semestinya, ataukah terjadi adanya penyimpangan
dari yang direncanakan, atau bahkan perencanaan yang tidak tepat
atau menjadi tidak tepat oleh adanya perubahan lingkungan.
 Hasil monitoring dipakai sebagai dasar tindakan manajemen, mulai
dari penjaminan kegiatan tetap pada tracknya sampai pada
tindakan koreksi dan/atau penyesuaian.
 Sehingga sering pengendalian tidak dapat dipisahkan atau bahkan
sulit dibedakan dengan monitoring itu sendiri. Monitoring dan
pengendalian adalah sebuah kesatuan kegiatan.
Pengertian (3)
 Informasi adalah hasil monitoring dan pengendalian
yang telah dianalisis dan diolah sehingga dapat
dipahami untuk dasar pengambilan keputusan tindak
lanjut, baik menyangkut kegiatan yang sedang
berjalan maupun kegiatan yang akan datang.
 Dengan demikian pengertian diatas menunjukkan
bahwa monitoring, pengendalian dan informasi adalah
bagian dari evaluasi.
Tujuan utama monitoring,pengendalian & informasi
1. Menjamin kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, yang mencakup standar input (waktu, biaya, SDM,
tehnologi, prosedur dll).
2. Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang adanya
penyimpangan dan penyebabnya, sehingga dapat mengambil keputusan
untuk melakukan koreksi pada pelaksanaan kegiatan atau program
berkait, baik yang sedang berjalan maupun pengembangannya di masa
mendatang.
3. Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan tentang
adanya perubahan-perubahan lingkungan yang harus ditindak lanjuti
dengan penyesuaian kegiatan.
4. Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan hasil
kinerja program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan, secara
kontinyu dan dari waktu kewaktu.
Langkah-langkah monitoring & pengendalian (1)
1. Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses
pelaksanaan program/kegiatan. Standar bisa mencakup
semua input yang digunakan (dana, meteri/bahan, cara
atau metode, SDM, Prosedur, Tehnologi dll)
2. Mengumpulkan data dan melakukan investigasi kinerja
(pengamatan) dari pelaksanaan kegiatan/proses kegiatan
yang dipilih untuk dibandingkan dengan standar/ indikator
(baik kualitatif maupun kuantitatif) yang telah ditentukan.
3. Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan
data untuk pengkajian pengaruh lingkungan tersebut.
terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Langkah-langkah monitoring & pengendalian (2)
4. Pengolahan, analisis data dan sistesis hasil. Data yang
dikumpulkan (termasuk perubahan lingkungan) diolah dan
dianalisis untuk membuat penilaian dan kesimpulan
tentang proses pelaksanaan kegiatan. Hasil analisis dan
kesimpulan akan digunakan lebih lanjut untuk perumusan
rekomendasi tindak lanjut.
5. Pengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk
koreksi dan penyesesuain kegiatan, maupun perencanaan
ulang).
6. Menyampaikan semua hasil monitoring, pengendalian dan
tindak lanjut kepada pihak yang berkepentingan sebagai
wujud akuntabilitas dan proses pengambilan keputusan
lebih lanjut.
 Agar monitoring dan pengendalian dapat berjalan dengan baik,
maka perlu disusun rencana monitoring dan evaluasi yang meliputi
sebagai berikut:
1. Menyiapkan informasi yang menjadi latar belakang
program/kegiatan termasuk histori, status terkini
program/kegiatan yang akan dimonitor/dikendalikan yang meliputi
tujuan, strategi, proses kegiatan, waktu, stakeholders, organisasi
pelaksana, mitra yang terkait dengan program/kegiatan.
2. Menetapkan tujuan monitoring dan pengendalian.
3. Menetapkan lingkup dan fokus dari kegiatan monitoring dan
pengendalian, serta standar maupun indikator yang akan digunakan
(termasuk dalam hal ini perubahan lingkungan yang akan diamati)
4. Menetapkan metoda monitoring dan pengendalian: cara
pengumpulan data dan metoda pengolahan dan analisis.
5. Menyusun instrumen monitoring dan pengendalian.
6. Menetapkan sumber informasi yang akan digunakan untuk memperoleh
data.
7. Menyusun tim monitoring: komposisi dari tim, apakah tim bersifat
multidisiplin, keterlibatan stakeholders, bahkan keterlibatan pelaksana
kegiatan.
8. Menyusun workplan untuk kegiatan monitoring dan pengendalian :
menetapkan peran dan tanggung jawab tiap anggota tim, rincian kegiatan
evaluasi, penjadualan kegiatan monitoring dan siapa yang bertanggung
jawab untuk tiap kegiatan, termasuk rencana informasi/pelaporan dan
kapan akan dilaporkan/didiseminasikan.
9. Menetapkan kebutuhan logistik: tranport, dukungan administrasi, proses
analisis data, peralatan kantor, dsb.
10. Menyusun kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan monitoring
dan pengendalian.
11. Pelaksanaan monitoring dan pengendalian.
Bentuk Pengawasan Pemasaran Sosial

 Pengawasan berarti : memeriksa apa yg telah


dilaksanakan sdh benar atau tidak, & apabila
perlu diambil tindakan2 korektif shg hasil
pekerjaan sesuai dgn rencana.
 Pengawasan (controlling) dpt dianggap sbg
kegiatan utk menemukan & mengoreksi
penyimpangan yg terjadi.
Prinsip Pengawasan
 Perlu diingat bahwa tujuan pengawasan bersifat
positif, sesuai batas2 atau ketentuan yg
ditetapkan.
 Prinsip pengawasan yg efektif ad. Membantu
usaha2 kita utk mengatur pekerjaan yg
direncanakan.
 Gunanya ad. Utk memastikan bahwa
pelaksanaan pekerjaan tsb berlangsung sesuai
rencana.
Keterkaitan Pengawasan Pemasaran Sosial
 Pengawasan pemasaran sosial berkaitan erat dgn
tugas pemasar sosial dlm melaksanakan
programnya secara berkesinambungan, mulai
peramalan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan atau pengendalian, & evaluasi.
 Ide pokoknya ad. Mencegah terjadinya
penyimpangan kegiatan sehingga kampanye
produk pemasaran sosial dpt berjalan secara
efektif & efisien.
Aspek Pengawasan Pemasaran Sosial
1. Kegiatan atau kinerja dr tugas2 (controlling
performance).
2. Kinerja staf atau pelaku dlm tugas &
kegiatannya (controlling performers).
Dgn demikian controlling management ad. Suatu
proses memotivasi & mengilhami masyarakat dlm
mewujudkan aktifitas organisasi ke arah tujuan.
Hal ini meliputi juga proses mendeteksi &
mengoreksi kesalahan & ketidakteraturan yg tdk
disengaja.
Langkah2 Proses Pengawasan
 Langkah Pertama : rasa emosi yg tinggi seharusnya
diperhitungkan dlm perencanaan proses pengawasan
sosial & dlm kampanye yg diarahkan dgn layak serta
dlm pengembangan input & output kampanye yg
dpt diukur (standar setting).
 Langkah Kedua : mengukur & membandingkan
kinerja itu dgn standar yg ditentukan (measurement
performance/performer).
 Langkah Ketiga : Mendiagnosis mengapa hasil2
pengukuran kerja & peranan staf itu tdk sesuai dgn
apa yg telah mrk lakukan (diagnosis of
performance/performers).
Diagnosis Pemasaran Sosial
 Pemasar sosial hrs selalu mendiagnosis hasil2-
nya, meskipun hasilnya sdh baik & sdh sesuai
ataupun yg menyimpang dr standar.
 Diagnosis itu utk mengetahui apakah
keberhasilan berasal dr peranan staf atau faktor2
lain dr luar, & apakah kegiatan itu dpt
dilanjutkan.
 Apabila hasilnya di bawah standar, maka dilihat
faktor2 penyebab penyimpangannya.
Alat Pengawasan Kinerja
 Utk mengecek apakah kinerja suatu kegiatan
perencanaan sesuai dgn standar & tetap dlm
tujuannya, pemasar sosial dpt menggariskan
beberapa alat pengawasan.
 Alat pengawasan dpt mengukur bagaimana
kinerja itu dibandingkan dgn tujuan & sasaran
program yg relevan.
 Selain itu, alat tsb juga dpt mengukur
bagaimana kinerja itu dibandingkan dgn input
atau sumber daya yg digunakan.
Alat Pengawasan Staf/Petugas
 Alat pengawasan pelaku atau staf, ad. Sistem yg
mengontrol kampanye pemasaran sosial.
 Alat pengawasan dpt berupa hadiah (reward) &
hukuman (punishment), motivasi, nilai2 budaya,
kepemimpinan yg baik.
POKOK BAHASAN II
EVALUASI PROGRAM PEMASARAN SOSIAL
 Evaluasi diperlukan untuk menilai dan menjamin
pelaksanaan kegiatan benar sesuai dengan
perencanaan.
 Evaluasi juga dimaksudkan untuk menilai hasil akhir
dari suatu program ataupun kegiatan pelayanan,
apakah tujuan yang telah ditetapkan/ditargetkan
dapat dicapai secara efektif dan lebih efisien.
 Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan pemasaran
sosial sdh benar serta menilai pencapaian hasil akhir
apakah sesuai dengan target, maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap semua kegiatan.
Pengertian
 Evaluasi merupakan kegiatan yang terikat dengan waktu untuk
mengkaji secara sistematis dan objektif, relevansi, kinerja, dan
keberhasilan dari program yang sedang berjalan atau program yang
telah selesai.
 Evaluasi dilakukan secara selektif untuk menjawab pertanyaan
spesifik, yang akan dijadikan pedoman bagi pengambil keputusan
atau manajer, serta untuk menyediakan informasi apakah asumsi
atau teori yang melatar belakangi suatu program adalah valid,
apakah program berhasil atau tidak berhasil dan mengapa.
 Evaluasi biasanya bertujuan untuk memastikan atau menilai apakah
suatu program itu relevan, dirancang dengan baik, efisien, efektif,
memberi dampak positif, dan dapat berkesinambungan (sustain),
atau bahkan dikembangkan .
Tujuan Utama Evaluasi
1. Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang
kebijakan, strategi dan pelaksanaan program atau kegiatan
berkait dengan intervensi program yang sedang berjalan
maupun intervensi di masa mendatang.
2. Menunjukkan akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja
program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan.

Memperhatikan pengertian dan tujuan diatas, maka evaluasi


perlu dilakukan pada setiap fungsi manajemen, untuk menjamin
suatu kegiatan benar-benar dibutuhkan serta tepat untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Tipe-Tipe Evaluasi
1. Menurut tahapan pelaksanaan kegiatan/program
- Evaluasi pada perencanaan atau ketika kegiatan
belum dilaksanakan (feedforward evaluation)
- Evaluasi pada kegiatan yang sedang berjalan atau
pada proses pelaksanaan kegiatan (Concurrent
Evaluation)
- Evaluasi setelah kegiatan selesai dilaksanakan atau
sering disebut sebagai evaluasi akhir
kegiatan/program (feedback evaluation)
2. Menurut criteria kegiatan/program
- Evaluasi input, yaitu dilakukan pada semua input yang digunakan
dalam kegiatan/program seperti modal, sarana dan prasaran, SDM,
dana, tehnologi, procedure, dll
- Evaluasi proses yang dilaksanakan pada proses pelaksanaan
kegiatan, missal ketaatan waktu pelaksanaan, ketaatan pada SOP
atau procedure, hambatan-hambatan yang ditemukan dll
- Evaluasi output yang dilaksanakan pada hasil kegiatan, seperti
cakupan program, kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dll
- Evaluasi outcame yang dilakukan pada akibat lebih lanjut dari
pencapaian output, misalnya penurunan kasus malaria, menurunnya
kasus komplikasi pada kehamilan dan persalinan dll
- Evaluasi Impact, yang dilakukan pada dampak terjadi atau
tercapainya outcome, misalnya tingkat kesehatan penduduk
meningkat, turunnya KI dan AKB dst
Tahapaan Proses Evaluasi
 Proses evaluasi biasanya terdiri dari paling sedikit 5
(lima) tahap yaitu :
1. Penetapan indicator pengukuran dan standar
pelaksanaan kegiatan, biasanya sudah dilaksanakan
bersamaan dengan perncanaan kegiatan
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata (riel)
4. Pembandingan hasil ukur dengan standar
5. Merancang dan melakukan tindakan koreksi, bila
memang diperlukan
1. Penetapan indicator dan stándar
 Tahap pertama dalam evaluasi adalah penetapan indilator
dan standar.
 Indikator adalah penunjuk evaluasi sedang standar adalah
suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk menilai kegiatan atau hasil-hasil kegiatan.
 Pada umumnya penetapan indicator dan standar evaluasi
telah ditetapkan bersamaan dengan proses perencanaan.
 Tujuan, sasaran, kuota, dan target pelaksanaan dapat
digunakan sebagai standar evaluasi.
 Bentuk standar yang lebih khusus antara lain target
cakupan sasaran, target penurunan AKI dan AKB,
Pencapaian standar kualitas ANC dll.
 Tiga bentuk standar yang sering dipakai adalah :
1. Standar phisik, misalnya cakupan program,
kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dll
2. Standar moneter adalah biaya per satuan
produk atau sasaran program/kegiatan. Standar
biaya pemulihan balita gizi buruk, standar biaya
ANC dll
3. Standar waktu, penetapan waktu ideal untuk
menyelesaikan kegiatan tertentu atau untuk
pencapaian tujuan tertentu.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
 Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan yang tepat akan
meningkatkan kehandalan evaluasi. Beberapa pertanyaan
penting berikut dapat dipakai sebagai penuntun tahap ini,
yaitu :
1. Berapa kali pelaksanaan pengukuran indicator evaluasi harus
dilakukan, missal sekali, bulanan, tahunan dll
2. Dalam bentuk apa pengukuran akan dilakukan, dalam bentuk
tulisan, menginpeksi visual (pengamatan), menghitung,
menimbang dll
3. Siapa yang akan terlibat dalam pelaksanaan evaluasi ?manajer
saja atau tim evaluasi dsb
4. Seberapa mudahkah pengukuran dapat dilakukan, hasilnya
dapat diolah dan dianalisa, dengan biaya yang “relative” murah.
3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
 Pengukuran pelaksanaan dan kinerja kegiatan/program
harus dilakukan untuk dapat melakukan evaluasi
kegiatan/program. Beberapa cara untuk melakukan
pengukuran pelaksanaan atau hasil pelaksanaan kegiatan
adalah :
1. Pengamatan (observasi)
2. Laporan, baik lisan maupun tertulis
3. Mertode-metode otomatis.
4. Inspeksi dan pengujian (test), termasuk menghitung,
menimbang, mengukur waktu dll
5. Penelitian atau survai sampel
4. Pembandingan hasil pengukuran dengan standar
serta analisa penyimpangan
 Tahap kritis dari proses evaluasi adalah pembandingan
hasil pengukuran (pelaksanaan atau hasil pelaksanaan)
kegiatan yang nyata dengan yang direncanakan atau
dengan standar yang ditetapkan.
 Walaupun tahap ini paling mudah tetapi kompleksitas
dapat terjadi pada saat menginterprestasi adanya
penyimpangan.
 Titik kritis yang penting lainnya adalah ketika mencari
jawaban mengapa penyimpangan terjadi, yang berarti
mencari penyebab terjadinya penyimpangan.
5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila diperlukan
 Tahap ini adalah pengambilan keputusan untuk melakukan
intervensi (koreksi), merancang tindakan koreksi berdasarkan
temuan penyebab penyimpangan serta melaksanakan
intervensi/tindakan koreksi.
 Tindakan koreksi mungkin berupa :
1. Mengubah standar
2. Memperbaiki prosedur, tehnologi, metode dalam pelaksanaan
kegiatan
3. Mengganti kegiatan dengan kegiatan lain yang lebih akuntabel
4. Menambah sarana dan prasarana kegiatan
5. Mengubah waktu pelaksanaan kegiatan dll.
Kegunaan dan Pentingnya Evaluasi
 Tujuan terpenting dari evaluasi adalah untuk menjamin
agar kegiatan yang dialaksanakan dapat mencapai tujuan
yang telah direncanakan atau ditetapkan.Selain itu juga
untuk mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan adalah
tepat sasaran, metode, waktu, biaya dll.
 Adapun tujuan yang lain dari pelaksanaan evaluasi adalah :
1. Pembelajaran untuk mengetahui mengapa program
berhasil atau tidak berhasil.
2. Untuk melakukan verifikasi dan meningkatkan kualitas
dan manajemen program,
3. Untuk mengidentifikasi strategi yang berhasil dalam
rangka ekstensi/ekspansi dan replikasi
4. Untuk memodifikasi atau memperbaiki strategi yang
kurang berhasil
5. Untuk mengukur keberhasilan dan manfaat suatu
intervensi
6. Untuk memberi informasi kepada stakeholders agar
stakeholders dapat menyebutkan hasil dan kualitas
program,
7. Untuk memberikan justifikasi atau validasi kepada
donor, mitra atau konstituen yang berkepentingan.

Anda mungkin juga menyukai