Anda di halaman 1dari 34

MONITORING &

EVALUASI[1]
Oleh Semuel S.Lusi[2]

PENDAHULUAN
Monitoring dan Evaluasi (M&E) merupakan dua kegiatan terpadu dalam rangka
pengendalian suatu program. Meskipun merupakan satu kesatuan kegiatan, Monitoring dan
Evaluasi memiliki fokus yang berbeda satu sama lain. Karena kegiatan ini menggunakan
metode pelatihan (workshop) maka bahan ini hanya sebagai pengayaan yang dilengkapi
informasi pokok mencakup aspek-aspek penting dari Monitoring dan Evaluasi (MONEV),
seperti pengertian, tujuan, fungsi, manfaat hingga proses pembuatannya.

PENGERTIAN MONITORING & EVALUASIVALUASI


Kegiatan monitoring lebih berpunpun (terfokus) pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi secara regular
berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud mengetahui apakah kegiatan yang sedang
berlangsung sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah disepakati. Indikator
monitoring mencakup esensi aktivitas dan target yang ditetapkan pada perencanaan program.
Apabila monitoring dilakukan dengan baik akan bermanfaat dalam memastikan pelaksanaan
kegiatan tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan program). Juga memberikan
informasi kepada pengelola program apabila terjadi hambatan dan penyimpangan, serta
sebagai masukan dalam melakukan evaluasi.

Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang berlangsung guna


memastikan kesesuain proses dan capaian sesuai rencana atau tidak. Bila ditemukan
penyimpangan atau kelambanan maka segera dibenahi sehingga kegiatan dapat berjalan

sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil monitoring menjadi input bagi kepentingan proses
selanjutnya. Sementara Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau
capaian akhir dari kegiatan atau program. Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana
pelaksanaan program yang sama diwaktu dan tempat lainnya.
Seperti terlihat pada gambar Siklus Majamen Monev, fungsi Monitoring (dan evaluasi)
mnerupakan satu diantara tiga komponen penting lainnya dalam system manajelemen
program, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Tindakan korektif (melalui umpan balik).
Sebagai siklus, dia berlangsung secara intens keaarah pencapaian target-target antara dan
akhirnya tujuan program.

FUNGSI MONITORING DAN EVALUASI


Menurut Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:
1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf,
dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang
diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.
3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
menghitung hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat implementasi
kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.
4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan dan
pelaksanaannya tidak cocok
Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring,
karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan
monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi
diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan
dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu
kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian.
Evaluasi dapat menjawab pertanyaan Apa pebedaan yang dibuat (William N Dunn : 2000).
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang diharapkan
atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output). Evaluasi baru
bisa dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya dalam suatu periode (tahapan),
sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang dibuat dalam perencanaan dan
dilaksanakan.

TUJUAN MONEV

Umpan balik dari sebuah program akan dipergunakan dalam perbaikan dan penyesuaian
komponen-komponen yang tidak maksimal dalam pelaksanaan program. Bila memungkinkan
perubahan scenario dan konsolidasi sumberdaya (proses manajemen) dapat dilakukan dalam
pelaksanaan program sehingga lebih menjamin keberhasilan program.
Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang sedang
berjalan, untuk mengetahui kesenjangan antara perencanaan dan terget. Dengan mengetahui
kebutuhan ini pelaksanaan program dapat membuat penyesuaian dengan memanfaatkan
umpan balik tersebut. Kesenjangan yang menjadi kebutuhan itu bisa jadi mencakup faktor
biaya, waktu, personel, dan alat, dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat diketahui misalnya berapa jumlah tenaga yang perlu ditambahkan
atau dikurangi, alat atau fasilitas apa yang perlu disiapkan untuk melaksanakan program
tersebut, berapa lama tambahan waktu dibutuhkan, dan seterusnya. Sementara itu, Evaluasi
bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada program,
implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan tentang output
menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan, dan terutama apa yang dapat diperbaiki
pada program yang sama yang akan dilaksanakan di waktu dan tempat lain.
Secara umum tujuan pelaksanaan M&E adalah;
1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat
untuk mencapai tujuan proyek.
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
kemajuan,
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari
tujuan.
Secara lebih terperinci monitoring bertujuan untuk:
1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;
2. Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;
3. Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;
4. Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;
5. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan
selama kegiatan;
6. Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;

7. Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai.

FUNGSI MONEV
Proses pengambilan keputusan berjalan atau berhentinya/perubahan sebuah atau beberapa
program yang berkaitan dilakukan melalui proses evaluasi.
Fungsi Pengawasan dalam kerangka kegiatan monitoring dan evaluasi terutama kaitannya
dengan kegiatan para pimpinan dalam tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut:
1. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap orang / manejer/ pejabat yang diserahi
tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Membidik para pekerja atau pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelainan dan kelemahan agar tidak terjadi
kerugian yang tidak diinginkan.
4. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak
mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan yang tidak perlu.
Dalam kaitannya dengan monitoring Moh. Rifai (1986) menjelaskan fungsinya sebagai
berikut:
1. Evaluasi sebagai pengukur kemajuan;
2. Evaluasi sebagai alat perencanaan;
3. Evaluasi sebagai alat perbaikan.
Berdasarkan uraian uraian di atas dapat disimpulkan fungsi utama monitoring terkait dengan
perihal: mengukur hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan program dengan alat ukur
rencana yang sudah dibuat dan disepakati, menganalisa semua hasil pemantauan
(monitoring) untuk dijadikan bahan dalam mempertimbangkan keputusan lanjutan.

MANFAAT MONEV
Secara umum manfaat dari penerapan sistem monitoring dan evaluasi dalam suatu program
adalah sebagai berikut:
1. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat untuk mendukung perencanaan:
Penerapan sistem M&E yang disertai dengan pemilihan dan penggunaan indikator akan
memperjelas tujuan serta arah kegiatan untuk pencapaian tujuan tersebut.
Pemilihan indikator program yang melibatkan berbagai pihak secara partisipatif tidak saja
berguna untuk mendapatkan indikator yang tepat tetapi juga akan mendorong pemilik proyek
dan berbagai pihak yang berkepentingan untuk mendukung suksesnya program.

2. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat untuk mengetahui kemajuan program:
Adanya sistem M&E yang berfungsi dengan baik memungkinkan pelaksana program
mengetahui kemajuan serta hambatan atau hal-hal yang tidak diduga yang secara potensial
dapat menghambat jalannya program secara dini. Hal terakhir bermanfaat bagi pelaksana
program untuk melakukan tindakan secara tepat waktu dalam mengatasi masalah.
Informasi hasil M&E dapat memberikan umpan balik kepada pelaksana program tentang hasil
capaian program, dalam arti sesuai atau tidak sesuai dengan yang diharapkan
Bilamana hasil program belum sesuai dengan harapan maka pelaksana program dapat
melakukan tindakan penyesuaian atau koreksi secara tepat dan cepat sebelum program
terlanjur berjalan tidak pada jalurnya. Dengan demikian informasi hasil M&E bermanfaat
dalam memperbaiki jalannya implementasi program.
3. Monitoring dan Evaluasi (M&E) sebagai alat akuntabilitas program dan advokasi:
M&E tidak hanya memantau aktivitas program tetapi juga hasil dari aktivitas tersebut.
Informasi pemantauan terhadap luaran dan hasil (output dan outcome) program yang
dipublikasikan dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan akan meningkatkan
akuntabilitas program.
Informasi hasil M&E dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk advokasi program kepada
para pemangku kepentingan.
Informasi tersebut akan memicu dialog dan pembelajaran serta memacu keikutsertaan

PERUMUSAN MANFAAT M&E


Manfaat M&E dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu manfaat bagi pihak Penanggung Jawab
Program dan manfaat bagi Pengelola Proyek, yaitu:
1.

Bagi pihak Penanggung Jawab dan Pengelola Program :

Salah satu fungsi manajemen yaitu pengendalian atau supervisi.


Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja
Untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan
Membantu penentuan langkah-langkah yang berkaitan dengan kegiatan proyek selanjutnya.
Sebagai dasar untuk melakukan M&E selanjutnya.
Membantu untuk mempersiapkan laporan dalam waktu yang singkat
Mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan menjaga kinerja yang sudah
baik.
Sebagai dasar (informasi) yang penting untuk melakukan evaluasi proyek.
2. Bagi pihak penerima dana BOSDA:
Meringankan beban biaya operasional sekolah
Memacu diri untuk meningkatkan prestasi
Memacu semangat untuk meraih cita-cita

PRINSIP-PRINSIP MONEV

Hal yang paling prinsipil dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah acuan kegiatan
monitoring adalah ketentuan-ketentuan yang disepakati dan diberlakukan, selanjutnya
sustainability kegiatannya harus terjaga, dalam pelaksanaannya objektivitas sangat
diperhatikan dan orientasi utamanya adalah pada tujuan program itu sendiri.
Adapun prinsip-prinsip monitoring sebagai berikut:
1. Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus
2. Monitoring harus menjadi umpan balik bagi perbaikan kegiatan program organisasi
3. Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun terhadap pengguna
produk atau layanan.
4. Monitoring harus dapat memotifasi staf dan sumber daya lainnya untuk berprestasi
5. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku
6. Monitoring harus obyektif
7. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program.
Adapun mengenai prinsip-prinsip evaluasi, Nanang Fattah (1996) mengemukakan ada 6
prinsip, yaitu:
1. Prinsip berkesinambungan, artinya dilakukan secara berlanjut.
2. Prinsip menyeluruh, artinya keseluruhan aspek dan komponen program harus dievaluasi
3. Prinsip obyektif, artinya pelaksanaannya bebas dari kepentingan pribadi.
4. Prinsip sahih, yaitu mengandung konsistensi yang benar-benar mengukur yang seharusnya
diukur.
5. Prinsip penggunaan kritis
6. Prinsip kegunaan atau manfaat
Prinsip dasar lainnya:
1. Sistem M&E dibuat sederhana; disesuaikan dengan kapasitas dan sumber daya yang tersedia.
Hal ini untuk menghindari kesulitan implementasi di lapangan.
2. Tujuan yang jelas. Kegiatan M&E difokuskan pada hal-hal yang relevan dengan tujuan dari
monitoring itu sendiri yang dikaitkan dengan aktivitas dan tujuan program. Jangan
mengumpulkan data yang tidak relevan dengan kebutuhan program. Perlu dibuat logframe,
intervention logic model, dan rencana kerja M&E yang antara lain mencakup rincian
indicator kinerja yang akan dipantau.
3. Dilakukan tepat waktu; ini merupakan esensi monitoring karena ketersediaan data on-time
diperlukan bagi pihak manajemen/pengguna data untuk penyelesaian masalah secara tepat
waktu. Selain itu ketepatan waktu monitoring juga penting untuk mendapatkan data akurat
dalam memantau obyek tertentu pada saat yang tepat.
4. Informasi hasil M&E harus akurat dan objektif; informasi tidak akurat dan objektif bisa
menyebabkan false alarm. Perlu mekanisme untuk check konsistensi dan akurasi data.
5. Sistem M&E bersifat partisipatif dan transparan; perlu pelibatan semua stakeholders dalam
penyusunan design dan implementasinya, serta hasilnya dapat diakses oleh semua pihak.
6. Sistem M&E dibuat flexible; dalam artian tidak kaku tapi bisa disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi tapi masih dalam batas koridor SOP.
7. Bersifat action-oriented; monitoring diharapkan menjadi basis dalam pengambilan keputusan
dan tindakan. Oleh karena itu sejak awal perlu dilakukan analisa kebutuhan informasi untuk
menjamin bahwa data monitoring akan digunakan untuk melakukan tindakan.

8. Kegiatan M&E dilakukan secara cost-effective.


9. Unit M&E terdiri dari para specialists yang tidak hanya bertugas mengumpulkan data tetapi
juga melakukan analisa masalah dan memberikan rekomendasi pemecahan masalah secara
praktis.

PENDEKATAN DAN TEKNIK MONEV


Teknik dalam pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan melalui kegiatan observasi
langsung atas proses, wawancara kepada sumber/pelaku utama, dan kegiatan diskusi terbatas
melalaui forum group discussion untuk memperoleh klarifikasi pelaksanaan program.
1. Pendekatan
Ada empat cara untuk memonitor keluaran dan dampak. Keempat cara atau pendekatan itu
adalah pelaporan sistem sosial (social accounting), eksperimentasi sosial (social
experimentation), pemeriksaan sosial (social auditing) dan pengumpulan bahan untuk
penelitian sosial (social research cumulation). Pendekatan ini masingmasing mempunyai dua
aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan jenis informasi yang diperlukan (Dunn, 1981).
Keempat pendekatan ini mempunyai ciri yang bersamaan yaitu bahwa keempatnya:
TERPUSAT KEPADA KELUARAN KEBIJAKSANAAN, sehingga dalam monitoring ini
sangat diperhatikan variabel yang mempengaruhi keluaran, baik yang tidak dapat dikontrol
oleh pembuat kebijaksanaan (misalnya kondisi sekarang yang sudah ada), dan variabel yang
dapat dimanipulasikan atau diramalkan sebelumnya;
BERPUSAT PADA TUJUAN, yaitu untuk memberikan pemuasan kebutuhan, nilai atau
kesempatan kepada klien atau target;
BERORIENTASI PADA PERUBAHAN. Tiap-tiap pendekatan itu berusaha untuk
memonitor perubahan dalam suatu jangka waktu tertentu, baik dengan menganalisis
perubahan unjuk kerja antara beberapa program yang berbeda atau yang sama beberapa
variabelnya, atau kombinasi antara keduanya;

MEMUNGKINKAN KLASIFIKASI SILANG KELUARAN DAN DAMPAK


berdasarkan variabel-variabel lain termasuk variabel yang dipergunakan untuk memonitor
masukan kebijaksanaan (waktu, uang, tenaga, perlengkapan) dan proses kebijaksanaan
(aktivitas, dan sikap administratif, organisasi dan politis yang diperlukan untuk transformasi
masukan kebijaksanaan menjadi keluaran), dan

BERHUBUNGAN DENGAN ASPEK PELAKSANAAN KEBIJAKSANAAN secara


obyektif maupun subyektif. Indikator obyektif didasarkan atas data baru yang diperoleh
melalui survei sampel atau studi lapangan (Dunn, 1981).
2. Teknik
OBSERVASI: Observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehigga semua
kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang ada diobservasi dan dapat dilihat. Semua

kegiatan dan obyek yang ada serta kondisi penunjang yang ada mendapat perhatian secara
langsung
WAWANCARA DAN ANGKET: Wawancara adalah cara yang dilakukan bila monitoring
ditujukan pada seseorang. Instrumen wawancara adalah pedoman wawancara. Wawancara itu
ada dua macam, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung.
FORUM GROUP DISCUSSION (FGD): FGD adalah proses menyamakan persepsi melalaui
urun rembug terhadap sebuah permasalahan atau substansi tertentu sehingga diperoleh satu
kesamaam (frame) dalam melihat dan mensikapi hal-hal yang dimaksud.

PROSES MONEV
Proses dalam monev sederhananya adalah menelusuri proses pekerjaan proyek atau
kegiatan sehingga dapat menemukan apa yang sesungguhnya terjadi di antara
PELAKSANAAN (proses) dengan TUJUAN yang dirumuskan. Apabila dalam penelusuran
atau pemantauan itu ditemukan adanya pesenjangan atau penyimpangan yang
direkomendasikan perubahan atau perbaikan sehingga kesenjangan segera teratasi. Atau
setidaknya meminimalisir kerugian yang timbul akibat penyimpangan.
Karena manfaat monitoring itu sangat besar dan penting dalam peranannya sebagai alat
perencanaan maka dilakukan dengan metode dan alat yang terstruktur dan sistematis,
misalnya dengan menggunakan angket, wawancara, FGD dan sebagainya. Prosesnya secara
skematik dapat dilihat seperti dibawah ini:

Nanang Fattah (1996) menyarankan langkah-langkah monitoring yagdapat bermanfaat diikuti


seperti dalam diagram berikut:

Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu:


1. Menetapkan standar pelaksanaan;
2. Pengukuran pelaksanaan;
3. Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dengan mengikuti beberapa langkah sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan: Persiapan dilaksanakan dengan mengidentifikasi hal-hal yang
akan dimonitor, variabel apa yang akan dimonitor serta menggunakan indikator mana
yang sesuai dengan tujuan program. Rincian tentang variabel yang dimonitor harus
jelas dulu, serta pasti dulu batasannya dan definisinya. Variabel adalah karakteristik
dari seseorang, suatu peristiwa atau obyek yang bisa dinyatakan dengan data numerik
yang berbeda-beda. (William N Dunn: 2000).
2. Tahap Pelaksanaan: monitoring ini untuk mengukur ketepatan dan tingkat capaian
dari pelaksaan program/kegiatan/proyek yang sedang dilakukan dengan
menggunakan standar (variable) yang telah dipersiapkan di tahap perencanaan.
Setelah memastikan definisi yang tepat tentang variabel yang dimonitor serta
indikatornya, maka laksanakan monitoring tersebut. Adapun indikator umum yang
diukur dalam melihat capaian pekerjaan antara lain adalah :
Kesuaian dengan tujuan proyek/kegiatan
Tingkat capaian pekerjaan sesuai target
Ketepatan belanja budget sesuai plafon anggaran;
Adanya tahapan evaluasi dan alat evaluasinya;
Kesesuaian metode kerja dengan alat evaluasi;
Kesesuaian evaluasi dengan tujuan proyek;
Ketetapan dan pengelolaan waktu;

Adanya tindak lanjut dari program tersebut;


3. Tahap Pelaporan
Pada langkah ketiga, yaitu menentukan apakah prestasi kerja itu memenuhi standar yang
sudah ditentukan dan di sini terdapat tahapan evaluasi, yaitu mengukur kegiatan yang sudah
dilakukan dengan standar yang harus dicapai. Selanjutnya temuan-temuan tersebut
ditindaklanjuti dan hasilnya menjadi laporan tentang program.

PENUTUP
Dari pembahasan di atas jelas bahwa M & E memiliki peran dan fungsi yang sangat penting.
Terutama adalah untuk memastikan proses pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan benarbenar on the track sesuai tujuan proyek dan program. Monitoring dapat disebut sebagai
on going evaluation, yang dilakukan sementara kegiatan berlangsung untuk melakukan
perbaikan di tengah jalan bila diperlukan. Sementara Evaluasi dimaksud adalah terminate
evaluation, yang dilakukan pada akhir proyek untuk memastikan apakah pelaksanaan dan

manfaat proyek sesuai tujuannya atau tidak. Lalu, hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan
untuk perencanaan proyek/program berikutnya.

Bahan pengayaan untuk Pelatihan Evaluasi & Monitoring bagi Gereja-gereja dan
Lembaga Mitra EMS yang dilaksanakam oleh Yayasan Dhyana Pura Bali, 4 Maret 2015
[2] Direktur PPSDM Bina Darma Salatiga 2000-2009, Saat ini sebagai Direktur Institute
Transformasi Indonesia, Asesor Fasilitator Pembardayaan Masyarakat, juga Penulis, Peneliti
dan Trainer independen.
[1]

Posted 8th March by Semuel S. Lusi


Labels: fungsi monitoring manajemen program Monef
0

Add a comment

Mar
8

Fungsi Planning
PERENCANAAN PARTISIPATIF UNTUK
PROGRAM PELAYANAN[1]
Oleh Semuel S.Lusi[2]
Karena hanya dengan perencanaan
engkau dapat berperang,
dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak.
(Amsal 24:6)

PENDAHULUAN
Planning atau perencanaan ialah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai
tujuan. Perencanaan merupakan pedoman, garis-garis besar atau petunjuk-petunjuk yang
dipersiapkan agar memperoleh hasil sebagaimana diinginkan.

Perencanaan berkaitan dengan perihal apa yang ingin dikerjakan, tujuan spesifik yang igin
dicapai, alat dan metode apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, siapasiapa yang terlibat, bagaimana kegiatan-kegiatan dipantau (dimonitor) dan seterusnya. Dalam
rangka melakukan hal tersebut, harus pula bisa diprediksikan sejauh mana kemungkinan
tersebut dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan politik
tempat gereja /organisasi berada, juga dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada guna
mewujudkan rencana tersebut. Itulah sebabnya perencanaan juga mencakup
fungsi monitoring dan budgeting.
Tidak mengherankan kalau planning menjadi fungsi pertama dari manajemen. Bahkan dapat
dikatakan sebagai fungsi terutama.

PENGERTIAN PERENCANAAN
Apa itu Perencanaan? Sederhananya, perencanaan adalah menentukan apa yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan. Jadi dalam perencanaan, ada pengandaian bahwa tujuan
atau visi dan misi sudah ada. Atau, bisa juga perumusan tujuan, visi misi merupakan bagian
yang menyatu dari cakupan perencanaan. Dalam hal demikian, perumusan visi atau tujuan
menjadi langkah pertama dalam pelaksanaan perencanaan.
Perencanaan (Planning) merupakan fungsi manajemen yang paling utama dan pertama. Pada
urutan kegiatan, perencanaan merupakan awal kegiatan. Fungsi yang lain akan bekerja
setelah diberi arahan oleh bagian perencanaan. Secara umum, perencanaan merupakan proses
penentuan tujuan organisasi/lembaga/gereja (atau tujuan kegiatan), kemudian menyajikan
dengan jelas strategi (program), taktik (cara melaksanakan program), dan operasi (tindakan)
yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Karena itu perencanaan dapat dipahami
sebagai proses dasar manajemen untuk menentukan tujuan dan langkah-langkah yang harus
dilakukan agar tujuan dapat tercapai. Perencanaan memberikan informasi untuk
mengkoordinasikan pekerjaan atau program secara efisien dan efektif. Perencanaan yang baik
harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia dulu.
Berikut ini Pengertian Perencanaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

William H. Newman: Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.


Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasanpenjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metodemetode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.

Douglas: Perencanaan adalah suatu proses kontinu dari pengkajian, membuat tujuan
dan sasaran, dan mengimplementasikan serta mengevaluasi atau mengontrolnya.

Alexander: Perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukakan,


bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dan siapa yang melakukannya.

Steiner: Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan


strategi, kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk
menerapkan keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap
pengenalan siklus perencanaan baru.

Secara umum, dalam suatu perencanaan seorang pelaksana program/manaejer/pemgambil


keputusan akan memulai dengan menjawab pertanyaan 5W dan 1H, seperti berikut ini:

What; yaitu apa yang ingin dicapai lewat organisasi/program/kegiatan yang mau
dilakukan itu?

Why; mengapa hal itu yang menjadi tujuan, dan bukan yang lain. Harus bisa
menjelaskan alasan disertai analisisnya.

Where; Dimana proyek atau program atau kegiatan itu dilakukan? Harus mampu
menjelaskan alasan mengapa program atau proyek dilakukan di lokasi tertentu dan
bukan di lokasi lainnya?

When: Kapan akan dilakukan? Harus dapat dengan tepat menentukan jadwal
kegiatan/pekerjaan ingin dilakukan.

Who: Siapakah yang akan terlibat dalam pelaksanaannya? Siapa yang menjadi
kelompok sasaran dari program tersebut? Mengapa orang-orang itu yang dipilih untuk
melaksanakan pekerjaan. bukan orang lain. Mengapa orang-orang itu yang menjdi
kelompok sasaran / penerima manfaat di bukan lainnya?

How: Bagaimana program/kegiatan itu akan dilakukan?

PERAN VISI DAN MISI


Salah satu bagian terpenting dari strategi perencanaan (baik perencanaan program maupun
perencanaan organisasi) adalah perumusan visi dan misi. Visi dan misi dimaksud bisa berupa
visi dan misi organisasi (yang sifatnya relatif parmanen), atau visi dan misi dari unit-unit
pelayanan di gereja, atau bahkan visi dan misi (tujuan) program tertentu. Visi dan misi dari
unit-unit pelayanan tidak lain adalah visi dan misi organisasi yang diterjemahkan di dalam
kondisi unik dari masing-masing unit pelayanan. Demikian pula, visi dan misi program
merupakan terjemahan praktis dari visi gereja/lembaga dalam operasional program atau
kegiatan-kegiatan demi mencapai visi lembaga/gereja.
Dari segi waktu, visi dan misi juga dapat dibedakan menjadi visi dan misi jangka panjang
(yaitu cita-cita ideal, atau mimpi-mimpi bersama jemaat yang ingin dicapai dengan jarak
waktu yang tak terbatas), visi & misi jangka pendek (biasanya antara 5-10 tahunan, atau
sering disesuaikan dengan periode kepengurusan dari presbiter), dan visi & misi jangka
pendek, yaitu bisa 100-an hari pertama, semesteran, tahunan, dan sejenisnya. Visi dan misi
jangka panjang dimaksudkan adalah visi dan misi organisasi. Visi dan misi jangka menengah
dan pendek haruslah merupakan terjemahan operasioanl terhadap visi dan misi organisasi
yang disesuaikan dengan pergumulan dan harapan yang yang ingin dicapai pada kurun waktu
tertentu.
Manfaat dan kegunaan Visi dan misi adalah:
1.
2.
3.
4.

Sebagai standar normatif untuk mengevaluasi tingkat kemajuan yang telah diraih.
Sebagai acuan untuk merumuskan program (terutama visi-visi jangka pendek).
Sebagai acuan (jangka pendek) untuk mengevaluasi tingkat prestasi atau keberhasilan dari
sebuah kepengurusan.
Sebagai radar yang membantu mengkonsolidasi semua aktifitas dan dinamika agar terarah
kepada titik tujuan.

TUJUAN PERENCANAAN
Setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan perlu melakukan perencanaan. Tanpa
perencanaan, mustahil tujuan dapat tercapai.

Albert Silalahi (1987: 167), menjelaskan bahwa tujuan perencanaan adalah sebagai berikut:
Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan (a way to
anticipate and offset change).
Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administrator-administrator maupun
non-administrator.
Perencanaan juga dapat menhindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-tindih dan
pemborosan (wasteful) pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan untuk
memudahkan pengawasan.
Sebuah Perencanaan disebut baik bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Memiliki tujuan yang jelas,


Bersifat sederhana (simple), dalam arti tidak muluk-muluk, sehingga tidak terlalu sulit dalam
pelaksanaannya,
Memuat analisis terhadap pekerjaan yang dikerjakan,
Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berubah sesuai perkembangan yang ada,
Memiliki keseimbangan, yaitu keselarasan tanggung jawab dan tujuan tiap bagian dalam
lembaga gereja/organisasi/perusahaan dengan tujuan akhir atau visi misi dari lembaga
Memiliki kesan bahwa segala sesuatu itu telah tersedia serta dapat digunakan secara efektif
dan berdaya guna.
Manfaat perencanaan dapat kita lihat seperti berikut ini:
Perencanaan dapat membuat pelaksanaan tugas menjadi tepat dan kegiatan tiap unit akan
terorganisasi menuju arah yang sama.
Perencanaan yang disusun berdasarkan penelitian yang akurat, diagnosis kebutuhan yang
tepat akan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan memberikan
manfaat maksimal.
Perencanaan memuat standar-standar atau batas-batas tindakan dan biaya sehingga
memudahkan pelaksanaan pengawasan.
Perencanaan dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan, sehingga
aparat pelaksana memiliki irama atau gerak dan pandangan yang sama untuk mencapai tujuan
perusahaan.

MODEL-MODEL PERENCANAAN

PRA

Need Assesment: dapat dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan, maupun


dengan melakukan diskusi mendalam. Tujuannya adalah untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan pelayanan dari kelompok sasaran, atau anggota jemaat yang
dilayani.

Focus Group Disscussion (FGD); biasanya dilakukan dengan membentuk kelompok


menurut tema yang ditentukan. Kelompok-kelompok di tingkat unit pelayanan
(berdasarkan wilayah, kolom, atau sektor maupun berdasarkan pengkategorian fungsi
seperti komsi-komsi dan sejnisnya) bertemu dan membahas secara intens kebutuhankebutuhan mereka. Hasil dari FGD inilah yang dijadikan sebagai dasar pembuatan
perencanaan program pelayanan.

Perencanaan Terpadu

Perencanaan Strategis

FUNGSI-FUNGSI PERENCANAAN (PLANNING)

Pemberi Arah; dengan perencanaan segala aktivitas dapat terarah kepada satu titik, yaitu
tujuan. Tujuan tidak lain dari jawaban atas masalah, atau pemenuhan atas kebutuhan.
Mengantisipasi Perubahan; dengan perencanaan dinamika perubahan yang dihadapi dapat
diantisipasi, bahkan dapat dikelola dengan baik. Lewat perencanaan telah diprediksi semua
kondisi yang berkemungkinan terjadi di masa depan sehingga dapat diantisipasi lebih awal.
Meminimalisir ketidakpastian; meski sejumlah kondisi ekstrim sekalipun dapat diprediksi,
namun selalu terbuka kemungkinan adanya ketidakpastian yang luput dari radar antisipasi.
Perencanaan membantu meminimalisirnya.
Menjamin koordinasi; koordinasi memiliki titik pijak atau peta untuk bergerak. Koordinasi
tidak lain dari rutinitas konsolidasi sumberdaya untuk memastikan semua dinamika dan
capaian sementara diarahkan ke titik koordinat.
Menciptakan standar bagi capaian; ewat perencanaan setiap capaian memiliki kadar
kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur jarak tempuh standar yag ditentukan untuk
dicapai pada setiap tahapan.
Menentukan titik tolak dan tujuan program. Tujuan sebagai sesuatu yang ingin dicapai,
yaitu sebagai sasaran, sedangkan perencanaan adalah alat untuk mencapai sasaran tersebut.
Setiap usaha yang baik memiliki titik tolak, landasan dan tujuan.
Memberikan pedoman, pegangan dan arah. Setiap lembaga, baik lembaga pemerintahan,
lembaga profit, maupun non profit seperti gereja membutuhkan perencanaan guna mencapai
suatu tujuan. Di sini perencanaan berfungsi sebagai pedoman, pegangan dan arahan dalam
melaksanakan program dan kegiatan.
Mencegah pemborosan waktu, tenaga dan material. Melalui perencanaan, pelaksanaan
program dan kegiatan-kegiatan dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Waktu,
tenaga, maupun fasilitas yang dimiliki dapat digunakan secara tepat, tanpa pemborosan yang
tidak perlu.
Memudahkan pengawasan. Dengan perencanaan (planning), mudah dipantau bila terjadi
penyelewengan karena ada pedoman dan patokan yang jelas.
Kemampuan evaluasi yang teratur. Planning dapat membantu kita mengetahui apakah
usaha yang kita lakukakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Dengan
adanya planning kita dapat melakukan evaluasi secara teratur.
Sebagai alat koordinasi. Perencanaan dalam suatu lembaga/gereja kadang juga kompleks,
karena dapat mencakup banyak bidang. Itulah sebabnya, tanpa koordinasi yang baik dapat
menimbulkan benturan-benturan yang tidak perlu atau tumpang tindih yang menyebabkan inefisiensi.

PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN

1. Menetapkan misi ( tujuan ) berdasarkan harapan dan visi masyarakat. Tentu saja
gereja/organisasi memiliki visi dan dalam membuat perencanaan pelayanan haruslah
mempertimbanhgkan harapan dan visi masyarakat yang dilayani atau kelompok
sasaran

2. Perencanaan berpijak pada visi misi dan tujuan umum. Ini disebabkan karena
perencanaan tidak lain adalah upaya untuk merealisasikan visi dan tujuan-tujuan.
3. Pemberian kewenangan pengambilan keputusan pada tingkat lokal (fungsi
pemberdayaan dan pembelajaran). Prinsip ini mengandaikan bahwa lewat programprogram yang dipersiapkan dapat menciptakan kader-kader pemimpin dari kelompok
sasaran yang kelas siap menjadi penanggungjawab program.
4. Pelibatan secara langsung sebanyak mungkin anggota masyarakat lokal. Dengan
prinsip ini diharapkan setiap program gereja yang hendak dilakukan dapat memberi
manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang.
5. Keterlibatan anggota masyarakat lokal dalam setiap tahap perencanaan. Prinsip ini
juga menunjuk pada aspek pemberdayaan dan pengkaderan. Dengan melibatkan
kelompok sasaran dalam perencanaan, tidak saja proses pembelajaran terdorong,
melainkan juga rasa memiliki (program) dibentuk.
6. Pengembangan saling belajar untuk meningkatkan efektifitas partisipasi. Setiap
program gereja hendaknya dapat mendorong semarangat saling belajar, saling sharing,
dan saling menguatkan.
7. Perencanaan hendaknya mempertimbangkan nilai-nilai lokal baik nilai budaya, nilai
moral, religius, maupun gabungan dari ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantap
akan memberikan motivasi yang kuat untuk menghasilkan rencana yang sebaikbaiknya;
8. Perencanaan hendaknya mempertimbangkan kondisi sosio-budaya masyarakat, baik
yang mendukung maupun menghambat pelaksanaan rencana nanti. Kondisi sosiobudaya tersebut misalnya sistem nilai, adat-istiadat, keyakinan, serta cita-cita.
Terhadap kondisi sosio-budaya yang mendukung pelaksanaan rencana, hendaknya
telah direncanakan cara memanfaatkan secara maksimal faktor pendukung itu.
Sedangkan terhadap kondisi sosio-budaya yang menghambat, hendaknya telah
direncanakan cara untuk mengantisipasinya dan menekannya menjadi sekecilkecilnya; dan
9.

Perencanaan yang baik harus realistis, dalam artian disesuaikan dcngan sumber daya dan
dana yang tersedia. Dalam hal sumber daya, hendaknya dipertimbangkan kuantitas maupun
kualitas manusia dan perangkat penunjangnya. Perencanaan sebaiknya tidak mengacu pada
sumber daya yang diperkirakan akan dapat disediakan, melainkan pada sumber daya dan
dana yang nyata ada;
10. Perencanaan harus dapat bersifat fleksibel. Meskipun berbagai hal yang terkait
dengan pelaksanaan rencana telah dipertimbangkan sebaik-baiknya, masih mungkin
terjadi hal-hal di luar perhitungan perencana ketika rancana itu dilaksanakan.
Prinsip-prinsip lainnya juga dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada rumusan isu dan permasalahan yang jelas;

2. Ada rumusan prioritas program sesuai dengan urgensi, kepentingan, dan dampak
terhadap pencapaian visi gereja/lembaga
3. Ada rumusan tujuan yang memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable,
Achievable, Result oriented, Time bound)
4. Ada rumusan alternatif strategi untuk pencapaian tujuan;
5. Ada rumusan kebijakan untuk masing-masing strategi;
6. Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan sumberdaya dan dana;
7. Ada tolok ukur dan target kinerja capaian program;
8. Ada pagu /rencana budget bagi program;
9. Ada kejelasan siapa bertanggungjawab untuk mencapai tujuan, sasaran, dan hasil,
serta waktu penyelesaian termasuk tinjau ulang kemanjuan pencapaian sasaran;
10. Ada kemampuan untuk menyesuaikan dari waktu ke waktu terhadap perkembangan
internal dan eksternal yang terjadi;
11. Ada evaluasi terhadap proses perencanaan yang dilakukan;
12. Ada instrumen, metodologi, pendekatan yang tepat digunakan untuk mendukung
proses perencanaan.

PERENCANAAN PROGRAM
Dalam merencanakan suatu program, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
Proses pembuatan program
Identifikasi program
Langkah-langkah dalam penyusunan rencana program
Penjadwalan rencana program

1.

Proses Pembuatan Program

Dalam proses pembuatan program dapat kita kemukakan sebagai berikut :


Berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-pertimbangan terhadap
perkembangan kegiatan.
Sasaran yang ingin dicapai harus jelas.
5W + H : What (Apa), Why (Kenapa), Who (Siapa), Where (Dimana), When (Kapan) dan
How (Bagaimana).

Harus dipertimbangkan kebijaksanaan organisasi.


Antara satu kegiatan dengan kegiatan yang saling mengisi dan berkaitan.
Tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai dengan perkembangan.
Mudah dipahami dan penafsiran harus sama oleh pelaksana kegiatan.
2. Identifikasi Program
Dari sekian banyak bidang atau seksi dalam perencanaan program harus diidentifikasi
menurut:
Bidang kegiatan
Jenis kegiatan
Sub.jenis kegiatan
Bentuk kegiatan
3. Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Rencana Program
Dalam merencanakan suatu rencana program beberapa langkah yang harus kita perhatikan,
yaitu:
Sasaran yang ingin dicapai harus diketahui dan ditetapkan.
Kumpulkan data atau informasi yang diperlukan.
Analisa data dan informasi terhadap sasaran atau permasalahan yang terjadi.
Identifikasi faktor-faktor apa saja yang akan menjadi penghambat dan penunjang.
Buat alternatif rencana program, dari masing-masing alternatif tersebut tetapkan yang terbaik.
Rencana program harus terperinci, yaitu terdiri dari waktu, pendanaan, pelaksanaan dan lainlain.
5.Penjadwalan Rencana Program
Penjadwalan program merupakan aspek penting dari suatu perencanaan program, karena
dalam suatu penjadwalan tersebut lebih memfokuskan kepada identifikasi terhadap sesuatu
yang harus atau ingin dilakukan, kapan untuk dimulai dan kapan harus selesai. Penjadwalan
ini sangat membantu dalam hal pelaksanaan, monitoring kegiatan, dan evaluasi suatu
program.
Dalam penjadwalan suatu rencana program beberapa hal harus kita pedomani:
Identifikasi seluruh kegiatan yang direncanakan.
Prioritaskan program.
Tentukan kegiatan yang telah dirinci.
Tentukan lama waktu dan waktu pelaksanaan.
Jadwal kegiatan disesuaikan dengan tahun anggaran
Evaluasi jadwal yang telah disusun.
Dari keempat hal tersebut diatas, walaupun perencanaan program yang disusun terlihat baik
dan rapi, dalam pelaksanaannya belum tentu demikian. Pemimpin atau pelaksana program
harus dapat memperkecil kendala-kendala yang datang baik dari dalam maupun dari luar

lembaga. Kendala yang datang dari dalam lembaga adalah kuranganya pengertian dan
pemahaman, kesadaran dan tanggung jawab, waktu dan pendanaan, pola manajemen.
Sedangkan yang datang dari luar seperti peraturan/ketentuan-ketentuan (birokrasi) yang
berlaku, faktor sosial, faktor politik dan faktor ekonomi.
Sama halnya dengan organisasi, gereja merupakan sistem yang kompleks dan multidimensi.
Itulah sebabnya dituntut kemampuan pengelolaan menghadapi dan mengatasi bermacam
tantangan, hambatan dan perubahan, baik dari dalam maupun dari luar.
Dalam menilai apakah suatu perencanaan efektif atau tidak, bisa dilihat dari manfaat hasil
yang dicapai apakah sesuai harapan, apakah sesuai sasaran atau target yang ditentukan,
apakah pemanfaatan anggarannya efektif dan efesien atau tidak, apakah sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan, dan sebagainya. Untuk pencapaiannya dibutuhkan monitoring dan
pengawasan yang intensif, baik sebelum, selama maupun sesudah kegiatan berlangsung.

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Dalam rangka peningkatan mutu pelaksanaan program dan pengembangan di lingkup internal
managemen, tuntutan kualitas dan kuantitas mutu program merupakan keharusan karena
penyelenggaraan pelaksanaan program dan pengembangan yang bermutu merupakan bagian
dari akuntabilitas. Akuntabilitas menggunakan prinsip-prinsip yang tidak memberi peluang
untuk merubah konsep dan implementasi perencanaan, baik perubahan terhadap program,
besaran dana pelaksanaan maupun sasaran. Akuntabilitas mampu membatasi ruang gerak
terjadinya perubahan dan pengulangan serta revisi perencanaan. Sebagai alat kontrol
akuntabilitas publik memberi kepastian pada aspek-aspek penting perencanaan, dan
pelaksanaan program serta pengembangan di lingkungan internal managemen MPS PP
Muhammadiyah.
Guna mencapai akuntabilitas terhadap penyelenggaraan pelaksanaan program dan
pengembangan di lingkup internal managemen kegiatan monitoring dan evaluasi sebagai
wahana kontrol dan pengendalian program mulai dari proses perencanaan, implementasi,
output dan outcome yang diharapkan. Oleh karena itu untuk mewujudkan akuntabilitas
pelaksanaan program dan pengembangan dibutuhkan adanya program monitoring dan
evaluasi dengan menggunakan suatu aturan, ukuran dan kriteria sebagai indikator
keberhasilan suatu pekerjaaan atau perencanaan.
Program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Akses Pelayanan Dasar Untuk Anak Jalanan dan
Masyarakat Pedesaan Korban Bencana dilaksanakan secara structural dengan melibatkan
MPS Muhammadiyah Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting serta dengan melibatkan
pemangku kepentingan lainnya sebagai salah satu bentuk pembinaan, pengendalian dan
control atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai melalui dana hibah, atau pendanaan lainnya
yang tidak mengikat.
Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu cara untuk mengetahui kekurangan,
kelemahan, dan kekuatan dalam segi perencanaan dan implementasi kegiatan / program. Oleh
karena itu dengan melihat besarnya kepentingan monitoring dan evaluasi, maka dipandang
perlu adanya satu pedoman yang menjadi panduan atau acuan bagi semua Tim Managemen di
lingkungan MPS PP Muhammadiyah untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam
Perencanaan, monitoring dan evaluasi suatu kegiatan. Dengan adanya pedoman ini
diharapkan tujuan dan hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dicapai
dengan baik.
1. 2.

Tujuan

Buku Panduan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi ini ditujukan bagi terealisasinya
program dalam:
1. membantu memberikan bahan perbaikan dan analisis dalam evaluasi managemen
sehingga tetap pada alur program yang sudah direncanakan.

2. Mendeteksi sedini mungkin kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bagi


penguatan program.
3. Memudahkan Tim monev dalam melaksanakan tugasnya di lapangan.
Pada dasarnya buku panduan ini dikhususkan untuk pelaksanaan program Peningkatan
Kualitas Hidup Dan Akses Pelayanan Dasar Untuk Anak Jalanan dan Masyarakat Pedesaan
Korban Bencana yang dilaksanakan oleh Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah
Kemitraan partnership. Namun tidak tertutup kemungkinan jika digunakan oleh pihak lain
yang focus garapannya sama.
1. 3.

Sasaran

2. Kesesuaian dari proses pelaksanaan proyek terhadap kesepakatan-kesepakatan yang


telah disepakati antara managemen proyek dengan petugas/pelaksana proyek.
Tercapainya suatu project didukung oleh struktur managemen yang mampu merencanakan,
pembagian jobs description, target capaian yang jelas dan pelaksanaan itu sendiri. Sehingga
dari kesesuaian ini perlu dibuat mekanisme kerja yang betul-betul matang. Pelaksana
kegiatan inilah yang akan menjadi target sasaran monitoring.
1. Proses pelaksanaan proyek.
Menggambarkan bagaimana kegiatan yang sedang berlangsung, ditandai dengan adanya
aktivitas rutin pelaksana program dan penerima manfaat. Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan tentunya dapat ditentukan dari bagaimana proses pelaksanaan proram berjalan
dengan baik. Sehingga perlu dijadikan sasaran monitoring untuk membantu managemen
dalam mengambil langkah-langkah berikutnya.
1. Dampak dari proyek
Setelah kegiatan selesai dilaksanakan dalam suatu project, penerima manfaat akan merasakan
adanya dampak perkembangan kearah kemajuan atau kemunduran. Jika adanya
perkembangan kearah kemajuan maka project tersebut boleh dikatakan berhasil, sedangkan
sebaliknya /kemunduran maka ada yang belum bias diterima oleh penerima manfaat.
1. 4.

Tugas dan fungsi

Tugas dan fungsi Tim monitoring dan Evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Membantu Program Officer/Program Manager dalam melaksanakan perencanaan
program kegiatan
2. Membantu meneliti dalam melaksanakan rencana kegiatan yang sudah dibuat
3. Membantu meningkatkan kualitas hasil capaian program
4. Membantu mencari penyelesaian masalah yang dihadapi

5. Membantu menunjukkan kelemahan dalam pelaksanaan program, bukan mencari


kesalahan dari pelaksana program
6. Membantu pelaksana program agar tetap berada dalam koridor etika mekanisme
program.
1. 5.

Keanggotaan/Tim monev

Ada dua bentuk keanggotaan/Tim monev:


1. Masuk dalam struktur managemen program
Bersama-sama dengan staf lain ikut andil dalam perencanaan, perumusan dan pelaksanaan
kegiatan yang diatur sesuai dengan mekanisme managemen yang telah disepakati.
1. Terpisah dari struktur managemen/independen
Tim monev ini akan melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh tm
managemen program, serta tidak berhak dalam menyusun/merumuskan program. Dalam hal
ini hanya sebatas memberikan laporan monev dan rekomendasi sesuai dengan kontrak kerja
yang disepakati.
Untuk Petugas Monev akan ditentukan langsung oleh Koordinator Tim Monev dengan
memperhatikan (managemen pusat & MPS PP Muhammadiyah).
Maka dalam pelaksanaan program Peningkatan Kualitas Hidup Dan Akses Pelayanan Dasar
Untuk Anak Jalanan dan Masyarakat Pedesaan Korban Bencana Tim Monev masuk dalam
struktur managemen program.
1. 6.

Anggaran

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya seluruh kebutuhan Tim Monev dibebankan kepada
anggaran operasional managemen yang telah disusun oleh finance officer, dengan terlebih
dahulu memberikan surat pengajuan monitoring yang dilampirkan dengan jadwal kegiatan
monitoring.
1. 7.

Landasan

Surat keputusan pengangkatan dan Mekanisme Kerja Monitoring Evaluasi yang telah
disepakati.
1. 8.

Target Output

2. Mengidentifikasi/monitoring sumber hambatan atau masalah sesegera mungkin


3. Memacu pelaksanaan kegiatan yang terlambat dari rencana
4. Melakukan pemantauan kegiatan-kegiatan pelaksanaan program dan pengembangan
yang output nya tidak jelas

5. Memberikan rekomendasi tentang kelanjutan/pemberhentian kegiatan.


6. Mengidentifikasi kegiatan pelaksanaan program yang memiliki potensi menjadi
kegiatan unggulan/success story
BAB II
Perencanaan dan Monitoring Kegiatan
2.3 Perencanaan
Untuk merencanakan sebuah kegiatan disusun oleh managemen pusat berdasar pada analisis
masalah yang ada, kemudian dilakukan survey lapangan untuk memastikan bahwa penerima
manfaat program benar-benar membutuhkannya. Sedangkan dalam perencanaan monitoring,
langkah awal dibuat dahulu panduannya mengacu pada logframe yang sudah dibuat, sehingga
memudahkan bagi petugas monev dalam menjalankan tugasnya.
2.3.1

Indikator kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
sasaran atau tujuan yang ditetapkan berdasarkan output dan outcome.
Fungsi indikator kinerja adalah :
1. Memperjelas apa, berapa dan bagaimana kemajuan pelaksanaan kegiatan/program dan
kebijakan
2. Menciptakan kesepakatan yang dibangun oleh berbagai pihak terkait.
3. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja.
4. Merupakan ukuran keberhasilan (akuntabilitas) Satuan Kerja dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya.
Dalam menggambarkan tingkat pencapaian suatu tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan,
maka dirumuskan indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif kinerja yang dicapai
dalam lingkup Tim Managemen pusat MPS PP Muhammadiyah. Indikator ini terdiri dari
indikator input, keluaran dan hasil. Indikator input mengukur sumber daya yang digunakan
Tim Managemen dalam menjalankan tugas-tugasnya meliputi anggaran dan sumber daya
manusia (SDM). Indikator kinerja untuk mengukur capaian dalam kurun waktu tertentu,
terdiri dari indikator kinerja output dan indikator kinerja outcome. Sesuai panduan, indikator
ini dikelompokkan berdasarkan 2 (dua) dimensi: dimensi akademis dan dimensi output.
Untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam melaksanakan program, maka ditetapkan
Indikator Kinerja Tim Managemen, yang merupakan alat untuk mengukur kemajuan hasil
pelaksanaan program dalam mencapai Sasaran dan Tujuan. Indikator Kinerja ini digunakan
untuk membantu dalam mengevaluasi kemajuan kearah tujuan atau strategic direction dari
organisasi. Untuk mengukur capaian outcome dari berbagai program/kegiatan, maka

ditetapkan indikator bagi setiap program/kegiatan, yang menjadi acuan bagi dalam
mengevaluasi dan mengukur kemajuan kegiatan. Indikator Kinerja Tim Managemen dibuat
dalam kurun waktu pelaksanaan program dan memuat hal-hal sebagai berikut:
1)

Catatan proporsional personal kerja dalam jabatannya

2)

Jumlah Tim Managemen pusat dan daerah

3)

Jumlah hasil kinerja yang dicapai

4)

Jumlah kerja sama dengan Tim lain

5)

Frekuensi interaksi dan jumlah keikutsertaan dalam aktivitas pertemuan kegiatan.

6)

Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan yang berkualitas dan akuntabel

7)
Status pengelolaan administrasi keuangan dan inventaris Satuan Kerja Managemen
yang tertib dan taat azas
Dari 7 (tujuh) Indikator Kinerja diatas, yang akan di monitor dan evaluasi oleh Tim
Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi meliputi :
1)

Jumlah hasil kinerja yang dicapai

2)

Jumlah kerja sama dengan Tim lain

3)

Frekuensi interaksi dan jumlah keikutsertaan dalam aktivitas pertemuan kegiatan.

4)

Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan yang berkualitas dan akuntabel

5)
Status pengelolaan administrasi keuangan dan inventaris Satuan Kerja Managemen
yang tertib dan taat azas
2.3.2

Beban kerja Monitoring Kegiatan

Beban kerja monitoring kegiatan disesuaikan dengan kegiatan yang sudah disusun oleh
masing-masing koordinator program serta kebutuhan managemen.
2.4 Monitoring
Kegiatan monitoring bertujuan untuk memantau suatu kegiatan penelitian dan pengembangan
dalam pencapaian sasaran. Kegiatan monitoring meliputi mekanisme monitoring, fokus
monitoring, acuan monitoring, jadwal monitoring
Sebelum menguraikan satu persatu tentang kegiatan monitoring, maka terlebih dahulu akan
dijelaskan apa sebetulnya monitoring dan evaluasi itu?, lebih jelasnya akan diuraikan sebagai
berikut;

Monitoring adalah pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis untuk melihat
kemajuan dari suatu project

Monitoring bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari sebuah project
atau organisasi.

Monitoring berdasarkan target dan kegiatan yang telah direncanakan selama proses
pekerjaaan berlangsung.

Monitoring dapat membantu pekerjaan tercatat dalam jalurnya, dan managemen


mudah mengetahui suatu kesalahan dalam pekerjaan.

Monitoring memungkinkan anda untuk menentukan sumber mana yang tersedia


dengan cukup baik dan dapat digunakan, dan juga kapasitas yang mencukupi dan
sesuai, sehingga anda dapat melakukan apa yang telah anda rencanakan.

Answers WHAT, WHO, WHEN, HOW MUCH


Monitoring mencakup;

Menenetukan indikator dari efficiency, effectiveness dan impact;

Merencanakan sistem untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan


indikator;

Mengumpulkan dan mencatat informasi;

Menganalisa informasi;

Menggunakan informasi untuk menginformasikan day-to-day managemen

Monitoring adalah suatu fungsi internal dalam suatu projet atau organisasi
Siapa yang seharusnya terlibat?

Setiap orang yang terlibat dalam organisasi atau program

Petugas administrasi rapat bertanggung jawab mempersiapkan distribusikan absensi

Petugas lapangan menulis laporan kunjungan tentang lapangan

Petugas pencatatat bertanggung jawab untuk mencatat semua pengeluaran dan


pemasukkan

Mekanisme Monitoring
Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada. Untuk monitoring di tingkat lapangan dapat dilakukan dengan cara

diskusi langsung secara intensif bersama para stakeholder yang terlibat dalam kegiatan, atau
dengan presentasi setiap kegiatan oleh penerima manfaat pada waktu yang disepakati.
Sedangkan untuk monitoring yang dilakukan oleh Tim pelaksana program akan dilakukan
dengan cara presentasi dan dilanjutkan dengan kunjungan ke lapangan.
Fokus Monitoring
Dalam pelaksanaannya monitoring di tingkat lokal maupun tingkat managemen pusat akan di
fokuskan pada :

INPUT

PROSES
: Metoda, Waktu Pelaksanaan, Ketepatan pelayanan pemberdayaan
masyarakat, perencanaan kerja.

OUTPUT

: Pendanaan, SDM, Peralatan

: Lapangan usaha, success story, Networking

Acuan Monitoring
Dalam pelaksanaan monitoring mengacu pada :
1)

Kegiatan

2)

Rencana Kinerja Masa Program

3)

Penetapan Kinerja

4)

Term of Reference (TOR) / Kerangka Acuan Kerja / Logframe

5)

Laporan Kemajuan Kegiatan

6)

Hasil monitoring pendamping program

7)

Self Assesment

Waktu Pelaksanaan Monitoring


Pelaksanaan monitoring di tingkat managemen lokal dilakukan secara intensif setiap minggu,
sedangkan untuk tingkat managemen pusat dilakukan dalam setiap pelaksanaan kegiatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
BAB III
Evaluasi Kegiatan

Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran capaian kinerja selama tahun berjalan,
yang berkontribusi terhadap capaian outcome yang ditetapkan dalam Rencana Strategi
(Renstra). Capaian kinerja output dan outcome diukur dengan menggunakan berbagai
indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra tersebut. Keseluruhan capaian kinerja
merupakan ukuran keberhasilan managemen program dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya.
Evaluasi kinerja dimaksudkan untuk menelaah apakah capaian kinerja output serta capaian
kinerja outcome kumulatif sesuai dengan yang direncanakan. Evaluasi capaian kinerja
dilakukan antara lain dengan analisis membandingkan antara apa yang direncanakan dengan
apa yang dihasilkan, disertai dengan tingkat capaian dalam ukuran kuantitatif yang tertera
dalam penetapan indikator yang terdiri dari indikator input dan indikator output.
Evaluasi adalah perbandingan dari actual project dengan perencanaan strategi yang telah
disepakati

Evaluasi dapat memperlihatkan penjabaran yang dilakukan, dan apa yang telah
diselesaikan dan bagaimana menyelesaikannya

Evaluasi dapat secara formativedapat dilakukan selama project atau organisasi


berlangsung, dengan menitikberatkan pada peningkatan strategi atau cara dengan
mengetahui fungsi sebuah project atau organisasi.

Evaluasi dapat juga secara summativepenggambaran pembelajaran dari sebuah


project yang lengkap atau organisasi yang sudah lama tidak berfungsi.

Answers WHAT HAPPENED, WHY, and WAS IT WORTH IT

Evaluasi mencakup..;

Memperlihatkan pada program atau acuan organisasi apa perbedaan yang ingin
dibuat? Apa dampak yang ingin dihasilkan?

Memperlihatkan dan mengkaji kemajuan program atau organisasi yang ingin


didapatkan sebagai target/ dampak.

Memperlihatkan startegi program/ organisasi Sudahkah memiliki strategi? Seberapa


efektif strategi tersebut? Apakah stategi tersebut berguna? Jika tidak, mengapa tidak?

Memperlihatkan bagaimana hal tersebut bekerja. Adakah menggunakan sumber yang


efisien? Bagaimana keberlanjutan kerja program atau organisasi? Nagaimana
pelaksanaan untuk berbagai stakeholder dana cara kerja organisasi mereka

Dalam evaluasi. Kita dapat melihat efisiensi, efektifitas dan juga dampak.
Monitoring dan evaluasi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, namun bukan berarti sama.
Apa perbedaan diantara keduanya? Mengapa harus melakukan monitoring dan evaluasi?,
berikut akan diuraikan;
Apa yang dimaksud dengan Monitoring dan Evaluasi?
Kata dari monitoring dan evaluasi cenderung mengarahkan bagaimana melaksanakan
monitoring dan evaluasi tersebut secara bersamaan sebagai salah satu kesatuan, kenyataannya
bahwa monitoring dan evaluasi adalah dua hal yang berbeda dalam suatu kegiatan organisasi,
yang berhubungan tetapi tidak sama.
Apakah Perbedaan Umum dari Monitoring dan Evaluasi?
M&E mengacu pada pembelajaran dari apa yang telah dilakukan dan bagaimana anda
melakukannya dengan berfokus pada:
Efficiency-memperlihatkan suatu input (misalnya uang, waktu, satf, peralatan) dari pekerjaan
yang sesuai dengan output

Effectiveness-pengukuran kemajuan dari suatu program atau project yang dicapai


dari tujuan khusus yang telah direncanakan.

Impactmemperlihatkan bagaimana anda dapat membuat suatu pembedaan untuk


mengatasi kondisi permasalahan yang telah diusahakan, dengan kata lain, apakah
strategi anda bermanfaat?

Mengapa harus melakukan Monitoring dan Evaluation?

Membantu untuk mengidentifikasi suatu masalah dan penyebab;

Mengarahkan solusi yang mungkin dapat mengatsai suatu permasalahan;

Menimbulkan pertanyaan tentang asumsi dan strategi;

Mendorong anda untuk merefleksikan bagaimana anda melakukan dan bagaimana


anda mencapainya;

Menyediakan anda dengan informasi dan cara pandang;

Mendorong anda untuk beraksi dengan informasi dan cara pandang yang telah
didapatkan;

Meningkatkan kesempatan/kemampuan anda untuk dapat membuat pengembangan positif


dengan cara yang berbeda
Perencanaan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluation harus menjadi bagian dari proses perencanaan anda. Akan
sangat sulit untuk kembali dan merencanakan sistem monitoring dan evaluasi adalah
satu hal yang dapat mulai untuk dilaksanakan

Anda perlu memulai pertemuan untuk berbagi informasi tentang kinerja dan
hubungannya dengan target pada saat dimulai

Informasi utama pada saat pertemuan haruslah kondisi kenyataannya, pada saat
dilaksanaannya asesmen/ kajian awal
Bagaimana kita mendapatkan informasi?
Menggunakan cara yang simple dan mudah untuk mengumpulkan informasi. Mengumpulkan
hal yang mungkin dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi

Alat-alat yang biasa digunakan:

Studi Kasus

Observasi

Diary/ catatan harian

Mencatat and menganalisa peristiwa penting (disebut Analisis kejadian penting)

Pertanyaan berstruktur/ kuesioner

Interview/ wawancara satu per satu

Diskusi kelompok

Survey sample

Sistem review data statistik yang mendukung

3.1.6

Kriteria penilaian

a. Indikator Input
Indikator input terdiri dari dana, sumber daya manusia dan sarana/prasarana yang
dipergunakan dalam menjalankan kegiatan. Evaluasi/penilaian atas capaian kinerja input
dilakukan dengan melihat realisasi dana yang terserap, ketersediaan sumber daya manusia
yang terlibat dan ketersediaan sarana/prasarana.
Pada pelaksanaan ini, dengan adanya sumber dana yang memadai, adanya SDM dengan
kualifikasi yag sesuai serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang tersedia, diharapkan

suatu kegiatan akan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang diperkirakan. Oleh karena
itu pada evaluasi indikator input ini memiliki bobot yang cukup besar.
b. Indikator Proses
Indikator Proses ini terdiri dari :
1)

Metoda

: Kesesuaian penggunaan metode /proses/langkah

kegiatan dalam mencapai tujuan/sasaran


2)

Waktu pelaksanaan: Kesesuaian waktu pelaksanaan dari rencana

3)

Keterpaduan

: Keterkaitan dan keterpaduan rencana kerja dengan

pelaksanaan
4)

Kalender Harian

: Pencatatan setiap rencana kegiatan (chek list)

Pada evaluasi indikator proses ini pelaksanaan kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan baik
apabila metode penyampaian yang digunakan adalah benar, dan memiliki keterpaduan
dengan rencana kerja, sehingga waktu pelaksanaan akan sesuai dengan jadwal yang
direncanakan, serta kegiatan yang dilakukan dan data yang diperoleh tercatat di dalam
Kalender harian.
c. Indikator Ouput
Evaluasi/Penilaian atas capaian kinerja output dilakukan dengan melihat output dari kegiatan
yang tercantum dalam Indikator Kinerja
Indikator output ini teridiri dari :

Adanya barang yang digunakan dalam setiap praktek kegiatan

Terselenggaranya setiap kegiatan yang sudah direncanakan Laporan keberhasilan


oleh setiap pendamping

Networking : jaringan yang dirintis, misal dg Pemda, UMKM, Industri, dan


stakeholders lain

Pada evaluasi indikator output tercapai, dengan asumsi bahwa kegiatan sedang dilaksanakan
dengan baik menggunakan metode kegiatan yang benar, berdasarkan rencana kerja yang
tepat, sesuai dengan jadwal yang direncanakan, dan tercatat di dalam kalender harian.
Sehingga pada tahap ini potensi output dapat terlihat walaupun belum terealisasi.
3.1.7

penilaian kegiatan

Penilaian didasarkan atas total hasil penilaian berbobot terhadap kriteria-kriteria yang dinilai
pada setiap kategori. Pembobotan diberikan sesuai dengan nilai penting kriteria di dalam
masing-masing kategori. Besaran penilaian adalah:
A = Baik sekali (>= 800)
B = Baik (700-799)
C = Cukup (600-699)
D = Kurang (<= 600)
3.1.8

penghargaan

Dalam rangka peningkatan mutu kegiatan, Managemen Pusat perlu membangun atmosfer
pelaksanaan kegiatan yang bermutu. Paradigma yang dikembangkan adalah penelitian
bertaraf internasional, berpotensi paten, kolaboratif dan pengabdian dengan pendekatan
multidisipliner. Untuk itu, managemen pusat perlu pemberian Penghargaan yang
dianugerahkan setiap evaluasi managemen dalam rangkaian acara Rapat Kerja managemen
pusat dan lokal.
Peningkatan mutu kegiatan ini akan memberi kontribusi signifikan pada pengembangan visi
managemen pusat. Karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan peran serta para
pelaksana/pendamping perlu diperhatikan.
Program pemberian Penghargaan ini diharapkan dapat memberikan apresiasi kepada para
pendamping program dilingkungan Muhammadiyah. Aktivitas para pendamping serta
kontribusi dan implementasi hasil-hasil pelaksanaan kegiatannya di masyarakat amat disadari
akan menjadi benchmark bagi MPS PP Muhammadiyah. Kegiatan yang telah, sedang dan
akan dilakukan diharapkan mampu memberikan insentif positif bagi kemajuan tarap hidup
masyarakat, peningkatan kualitas dan kompetensi keterampilan usaha di tingkat lokal dan
mampu mendorong pembangunan yang memakmurkan dan mensejahterakan bangsa dan
negara Indonesia.
Penghargaan diberikan kepada perseorangan atau kelompok yang dinilai sangat aktif dan
berjasa besar dalam mensukseskan program di lapangan .
Penghargaan yang diberikan dapat berbentuk sertifikat dan insentif pembinaan atau
penghargaan lain yang layak.

a. Kriteria Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Terbaik


Dalam menentukan pelaksanaan kegiatan terbaik didasarkan pada beberapa aspek yaitu :
1)

Aspek Kegiatan pemberdayaan yang (innovative)

2)

Aspek manfaat secara berarti bagi peningkatan kesejahteraan

3)

Aspek Loyalitas dalam mendampingi pelaksanaan program

4)

Aspek kesesuaian dengan perencanaan,

b. Ketentuan Penilaian
Penilaian di atas didasarkan atas total hasil penilaian berbobot terhadap kriteria-kriteria yang
dinilai pada setiap kategori (seperti terlihat pada tabel di bawah).
Tabel. Kriteria Penelitian Terbaik

No

1
2
3
4
5
7
8
3.1.9

Kriteria Kategori Penelitian Terbaik

Aspek inovatif
Kehadiran dalam pelaksanaan kegiatan
Output yang dihasilkan
Manfaat bagi masyarakat
Penerapan di masyarakat
Kesesuaian dengan perencanaan
Dampak ekonomis

Bobot
(%)

Skor
Nilai
(1, 3, 7, 9)

15
15
20
10
15
10
15

Sanksi

Sanksi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok pelaksana
kegiatan, karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku. Sanksi
dikenakan terhadap suatu pelanggaran dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai
adanya aturan yang harus diikuti serta memberi peringatan terhadap tindakan yang salah.
Sanksi menjadi peringatan untuk mendidik dan tidak hanya berlaku bagi pelaksana kegiatan
yang melanggar, melainkan managemen pusat dan lokal yang memilki hak dan kewajiban
yang sama terhadap peraturan yang berlaku.
Dengan diberikannya sanksi, diharapkan tidak terjadi lagi pelanggaran yang dilakukan oleh
yang bersangkutan. Pengulangan pelanggaran, baik yang telah dilakukan sendiri maupun
yang telah dilakukan oleh orang lain, dapat dikenakan sanksi yang lebih berat.
a. Jenis Sanksi
Jenis sanksi yang dijatuhkan tergantung dari jenis kesalahan atau pelanggaran yang
dilakukan. Sanksi dikategorikan berdasarkan urutan dari yang paling ringan sampai yang
paling berat.
Sanksi administratif terdiri dari:
a. Teguran (lisan)

b. Surat Peringatan (tertulis) 1 sampai 2


c. Surat Peringatan (tertulis) 3 (Pemberhentian kerja)
b. Prosedur Pemberian Sanksi
Mengenai terjadinya pelanggaran terhadap peraturan, tata tertib, atau norma yang berlaku,
baik secara lisan maupun tertulis dilakukan dengan pemeriksaan, penelitian, dan evaluasi
terhadap laporan tersebut dalam rapat pimpinan program dilengkapi dengan bukti-bukti,
selanjutnya diberikan sanksi yang dilakukan oleh pimpinan program.
3.1.10

Pembuatan Laporan

Yaitu penyusunan laporan yang dilakukan Tim Monev atas laporan-laporan dari petugas
monitoring, kemudian di evaluasi dengan format scoring dan disampaikan dalam format
bagan presentasi. Jadi laporan yang disampaikan selain dalam bentuk naratif juga presentasi
skoring kemudian diserahkan kepada managemen proyek ditingkat pusat.
BAB IV
Penutup
Demikian buku panduan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi program ini kami buat untuk
dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kualitas hidup dan akses
pelayanan dasar untuk anak jalanan dan masyarakat pedesaan korban bencana. Dan tidak
menutup kemungkinan panduan ini dapat dijadikan acuan untuk program yang lain.
Lampiran

format monitoring dan evaluasi

Frmat Laporan

Anda mungkin juga menyukai