Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Ciptaan dan Refleksi Hak Moral

Hukum mengakui, hak cipta lahir sejak saat ciptaan selesai di wujudkan. Pengertian
diwujudkan mengandung makna dapat dibaca, di dengar atau di lihat sesuai dengan bentuk ciptaan.
Ini yang disyaratkan dalam kriteria fiksasi atau fixation. Ciptaan, sebagaimana di tegaskan dalam
pasal 1 angka 3 UU Hak Cipta 2002 adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra.1

Dalam UU Hak Cipta 1982 jo. 1987 jo. 1997 yang pernah berlaku sebelum di syaratkan
adanya bentukyang khas yang merupakan kriteria yang menunjukan pada ekspresi atau hasil akhir
dari proses penciptaan. UU Hak Cipta 2002 tidak mengatur persyaratan serperti itu. Khususnya
mengenai syarat keaslian atau originality, hal itu menunjukan pada kriteria teknis yang lazim
mengacu pada perbandingan dengan ciptaan lain yang telah ada terlebih dahulu.

Ciptaan adalah setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam lapangan ilmu , seni dan
sastra (pasal 1 butir c).2

1. Kriteria Orsinal dan Refleksi Personal Pencipta


Kriteria orsinal sesungguhnya tidak mensyaratkan adanya kualitas keaslian yang
akurat. Prinsipnya jelas bahwa suatu ciptaan boleh sama dengan ciptaan lainnya. Orsinal
juga tidak harus barang atau khas. Ciptaan orsinal adalah ciptaan yang dihasilkan oleh atau
boleh dari diri pencipta sendiri. Artinya, berdasarkan kreativitas pencipta sekaligus
menunjukkan adanya hubungan moral antara pencipta dengan ciptaannya. Kreativitas
menjadi faktor penentu yang memberi ciptaan refleksi kepribadian penciptanya. Dengan kata
lain, dalam sebuah ciptaan tercermin karakter penciptanya. Sebaliknya karakter sebuah
ciptaan merupakan refleksi kreativitas pribadi penciptanya. Dengan demikian merupakan
refleksi Hak Moral pencipta pula yang tidak boleh di ciptakan baik melalui tindakan
perusakan atau pemotongan ciptaan melalui tindakan distortif lainnya yang dapat
mengganggu pribadi dan hakmoral yang melekat pada penciptanya.
2. Kualifikai Sebagai Ciptaan
Harus diakui, penerapan tes orisinalitas memang tidak mudah dan sederhana. Selain
bernuansa teoretis, pokok kesulitannya menyangkut aspek legal sekaligus teknis. Tes
orisinalitas juga terkait dengan penilaian awal yang lebih fundamental mengenai kualifikasi
ciptaan, yaitu dengan pertanyaan mengenai apakah suatu karya cipta dapat kualifikasi
sebagai ciptaan. Misalnya, batik, karawitan, kolase, program komputer dan database.

1
. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Dr. Henri Soelistyo. SH. LL. M. Hlm. 51
2
. Hukum Bisnis Suatu Pengantar. Teori dan Aplikasi Dalam Bisnis Modern. Dr. Muhammad Rizal, S. H., M. H.
Hlm. 184.
Apakah karya seperti itu merupakan ciptaan sebagaimana diamaksud dalam konsepsi Hak
Cipta?
Sebagaimana telah dikutip sebelumnya, UU Hak Cipta 2002 memberika batasan
pengertian ciptaan secara kategoris, yaitu hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan
keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
3. Lingkup dan Jenis-Jenis Ciptaan yang Dilindungi Hak Cipta
Mengikuti konsepsi pengaturan konversi Bern, UU hak cipta 2002 menegaskan
bahwa ciptaan adalah setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan
ilmu pengetahuan, seni atau sastra.3
Sejauh menyangkut kriteria keaslian hal itu telah dibahas dalam konsep orisinalitas.
Selebihnya, perlu di ulas ciptaan yang di lindungi H ak Cipta yang menjangkau ketiga
bidang ciptaan diatas. Dalam kaitan ini, ketentuan pasal 12sesungguhnya menyiratkan
lingkup ciptaan dalam urusan jenis-jenis ciptaan sesuai dengan kelompok bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastar. Yang termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan adalah
ciptaan buku, program komuter, pamflet, perwajahan lay out karya tulis yang diterbitkan dan
semua hasil karya tulis lain. Disamping itu, ciptaan yang berupa ceramah, kuliah, pidato dan
ciptaan lain yang senis dengan itu. Selebihnya, alat perada yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Selain ciptaan yang dapat dilindungan undang-undang, juga ciptaan yang tidak
dilindungi oleh undang-undang. Artinya setiap orang boleh dan bebas mengumumkan atau
memperbanyak cipaan tersebut untuk keperleuan apa saja, karena ciptaan tersebut bukan
merupakan ciptaan pribadi seseorang melainkan ciptaan kualitas sebagai seseorang pejabat
yan diakui oleh negara. Ciptaan-ciptaan yang tidak diakui tersebut adalah;4
Hasil rapat terbuka embaga tertinggi negara dan lembaga tinggi negara serta
lembaga konstitusional lainnya
Peraturan perundan-undangan
Putusan pengadilan dan penetapan Hakim
Pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah
Keputusan badan arbitrase, keputusan mahkamah pelayaran, keputusan panitia
penyelesaian perselisaihan perburuhan, keputusan badan urusan piutang negara, dan
lain-lain.

Hak Cipta ini adalah suatu hak eksklusif/ khusus bagi si pencipta. Hak ini tidak dimintakan
kepada pemerintah, tetapi begitu seseorang menciptakan harus di umumkan dan namanya di
cantumkan pada ciptaan itu (tidak atas permintaan tetapi dengan sendirinya), agar orang tersebut

3
. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Dr. Henry Soelistyo, SH. LL. M. Hlm. 61.
4
. aspek Hukum Dalam Bisnis. Richard Burton Simatupang. S. H. Hlm. 69
mempunyai hak eksklusif dan dilindungi oleh hukum. Sebab kalau tidak di umumkan, tidak bisa
mendapat eksklusif.

B. Pencipta dan Kepemilikan Hak Cipta

1. Pengertian pencipta dan siapa yang dianggap sebagai pencipta

Secara singkat pemahaman awal akan menyatakan bahwa pencipta adalah orang yang
menghasilkan ciptaan. Dengan menggunakan contoh ciptaan, Pengertian mengenai siapa pencipta
dapat dengan mudah dipahami.

Namun dalam praktiknya, tidak mudah menentukan siapa yang dimaksud dengan pencipta.
Beberapa bentuk ciptaan dan proses pembuatan penciptaan memerlukan penegasan dalam norma-
norma tersendiri. Misalnya siapa yang dimaksud sebagai pencipta karya film. Siapa pula pencipta
sampul atau cover buku atau atau perwajahan karya tulis atau typographical arrangement yang
diterbitkan. Siapa pencipta jingle iklan, advertensi dan poster-poster promosi? Sungguh tidak mudah
untuk menentukan.5

Per definisi, yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang
secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan
bersifat pribadi.

Adapun variannya, meliputi orang yang merancang ciptaan, tetapi diwujudkan oleh orang
lain dibawah pimpinan atau pengawasannya. Demikian pula orang memesan suatu ciptaan baik
dalam hubungan dinas maupun hubungan kerja biasa. Selanjutnya, jika suatu badan hukum
mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari padanya dengan tidak baik menyebut seseorang sebagai
penciptanya, maka badan hukum tersebut dianaggap penciptanya. Ketentuan-ketentuan seperti itu
tidak berlaku apa bila dapat dibuktikan kenyataan yang sebaliknya.

Sebagaimanana disinggung diatas, masalah penentuan mengenai siapa yang dimaksud


sebagai pencipta lebih di rujukkan pada pedoman yang tertulis secara formal. Ini berarti, diluar itu
perlu di beri rambu atau arahan bagi pembuktiannya. Misalnya, apabila terjadi sengketa mengenai
kepemilikan Hak Cipta, maka yangpertama-tama yang digunakan sebagai rujukkan adalah orang
yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan atau namanya yang disebut dalam ciptaan. Yang
juga menjadi rujukan adalah orang yang namanyadi umumkan sebagai pencipta. Apa bila pengadilan

5
. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Dr. Henry Soelistyo, SH. LL. M. Hlm. 64
memperoleh bukti sebaliknya, maka anggapan hukum itu dianggap gugur. Yang berlaku adalah
putusan pengadilan.

Selanjutnya dalam hal ciptaan terddiri dari beberapa bagian yang menetapkan norma sebagai
berikut:

Jika suatu ciptaan terbagi atas beberapa bagian tersendiri yang dicptakan oleh dua orang
atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yan memimpin serta mengawasi penyelesaian
seluruh ciptaan itu, atu dalam hal tidak ada orang tersebut yang dianggap sebagai pencipta adalah
orang yang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi Hak Cipta masing-masing atas bagian
ciptaannya itu.

2. Badan Hukum Sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta

Khusus mengenai ciptaan yang dimilikai oleh badan hukum. Telah memberi rumusan
sebagai berikut:

Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berupa dari padanya dengan tidak
menyebutkan seseorang sebagai pencipta badan hukum tersebut di anggap sebagai penciptanya,
kecuali terbukti sebaliknya.

karena tidak ada penjelasan mengenai ketentuan ini, maka pemahamannya sangat terbatas.
Intinya, ketentuan ini mengakui bahwa dapat di beri status dan bertindak sebagai pencipta. Arhan
hanya untuk menegaskan status dan keberadaan ciptaan dalam hal tak ada seorang pun yang
dinyatakan sebagai penciptanya. Ini berarti, bila pengakuan atau pernyataan seseorang yang
mengakui sebagai pencipta, maka anggapan hukum seperti itu tidak berlaku.

3.Pencipta yang tidak Diketahui dan Negara Sebagai Pemegang Hak Cipta

Sejauh ini, Undang-Undang tidak mewajibkan pencipta untuk menampilkan identitas dirinya
dalam ciptaan. Undan-Undang hanya mewajibkan agar Hak Moral pencipta dihormati dan di hargai,
utamanya hak untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan. Ketentuan ini sama sekali tidak mengurai
hak pencipta untuk meniadakan namanya dan hanya menampilkan identitas lain, misalnya, nama
samarannya. Bila peniadaan nama tersebut memang suatu kesengajan atas permintaan pencipta,
maka akan menutup kemungkinan bagi pihak ketiga mendapatkan akses untuk meminta lisensi,
bilamana ia berminat mengeksploitasi ciptaan itu.

Patut dicatat bahwa terhadap berbagai kemungkinan permasalahan di atas, undang-undang


hanya memberi pedoman dalam dua pasal, yaitu pasal 10 dan pasal 11. Rumusan pasal 10
selengkapnya adalah sebagai berikut.
1) Negara pemegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan budaya
nasional lainnya.
2) Negara memegang Hak Cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi
milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, krajinan
tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya.
3) Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut pada ayat (2), orang
yang bukan warga Negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari
instansi yang terkait dalam masalah tersebut.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang di pegang oleh Negara
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, diatur dengan aturan pemerintah.

4. Konsepsi Kepemilikan Hak Cipta


a. Authorship dan ownership

Kepemilikan hak cipta, sebagai hak kebendaan di bedakan secara teoretis dalam dua
konsep hak. Yang pertammenyangkut hal yang terkait dengan pencipta atau authorship dan
yang kedua menyangkut hak yang terkait dengan ciptaan atau ownership. Pemisahan kedua
hak tersebut di dasarkan pada pemahaman atas sifat hak cipta yang merupakan hak atas
kekayaan atau kepemilikan kebendaan yang tidak berwujud.

b. Lisensi pengguaan hak cipta


Dalam praktik, pencipta atau pemegang hak cipta memeiliki beberapa pilihan
dalam mengeksploitasi ciptaannya. Diantaranya, dengan memberi izin atau lisensi pada
pihak lain untuk memanfaatkan seluruh atau sebagian dari ciptaannya. Lisensi seperti itu
harus di tuangkan dalam kontrak yang jelas dan tegas. Misalnya ada beberapa exclusive
license atau non exclisive license. Kedua format kontrak tersebut mempunyai makna
keterikatan yang berbeda, terutama mengenai hak dan kewajibannya yang terkait dengan
pihak yang ketiga.

c. Kepemilikan hak cipta oleh negara


Kepemilikan hak cipta juga memiliki kolerasi dengan kepentingan negara. Sebagai
institisi, negara juga diakui memiliki hak cipta atas beberapa aset bangsa, termasuk lagu
Indonesia raya dan lagu-lagu kebangsaan lainnya serta buku-buku terbitan resmi
pemerintah.6

6
. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Dr. Henry Soelistyo, SH. LL. M. Hlm. 74.

Anda mungkin juga menyukai