Anda di halaman 1dari 71

UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK BUAH PARE

(Momordica charantia L.) PADA MENCIT (Mus musculus)


Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md.Farm)

Diajukan Oleh:

ANDI AHMES LESTARI


F.14.007

Kepada
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis karya tulis ilmiah ini dapat

terselesaikan sesuai dengan harapan. Berbagai kesulitan dan hambatan dialami

dalam penulisan karya ilmiah ini, namun atas dorongan dan kemauan yang keras

terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan karya ilmiah ini

dapat diselesaikan pada waktunya.

Melalaui kesempatan ini dengan segala kasih sayang penulis sampaikan

terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, penulis yakni Ayahanda

Latanra S.Pd dan Ibunda Harwati yang telah merawat penulis dari lahir hingga

sekarang dan berjuangan membiayai penuis sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi saat ini.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dari lubuk hati yang

paling dalam dan penghargaan secara pribadi yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Parawansah, M.Kes., Apt selaku pembimbing I dan Bapak Muh. Syaiful

Saehu, ST., M.Si selaku pembimbng II yang baik hati telah banyak meluangkan

waktu dan memberikan petunjuk serta menyumbangkan pikiran dalam

membimbing penulis mulai saat perencanaan penelitian hingga selesainya Karya

Tulis Ilmiah ini. Semoga dengan ini penulis dapat menjadi kebanggaan orang tua

dan pembimbing penulis.


Dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya khusus kepada :

1. Bapak Kemal Idris Balaka, SH., MH selaku ketua yayasan Akademi

Farmasi Bina Husada Kendari

2. Bapak Muh. Syaiful Saehu, ST., M.Si selaku Direktur Akademi Farmasi

Bina Husada Kendari

3. Ibu Nirwati Rusli, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Akademi

Farmasi Bina Husada Kendari

4. Bapak Muh. Ilyas Yusuf, S.Farm., M.Imun., Apt selaku Wakil Direktur I

Akademi Farmasi Bina Husada Kendari

5. Ibu Hasnawati, S.Si., M.Sc selaku Wakil Direktur II Akademi Farmasi

Bina Husada Kendari

6. Kepala Laboratorium, staf tata usaha dan asisten laboratorium Akademi

Farmasi Bina Husada Kendari, khususnya asisten laboratorium

Farmakologi Akademi Farmasi Bina Husada Kendari yaitu

Rafiuddin,S.Farm

7. Bapak-Ibu Panitia Pelaksana Karya Tulis Ilmiah Tahun Ajaran 2014

8. Bapak Pimpinan Direktur Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Kendari

dan Ibu Hanari, Ak., SP.M.Kes selaku Kepala Laboratorium serta Pegawai

dan asisten Laboratorium

9. Adik saya tercinta Andi Arsandi, Andi Abrar Hidayat dan Andi Anisa

Ramadani yang selalu memberi dukungan dan hiburan.


10. Teman-teman Akademi Farmasi Bina Husada Kendari angkatan 2014

khususnya kelas A serta kepada sahabat seperjuangan dan senasib saya

Bangkit Saputra, Fachriawan Syahrir, Andi Septhian Jaya Pribadi, Dede

Haryono, Ahlul Fath, Aswan, Ardiansyah, dan Achnis Akbar Jum, dan

untuk teman-teman kelas yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

khususnya kepada para sahabat perempuan saya ucapkan terima kasih

karena kalian selalu menjadi sahabat yang baik buat saya.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih

terdapat banyak kekeliruan dan kesalahan yang disebabkan oleh

keterbatasan dari segi pengetahuan, tenaga maupun materi. Oleh karena

itu, pendapat, saran dan kritik sangat diharapkan dari semua pihak demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini

Kendari, 4 Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN............................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................... v
KATA PENGANTAR.............................................................................. vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii
INTISARI.................................................................................................. xiv
ABSTRACT............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................... 3
C. Tujuan penelitian.................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5


A. Rujukan Penelitian.................................................................. 5
B. Landasan Teori....................................................................... 7
1. Pare (Momordica charantia L.)....................................... 7
2. Ekstraksi...................................................................... 8
3. Etanol............................................ 10
4. Mencit (Mus musculus)................................... 10
5. Hati.............................................................................. 14
6. Hepatoprotektor dan Hepatotoksin............................. 15
7. Enzim Aminotransferase (SGOT/SGPT)....................... 16
8. Penginduksi Hepatoprotektor......................................... 17
9. Sediaan Hepatoprotektor................................................ 18

BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 20


A. Jenis Penelitian..................................................................... 20
B. Desain Penelitian.................................................................. 20
C. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. 20
D. Objek penelitian........................................................... 20
E. Kerangka Konseptual........................................................... 21
F. Definisi Operasional Penelitian............................................ 21
G. Hipotesis............................................................................... 21
H. Prosedur Penelitian............................................................... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN AN PEMBAHASAN........................ 30


BAB V PENUTUP................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 39
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Hasil Pengukuran SGOT-SGPT............................................. 30


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Buah Pare.......................................................................... 7

Gambar 2. Kerangka Konseptual........................................................ 21

Gambar 3. Skema Jalannya Penelitian................................................ 29

Gambar 4. Diagram Hasil Pengukuran SGOT-SGPT......................... 31


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Dosis dan Volume Pemberian Sampel............ 41

Lampiran 2. Hasil Analisis data............................................................... 46

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian....................................................... 53


INTISARI

UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK BUAH PARE


(Momordica charantia L.) PADA MENCIT (Mus musculus)

Penyakit hati adalah jenis penyakit yang berbahaya dan masih tergolong
tinggi di Indonesia. Salah satu cara untuk mengetahui kerusakan hati dengan
mengukur aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Salah satu bahan alam yang
berpotensi memiliki efek hepatoprotektor adalah tumbuhan Pare (Momordica
charantia L.) dan telah dilakukan penelitian bahwa tumbuhan Pare mengandung
senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui efek hepatoprotektor dan dosis yang efektif dari ekstrak etanol
buah pare (Momordica charantia L.) pada mencit yang diinduksi aspirin dosis
toksik.
Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorium, dengan desain
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan 25 mencit yang dibagi dalam
5 kelompok perlakuan dengan lima kali pengulangan yang diinduksi dengan
aspirin dosis toksik setelah pemberian ekstrak.
Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
buah pare (Momordica charantia L.) 500 mg/kg BB memberikan efek
hepatoprotektor dan mencegah peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Pada taraf
nyata 0,05 dengan (P-value) = 0,000293 dan 6.7E-06 yang menunjukkan
pengaruh yang signifikan dari keduanya.

Kata kunci : Hepatoprotektor, Buah Pare (Momordica charantia L.), SGOT,


SGPT.
ABSTRACT

THE TEST OF HEPATOPROTEKTOR ETHANOL EXTRACT


EFFECT OF PARE FRUIT (Momordica charantia L.) ON MICE
(Mus musculus)
The liver disease is a dangerous disease and still relatively high in
Indonesia. One way to determine liver damage by measuring the activity of SGOT
and SGPT enzyme. One of the natural substances that potentially have
hepatoprotective effects is Pare (Momordica charantia L.) and has carried out the
result that Pare is potentially containing flavonoids as antioxidants.
The purpose of the study is todetermine the effect of hepatoprotective and
the effective dose of ethanol extract of Pare Fruit (Momordica charantia L.) on
mice that induced aspirin of toxic dose.
This type of research is an experimental laboratory, with the design of
Completely Randomized Design (CRD) and using 25 mice were divided into 5
groups with five repetitions induced by aspirin of toxic dose after extract.
Based on data of research result indicate that giving of leaf extract of
Pare Fruit (Momordica charantia L.) 500 mg/kg BB giving effect of
hepatoprotector and prevent increase of level SGOT and SGPT. At the real level
of 0.05 with (P-value) = 0,000293 and 6.7E-06, shows significant effect
Keywords : Hepatoprotective, Pare Fruit (Momordica charantia L.), SGOT,
SGPT.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas cadangan yang

besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru dapat diketahui jika sudah

lanjut. Kerusakan pada sel hati yang sedang berlangsung dapat diketahui dengan

mengukur parameter fungsi berupa zat dalam peredaran darah yang dibentuk oleh

sel hati yang rusak atau mengalami nekrosis (Widman, 1995).

Kerusakan hati dapat berupa nekrosis hati. Selain itu kerusakan pada hati

juga ditandai dengan peningkatan jaringan peroksidasi lipid dan penurunan dari

level glutation hormon (GSH). Serta dapat ditandai dengan meningkatnya

beberapa penanda biokimia seperti Asparatade aminotransferase (AST), Alanin

amoinotransferase (ALT), trigliserid, kolesterol, bilirubin dan alkalin fosfatase

(Maheswari et al., 2008).

Penggunaan obat herbal akhir-akhir ini sangat populer, Salah satu

kandungan dalam tanaman yang dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor adalah

flavonoid. Banyak tanaman yang ada di sekeliling kita yang mengandung

flavonoid dan bisa dimanfaatkan sebagai hepatoprotektor (Orbayinah, 2008).

Pare dikenal dengan rasa pahitnya. Rasa pahit pare tidak mengurangi

khasiat yang dikandungnya sebagai obat berbagai jenis penyakit. Pare

(Momordica charantia L.) dapat digunakan sebagai obat penurun panas atau

antipiretik. Selain itu, pare dapat digunakan untuk menyembuhkan diare pada
bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, mengeluarkan

cacing kremi, dan dapat menyembuhkan batuk (Sudarsono, 2002).

Di India, tanaman pare digunakan sebagai antidiabetik, obat reumatik, obat

penyakit hati dan untuk mengobati gangguan limpa sedangkan di Jepang

digunakan sebagai pencahar dan obat cacing. Daging buah pare mengandung

momordisin, momordin, momordiasin, asam resinat, dan sterol (stigmasterol dan

-sitosterol). Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak etanol buah pare

yang diberikan per oral dapat menurunkan kadar insulin serum pada kelinci

(Winarno, 2011)

Pare mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin, flavonoid,

steroid/triterpenoid, asam fenolat, alkaloid, dan karotenoid (Tati, 2004). Flavonoid

menunjukkan lebih dari seratus macam bioaktivitas. Bioaktivitas yang

ditunjukkan antara lain efek antipiretik, analgetik, dan antiinflamasi. Flavonoid

dapat menghambat siklooksigenase sehingga kemungkinan besar efek antipiretik

disebabkan karena penghambatan siklooksigenase yang merupakan langkah

pertama padajalur yang menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan

(Robinson, 1991).

Flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang potensial sebagai

antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat (Waji & Sugrani, 2009).

Flavonoid diduga berpengaruh dalam menghambat kerusakan hepar dengan cara

mengikat radikal bebas sebagai antioksidan, sehingga dampaknya pada hati

berkurang.
Aspirin merupakan obat yang efektif sebagai antiinflmasi, meskipun

aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Aspirin diabsorbsi begitu saja dan

cepat dihidrolisis menjadi asam asetat dan salisilat oleh esterase dalam jaringan

dan darah. Salisilat terikat pada albumin, tetapi ikatan dan metabolisme salisilat

dapat menjadi jenuh sehingga fraksi yang tidak terikat meningkat seiring dengan

meningkatnya konsentrasi total (Katzung et al., 2009).

Pengaruh aspirin dalam penghambatan proses fosforilasi oksidatif serupa

dengan pengaruh yang ditimbulkan 2,4dinitrofenol. Pada dosis toksik, aspirin

dapat menghambat metabolisme aerob dari beberapa enzim dehidrogenase di

hepar dan jaringan lainnya, dengan cara berkompetisi dengan koenzim nukleotida

piridin dan penghambatan beberapa enzim oksidase yang membutuhkan

nukleotida ebagai koenzim, seperti xanthin oksidase (Irvanda, 2007). Berdasarkan

uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK BUAH PARE (Momordica

charantia L.) PADA MENCIT (Mus musculus).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dapat memberikan


efek hepatoprotektor pada mencit (Mus musculus) ?

2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak buah pare (Momordica charantia L.)


dapat memberikan efek hepatoprotektor yang optimal pada mencit

(Mus musculus) ?
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek hepatoprotektor ekstrak buah pare (Momordica

charantia L.) pada mencit ( Mus musculus).

2. Untuk mengetahui konsentrasi yang dapat memberikan efek

hepatoprotektor ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) pada mencit.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai efek

hepatoprotektor dari ekstrak buah pare (Momordica charantia L.).

2. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi peneliti lain mengenai efek

hepatoprotektor ekstrak buah pare (Momordica charantia L.).

3. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan

penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah mengenai efek hepatoprotektor

ekstrak buah pare (Momordica charantia L.).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan Penelitian

Penelitian yang menjadi rujukan atau referensi dalam penelitian ini

antara lain adalah :

1. Desti Nurul, (2015) Pengaruh Ekstrak Kulit Pisang Kepok Terhadap

Hepar Tikus yang Diinduksi Aspirin : Penelitian ini adalah pemberian

aspirin pada dosis toksik dapat menyebabkan kerusakan hepar dan

ekstrak kulit pisang kepok mampu memberikan perbaikan yang

optimal pada kerusakan hepar yang diinduksi aspirin.

2. Elly Fauziah, (2010) Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare pada Tikus

Putih Jantan : Simpulan penelitian ini adalah ekstrak daun pare

(Momordica charantia L.) mempunyai efek antipiretik pada tikus putih

jantan,namun efeknya lebih rendah dari parasetamol. Hasil analisis

dengan menggunakan uji anova menunjukkan adanya perbedaan secara

bermakna pada sumber variasi antar kelompok perlakuan sedangkan

pada sumber variasi antar kelompok waktu tidak terdapat perbedaan

secara bermakna. Hasil analisis uji post hoc menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan

kelompok kontrol positif maupun dengan kelompok uji.

3. Arista Novi, (2009) Pengaruh Ekstrak Pegagan Terhadap Kadar SGPT

Mencit yang Diinduksi Paracetamol : Pemberian ekstrak pegagan

dengan dosis terapi sebesar 0.6 mg/kgBB, 0.8 mg/kgBB, dan 1


mg/kgBB terhadap mencit putih yang diinduksi parasetamol dosis

toksik selama 6 hari tidak menunjukkan penurunan kadar SGPT pada

mencit secara bermakna.

4. Sasminto, (2013) Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong

Terhadap Kadar ALT Pada Tikus Jantan yang Diinduksi Paracetamol :

Pemberian ekstrak etanol 70% daun binahong dosis 25 mg/200g tikus,

50mg/200g tikus dan 100 mg/200g tikus tidak dapat menghambat

peningkatan kadar ALT pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi

dengan parasetamol.

5. Sri Oktavia, dkk. (2015) Uji Aktifitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun

Sukun Terhadap Kerusakan Hati yang Diinduksi karbon tertraklorida

(CCl4) : Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa ekstrak daun sukun memiliki aktivitas hepatoprotektor karena

dapat menurunkan aktivitas serum glutamic oxaloacetic transaminase

(SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) pada

mencit putih jantan yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4) dengan

dosis yang efektif adalah dosis 500 mg/kg BB, dengan lama pemberian

selama 29 hari. Dari hasil uji statistik analisys of variance (ANOVA)

dua arah dimana nilai signifikansi untuk aktivitas SGPT dan SGOT (p<

0,05). Hal ini berarti pemberian ekstrak daun dengan lama waktu

pemberian memberikan pengaruh terhadap penurunan aktivitas SGPT

dan SGOT pada mencit yang diinduksi CCl4.


B. Landasan Teori

1. Pare (Momordica charantia L.)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus :Momordica

Spesies : Momordica charantia (Tati, 2004)

b. Morfologi

Semak, (menjalar atau memanjat), berbau tidak enak. Daun

tunggal, bertangkai, helaian bentuk membulat, berbintik-bintik

tembus cahaya. Bunga tunggal, tangkai bunga dekat pangkalnya

dengan daun pelindung. Biji berwarna coklat kekuningan pucat

memanjang (Sudarsono, 2002).

Sumber : Dokumentasi pribadi

(Gambar 1. Buah Pare (Momordica charantia L.))


c. Khasiat

Buah dimanfaatkan untuk peluruh dahak atau obat batuk,

pembersih darah, penambah nafsu makan, penurun panas, penyegar

badan, dan mengobati sakit gula. Bunga dapat memacu enzim

pencernaan. Daun digunakan sebagai obat cacing, obat luka,

peluruh haid, pencahar, dan penurun panas. Serta akar

menunjukkan sifat antibiotik (Sudarsono, 2002).Pare mengandung

flavonoid yang dapat berpengaruh dalam menghambat kerusakan

hepar dengan cara mengikat radikal bebas sebagai antioksidan,

sehingga dampaknya pada hati berkurang.

d. Kandungan

Buah mengandung senyawa kimia seperti saponin,

flavonoid, steroid/triterpenoid, karbohidrat, momordisin, alkaloid,

vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan karantin. Daunnya

mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin, flavonoid,

steroid/triterpenoid, asam fenolat, alkaloid, dan karotenoid. Serta

bijinya mengandung asam lemak, asam butirat, asam palmitat,

asam linoleat, dan asam stearat (Tati, 2004).

2. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir

semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa


diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan.

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif atau zat-zat berkhasiat dari

bagian tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.

Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara (DepkesRI, 2000).

1. Ekstraksi dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada

temperature ruangan (Depkes RI, 2000).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan

pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) (Depkes RI,

2000).

2. Ekstraksi panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang

ralatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI,

2000).
b. Soxhlet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan

adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

3. Etanol

Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang

mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sifat etanol yang dapat

diperbarui dan ramah lingkungan karena emisi karbondioksidanya

rendah (Jeon, 2007).

Pembuatan etanol dapat dilakukan dengan hidrasi etilen dan

fermentasi. Proses hidrasi etilen tidak cocok dikembangkan di

Indonesia karena cadangan minyak bumi yang semakin sedikit.

Sebaliknya, proses fermentasi sangat mungkin untuk dikembangkan di

Indonesia. Etanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi bahan

mentah mono/disakarida (gula tebu, tetes tebu), bahan berpati (jagung,

padi, umbi), dan bahan berselulosa (kayu, limbah pertanian) (Bailey,

1986).

4. Mencit (Mus musculus)

Hewan uji yang sering digunakan sebagai penelitian adalah

mencit, karena mencit memiliki struktur tubuh yang mirip manusia

sehingga para ahli menggunakan mencit sebagai hewan percobaan.


a. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus (Sugiyanto, 1995).

b. Karakteristik Mencit (Mus musculus)

Masa puberitas : 4 bulan

Masa beranak : 5 kali setahun

Lama hamil : 19-20 hari

Jumlah satu kali lahir : 4-12 ekor

Lama hidup : 2-3 tahun

Masa tumbuh : 6 bulan

Volume darah :7,3 b/b%

Suhu tubuh normal : 37,5-39,5C

Tekanan darah normal : 147/106 mmHg

Berat badan betina : 25-45 g

Berat badan jantan : 20-40 g

Pernapasan : 94-163 napas/menit

Kadar Normal SGPT : 2,1-23,8 mikro/L

Kadar Normal SGOT : 23,2-48,4 mikro/L


c. Anatomi mencit

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk

dalam famili Murideae. Mus musculus liar atau Mus musculus

rumah adalah hewan satu spesies dengan Mus musculus

laboratorium. Semua galur Mus musculus laboratorium sekarang

ini merupakan keturunan dari Mus musculus liar sesudah melalui

peternakan selektif (Mangkoewidjojo,1998).

Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-abuan dan

warna perut sedikit lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit

berpigmen. Berat badan bervariasi, tetapi umumnya pada umur

empat minggu berat badan mencapai 18-20 gram. Mus musculus

liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada umur enam bulan

atau lebih. Mus musculus liar makan segala macam makanan

(omnivorus) dan mau mencoba makan apapun makanan yang

tersedia bahkan bahan yang tidak bisa dimakan. Makanan yang

diberikan untuk Mus musculus biasanya berbentuk pelet secara

tanpa batas (ad libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol-

botol gelas atau plastik dan Mus musculus dapat minum air dari

botol tersebut melalui pipa gelas (Mangkoewidjojo,1998).

Mus musculus liar lebih suka suhu lingkungan tinggi,

namun juga dapat terus hidup dalam suhu rendah. Mus musculus

jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus musculus

betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang


anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada

saat matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar

dan biasanya tidak tertutup oleh rambut. Testis dapat ditarik masuk

ke dalam tubuh. Mus musculus betina memiliki lima pasang

kelenjar susu dan puting susu sedang pada Mus musculus jantan

tidak dijumpai (Mangkoewidjojo, 1998).

d. Penentuan Jumlah dan Pengelompokan Mencit

Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok, pengelompokan

hewan uji dilakukan secara acak lengkap dengan jumlah mengikuti

rumus federer tahun 1963 (Syam dkk, 2011) yaitu:

(n-1) (t-1) 15

Ket: n = banyaknya pengulangan tiap perlakuan/kelompok uji

t = banyaknya perlakuan atau kelompok uji

(n-1) (5-1) 15

(n-1) (4) 15

4n 4+15

n=

n = 4,75 = 5

Jadi jumlah minimum hewan uji yang digunakan ialah 5

ekor tiap kelompok.


5. Hati

a. Pengertian

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas

cadangan yang besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis

baru dapat diketahui jika sudah lanjut. Kerusakan pada sel hati

yang sedang berlangsung dapat diketahui dengan mengukur

parameter fungsi berupa zat dalam peredaran darah yang dibentuk

oleh sel hati yang rusak atau mengalami nekrosis (Widman, 1995).

b. Kerusakan Hati

Kerusakan hati terbesar dapat berupa nekrosis hati. Selain itu

kerusakan pada hati juga ditandai dengan peningkatan jaringan

peroksidasi lipid dan penurunan dari level glutation (GSH). Serta

dapat ditandai dengan meningkatnya beberapa penanda biokimia

seperti Asparatade aminotransferase (AST), (Alanin

amoinotransferase) (ALT), trigliserid, kolesterol, bilirubin dan

alkalin fosfatase (Maheswari et al., 2008).

Gangguan hati ditandai dengan peningkatan aktivitas serum

transaminase berup Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT)

dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), laktat

dehidrogenase, serta bilirubin serum. Kadar SGPT dalam serum

menjadi petunjuk yang lebih sensitif ke arah kerusakan hati karena

sangat sedikit kondisi selain hati yang berpengaruh pada kadar

SGPT dalam serum (Widmann, 1995).


6. Hepatoprotektor dan Hepatotoksin

a. Hepatoprotektor

Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang berkhasiat

melindungi sel hati terhadap pengaruh zat toksik yang dapat

merusak hati, bahkan dapat memperbaiki jaringan hati yang telah

rusak Secara empiris telah banyak tanaman yang tumbuh di

Indonesia yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat penyakit

hati, seperti brotowali, kembang merak, rebung bambu, mengkudu,

tomat, jagung, pepaya, wortel, lidah buaya, akar kuning,

temulawak dan kunyit. Namun, masih sedikit diantara tumbuhan

tersebut yang telah dibuktikan secara ilmiah kebenarannya.

Sebagian besar zat hepatoprotektor tersebut adalah senyawa yang

tergolong antioksidan. Senyawa ini bekerja dalam menghambat

atau memperlambat proses oksidasi radikal bebas (Murray 2009).

b. Hepatotoksin

Hepatotoksin adalah senyawa yang dapat menyebabkan

gangguan pada jaringan hati. Hepatotoksin juga merupakan zat

yang mempunyai efek toksik pada hati dengan dosis berlebihan

atau dalam jangka waktu yang lama. Hepatotoksin yang

menyebabkan gangguan pada jaringan hati, tergantung pada dosis

pemberian, interval waktu pemberian yang singkat antara

pencernaan obat dan reaksi melawan, serta kemampuan untuk


menimbulkan perubahan yang sama pada jaringan hati (Dalimartha

2005).

7. Enzim Aminotransferase (SGOT/SGPT)

Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase

adalah enzim yang mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua

jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat oksaloasetat

transaminase (SGOT) dan serum glutamat piruvat transaminase

(SGPT). Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif

terhadap kerusakan hati dibanding SGOT. Hal ini dikarenakan enzim

GPT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GOT banyak terdapat

pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak (Cahyono,

2009).

Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum

glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) merupakan enzim

mitokondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolak-balik

gugus amino dari asam aspartat ke asam -oksaloasetat membentuk

asam glutamat dan oksaloasetat.

Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hepar

konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar tersebut hanya

sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT

< 41 U/L.

Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi

sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat


mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi

peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat

kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009).

Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat

Oksaloasetat Transaminase (GOT) keluar dari sitoplasma sel yang

rusak, dan jumlahnya meningkat di dalam darah. Sehingga dapat

dijadikan indikator kerusakan hati.

8. Penginduksi Hepatoprotektor

a. Aspirin

Aspirin merupakan obat yang efektif sebagai antiinflmasi,

meskipun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Aspirin

diabsorbsi begitu saja dan cepat dihidrolisis menjadi asam asetat

dan salisilat oleh esterase dalam jaringan dan darah. Salisilat terikat

pada albumin, tetapi ikatan dan metabolisme salisilat dapat

menjadi jenuh sehingga fraksi yang tidak terikat meningkat seiring

dengan meningkatnya konsentrasi total. Di luar kandungan dalam

tubuh total sebesar 600 mg, peningkatan dosis salisilat tersebut

dapat waktu meningkatkan konsentrasi salisilat secara tidak

proporsional. Seiring meningkatnya dosis aspirin, waktu paruh

eliminasi salisilat meningkat dari 35 jam (untuk dosis

600mg/hari) menjadi 1216 jam (dosis >3,6 gr/hari). Alkalinisasi

urine meningkatkan laju ekskresi salisilat bebas dan konjugatnya

yang larut dalam air (Katzung et al., 2009).


Pengaruh aspirin dalam penghambatan proses fosforilasi

oksidatif serupa dengan pengaruh yang ditimbulkan

2,4dinitrofenol. Pada dosis toksik, aspirin dapat menghambat

metabolisme aerob dari beberapa enzim dehidrogenase di hepar

dan jaringan lainnya, dengan cara berkompetisi dengan koenzim

nukleotida piridin dan penghambatan beberapa enzim oksidase

yang membutuhkan nukleotida ebagai koenzim, seperti xanthin

oksidase (Irvanda, 2007).

Overdosis aspirin dapat terjadi secara akut maupun kronik.

Tingkat kematian pada overdosis akut mencapai 2% dan pada

overdosis kronik mencapai 25% , akan lebih berat dampaknya pada

anak-anak. Toksisitas sedang terjadi pada dosis >300 mg/kg BB

dan toksisitas berat terjadi pada dosis 300 500 mg/kg BB.

Sedangkan dosis lethal apabila digunakan pada dosis >500 mg/kg

BB. Overdosis aspirin berefek tinnitus, nyeri abdominal,

hipokalemi, hipoglikemi, pireksia, hiperventilasi, disritmia,

hipotensi, halusinasi, gagal ginjal, kejang, koma, dan kematian.s

9. Sediaan Hepatoprotektor

Temulawak sejak lama dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya

memiliki efek farmakologis sebagai pelindung terhadap hati

(hepatoprotektor), meningkatkan nafsu makan, antiradang,

memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), dan mengatasi

gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, dan disentri.


Komponen senyawa yang bertindak sebagai antioksidan dari

temulawak adalah flavonoid, fenol dan kurkumin (Dwi Ferina, 2014).

Penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa terdapat pengaruh

pemberian temulawak dalam mencegah kerusakan hepar tikus jantan

dewasa galur Sprague dawley yang diinduksi aspirin. Pemberian

dekok rimpang temulawak dengan dosis 2,6 g/kgBB dan 5,2 g/kgBB

memiliki efek hepatoprotektif terhadap hepar tikus yang diinduksi

aspirin dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi dekok

rimpang temulawak dosis 1,3 g/kgBB (Sirait 2014).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang telah digunakan adalah penelitian

eksperimental. Penelitian eksperimental laboratorium adalah merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya efek dari

suatu subjek yang diteliti.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam efek hepatoprotektor

ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) pada mencit menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan dan

lima pengulangan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April-Juni 2017

bertempat di Laboratotium Farmakologi Akademi Farmasi Bina Husada

Kendari.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah ekstrak pare yang

diperoleh petani pare di desa Duriaasi, kecamatan Wonggeduku,

kabupaten Konawe.
E. Kerangka Konseptual

Efek
Hepatoprotektor
Konsentrasi pada hewan uji
Ekstrak Buah mencit yang
Pare diinduksi
aspirin

Gambar 2. Kerangka konseptual

Keterangan : : Variabel terikat

: Variabel bebas

F. Definisi Operasional Penelitian

1. Pare (Momordica charantia L.) adalah tanaman yang digunakan

sebagai sampel dalam penelitian yang dapat memberikan efek

hepatoprotektor terhadap mencit (Mus musculus) setelah diinduksi

aspirin.

2. Hepatoprotektor adalah suatu zat/senyawa yang dapat memberikan

perlindungan pada hati mencit yang telah diinduksi aspirin.

3. Induksi aspirin adalah bahan obat yang digunakan sebagai penginduksi

agar dapat memberikan kerusakan hati pada hewan uji mencit.

4. Mencit adalah hewan yang digunakan dalam penelitian uji efek

hepatoprotektor karena memiliki struktur tubuh yang mirip manusia.

G. Hipotesis

1. H0 : Ekstrak tanaman pare (Momordica charantia L.) tidak memiliki

efek hepatoprotektor yang diinduksi aspirin pada mencit.


H1 : Ekstrak tanaman pare (Momordica charantia L.) memiliki efek

hepatoprotektor yang diinduksi aspirin pada mencit.

2. H0 : Ekstrak tanaman pare pada konsentrasi tertentu tidak memiliki

efek hepatoprotektor yang diinduksi aspirin pada mencit.

H1 : Ekstrak tanaman pare pada konsentrasi tertentu memiliki efek

hepatoprotektor yang diinduksi aspirin pada mencit.

H. Prosedur Penelitian

1. Alat, Bahan dan Subjek Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah rotary vacum

evaporator (Rotavapor, Buchi), batang pengaduk, gelas ukur

(pyrex), gelas kimia, gunting bedah, kanula, hot plate (Stuart),

mortir dan stamper, papan bedah, pisau bedah, spoit, sentrifuge,

sendok tanduk, stopwach, timbangan analitik, timbangan digital.

Bahan yang digunakan aquadest, aspirin, ekstrak pare, serbuk

kurkumin, kain flanel, etanol, mencit, Na CMC.

2. Cara Kerja

b. Penyiapan sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah

tumbuhan pare. Pada tahap awal, sampel buah dibersihkan

bersihkan kemudian dipotong hingga berukuran kecil dengan

tujuan untuk memudahkan dalam proses pengeringan. Pengeringan

sampel dilakukan dengan cara diangin-anginkan arau pada suhu

yang tidak terlalu tinggi agar komponen-komponen kimia dalam


sampel tidak mengalami kerusakan karena pada umumnya senyawa

bioaktif tidak tahan terhadap suhu tinggi. Pengeringan juga

dimaksudkan agar sebagian besar kandungan air dari tumbuhan

dapat berkurang. Penghalusan dilakukan untuk mengubah ukuran

sampel menjadi lebih kecil dengan luas permukaan yang lebih

besar untuk memaksimalkan kerja pelarut pada tahap maserasi

c. Prosedur pembuatan ekstrak buah pare dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 96%

1) Ditimbang simplisia kering 2 kg kemudian dimasukkan

kedalam wadah maserasi, lalu direndam dengan pelarut

etanol 96% (1:7,5) mL dan dibiarkan selama 5 hari sambil

berulang-ulang diaduk

2) Setelah didiamkan kemudian ekstrak etanol buah pare

disaring dan diperas dimasukkan kembali kedalam botol

kemudian ditutup rapat dan didiamkan lagi selama 3 hari

3) Dipisahkan endapan, lalu diuapkan dengan menggunakan

rotavapor, kemudian ekstrak kental dimasukkan kedalam

botol dan dibuat ekstrak dengan masing-masing konsentrasi.

d. Pembuatan Na CMC 0,5% 100 mL

1. Ditimbang Na CMC sebanyak 0,5 % 100 mL

2. Dilarutkan dengan sedikit air dan diaduk sampai mengental

diatas hot plate.


3. Ditambahkan air sampai 100 mL, aduk dan biarkan mendidih

sampai larutan menjadi bening dan didinginkan

e. Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit dengan bobot

badan 20-30 gram yang telah dikarantina untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya selama satu minggu.

25 ekor mencit yang dibagi atas 5 kelompok yang terdiri

dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Masing-masing

kelompok terdiri dari lima ekor mencit.

f. Perlakuan Hewan Uji

a. Kelompok Kontrol

Terdiri dari 5 ekor mencit, hewan uji dipuasakan 6-8

jam sebelum perlakuan, kemudian ditimbang. Diambil

darah mencit melalui intra muscular melalui ekor dengan

menggunakan spoit 1cc, disentrifug lalu ukur SGOT dan

SGPT awal, kemudian diberi suspensi Na CMC (1 kali

sehari) selama 6 hari, lalu darah diambil pada hari ke-7

kemudian diinduksi dengan aspirin (1 kali sehari) pada hari

ke-8 sampai hari ke-13 dengan takaran 400 mg/kg BB, dan

pada hari ke-14 dilakukan pengukuran aktifitas SGOT dan

SGPT akhir.
b. Kelompok Perlakuan

Hewan uji dipuasakan selama 6-8 jam sebelum perlakuan,

kemudian ditimbang. Dilakukan pengukuran SGOT dan SGPT

awal. Kemudian hewan uji dibagi dalam 3 kelompok perlakuan

yaitu diberi ektrak tanaman pare dengan dosis 125 mg/BB, 250

mg/BB dan 500 mg/BB (1 kali sehari) selama 6 hari, lalu

dilakukan pengukuran kadar SGOT/SGPT pertama pada hari

ke-7, dan diberi perlakuan diinduksi dengan aspirin (1 kali

sehari) pada hari ke-8 sampai hari ke-13 dengan takaran 400

mg/kg BB, dan pada hari ke-14 dilakukan pengukuran aktifitas

SGOT dan SGPT akhir.

c. Kelompok Pembanding

Terdiri dari 5 ekor mencit, hewan uji dipuasakan 6-8 jam

sebelum perlakuan, kemudian ditimbang. Diambil darah mencit

melalui intra muscular melalui ekor dengan menggunakan spoit

1 cc, disentrifug lalu ukur SGOT dan SGPT awal, kemudian

diberi suspensi kurkumin (1 kali sehari) selama 6 hari, lalu

darah diambil pada hari ke-7 kemudian diinduksi dengan

aspirin (1 kali sehari) pada hari ke-8 sampai hari ke-13 dengan

takaran 400 mg/kg BB, dan pada hari ke-14 dilakukan

pengukuran aktifitas SGOT dan SGPT akhir.


g. Pengukuran Aktivitas GPT-Plasma Darah Hewan Uji

a. Penyiapan Plasma Darah (sampel)

Dipipet 20,0 larutan EDTA 10% kedalam tabung

sentrifuge. Setelah itu diambil darah mencit sebanyak 1 mL

lalu dimasukkan kedalam tabung sentrifuge yang berisi 20

larutan EDTA 10% secepatnya kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan lebih kurang 3000 rpm selama 10-15 menit. Plasma

diambil dengan pipet mikro kemudian dimasukkan ke Cup

Frischer untuk dianalisis.

b. Pengukuran Pada Fotometer

Disiapkan working reagent (reagen kerja) yaitu dengan

cara melarutkan 1 bagian R2 (starting reagent ) kedalam 4

bagian R1 (enzyme reagent). Setelah itu dipipet 100 plasma

(sampel) dan 1000 working reagent sebagai reagen blanko.

Selanjutnya pada fotometer disiapkan aquadest, selanjutnya

disiapkan reagen blanko dan terakhir disiapkan sampel. Pada

fotometer akan terbaca hasil.


3. Analisis Data

a. Data

i. Jenis data

yaitu data nominal dengan Sumber data yaitu data primer

yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian dan data

sekunder yaitu data yang berasal dari literatur yang mendukung

penelitian.

ii. Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari proses pembuatan

ekstrak tanaman pare (Momordica charantia L.) dan perlakuan

terhadap mencit.

2. Data sekunder yaitu data yang berasal dari buku, literatur yang

digunakan sebagai landasan teori dalam menunjang

terselesainya karya tulis ini.

iii. Sifat Data

Data ini bersifat kuantitatif karena penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh data berupa angka/konsentrasi yang

mempunyai efek Hepatoprotektor pada mencit.

b. Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dari hasil efek hepatoproptektor dari

ekstrak tanaman pare (Momordica charantia L.) menggunakan hewan

uji mencit.
c. Pengolahan Data

Data dikumpulkan dari hasil pengukuran kadar SGOT dan SGPT-

plasma awal, kadar SGOT dan SGPT setelah pemberian ekstrak dan

kadar SGOT dan SGPT setelah pemeberian aspirin. Data yang

diperoleh dianalisis dengan metode SPSS 16.

d. Penyajian Data

Data yang telah dianalisa telah disajikan dalam bentuk tabel

kemudian dijabarkan dalam bentuk narasi.


4.Skema Jalannya Penelitian

Mencit ( Mus Musculus)


Buah Pare (Momordica
charantia L.)
- Disorta
- Sortasi basah Dikarantina
- Dicuci
- Diangin-anginkan
- Dirajang Pemeriksaan mencit
- Dikeringkan
- Ditimbang sebanyak X g
Dipuasakan
Maserasi dengan
menggunakan etanol 96 %
Ditimbang
- Disaring
- Maserat dipekatkan
Ekstrak dikentalkan
Pengukuran kadar SGOT dan SGPT awal

Suspensi Na Ekstrak Buah Ekstrak Buah Ekstrak Buah Suspensi


CMC 125 mg/BB 250 mg/BB 500 mg/BB Kurkumin

Diberikan masing-masing secara per oral 1 kali sehari selama 7 hari

Suspensi Na Ekstrak Buah Pare Suspensi Kurkumin


CMC + aspirin + aspirin +aspirin

Diberikan masing secara per oral 1 kali sehari selama 7 hari

Selang 8 hari dihitung kadar SGPT dan SGOT akhir

Pare dapat menurunkan kadar SGOT-SGPT

Gambar 3. Skema Jalanya Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengujian SGOT dan SGPT , setelah pemberian ekstrak buah

pare (Momordica charantia L.), dan setelah diinduksi dengan aspirin (Acidum

acetyl salicylicum) pada mencit.

Tabel 1. Rata rata hasil pengukuran kadar SGOT dan SGPT darah mencit,
setelah pemberian ekstrak buah pare dan setelah pemberian Aspirin

Kadar Setelah Pemberian Ekstrak Kadar Setelah Pemberian


Buah Pare Aspirin
Perlakuan
SGOT SGPT SGOT SGPT
Ekstrak Buah
27.4 20 42.6 37.6
Pare 125 mg
Ekstrak Buah
27.2 19.4 32.8 29.6
Pare 250 mg
Ekstrak Buah
27.2 20.2 27.6 26
Pare 500 mg
Kontrol (+) 27 16.6 25.6 23.8

Kontrol (-) 25.4 19.2 130.82 119

Dari Tabel di atas diketahui bahwa hasil rata-rata pengukuran kadar

SGOT maupun SGPT pada hewan uji mencit setelah pemberian ekstak

memiliki kadar yang normal (SGOT normal pada darah mencit yaitu 23,2-

48,4 /l dan kadar SGPT normal yaitu 2,1-23,8 /l), dimana rata-rata kadar

SGOT pada darah mencit setelah pemberian ekstrak etanol buah pare 125

mg/kg BB, 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, yaitu secara berturut-turut 27,4

/l, 27,2 /l, dan 27,2 /l. Demikian juga dengan ratarata kadar SGPT pada

darah mencit setelah pemberian ekstrak etanol buah pare 125 mg/kg BB, 250

mg/kg BB, 500 mg/kg BB yaitu secara berturut-turut 20 /l, 19,4 /l, dan
20,2 /l. Untuk kelompok kontrol positif kadar SGOT dan SGPT juga dalam

keadaan normal bila dibandingkan dengan kontrol negatif yang dimana kadar

SGOT dan SGPT mengalami kenaikan.

Untuk rata-rata kadar SGOT pada darah mencit setelah pemberian

aspirin dosis toksik untuk ekstrak 125 mg/kg BB dan 250 mg/kg BB dan

ekstrak 500 mg/kg BB hanya mengalami kenaikan yang sedikit tetapi masih

dalam kadar normalnya, sedangkan untuk kadar SGPT pada darah mencit

setelah pemberian aspirin dosis toksik untuk ekstrak 125 mg/kg BB dan

ekstrak 250 mg/kg BB mengalami kenaikan yang sedikit dari kadar normal,

sedangkan untuk ekstrak 500 mg/kg BB hampir tidak mengalami kenaikan

dari keadaan normal. Untuk kelompok kontrol positif terjadi penurunan kadar

SGOT maupun SGPT bila dibandingkan dengan kontrol negatif yang kadar

SGOT dan SGPT mengalami kenaikan setelah pemberian aspirin dosis toksik.

Grafik SGOT sebelum & sesudah perlakuan

140 130.8
120
100
Kadar SGOT

sebelum
80 perlakuan
60 42.6
40 27.4 27.232.8 27.227.6 27 25.6 25.4 setelah
perlakuan
20
0
Buah 125 mg Buah 250 mg Buah 500 mg Kontrol (+) Kontrol (-)
Perlakuan

Gambar 1. Diagram Enzim SGOT (/l) mencit setelah pemberian ekstrak dan setelah
pemberian Aspirin
Grafik SGPT sebelum & sesudah perlakuan
140
119
120

100
Kadar SGPT

80 sebelum
perlakuan
60
37.6
40 29.6 sesudah
26 23.8
20 19.4 20.2 16.6 19.2 perlakuan
20

0
Buah 125 mg Buah 250 mg Buah 500 mg Kontrol (+) Kontrol (-)
Perlakuan

Gambar 2. Diagram Enzim SGPT (/l) mencit setelah pemberian ekstrak dan setelah
pemberian aspirin

Dari kedua gambar diagram diatas dapat disimpulkan dari ketiga variasi

konsentrasi memberikan efek hepatoprotektor terhadap kadar SGOT dan

SGPT pada mencit, dan efek tersebut dapat dilihat dengan penurunan kadar

pada gambar diagram diatas.

Penelitian mengenai Uji Efek Hepatoprotektor Ekstrak etanol buah pare

(Momordica charantia L.) mencit bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

ekstrak buah pare dapat melindungi hati dari paparan aspirin. Untuk

memperoleh ekstrak buah pare, sampel dicuci dengan air mengalir hingga

bersih dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tanah atau debu

yang melekat pada daun, selanjutnya disortasi untuk memisahkan bagian

daun yang rusak, kemudian simplisia dirajang untuk membantu mempercepat


proses pengeringan. Rajangan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

selama kurang lebih 7 hari, simplisia diekstraksi dengan menggunakan

metode maserasi. Digunakan metode tersebut karena simplisia yang

digunakan berupa buah yang bersifat lunak, selain itu metodenya sederhana,

dan juga baik untuk sampel yang tidak tahan terhadap pemanasan. Pelarut

yang digunakan adalah etanol 96% karena menurut Grubben (2014) etanol

96% sangat baik dalam menarik senyawa flavonoid yang terdapat pada

tanaman, selain itu bersifat universal, tidak bersifat toksik, dan tidak mudah

mengurai senyawa zat aktif dari tanaman tersebut. Ekstrak cair yang

diperoleh kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan rotary vacuum

evaporator.

Dalam penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit yang dibagi dalam 5

kelompok perlakuan dengan lima kali pengulangan. Hewan uji sebelumnya

dipuasakan selama 6-8 jam, tujuannya agar kondisi hewan uji sama dan

mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap absorbsi sampel

yang diberikan. Setelah itu dilakukan penimbangan berat badan hewan uji

untuk menentukan volume pemberian yang akan diberikan terhadap hewan

coba.

Zat penginduksi hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Aspirin, pengaruh aspirin dalam penghambatan proses fosforilasi

oksidatif serupa dengan pengaruh yang ditimbulkan. Pada dosis toksik,

aspirin dapat menghambat metabolisme aerob dari beberapa enzim

dehidrogenase di hepar dan jaringan lainnya, dengan cara berkompetisi


dengan koenzim nukleotida piridin dan penghambatan beberapa enzim

oksidase yang membutuhkan nukleotida sebagai koenzim, seperti xanthin

oksidase (Irvanda, 2007).

Dari data hasil pengamatan terhadap pengukuran kadar enzim SGOT

dan SGPT setelah pemberian ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia

L.) hanya menunjukkan sedikit kenaikan kadar enzim SGOT dan SGPT dari

semua konsentrasi yang diberikan dan untuk kontrol negatifnya mengalami

kenaikan yang sangat tinggi, kecuali dengan kontrol positif yang tidak

mengalami kenaikan kadar enzim SGOT dan SGPT. Hal ini berarti bahwa

ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dapat memperbaiki dan

mempercepat selsel hati yang rusak. Dari Tabel rata-rata kadar juga dapat

dilihat bahwa semakin tinggi dosis praperlakuan ekstrak etanol maka semakin

besar daya hambat kerusakan sel hati yang ditandai dengan penurunan kadar

SGPT dan SGOT dalam darah mencit seiring dengan peningkatan dosis yang

diberikan. Aktivitas hepatoprotektif yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol

buah pare kemungkinan disebabkan oleh adanya aktivitas antioksidan dalam

tanaman tersebut. Menurut Mellisa (2011) menemukan bahwa ekstrak buah

pare dan buah pare kukus etil asetat dan juga ekstrak etil asetat mempunyai

aktivitas antioksidan sebesar 50 g/mL, 100 g/mL, 150 g/mL dan 200

g/mL . Dalam hal ini, aktivitas antioksidan tersebut terjadi karena adanya

senyawa flavanoid dalam tanaman buah pare (Momordica charantia L.),

flavonoid diduga berpengaruh dalam menghambat kerusakan hati dengan cara

mengikat radikal bebas sehingga dampaknya terhadap hati berkurang.


Hasil penelitian ini telah menunjukan bahwa kadar SGOT dan SGPT

kelompok mencit yang diberi ekstrak buah pare kemudian dipapar aspirin

tidak setinggi kelompok mencit yang tidak diberi ekstrak buah pare. Oleh

karena itu pemberian ekstrak buah pare terbukti secara signifikan melalui

statistik mempunyai aktivitas hepatoprotektif terhadap hati mencit yang

dipapar aspirin dosis toksik.

Dari hasil analisis statistik yang telah diperoleh untuk uji kadar SGOT

menunujukkan efek ekstrak buah pare setelah didinduksi dengan aspirin dosis

toksik, sehingga dilakukan test pengujian Anova dengan tingkat kepercayaan

95% (=0,05) dengan menggunakan alat bantu komputer dan menunjukkan

hasil yang signifikan dimana ekstrak yang diberikan memiliki efek pada

hewan uji, dimana hipotesis Fhitung>Ftabel0.05 adalah 8.77>2.866 yang

berarti jika Fhitung lebih besar dari Ftabel0.05 maka perlakuan yang diuji

berpengaruh secara signifikan dan juga diperoleh hasil P-value dengan nilai

0,000293 dimana lebih kecil dibandingkan dengan nilai Ftabel0.05 2.866 maka

perlakuan yang diuji menolak H0 atau dengan kata lain perlakuan yang diuji

berpengaruh secara signifikan sehingga dilanjutkan dengan pengujian

LSD/BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan

efek yang signifikan dari kelima perlakuan. Dari hasil uji LSD/BNT (Beda

Nyata Terkecil) diperoleh hasil yang tidak berbeda secara signifikan dari

ketiga dosis yang diberikan dibandingkan dengan kontrol negatif.

Sedangkan untuk kadar SGPT pada pengujian Anova menunjukkan

hasil yang signifikan juga dimana ekstrak yang diberikan memiliki efek pada
hewan uji setelah diinduksi dengan aspirin dosis toksik, sehingga dilakukan

test pengujian Anova dengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05) atau

Ftabel0.05 dengan menggunakan alat bantu komputer dimana menunjukkan

hasil yang signifikan dimana ekstrak yang diberikan memiliki efek pada

hewan uji, dimana hipotesis Fhitung>Ftabel0.05 adalah 15.4>2.866 yang

berarti perlakuan yang diuji berpengaruh secara signifikan dan juga diperoleh

hasil P-value dengan nilai 6.7E-06 yang berarti perlakuan yang diuji menolak

H0 atau dengan kata lain perlakuan yang diuji berpengaruh secara signifikan

sehingga dilanjutkan dengan pengujian LSD/BNT (Beda Nyata Terkecil)

dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan efek yang signifikan dari kelima

perlakuan. Dari hasil uji LSD/BNT (Beda Nyata Terkecil) diperoleh hasil

yang tidak berbeda secara signifikan dari ketiga dosis yang diberikan

dibandingkan dengan kontrol negatif.

Dari hasil statistik menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan dari

pengujian kadar SGOT dan SGPT, dimana ekstrak buah pare memiliki efek

terhadap kadar SGOT tetapi efeknya tidak sama dengan kontrol positif

sedangkan untuk kadar SGPT dosis 500 mg/kg BB dapat memberikan efek

yang hampir sama dengan kontrol positif dalam penurunan kadar SGPT.

Tetapi kita kembali kepada enzim itu sendiri, dimana enzim GOT tidak

spesifik terhadap kerusakan sel hati karena enzim GOT juga terdapat pada

otot jantung, otot tubuh, ginjal dan pankreas, sedangkan enzim GPT sangat

spesifik terhadap sel-sel hati. Dimana penentuan aktivitas ALT atau SGPT

dianggap sebagai tes yang lebih spesifik terhadap adanya kerusakan


hepatoseluler akut, sedangkan aktivitas AST atau SGOT akan menjadi lebih

tinggi apabila terdapat nekrosis jaringan yang lebih hebat. Jadi, apabila

ekstrak buah pare dapat menurunkan kadar SGPT sudah dikatakan bersifat

sebagai hepatoprotektor.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) 500 mg/kg BB memberikan

efek hepatoprotektor pada mencit yang diinduksi aspirin pada taraf nyata

0,05 dengan (P-value) = 0,000293 dan 6.7E-06 yang menunjukkan pengaruh

yang signifikan dari keduanya.

2. Kadar SGOT dan SGPT ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) 500

mg/kg BB setelah diinduksi aspirin yaitu 27.6 /L dan 26 /L.

B. Saran

Melihat hasil yang diperoleh dari penelitian ini maka peneliti

menyarankan:

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi ekstrak buah pare

yang lebih besar untuk penurunan kadar SGPT

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efek hepatoprotektor dalam

pengujian enzim seperti alkalin fosfatase, ornitin karbamil transferase

(OCT), sorbitol dehidrogenase (SDH), malondialdehid (MDA), dan lain-

lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E. and David F. Ollis, 1986, Biochemical Engineering


Fundamentals, 2nd edition, McGraw-Hill Book Co., Singapore.
Cahyono, JBSB. 2009, Hepatitis A. Yogyakarta : Kanisius Yogyakarta
Dalimartha S. 2005, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Depkes RI. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI.
Desti, Q. N. 2015, Pengaruh Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa acuminata)
Terhadap Hepar Tikus (Rattus norvegicus) Yang diinduksi Aspirin,
Skripsi, Program Studi Pendidikan dokter, Universitas Lampung.
Fauziah Elly. 2010, Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia
L.) pada Tikus Putih Jantan.USMS, Surakarta.
Federer, L. R. 1963, Experimental Design, Theory and application. New York:
Mac. Millan. Hal. 544.
Goodman & Gilman. 2007, Dasar dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC
Irvanda R. 2007, Pengaruh pemberian aspirin berbagai dosis per oral terhadap
gambaran histopatologi hepar. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Jeon, Bo Young et al, 2007, Development of a Serial Bioreactor System for Direct
Ethanol Production from Starch Using Aspergillus niger and
Saccharomyces cerevisiae, Biotechnology and Bioprocess Engineering,
Vol. 12, pp. 566-573.
Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2009, Katzung Basic & Clinical
Pharmacology, 11th ed. United States of America: Lange.
Maheswari C., Maryammal R., Venkatanarayanan R., 2008, Hepatoprotective
Activity Of Orthosipon Stamineus On Liver Damage Caused By
Parasetamol In Rats. JJBS. Vol.1. No.3. 105-108
Mangkoewidjojo, S, 1998, Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan hewan
percobaan di daerah tropis. UI press. Jakarta. Hal : 10- 18.

Murray RK, Granner DK, Rodwel VW. 2009, Biokimia Harper. Ed ke-27.
penerjemah Wulandari N., Terjemahan dari: Harpers Illustrated
Biochemistry. EGC. Jakarta.
Novi Arista. 2009, Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Terhadap Kadar
SGPT Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Paracetamol.USMS,
Surakarta.
Oktavia Sri Dkk. 2015, Uji Aktifitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun Sukun
(Artocarpus Altilis (Parkinson) fosberg) Terhadap Kerusakan Hati yang
Diinduksi (CCl4). STIFARM, Padang.
Orbayinah S., Kartyanto A., 2008, Efikasi Binahong (Anredera cordifolia (ten)
steenis) Terhadap Kadar Alkalin Posphatase. Mutiara Medika. Vol.21
No.3
Robinson T. 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi 6. Bandung
Penerbit ITB, pp : 191-193.
Sasminto. 2013, Uji Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Tenore.) Steen) Terhadap Kadar ALT (Alanin
Aminotransferase) Pada Tikus Jantan Galur wista (Rattus Norvegicus)
yang Diinduksi Paracetamol. UMS, Surakarta..

Sirait RRU, Windarti I, Fiana DN. Effect of Oral Route Rhizome Temulawak
(Curcuma xanthorriza Roxb.) on Liver Damage of White Male Rats
(Rattus Norvegicus) Sprague Dawley Strain Induced by Aspirin. Majority.
2014. 3(4): 129-137
Sudarsono D.G., Subagus W. 2002, Tumbuhan Obat II. Hasil Penelitian , Sifat -
Sifat dan Penggunaan. Yogyakarta : Penerbit PSOT UGM, pp : 114-116

Sugiyanto, 1995, Petunjuk Praktikum Farmakologi, Edisi IV. Laboratorium


Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Farmasi Universitas
GadjahMada. Yogyakarta.
Tati Subahar. 2004, Khasiat & Manfaat Pare, si Pahit Pembasmi Penyakit.
Jakarta: Agromedia Pustaka, pp : 4-16, 45-46.
Waji R.A., Sugrani A., 2009, Makalah Kimia Organik Bahan Alam Flavanoid
(Quercetyn). (maret 2012)
Widman, F. K. 1995, Tinjauan Klinis atas Hasi Pemeriksaan Laboratorium.
(Edisi 9). Penerjemah: Siti Budina Kresno, Ganda Soebrata, J. Latu.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winarno Wien Dkk. 2011, Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia) terhadap Gambaran Sel Epitel Kelenjar Prostat Tikus Putih.
Depkes RI, Jakarta.
Lampiran 1. Perhitungan Dosis dan Volume Pemberian Sampel

1. Ekstrak 125 mg (P1)

Berat rata-rata mencit = 20,56 g

- Dosis 125 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 20,56 g

= 2,57 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0025 g x 5 ekor mencit

= 0,0125 g/5 ekor mencit

-Volume pemberian = x volume pemberian

= x 1 mL

= 0,68 mL

2. Ekstrak 250 mg (P2)

Berat rata-rata mencit = 20,77 g

- Dosis 125 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 20,77 g

= 5,1925 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0052 g x 5 ekor mencit

= 0,026 g/5 ekor mencit

-Volume pemberian = x volume pemberian

= x 1 mL

= 0,69 mL
3. Ekstrak 500 mg (P3)

Berat rata-rata mencit = 20,11 g

- Dosis 500 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 20,11 g

= 10,0550 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0100 g x 5 ekor mencit

= 0,05 g/5 ekor mencit

-Volume pemberian = x volume pemberian

= x 1 mL

= 0,67 mL

4. Curcuma FCT 20 mg K (+)

Dosis konversi = Nilai konversi x dosis untuk manusia

= 0,0026 x 20 mg/kg BB

= 0,052 mg/kg BB

= 0,052 mg/kg : berat rata-rata mencit

= 0,052 mg/kg : 23,17 g

Ditimbang = 0,0022 mg/kg > konversi ke gram = 2,2

= 2,2 mg/g BB x berat rata-rata mencit

=2,2 mg/g BB x 23,17 g

= 50,97 mg/ekor x 5 ekor

= 254,85 mg > Konversi ke gram

= 0,2548 g
Volume pemberian = x volume pemberian

= x 1 mL

= 0,77 mL

5. Untuk kontrol negatif (Na CMC) K(-)

- Berat rata-rata mencit = 22,93 g

Volume pemberian = x volume pemberian

= x 1 mL = 0,76 mL
Perhitungan Dosis Aspirin

1. Aspirin 400 mg (P1)

Berat rata-rata mencit = 20,56 g

- Dosis 400 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 20,56 g

= 8,22 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0082 g x 5 ekor mencit

= 0,041 g/5 ekor mencit

2. Aspirin 400 mg (P2)

Berat rata-rata mencit = 20,77 g

- Dosis 400 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 20,77 g

= 8,30 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0083 g x 5 ekor mencit

= 0,041 g/5 ekor mencit

3. Aspirin 400 mg

Berat rata-rata mencit = 20,11 g

- Dosis 400 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 20,11 g

= 8,04 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0080 g x 5 ekor mencit


= 0,040 g/5 ekor mencit

4. Aspirin 400 mg K (+)

Berat rata-rata mencit = 20,11 g

- Dosis 400 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 23,17 g

= 9,26 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0092 g x 5 ekor mencit

= 0,0463 g/5 ekor mencit

5. Aspirin 400 mg (Na CMC) K(-)

Berat rata-rata mencit = 20,11 g

- Dosis 400 mg/kg = x berat rata-rata mencit

= x 22,93 g

= 9,17 mg/g BB > konversi ke gram

= 0,0091 g x 5 ekor mencit

= 0,0458 g/5 ekor mencit


Lampiran 2. Analisis data

Tabel Rata-Rata SGOT & SGPT Sebelum Dan Sesudah Perlakuan

Kadar Setelah Pemberian Ekstrak Kadar Setelah


Perlakuan Buah Pare Pemberian Aspirin

SGOT SGPT SGOT SGPT


Buah Pare 125
27.4 20 42.6 37.6
mg
Buah Pare 250
27.2 19.4 32.8 29.6
mg
Buah Pare 500
27.2 20.2 27.6 26
mg
Kontrol (+) 27 16.6 25.6 23.8

Kontrol (-) 25.4 19.2 130.82 119


Tabel Kadar SGOT Setelah Perlakuan

Replikasi
Perlaku Standar
I II III IV V Mean
an Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Buah 48 40 41 43 41 213 42.6 3

125 mg
Buah 29 35 31 33 36 164 32.8 3

250 mg
Buah 26 26 27 29 30 138 27.6 2
500 mg
Kontrol 29 28 22 23 26 128 25.6 3

(+)
Kontrol 254 105 95 58 142 654 130.8 75

(-)
TOTAL 386 234 216 186 275 1297

Tabel Analisis Variansi SGOT

Sumber JK DB KT Fhitung P-value Ftabel


Variasi
Perlakuan 39793.44 4 9948.36 8.77 0.000293 2.866

Galat 22675.20 20 1133.76


Total 62468.64 24

Perhitungan Faktor Koreksi (FK), t = treatment (perlakuan), r = replikasi

FK = (Perlakuan^2 ) / r.t

= 1297^2 / 25 = 67288.36
Derajat Bebas (DB)

DB Total = r.t 1 = 25 1 = 24

DB Perlakuan = t-1 = 5 1 =4

DB Galat = DB Total DB Perlakuan = 24 4 = 20

Perhitungan Jumlah Kuadrat dan Kuadrat Tengah

JK Total = ( 48^2 +.+ 142^2) FK = 62468.64

JK Perlakuan = (213^2 +.+654 ^2 ) / 5 FK = 39793.44

JK Galat = JK Total JK Perlakuan = 22675.2

KT Perlakuan = JKPerlakuan / DB perlakuan = 9948.36

KT Galat = JK Galat / DB Galat = 1133.76

Fhitung = KT perlakuan / KT galat = 8.77

Hipotesis Fhit>Ftabel0.05= 8.77>2.866 yang berarti perlakuan yang diuji

berpengaruh secara signifikan. Sehingga bias dilanjutkan dengan uji

Beda Nyata Jujur (BNT)

Uji Beda NyataTerkecil (BNT)

BNT0.05 = (t0.05,DBgalat) *

= 2.086 * 21.296

= 44.42
Tabel BNT

Buah 125 Buah 250 Buah 500 Kontrol (+) Kontrol (-)
mg mg mg
42.6 32.8 27.6 25.6 130.8
Buah
0 9.8 15 17 88.2**
125 mg
Buah
0 5.2 7.2 98**
250 mg
Buah
0 2 103.2**
500 mg
Kontrol
0 105.2**
(+)
Kontrol
0
(-)
Keterangan :

** = menunjukkan bahwa antara perlakuan yang diuji berbeda secara


signifikan, namun apabila tidak terdapat ** berarti antara perlakuan
yang diuji tidak berbeda signifikan.

Grafik SGOT sebelum dan sesudah perlakuan


140 130.8
120

100

80
Kadar

sebelum
60 perlakuan
42.6
40 32.8 setelah
27.4 27.2 27.227.6 2725.6 25.4 perlakuan
20

0
Buah 125 mg Buah 250 mg Buah 500 mg Kontrol (+) Kontrol (-)
Perlakuan
Tabel Kadar SGPT Setelah Perlakuan

Replikasi
Standar
Perlakuan I II III IV V Mean
Deviasi
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Buah 125 35 39 33 40 41 188 37.6 3.44
mg
Buah 250 27 30 27 30 34 148 29.6 2.88
mg
Buah 500 25 29 25 24 27 130 26 2.00
mg
Kontrol 27 27 24 20 21 119 23.8 3.27
(+)
Kontrol 198 98 81 76 142 595 119 51.24
(-)
TOTAL 312 223 190 190 265 1180

Tabel Analisis Variansi SGPT

Sumber JK DB KT Fhitung P-value Ftabel


Variasi
Perlakuan 32770.8 4 8192.7 15.40 6.7E-06 2.87
Galat 10643.2 20 532.16
Total 43414 24

Perhitungan Faktor Koreksi (FK), t = treatment (perlakuan), r = replikasi

FK = (Perlakuan^2 ) / r.t

= 1180^2 / 25 = 55696
Derajat Bebas (DB)

DB Total = r.t 1 = 25 1 = 24

DB Perlakuan = t-1 = 5 1 =4

DB Galat = DB Total DB Perlakuan = 24 4 = 20

Perhitungan Jumlah Kuadrat dan Kuadrat Tengah

JK Total =( 35^2 +.+ 142^2) FK = 43414

JK Perlakuan = (188^2 +.+595 ^2 ) / 5 FK = 32770.88

JK Galat = JK Total JK Perlakuan = 1064.32

KT Perlakuan = JKPerlakuan / DB perlakuan = 8192.7

KT Galat = JK Galat / DB Galat = 532.16

Fhitung = KT perlakuan / KT galat = 15.40

Hipotesis Fhit>Ftabel0.05= 15.4 <2.87 yang berarti perlakuan yang diuji

berpengaruh secara signifikan. Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji

Beda Nyata Terkecil (BNT).

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

BNT0.05 = (t0.05,DBgalat) *

= 2.086 * 14.59

= 30.434
Tabel BNT

Buah 125 Buah 250 Buah 500 Kontrol (+) Kontrol (-)
mg mg mg
37.6 29.6 26 23.8 119

Buah
0 -8 -11.6 -13.8 81.4**
125 mg
Buah
0 -3.6 -5.8 89.4**
250 mg
Buah
0 -2.2 93**
500 mg
Kontrol
0 95.2**
(+)
Kontrol
0
(-)
Keterangan :

** = menunjukkan bahwa antara perlakuan yang diuji berbeda secara


signifikan, namun apabila tidak terdapat ** berarti antara perlakuan
yang diuji tidak berbeda signifikan.

Grafik SGPT sebelum & sesudah perlakuan


140
119
120
100 sebelum
80 perlakuan
Kadar

60
37.6 sesudah
40 29.6
20 19.4 20.226 23.8
16.6 19.2 perlakuan
20
0
Buah 125 Buah 250 Buah 500 Kontrol (+) Kontrol (-)
mg mg mg
Perlakuan
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

a. b. c.

d. e. f.

g. h. i.

Keterangan: a. Pencucian/pembersihan sampel, b. Perajangan sampel, c.


Penimbangan sampel, d. Proses maserasi sampel, e. Penyaringan sampel buah
pare setelah dimaserasi selama 5 hari, f. Hasil penyarian ekstrak buah pare, g.
Penimbangan mencit, h. penimbangan Kontrol positif, i. Pengambilan darah
mencit.
j. k. l.

m. n.

Keterangan: j. Proses sentrifuge darah mencit, k. hasil sentrifuge darah mencit,


l. Reagent GOT, m. Reagent GPT, n. Alat fotometer

Anda mungkin juga menyukai