Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.. Penyebab utama trauma adalah
kecelakaan lalu lintas, industri, olah raga dan rumah tangga. Setiap tahun 60 juta penduduk di
Amerika Serikat mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan medis, 3,6 juta (12% dari
30 juta) membutuhkan perawatan di rumah sakit dan menghabiskan biaya sebesar 100 milyar
dollar (40%) dari biaya kesehatan di Amerika Serikat. Didapatkan 300 ribu orang diantaranya
menderita kecacatan yang bersifat menetap (1%) dan 8,7 juta orang menderita kecacatan
sementara (30%). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian sebanyak 145 ribu orang per
tahun (0,5%).

Di Indonesia, kematian akibat kecelakaan lalu lintas + 12.000 orang per tahun, sehingga
dapat disimpulkan bahwa trauma dapat menyebabkan:

1. Dibutuhkan biaya perawatan yang sangat besar


2. Angka kematian yang tinggi
3. Hilangnya waktu kerja yang banyak
4. Kecacatan sementara dan permanen

Fraktur bisa mengenai berbagai bagian tubuh, salah satunya dapat terjadi fraktur di
daerah lengan bawah seperti fraktur Galeazzi, fraktur distal radius yang terbagi lagi menjadi
fraktur Colles, fraktur Smith, dan fraktur Barton. Pada refrat ini akan dibahas mengenai
pemeriksaan radiologis pada fraktur Colles dan fraktur smith.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Kinesiologi Antebrakhii Distal

Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira
1,5-2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemukan bagian distal tulang radius yang
relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa
dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk
tempat lewatnya tendon ekstensor. Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot
pronator quadratus. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus
styloideus radius dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian
ini merupakan tempat insersi otot brakhioradialis.

Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi
radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan
sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen antara lain:

1. Ligamentum carpal volar (yang paling kuat)


2. Ligamentum carpal dorsal
3. Ligamentum carpal dorsal dan volar
4. Ligamentum collateral

Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan
navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian
distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan
ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat
ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus
artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang
melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus
homolognya dan diskus artikularis bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang
kesemuanya menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid
triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage complex) (Sjamsuhidayat & de Jong,
1998).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta
gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat
oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-
kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak
rotasi. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral) Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar


(ventral) seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan angulasi ventral
umumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang melibatkan angulasi
dorsal sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila reduksinya
tidak sempurna. Gambar 1b memperlihatkan sudut normal yang dibentuk tulang ulna
terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting
dalam perawatan fraktur lengan bawah bagian distal, karena kegagalan atau reduksi
inkomplit yang tidak memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada
gerakan tangan oleh ulna. (Simon & Koenigsknecht, 1987)
2.2 Fraktur Colles

Definisi

Fraktur Colles adalah fraktur radius bagian distal (sampai 1 inchi dari ujung
distal) dengan angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior, dan deviasi fragmen
distal ke radial; dapat bersifat kominutiva dan dapat disertai fraktur prosesus
stiloid ulna. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari
samping menyerupai bentuk garpu (dinner-fork deformity). Abraham Colles adalah orang
yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang
dikenal dengan nama fraktur Colles Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles
pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan,
dengan pergeseran dorsal fragmen distal. Sejak saat itu fraktur jenis ini diberi nama
sebagai fraktur Colles sesuai dengan nama Abraham Colles.

Etiologi

Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang
akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari
permukaan persendian pergelangan tangan.

Epidemiologi

Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun Secara umum insidennya kira-
kira 8 15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu
survey epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari
seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur di atas
50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada
pria dan wanita lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari
seluruh fraktur radius (Cooney,1980). Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka
kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50
59 tahun.
2.3 Fraktur Smith

Definisi

Fraktur Smith adalah fraktur radius distal dengan fragmen distal berpindah ke arah
volar (terbalik dari fraktur Colles). Biasa juga disebut sebagai fraktur Colles terbalik. Fraktur
Smith pertama kali dikemukakan oleh R.W. Smith. Cedera ini biasanya sekunder dari benturan
pada dorsum pergelangan tangan atau radius distal dengan lengan bawah dalam keadaan
pronasi. Fraktur jenis ini lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita, dan khas pada
dewasa muda.

Etiologi
Ditemukan deformitas dengan fragmen distal mengalami pergeseran ke arah volar
dimana garis fraktur tidak melalui persendian.2
Terjatuh pada sisi punggung tangan dapat menyebabkan fraktur pada sisi bawah
radius dengan perpindahan ke arah anterior dari fragmen distal.

Fraktur Smith yang sejati adalah fraktur melintang sekitar 1 inci (2-5 cm) proksimal
pergelangan tangan dan berbeda dari fraktur Colles dari arah perpindahan fraktur,
karena fragmen fraktur berpindah ke arah anterior.
Tidak terdapat ruptur pada pembungkus daerah pergelangan tangan dan konsekuensi
subluksasi dari pergelangan tangan.3

Klasifikasi

Tipe I: ekstra artikular;


Tipe II: melintasi permukaan artiklar dorsal;
Tipe III: masuk ke sambungan radiocarpal (Fraktur Volar Barton = Tipe Smith III
keduanya melibatkan dislokasi volar dari carpus assoc w / intra articular distal radius)

2.4. Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara


klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi
tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis
patah tulang. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)

Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur


kominutif dan mengetahui letak persis patahannya (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998).
Pada gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil. Dikatakan stabil
apabila hanya terjadi satu garis patahan, dan instabil bila patahannya kominutif dan
crushing dari tulang cancellous.

Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto tulang yang
bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto antero-posterior (AP) dan lateral. Bila kedua
proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, maka
dibuat 2 proyeksi tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi
yang dibuat, ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Proyeksi tambahan oblik
biasanya juga dibutuhkan untuk menilai trauma pada persendian. Pada fraktur
ekstremitas, daerah yang difoto harus cukup luas dengan mencakup setidaknya satu
persendian. Namun, pemeriksaan radiologis tulang yang berada di antara dua sendi
sebaiknya mencakup keseluruhan panjang tulang mulai dari persendian proksimal hingga
persendian distal tulang tersebut. Untuk melihat fraktur pada tulang radius bagian distal,
khususnya fraktur Colles, dibuat foto proyeksi AP dan lateral.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan foto Roentgen:

Adakah fraktur, dimana lokasinya?


Tipe (jenis) fraktur dan kedudukan fragmen
Bagaimana struktur tulang: biasa?patologik?
Bila dekat/pada persendian:adakah dislokasi?fraktur epifisis?
Pemeriksaan foto Roentgen pada kasus curiga fraktur digunakan untuk:
a. Mendiagnosis adanya fraktur dengan memperhatikan lokasinya, tipe (jenis
fraktur), dan kedudukan fragmen. Bila dekat atau pada persendian, maka dapat
diperhatikan adanya dislokasi, fraktur epifisis, dan pelebaran sela sendi karena
efusi ke dalam rongga sendi.
b. Menentukan struktur tulang apakah tulang dasarnya normal atau patologis.
c. Memperlihatkan posisi ujung tulang sebelum dan sesudah terapi fraktur. Foto
roentgen dilakukan segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen.
Bila dilakukan reposisi terbuka perlu diperhatikan kedudukan pen
intramedular(kadang-kadang pen menembus tulang) ataupun plate and
screw(kadang-kadang screw lepas).
d. Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur
- Pembentukan callus
- Konsolidasi
- Remodeling: terutama pada anak-anak
- Adanya komplikasi
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan foto rontgen:
1. Foto tulang apa
2. Jenis tulang (anak/ dewasa)
3. Alignment: Simetris/tidak
4. Bone : Ada fraktur/ tidak
Jika ada:
o Jenisnya
o lokasi fraktur
o kedudukan fraktur
o ada callus atau tidak
o ada komplikasi atau tidak
o ada reaksi periosteal atau tidak
o keadaan struktur tulang(korteks dan medulla)
5. cartilago:
o Apakah ada dislokasi/tidak
o Destruksi
o Bagaimana celah sendinya
6. Soft Tissue: apakah ada swelling atau tidak
Pemeriksaan Radiologis Konvensional pergelangan tangan
proyeksi PA dan lateral
Colles Fracture-PA Radiograph
Colles Fracture-Lateral Radiograph

Dinner Fork Deformity


PemeriksaanCT-Scan

Ct-scan bersifat lebih sensitif daripada radiografi konvensional untuk mendeteksi


kerusakan tulang karena dapat menampilkan potongan aksial, koronal dan sagital dari
objek. Selain itu ct scan digunakan jika ingin memperlihatkan gambaran yang cukup
pada sendi radiokarpal dan jaringan lunak, yang tidak dapat dilihat jelas pada radiografi
konvensional

Ct Scan penampang axial menunjukkan fraktur kominutif distal os.Radius


Ct Scan penampang coronal menunjukkan adanya fraktur kominutif distal os.Radius

Ct Scan penampang sagital menunjukkan adanya fraktur kominutif os.Radius

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI digunakan jika ingin melihat lebih jelas jaringan lunak khusunya adanya cedera
ligamen dan triangular fibrocartilage complex ( TFCC) atau dapat juga digunakan jika
curiga terdapat fraktur yang tidak dapat diperlihatkan pada radiografi konvensional.

MRI tidak rutin digunakan pada evaluasi awal fraktur radius distal akut pada trauma
tangan. Namun bagaimanapun, pencitraan ini berguna untuk melilai kelainan tulang,
ligamen, dan jaringan lunak yang berkaitan dengan fraktur radius distal. MRI rutin
digunakan untuk menilai integritas ligamentum intercarpal, kompleks rawan fibroid
triangularis, dan nervus medianus pada carpal tunnel.

2.5 Patogenesis

Fraktur Colles terjadi ketika seseorang berusaha menahan dirinya ketika terjatuh dengan
lengan ekstensi, pronasi dan dorsofleksi, seperti refleks orang untuk menahan benturan
pada umumnya. Hal ini menyebabkan transfer tenaga dari carpus (lunate dan schapoid)
menuju radius distal dengan arah mengikuti arah dorsal dan sumbu panjang radius. Yang
terjadi adalah fraktur pada radius distal disertai displacement tangan ke arah dorsal dan
radial. Pada prinsipnya, fraktur Colles terjadi karena benturan pada ventral pergelangan
tangan.

Fraktur Smiths merupakan kebalikan dari fraktur Colles. Fraktur Smiths terjadi ketika
seseorang berusaha menahan dirinya ketika terjatuh dengan lengan ekstensi, pronasi dan
plantar fleksi. Dengan demikian, terjadi fragmentasi yang masuk ke dalam sisi ventral lengan
bawah. Pada prinsipnya, fraktur Smiths terjadi karena benturan pada dorsal pergelangan
tangan.

Gejala Klinik

Pada fraktur Colles, didapatkan tanda - tanda khas yaitu dorsal tilt, pemendekan radius, dan
fragment menuju dorsal lengan.

Pada fraktur Smiths, didapatkan tanda - tanda khas yaitu nyeri di dalam pergelangan
tangan, ventral tilt, radius menjadi memanjang, dan fragment menuju ventral lengan.

Fraktur Smiths lebih membahayakan lengan dibandingkan dengan fraktur Colles karena
fragmen pada fraktur Smiths lebih mudah mengenai struktur neurovaskular yang
berdekatan.
2.6 Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai