Anda di halaman 1dari 32

Identitas Pasien

Nama : Ny. F
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Menikah : 1x, selama 8 tahun
Nama suami : Tn. R
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cibaduyut, Bandung
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 57 kg
BMI : 24,67 kg/m2
DPJP : Sp.OG
Anamnesis
Keluhan utama : keputihan
Anamnesis (autoanamnesis) :
Wanita, 35 tahun, P3A1 datang ke poli kandungan dengan keputihan
sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh sering keputihan yang banyak,
berwarna kekuningan yang terasa gatal dan berbau hampir setiap hari
sejak 3 bulan terakhir. Pasien tidak mengeluh adanya nyeri maupun
perut yang membesar, ataupun perut terasa penuh. Nyeri saat
berhubungan suami-istri disangkal. Perdarahan yang keluar dari jalan
lahir disangkal.
Pasien sudah menikah 8 tahun, dan memiliki 2 orang anak. Anak
terakhir berusia 4 tahun. Pasien pernah mengalami abortus pada
kehamilan pertamanya.
Pasien tidak merasakan demam, sesak napas, nyeri dada dan perut,
mual dan muntah. Pasien tidak merasakan adanya nyeri pada alat
genital dan sekitarnya. Nafsu makan pasien masih baik, tidak ada
penurunan berat badan. Pasien tidak memiliki riwayat jatuh/trauma
perut atau tulang panggul. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Anamnesis tambahan :
RPD : baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini,
riwayat infeksi seksual (-), hipertensi (-), asma (-),
DM (-)
RPK : tak ada yang mengalami keluhan yang sama,
hipertensi (-), asma (-), DM (-)
Riwayat operasi : SC
Riwayat pengobatan : -
Riwayat menstruasi:
HPHT : 27 November 2017
Siklus haid/ durasi : siklus 28 hari, 4-5hari.
Nyeri haid : (-)
Keputihan : (+), kekuningan, gatal (+), bau (+)
Kebiasaan : rokok (-), alkohol (-)
Riwayat obstetri :
partus 2x, yang terakhir usia 4 tahun
Partus matur
Abortus : ada; pada kehamilan pertama saat usia kehamilan
6 minggu dan di kuret.
Jumlah anak 2 orang, hidup 2 orang, mati
Riwayat KB : IUD sudah dipasang 4 tahun
Menopause : -
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik, kesadaran compos mentis
Tanda Vital:
TD : 90/60 mmHg
N : 73x / menit
R : 20x / menit
S : 36,6C
Status Generalis
Kepala :
Conjungtiva anemis (-/-)
Sclera ikterik (-/-)
Leher : tak teraba pembesaran
Thorax :
Cor : BJM, murmur (-)
Pulmo : VBS ka=ki, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : datar, soepel,nyeri tekan (-), BU (+) normal, hepar lien tak teraba
Ekstrimitas : oedem (-/-), CRT <2detik
KGB inguinal tak teraba membesar
Status Ginekologis
Inspeksi: Pemeriksaan Dalam :
Vulva : t.a.k tidak dilakukan
Vagina : t.a.k
Fluor : (+) kekuningan
Fluksus : (-)
Tumor (-)
Diagnosis Kerja
Vulvovaginitis (Fluor Albus)
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi rutin
Urinalisis rutin
Pemeriksaan KOH 10%
Pemeriksaan mikroskopis (pewarnaan gram)
Kultur dan resistensi antibiotik
USG
Pap Smear
CEA
Rencana Terapi
Edukasi :
Sering ganti celana dalam ( gunakan celana
katun)
Hindari penggunaan celana ketat
Jaga kebersihan organ genital
Minum air putih yang cukup
Medikamentosa:
Pilihan utama:
oKlindamisin 2x300 mg p.o (7 hari)
Pilihan lain:
oMetronidazol 3x 250 mg/hari p.o (7 hari)
oAmoxicilin 3x500 mg p.o (7 hari)
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Fluor Albus
Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina
selain darah haid.
Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologis (normal) dan ada yang patologis (tidak
normal). Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan
gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita.
Fluor albus dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari 1/3 pasien
yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80% diantaranya adalah
yang patologis.
Fluor albus yang patologis
disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema,
Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis. Fluor albus juga dapat
disebabkan oleh neoplasma/keganasan, benda asing, menopause, dan erosi.

Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi,
karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi
hormonal, pembilasan vagina yang rutin
Epidemiologi
Perempuan yang mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan
hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif.
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis menyerang
wanita usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak
mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya. Kasus ini
lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi yang rendah.
Fluor albus juga merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh
penderita DM dan pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam
waktu lama
Etiologi
Fluor albus fisiologis pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina.
Fluor albus fisiologis ditemukan pada :
a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen
dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
c) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
d) Kehamilan.
e) Stres, kelelahan
f) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
g) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Fluor albus patologis biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.
fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri (Gonococcus, Chlamidia trachomatis,
Gardanerrella vaginalis, Treponema Pallidum)
b. Jamur (Candida albicans)
c. Parasit (Trichomonas vaginalis)
d. Virus( Virus Herpes, HPV)
2. Iritasi :
a. Sperma, pelicin, kondom
b. Sabun cuci dan pelembut pakaian
c. Deodorant dan sabun
d. Cairan antiseptic untuk mandi.
e. Pembersih vagina.
f. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
g. Kertas tisu toilet yang berwarna.
3. Tumor atau kanker
4. Benda asing
5. Radiasi
6. Fistula
7. Penyebab lain :
a. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
b. Tidak diketahui : Desquamative inflammatory vaginitis
Patofisiologi
Sekelompok kuman harus bekerja secara sinergistik untuk
menimbulkan kejadian vaginosis.
Flora campuran kuman anaerob dapat tumbuh secara berlebihan
adanya peningkatan substrat, peningkatan pH, dan hilangnya
dominasi flora normal laktobasili yang menghambat pertumbuhan
kuman lain.
Pada wanita normal dijumpai kolonisasi strain Laktobasili yang
mampu memproduksi H2O2, sedangkan pada penderita vaginosis
terjadi penurunan jumlah populasi laktobasili secara menyeluruh,
sementara populasi yang tersisa tidak mampu menghasilkan H2O2.
H2O2 menghambat pertumbuhan kuman-kuman yang terlibat
dalam vaginosis terbentuknya H2O-halida karena pengaruh
peroksidase alamiah yang berasal dari serviks.
Dengan meningkatnya pertumbuhan kuman, produksi senyawa amin
oleh kuman anaerob juga bertambah adanya dekarboksilase
mikrobial. Senyawa amin yang terdapat pada cairan vagina yaitu
putresin, kadaverin, metilamin, isobutilamin, fenetilamin, histamin,
dan tiramin.
Bakteri anaerob dalam suasana pH vagina yang meningkat akan
mudah menguap dan menimbulkan bau amis, bau serupa juga dapat
tercium jika pada sekret vagina yang diteteskan KOH 10%.
Senyawa amin aromatik (timbulnya bau amis) trimetilamin (suatu
senyawa amin abnormal yang dominan pada BV)
Bakteri anaerob akan memproduksi aminopeptida yang akan
memecah protein menjadi asam amino proses dekarboksilasi yang
akan mengubah asam amino dan senyawa lain menjadi amin
dekarboksilasi ornitin (metabolit arginin) putresin
dekarboksilasi lisin kadaverin
dekarboksilasi betain (metabolit kolin) akan menghasilkan trimetilamin
Poliamin asal bakteri ini bersamaan dengan asam organik yang
terdapat dalam vagina penderita infeksi BV, yaitu asam asetat dan
suksinat, bersifat sitotoksik dan menyebabkan eksfoliasi epitel vagina.
Hasil eksfoliasi yang terkumpul membentuk sekret vagina.
Dalam pH yang alkalis Gardnerella vaginalis melekat erat pada sel
epitel vagina yang lepas dan membentuk clue cells. Secara
mikroskopik clue cells nampak sebagai sel epitel yang sarat dengan
kuman, terlihat granular dengan pinggiran sel yang hampir tidak
tampak.
Gejala Klinis
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
- Rasa panas saat kencing
Diagnosis
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis
Dalam anmnesis yang harus diperhatikan adalah:
a. Usia
b. Metode kontrasepsi yang dipakai
c. Kontak seksual
d. Perilaku
e. Sifat fluor albus
f. Hamil atau menstruasi
g. Masa inkubasi
h. Penyakit yang diderita
i. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.
Pemeriksaan penunjang
A. Pengukuran pH
Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5)
b. Penilaian sedian basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sedian basah dengan KOH 10%
dan garam fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat diperiksa dengan
melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek
glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek
glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop.
C. Perwarnaan Gram
D. Kultur
E. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes
Genitalis dan Human Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
F. Tes Pap Smear
Nugent Score
Kriteria Amsel
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus
ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
(1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah
(2) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina
(3) Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu
(4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai