Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang actual maupun potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah,
apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada
kapanpun orang tersebut mengatakannya (Brunner & Suddarth. 2002).

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri
pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000)

Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari
lumbal sacral pada tulang belakang . Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah
suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S1 (Brunner & Suddarth. 2002)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah nyeri
kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para
vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis
dilumbal sacral pada tulang belakang.

B. Etiologi

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan
ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik.
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas (Wim de Jong.2000) .

1
C. Manifestasi Klinik

Pasien biasanya mengeluh nyeri punngung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang
serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks,
panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan
yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri
menunjukkan iritasi serabut saraf.

Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan


tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik
lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam
keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme
akan menghilang.

Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress
dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan anifestasi
depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita
memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan
keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja (Brunner & Sudarth. 2002).

D. Patofisiologi

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi
nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif.
Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi
orang lain (Ruth Craven. 2002).

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya
pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf
ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh

2
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak
lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis
paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan
nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap
transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam
system saraf pusat (Bruner & Sudarth. 2002).

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi
sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri ( Brunner & Suddarth.
2002).

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit
diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan
otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum
tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan
pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung(2,4).

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia
akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan
penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat

3
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (2,4).
Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
1 Nyeri Nosiseptif
2 Nyeri Neuropatik
1. Mekanisme Nyeri Nosiseptif pada Low Back Pain
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3
bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum
kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka
terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian
stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia
lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang
bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan.
Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang
membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan
munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus
syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga
berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit
dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung
menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh
aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa
penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus Pulposus (HNP,
penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro
(misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a. Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut syaraf

4
tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya karena
pergerakan.
b. Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi gangguan
keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler
menyebabkan aktivitas SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar
nosiseptor), akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah
lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi menyebabkan timbulnya
mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun
termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan juga pembentukan reseptor
adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu memperberat nyeri. Aktivitas ektopik
menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sepontan seperti parestesia,
disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang membedakan dengan nyeri
inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti hiperal dan alodinia. Terjadinya
hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena
wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat
sedang pada nyeri neuropatik terutama disebabkan penurunan reseptor opioid di
neuron kornu dorsalis dan peningkatan cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja
reseptor opioid.

E. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang mendertita nyeri punggung bawah.
Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau
scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang mendasari, seperti
adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis. MRI
memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang (Brunner & Suddarth. 2002).

F. Penatalaksanaan

Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan
tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan matras
yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian rupa

5
sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf lumbal.
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk lututnya atau
berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah bantal diletakkan
dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang
pasien perlu dirawat untuk penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan
relaksasi otot tersebut.

Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas, kolam
bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra
indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah
kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer massif yang timbul.
Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan akibat
pembengkakan pada stadium akut.

Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik


digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat
relaks pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat
antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia (2,4).

G. Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri
punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya
kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh
ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit (Helman.2010)

H. Prognosis
Dengan penanganan yang teratur kesembuhan pada penderita nyeri punggung bawah
diperkirakan 70% dalam 1 bulan, 90% dalam 3-6 bulan dan 4% sembuh setelah lebih dari 6 bulan
. Kesembuhan mutlak pada penderita nyeri punggung bawah karena spondilosis lumbal tidak bisa

6
diharapkan karena spondilosis adalah degeneratif sekitar annulus fibosus, lamina dan artikularis
yang mengeras karena terjadinya kalsifikasi (Helman. 2010).

7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Data fokus yang perlu dikaji:
a. Riwayat kesehatan
Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
- Diskripsi gejala dan lamanya
- Dampak gejala terhadap aktifitas harian
- Respon terhadap pengobatan sebelumnya
- Riwayat trauma
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
- Immunosupression (supresis imun)
- Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
- Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau infeksi.
- Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau
pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
- Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif: ankylosing
spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
- Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot
paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis,
NPB-spesifik)
- Adanya demam (infeksi)
- Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
- Keluhan visceral (referred pain)
- Gangguan miksi
- Saddle anesthesia
- Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda ekwina)
- Lokasi dan penjalaran nyeri.

8
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecap, perasa)
b) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sens sensorik.
- Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross
laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)
- Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
- Pemeriksaan system otonom
- Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
- Tes Naffziger
- Tes valsava.
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
d) Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
e) Sistem Gastrointestinal (Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic
dan eliminasi)
f) Sistem Integumen (Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
g) Sistem Reproduksi ( Untuk pasien wanita )
h) Sistem Perkemihan (Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan (Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat (Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat)
5) Pola kognitif dan perceptual (Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik)

9
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress (Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah
lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut
(kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur)
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan

2. Diagnosa Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back Pain adalah
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf vascular)
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan sendi, kontraktur)
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen injuri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
(fisik, kelainan muskulo keperawatan selama x kom-prehensif (lokasi, karateristik,
skeletal dan system syaraf 24 jam nyeri berkurang / durasi, frekuensi, kualitas, dan
vaskuler hilang dengan kriteria : faktor presipitasi).
2. Observasi reaksi non verbal dari
Batasan karakteristik : - Melaporkan nyeri ber- ketidaknyamanan.
Verbal: kurang / hilang 3. Gunakan teknik komunikasi
Menarik nafas pan-jang, - Frekuensi nyeri berku- terapetik untuk mengetahui
merintih rang / hilang pengalaman nyeri klien.
Mengeluh nyeri - Lama nyeri berkurang 4. Kaji kultur / budaya
Motorik: - Ketegangan otot berku- yang mempengaruhi respon nyeri.
- Menyeringaikan wajah. rang / hilang 5. Kontrol lingkungan yang dapat
- Langkah yang ter-seok- - Dapat istirahat mempe-ngaruhi nyeri (suhu
seok

10
- Postur yang kaku / tidak - Skala nyeri berkurang / ruangan, pencahayaan, dan
stabil menurun kebisingan)
- Gerakan yang amat - Klien melaporkan 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
lambat atau terpaksa kebu-tuhan istirahat (farmokologi, non farmakologi dan
Respon autonom tidur tercukupi inter-personal)
- Perubahan vital sign - Melaporkan kondisi 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
fisik baik me-nentukan intervensi.
- Melaporkan kondisi 8. Ajarkan tentang teknik non
psikis baik farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
10. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- 11. Tingkatkan istirahat
- 12. Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
13. Monitor penerimaan klien tentang
mana-jemen nyeri.

2 Hambatan mobilitas fi-sik Setelah dilakukan 1. Koreksi tingkat kemampuan


b.d nyeri, kerusakan tindakan keperawatan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 :
muskuloskeletal, keka- selama X 24 jam klien 0 : Klien tidak tergantung pada
kuan sendi atau kon- mampu mencapai orang lain
traktur mobilitas fisik dengan kri- 1 : Klien butuh sedikit bantuan
teria : 2:Klien butuh bantuan sederhana
Batasan karakteristik : 3 : Klien butuh bantuan banyak
- Postur tubuh kaku Mobility Level: 4 : Klien sangat tergantung pada
tidak stabil. - Klien dapat melakukan pemberian pelayanan
- Jalan terseok-seok mobilitas secara 2. Atur posisi klien
- Gerak lambat

11
- Membatasi perubahan bertahap dengan tanpa 3. Bantu klien melakukan
ge-rak yang mendadak merasakan nyeri. perubahan gerak.
atau cepat - Penampilan seimbang 4. Observasi / kaji terus
- Sakit berbalik - Menggerakkan otot dan kemampuan gerak motorik,
sendi keseimbangan
- Mampu pindah tempat 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum
tanpa bantuan dan sesudah melakukan latihan.
- Berjalan tanpa bantuan 6. Anjurkan keluarga klien untuk
melatih dan memberi motivasi.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain (fisioterapi untuk
pemasangan korset)
8. Buat posisi seluruh persendian
dalam letak anatomis dan
nyaman dengan memberikan
penyangga pada lekukan lekukan
sendi serta pastikan posisi
punggung lurus.
3. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur / Sleep
nyeri, tidak nyaman keperawatan selama X Enhancement
24 jam klien dapat 1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
Batasan karakteristik : terpenuhi kebutuhan 2. Anjurkan klien tidur secara teratur
- Pasien menahan sa-kit tidurnya dengan criteria : 3. Jelaskan tentang pentingnya tidur
(merintih, me- - Jumlah jam tidur cukup yang cukup selama sakit dan terapi.
nyeringai) - Pola tidur normal 4. Monitor pola tidur dan catat
- Pasien - Kualitas tidur cukup keadaan fisik, psykososial yang
mengungkapkan tidak - Tidur secara teratur mengganggu tidur
bisa tidur karena nyeri - Tidak sering terbangun 5. Diskusikan pada klien dan keluarga
- Tanda vital dalam tentang tehnik peningkatan pola
batas normal tidur

12
Manajemen lingkungan
1. Batasi pengunjung
2. Jaga lingkungan dari bising
3. Tidak melakukan tindakan
keperawatan pada saat klien tidur

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

Helman. 2010. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai