Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

4.1 LANDASAN HUKUM KEKERASAN

Kekerasan Fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau
luka berat. (Pasal 6 Undang-undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga).
Orang yang mengalami kekerasan fisik, biasanya juga mengalami kekerasan
psikologis dalam waktu yang sama. Sebelum melakukan kekerasan fisik, biasanya pelaku
kekerasan lebih dahulu melakukan ancaman, bentakan, atau hal-hal lain yang membuat
korban takut. Beberapa contoh bentuk kekerasan fisik yang pernah terjadi misalnya
memukul, menampar, menjambak, menendang, menusuk, membakar, menyabet, menyulut
dengan rokok, melemparkan benda yang mengarah pada anggota tubuh korban, dan
sebagainya. Kekerasan fisik tersebut bisa dilakukan baik dengan tangan kosong maupun
dengan alat (Kartika, 2014).
Kekerasan fisik pada dasarnya terbagi ke dalam kekerasan fisik ringan yang
dapat menimbulkan cidera ringan, dan kekerasan fisik berat yang dapat menimbulkan cidera
berat. Cidera berat termaktub dalam pasal 90 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Disebutkan bahwa luka berat adalah:
1. Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut;
2. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencaharian;
3. Misalnya seorang pemain organ kehilangan jari tangannya sehingga tidak bisa lagi
memainkan organ yang merupakan mata pancahariannya.
4. Tidak dapat lagi memakai salah satu pancaindera;
5. Panca indera adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, apa yang bisa dirasakan
oleh lidah, dan apa yang bisa dirasakan oleh seluruh tubuh.
6. Mendapat cacat besar;
7. Adanya perubahan menjadi buruk karena kehilangan atau kerusakan pada anggota
tubuhnya, misalnya hidung teriris.
8. Lumpuh (kelumpuhan);
9. Yaitu tidak dapat menggerakkan anggota tubuh.
10. Akal tidak sempurna lebih dari empat minggu;
11. Pikiran terganggu dan tidak dapat berpikir normal selama lebih dari empat minggu.
12. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
13. Selain itu hal tersebut diatas, kekerasan fisik yang berakibat pada pingsannya korban
juga dianggap sebagai kekerasan fisik berat.
Sedangkan cidera ringan adalah rasa sakit dan luka fisik yang tidak termasuk dalam
ketegori berat diatas. Namun demikian, repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke
dalam jenis kekerasan berat. KUHP mengenal istilah penganiaayaan yang diatur dalam pasal
351 KUHP. Penganiayaan bisa diartikan sebagai perbuatan dengan sengaja yang
menimbulkan rasa tidak enak, rasa sakit atau luka, termasuk juga perbuatan dengan sengaja
merusak kesehatan orang.
1. Perbuatan yang menimbulkan rasa tidak enak misalnya: menyuruh anak berdiri di
bawah terik matahari, mendorong orang hingga jatuh di comberan, dan
sebagainya.
2. Perbuatan yang menimbulkan rasa sakit, misalnya: mencubit, menampar,
menempeleng, dan sebagainya;
3. Perbuatan yang menimbulkan luka, misalnya: mengiris, menusuk dengan benda
tajam, dan sebagainya.
4. Perbuatan yang merusak kesehatan, misalnya: menyiram dengan air aki.

Ancaman Hukuman

Ancaman hukuman terhadap pelaku kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
diatur dalam pasal 44 UU No. 23 tahun 2004. Pada ayat (1) Pasal 44 ini disebutkan bahwa
setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga diancam
dengan hukuman paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,00
(lima belas juta rupiah).
Bila perbuatan itu mengakibatkan korban jatuh sakit atau luka berat maka dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp.
30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). Hukuman bisa bertambah paling lama menjadi 15
(lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp. 45.000.000,00 (empat puluh lima juta
rupiah) apabila mengakibatkan matinya korban.
Pasal 44 (4) menyebutkan bahwa dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda
paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Dalam KUHP tidak mengenal istilah kekerasan dalam rumah tangga. Namun
demikian pasal 356 KUHP memberikan ancaman hukuman lebih berat sepertiganya bagi
pelaku penganiayaan, yang dilakukan kepada ibunya, bapaknya yang sah, isterinya, atau
anaknya (Kartika, 2014).

Anda mungkin juga menyukai