TINJAUAN PUSTAKA
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebtuhan
Gagal jantung adalah kumpulan gejala klinis kronik yang terjadi saat jantung
tidak mampu memompa darah ke dalam sistem sirkulasi sehingga organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen dan nutrisi. (Burrai, Hasan, Fancourt, Luppi, & Somma, 2016).
2. Etiologi
Saat terjadi kondisi gagal jantung, curah jantung tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh atau dapat memenuhi kebutuhan hanya dengan peningkatan tekanan
curah jantung saat istirahat, namun mungkin tidak mencukupi saat menjalani aktivitas.
Fungsi jantung akhirnya menurun dan gagal jantung menjadi berat (dekompensata). Gagal
jantung disebabkan oleh kondisi yang melemahkan atau merusak miokardium. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari jantung (misalnya penyakit atau
faktor patologis intrinsik atau dari faktor eksternal. (Aaronson & Ward, 2010)
Menurut Loscalzo (2014), ada beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung,
yaitu:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung disebabkan karena
aliran darah ke otot jantung. Dengan adanya disfungsi otot jantung maka akan
menyebabkan gagal jantung antara lain tamponade, perikarditis dan stenosis katup
atrioventrikuler.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke otot jantung. (Loscalzo, 2014)
3. Klasifikasi
Klasifikasi fungsional dari gagl jantung dari New York Heart Association
Simpson, 2011)
a. Gagal jantung kiri, yaitu berbagai kondisi yang mengakibatkan gannguan ventrikel
a. Gagal jantung akut (Acute Heart Failure [AHF]) adalah gagal jantung jantung yang
mendadak. Tidak terdapat cukup waktu untuk terjadinya mekanisme kompensasi dan
curah jantung menurun secara bertahap , gejala dan tanda tidak terlalu jelas dan
takikardi dan palpitasi, nadi perifer lemah, pucat dan akral dingin.
2) Kongesti pulmonal: sesak napas bertambah buruk pada malam hari (paroxysmal
distensi vena jugularis, pembesaran hati dan limpa, anoreksia, edema menetap,
5. Patofisologi
Sebagian besar kondisi gagal jantung dimulai dari kegagalan ventrikel kiri yang
akhirnya berkembang menjadi kegagalan kedua ventrikel. Hal tersebut terjadi karena
kedua ventrikel ini merupakan dua sistem pompa jantung yang memiliki fungsi yang
diastolik. Kondisi ini disebut disfungsi diastolik. Hal tersebut akan berefek pada atrium
ventrikel kiri dan selanjutnya tekanan pada atrium kiri pun akan meningkat. Adanya
peningkatan tekanan pada atrium akan berdampak pada vena pulmonal yang
mengalirkan darah dari paru-paru ke atrium kiri. Jika kondisi ini terus berlanjut maka
kanan terjadi peningkatan afterload yang berlebihan pada ventrikel kanan disebabkan
karena peningkatan tekanan pulmonal s ebagai akibat dari disfungsi diastolik ventrikel
kiri. Akibatnya, darah tidak lagi dipompa secara efektif kedalam paru-paru sehingga
terjadi bendungan volume darah di atrium kanan, vena, dan sirkulasi perifer yang
jantung (CO: Cardiac Output) ditentukan oleh frekuensi jantung (HR: Heart Rate)
dan volume sekuncup (SV: Stroke Volume). Bila cardiac ouput berkurang, sistem
jaringan yang memadai maka stroke volume yang harus menyesuaikan diri untuk
c. Hipertrofi ventrikel
Hipertrofi ventrikel terjadi sebagai mekanisme terhadap ventrikel yang berdilatasi
akibat beban volume yang berlangusng lama. Kompensasi ini bertujuan untuk
pengisian ventrikel serta fungsi diastolik. (Gray, Dawkins, Morgan, & Simpson,
2011)
(Davey, 2008).
B. Tinjauan tentang Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup
Definisi kualitas hidup yang disepakati secara umum adalah merupakan istilah
yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang serta
kemampuan aktifitas dalam kehidupan sehari-hari (Furze, Donnison, & Lewin, 2008).
dalam bidang kehidupan (Gimmler & Lenk, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Kaawoan (2012), kualitas hidup didefiniskan sebagai suatu konsep yang disusun
Moser dan Riegel (2008) sebagai tahapan yang sempurna meliputi dimensi fisik,
mental dan kesejahteraan sosial, bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan saja.
Wilson dan Cleary (dikutip dalam Dharma 2011) menjelaskan tentang hubungan
antara konsep-konsep dasar dari kualitas hidup terkait kesehatan. Ada 5 aspek yang
kelima aspek tersebut yaitu aspek biologi/fisiologi, status gejala, status fungsional,
organ, jaringan dan sistem organ. Faktor ini dapat dilihat pada pemeriksaan
bentuk pernyataan subyektif. Pernyataan tersebut adalah gejala, yang terjadi akibat
hubungan atau pengaruh dari faktor biologi/fisologi, selain itu faktor budaya dan
penyakit yang timbul. Semakin berat suatu gejala penyakit maka akan semakin
umum merupakan hal yang penting dari perilaku sehat dan hasilnya akan
Kualitas hidup secara keseluruhan juga terkait dengan bahagia atau puasnya
komponen dari model HRQoL, tetapi pengaruh paling besar adalah terhadap
Definisi HRQoL menurut Wilson dan Cleary (1995) yaitu Health Related
timbul. Semakin berat suatu gejala maka semakin berkurang kemampuan fungsional
pasien. Oleh karena itu pasien dengan penyakit kronis seperti gagal jantung
kemapuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan fungsi yang terjadi
menjadi faktor prediktor untuk menilai hasil akhir dari kualitas hidup pasien akibat
penyakit gagal jantung. Tingkat keparahan gagal jantung dikaitkan dengan rendahnya
kuesioner yang berisi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Kualitas hidup
pasien gagal jantung diukur dengan menggunakan alat ukur spesifik yang disebut
Minnesota Living with Heart Failure Quesionnaire (MLHFQ) yaitu berupa kuesioner
Minnesota Living with Heart Failure Quesionnaire (MLHFQ) untuk mengetahui efek
gagal jantung terhadap kualitas hidup pasien gagal jantung Kuesioner ini juga pernah
jarang, 3 = sering dan 4 = selalu. Hasil skor penilaian dinyatakan dalam rentang 20-80
dengan perilaku yang menonjol (Davies & Craig, 2009). Seseorang yang memiliki
kesehatan mental yang normal adalah orang yang sehat hidup produktif, kreatif, dan
memuaskan, mengalami stres internal dan eksternal yang relatif rendah, kognitif,
emosional, fisik, dan perilaku yang stabil, memiliki persepsi yang realistis, mampu
bersosialisasi dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan mempertahankan
kapasitas, kemampuan, dan motivasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari baik
Masalah kesehatan mental ringan memiliki krakteristik yaitu: singkat, klien dapat
mengatasi seiring berjalannya waktu, dapat ditangani dirumah oleh keluarga, tidak
membutuhkan terapi spesialistik, dan pemberian obat tidak dianjurkan untuk masalah
hingga seumur hidup, menghindari kontak dengan pelayanan medis, dapat bertambah
parah jika tidak diobati, memerlukan terapi spesialis (Davies & Craig, 2009).
delirium, , panik, fobia, membahayakan diri sendiri, perilaku ingin bunuh diri, gangguan
bipolar, gangguan kepribadian, ketergantungan obat dan alkohol, anoreksia nervosa dan
skizofrenia (Davies & Craig, 2009). Namun gangguan kesehatan mental yang sering
terjadi pada pasien gagal jantung yaitu anxietas dan depresi. Sedangkan status kognitif
sering dihubungkan dengan usia. Adapun penjelasan mengenai anxietas, depresi dan status
1.Kecemasan
Kecemasan adalah kondisi kejiwaan berupa rasa khawatir, rasa takut mengenai apa
yang akan terjadi baik yang menyangkut permasalahan atau hal-hal yangh aneh, ditandai
dengan penuh tekanan, perasaan tidak tenang dan pemikiran menjadi kacau yang disertai
dengan penyesalan. Kecemasan dapat diakibatkan oleh rasa panik yang berlebih sebingga
tubuh tidak dapat menyesuaikan diri terhadap situasi, dan ketidakmampuan dalam
mangambil tindakan pencegahan yang tepat terhadap bencana yang akan datang (Ramaiah,
2003) kecemasan menurut Stuart & Sundeen,1995 yang di kutip oleh Padila adalah sesuatu
yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya.
Kecemasan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan memberikan peringatan yang
berharga, bahkan kecemasan diperlukan untuk bertahan hidup. Kecemasan merupakan respon
emosional yang muncul akibat adanya bahaya atau ancaman baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar. Kecemasan merupakan respon tubuh akibat keadaan yang tidak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Kaplan & Sadock, 2010; Tarwoto &
a. Usia
Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi lebih sering
menimpa pada usia dewasa, dengan rentang usia 21-45 tahun. Semakin bertambahnya
Seseorang yang berusia lebih tua, relatif lebih tenang dalam menghadapi situasi yang
mengancam.
b. Jenis kelamin
gangguan jiwa. Perbedaannya hanya pada jenis gangguannya. Pada laki-laki lebih
sering terjadi kekerasan dan gangguan kepribadian anti sosial, sedangkan perempuan
menarik diri.
d. Kematangan (maturitas)
sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan akibat stress. Keluarga pasien
gangguan jiwa yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar untuk
mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena individu yang matang memiliki
kemampuan adaptasi yang optimal, yang dapat menangkal setiap munculnya stressor
yang tidak matang akan rentan terhadap stress, karena memiliki ambang stress yang
rendah. Individu ini cenderung irritable dan mudah terpengaruh dengan adanya
sosial.
e. Tingkat pendidikan
Ketika seseorang memilki tingkat pendidikan rendah, terjadi penurunan kemampuan
lebih rentan dalam menerima stres. Pendidikan akan menjadi suatu tolak ukur
kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain secara efektif (Stuart
dan Laraia, 2008). Seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima
Menurut Stuart & Laraia (2008), gangguan fisik akan mengancam integritas diri
seseorang. Seseorang individu dengan penyakit kronis ataupun kecacatan akan lebih
rentan untuk terjadi kecemasan karena adanya ancaman terhadap integritas fisik
cara hidup yang teratur, falsafah hidup yang jelas pada umumnya lebih mampu
berespon positif terhadap ketersediaan dukungan sosial yang dibutuhkan oleh tiap
h. Status ekonomi
Seseorang dengan status ekonomi kuat cenderung lebih berespon positif terhadap
i. Lingkungan
yang berada dalam lingkungan baru akan menganggap lingkungan tersebut sebagai
tidak nyaman.
Menurut Stuart (2016), tingkat kecemasan atau ansietas dapat dibagi atas :
a. Cemas ringan
Cemas ringan terjadi saat ketegangan hidup seseorang. Selama tahap ini
melihat, mendengar dan menangkap lebih dari sebelumnya. Jenis kecemasan ringan
tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Cemas berat
Cemas berat ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang persepsi.
Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ansietas, dan banyak arahan yang
kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan. Gejala panik
dengan orang lain, persepsi yang menyempit dan kehilangan pemikiran rasional.
2. Depresi
sehari-hari (Patricia & Runcan, 2013). Lansia akan terlihat sedih, cemas, sensitif,
biasa pula lansia dijumpai menangis dan bersifat paranoid. Kondisi depresi dapat pula
menurunkan fungsi kognitif. Berikut ini klasifikasi depresi menurut (Katona, Cooper,
& Robertson, 2012) : (1) Depresi ringan bila terdapat setidaknya dua dari tiga gejala
utama dan dua diantara gejala berikut : penurunan konsentrasi dan perhatian,
penurunan rasa percaya diri dan harga diri, perasaan bersalah dan tidak berharga,
merasa putus asa dengan masa depannya, pikiran untuk melukai diri sendiri,
gangguan tidur, dan peningkatan atau penurunan nafsu makan. (2) Depresi sedang jika
enam gejala depresi sedang, termasuk setidaknya dua dari gejala utama, dimana
yang cukup bermakna. (3) Depresi berat jika setidaknya ada delapan gejala termasuk
tiga gejala utama. Faktor risiko depresi dalam buku (Tamher & Noorkasiani, 2009)
yang dapat menjadi peyebab terjadinya depresi yaitu : Berduka, kehilangan integritas
diri, sikap pesimistik, penyakit degeneratif kronik dan tidak memiliki dukungan
Depresi diakibatkan oleh faktor biologi dan psikologis: ada beberapa faktor
biologis yang terjadi dalam tubuh diduga sebagai penyebab depresi. Salah satunya
adalah faktor genetik. Penyebab terjadinya depresi karena adanya kelainan fungsi otak
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak. Depresi biasanya terjadi
pada lansia bersamaan dengan munculnya penyakit degeneratif lain seperti diabetes,
tersebut bisa menjadi pencetus terjadinya depresi. Penyebab depresi yang lainnya
adalah penggunaan obat-obat (seperti steroid, kecanduan narkoba, obat terlarang, dan
alkohol (Martono & Pranaka, 2010). Adapun faktor psikologis penyebab depresi
berkaitan dengan seberapa besar keyakinan diri sebagai penentu situasi yang dialami
dikembangkan oleh M.E.D Seligman. (1) Sense of control yang lemah cenderung
berakhir pada kondisi depresi. (2) sense of control yang berlebihan membuat
seseorang merasa mampu mengendalikan segala sesuatu namun jika tidak berhasil
3. Status kognitif
Status kognitif meliputi spektrum yang luas yaitu mulai dari fungsi kognitif yang
kesadaran yang normal (Davey, 2005). Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada
perilaku, penurunan intelektual, perubahan suasana hati, dan siklus tidur yang
biasanya terbalik. Klien gangguan memori akan mengalami ansietas dan penderita
demensia murni biasanya tidak mengetahui penyakit yang dideritnya (Davey, 2005).
Klien juga dapat mengalami gangguan memori berupa penurunan short term dapat
disertai penurunan long term maupun tidak (Tamher & Noorkasiani, 2009). Delirium
adalah gangguan neuropsikiatri berlangsung cepat (serangan akut) yang dapat diatasi.
Delirium berupa penurunan fungi kognitif dan gangguan irama sirkardian (Dewanto,
Suwono, Riyanto, & Taruna, 2009). Daya pikir melambat dan mengalami gangguan
memori (penurunan short term). Delirium disebabkan oleh infeksi seperti: infeksi
saluran kemih pnemonia, mapun akibat penggunaan obat yang tidak tepat. Gejala
yang dapat muncul pada penderita delirium antara lain: perubahan kesadaran, kurang
perhatian, perubahan pola tidur, gelisah, konsentrasi, mudah lupa dan bisa hipoaktif