Anda di halaman 1dari 28

PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Wiedo saifan Adlin (1)


No. ID dan Nama Wahana : RS Bhayangkara Brimob Depok
Topik : Dengue haemorhagic fever (DHF)
Tanggal (kasus) : 5 januari 2017
Nama Pasien : Ny. T No. Rekam Medis : 05-09-23-11
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr.Nofa Itawarni,MKM

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Brimob Depok


Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara Brimob Depok dengan
keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Mimisan (+). Mual (+). Badan terasa pegal-pegal.
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip diagnosis DHF
2. Mengetahui penatalaksaan DHF
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

1
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : Ny. T No. Register : 05-09-23-11


Nama RS : RS Bhayangkara Brimob Telp : -- Terdaftar sejak : --
Depok
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Ganbaran Klinis :
Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara Brimob Depok dengan keluhan
demam sejak 4 hari SMRS. Demam tidak diikuti dengan menggigil dan berkeringat. Bintik bintik
merah (-) mimisan (+) 1x hari ini. gusi berdarah (-) BAB hitam (-). Mual (+) tidak disertai muntah. Badan
terasa pegal- pegal (+). BAK (+) normal. Terakhir 2 jam SMRS dan banyak. Os mengatakan tetangga os
ada yang sedang terkena penyakit DBD.
2. Riwayat Pengobatan :
Os mengatakan sudah berobat ke dokter diberikan obat parasetamol dan lain-lain os lupa namanya.
Demam turun hanya sebentar kemudian demam tinggi kembali.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara Brimob Depok dengan keluhan
demam sejak 4 hari SMRS. Mimisan (+). Mual (+). Badan terasa pegal-pegal (+)
4. Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada
Riwayat alergi makan dan obat tidak ada
Riwayat penyakit lain tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
6. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga mengalami penyakit yang sama seperti pasien
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
8. Lain-lain :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis

2
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Kesan Umum : Sakit sedang


Tanda Vital : Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respi : 20 kali/menit
Suhu : 37,5oC
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Sklera : Sklera tidak ikterik
Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : Tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cardio : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : Soepel
Bising usus dijumpai normal
nyeri tekan tidak dijumpai
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Rumple leed (+)

3
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Leukosit : 3700/mm3
Eritrosit : 4,5 juta/mm3
Trombosit : 88.000/mm3
Hematokrit : 46%
MCV : 82 fl
MCH : 29 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit :-
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 110 mg/dL

Diagnosis
a. Observasi demam hari ke 4 e.c DHF grade II

Penatalaksanaan
Umum : Tirah baring
Diet lunak
Khusus : IVFD RL tetes/menit (makro)
Parasetamol tab 3x500 mg
Antasida syr 3 x CI

Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam

4
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Daftar Pustaka :
1. Sudoyo. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 1709-1713
2. Pengurus Besar Petri. IPDs Compendium of Indonesian Medicine,1stEdition. Jakarta: Perhimpunan
Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Hlm 2-11
3. Mansyoer. Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 428-433
4. Rani. Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. 2006. Jakarta: PB. PAPDI. Hlm 137-138

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis dhf
2. Mengetahui penatalaksanaan dhf

5
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif
Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara Brimob Depok dengan
keluhan demam sejak 7 hari SMRS. Demam tidak diikuti dengan menggigil dan
berkeringat. Bintik bintik merah (-) mimisan (+) 1x hari ini. gusi berdarah (-) BAB hitam
(-). Mual (+) tidak disertai muntah. BAK (+) normal. Terakhir 2 jam SMRS dan banyak. Os
mengatakan tetangga os ada yang sedang terkena penyakit DBD. Os mengatakan sudah
berobat ke dokter diberikan obat parasetamol dan obat lainnya dan os lupa namanya. Demam
turun hanya sebentar kemudian demam tinggi kembali. Os bekerja sebagai IRT. Riwayat
penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak dijumpai, riwayat alergi makanan
atau obat tidak dijumpai. Riwayat prnyakit lainnya tidak dijumpai.
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh, rumplee leed (+). Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan jumlah leukosit 3700/mm3 dan penurunan
trombosit 88.000 dan peningkatan hematokrit 46%.
3. Assessment
1. Demam dengue (DD) merupakan penyakit demam akut disertai dua atau lebih gejala
berikut :
A. Nyeri kepala
B. Nyeri retro-orbital
C. Mialgia/artralgia
D. Ruam kulit
E. Manifestasi perdarah (petekie atau uji bendung positif)
F. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DHF
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua kriteria di bawah ini dipenuhi :
A.Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
B. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, atau purpura

6
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan


dari tempat lain.
Hematemesis atau melena.

C. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ml)

D. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai


berikut :

Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura,asites,hipoproteinemia,atau
hiponatremia.
3. Sindroma Renjatan Dengue ditandai dengan seluruh kriteria DBD di atas disertai
kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi sebagai :
A. Nadi yang cepat dan lemah.
B. Tekanan darah turun ( 20 mmhg)
C. Hipotensi dibandingkan standar sesuai umur.
Kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan DHF menurut kriteria WHO

7
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

PROTOKOL 1. Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok.

Keluhan DBD (kriteria WHO )

an dibahas penatalaksanaan DHF.

a. Non Medikamentosa

Hb, Ht, Istirahat (tirah


Hb,baring)
Ht (N) Hb, Ht (N) Hb, Ht ()
trombo normalTirah baringTrombo
bertujuan mencegah
100.000- komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Trombo < 100.000 Trombo (N / )
Tirah baring150.000
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari.
Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
Diet Lunak
Diet dan terapi penunjang pertama adalah bubur saring, kemudian bubur kasar
Observasi Observasi Rawat Rawat
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pada beberapa
Rawat jalan penelitian, pemberian
Rawat jalandiet nasi dengan lauk pauk rendah selulosa dapat diberikan
Periksa Periksa
dengan aman.
Hb,Ht,leuko,trombo/ Hb,Ht,leuko,trombo/
24jam 24jam

8
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

PROTOKOL 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.

Suspek DBD
Perdarahan spontan & masif (-), Syok (-)

Hb, Ht (N) Hb, Ht ( 10-20%) Hb, Ht ( > 20%)


Tromb < 100.000 Tromb < 100.000 Tromb < 100.000
Infus kristaloid* Infus kristaloid*
Hb,Ht, Trombo/24jam Hb,Ht,Trombo/24jam**

Protokol pemberian
cairan DBD dgn Ht Ht (
20%)

*Volume cairan kristaloid/hari yang diperlukan:


sesuai rumus berikut 1500 + 20 X (BB dlm Kg-20)

**pemantauan disesuaikan dengan fase/hari perjalanan penyakit dan


kondisi klinis.

9
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

PROTOKOL 3. Pentalaksanan DBD dengan peningkatan Ht > 20%.

5% defisit cairan

Terapi awal cairan iV


kristaloid 6-7 ml/kg/jam

Evaluasi 3-4 jam


PERBAIKAN TIDAK MEMBAIK
Ht & HR ,TD membaik, Ht & HR , TD < 20mmhg
produksi urin meningkat. Produksi urin .

TANDA VITAL &


Kurangi Infus kristaloid Ht MEMBURUK Infus kristaloid 10ml/kg/jam
5ml/kg/jam 2 jam

2 jam TIDAK MEMBAIK

PERBAIKAN
PERBAIKAN
Infus kristaloid 15ml/kg/jam

Kurangi infus
kristaloid 3ml/kg/jam
KONDISI MEMBURUK
tanda syok

PERBAIKAN
Tatalaksana sesuai protokol
syok dan perdarahan.
Terapi cairan dihentikan
24 48 jam

PERBAIKAN

10
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

PROTOKOL 4 : Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa.

Perdarahan spontan & masif :

- Epistaksis tidak terkendali

- Hematemesis & atau melena

- Perdarahan otak

- Gross hematuria

- Hematoskezia.

Syok (-)

Hb,Ht,trombo,Leuko, Pemeriksaan hemostatsis (KID) golongan


darah, uji cocok serasi

KID (+) KID (-)

Transfusi komponen darah : Transfusi komponen darah :


PRC (hb<10 gr/dl) PRC (hb<10 gr/dl)
FFP FFP
TC (Tromb <100.000) TC (Tromb <100.000)
Heparinisasi 5000-10000/24jam drip Heparinisasi 5000-10000/24jam drip
Pemantauan Hb, Ht, Tromb /4-6 jam Pemantauan Hb, Ht, Tromb /4-6 jam
ulang pemeriksaan hemostasis 24 ulang pemeriksaan hemostasis 24
jam kemudian cek APTT / hari, target jam kemudian
1,5-2,5 kali.

11
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

PROTOKOL 5 : Tatalaksanan Sindroma Syok Dengue (SSD) pada dewasa.

- Airway

- Breathing : O2 1-2 L/menit dengan kateter nasal. Bila lebih, dipakai sungkup muka.

- Circulation : Cairan kristaloid & atau koloid 10-20 ml/kgBB secepatnya (bila mungkin < 10
menit)

- Perhatikan : tanda-tanda hipovolemia, hipervolemia/overload dan respon pemberian cairan


setelah 15-30 menit.

PERBAIKAN* perburukan Tetap Syok


n

kristaloid 7ml/kg/jam kristaloid 20-30


dalam 1 jam ml/kg/jam loading dalam
20-30 menit

PERBAIKAN*
Tetap Syok
kristaloid 5ml/kg/jam
dalam 1 jam Ht Ht

PERBAIKAN*
Koloid 10-20ml/kg BW Transfusi darah
loading selama 10-15 10ml/kgBB dapat diulang
kristaloid 3ml/kg/jam menit. sesuai kebutuhan.
dalam 1 jam
PERBAIKAN* Tetap Syok
PERBAIKAN*
Koloid hingga maksimal
24-48 jam setelah syok Perhitungan nutrisi 30ml/KgBB
teratasi, tanda vital/Ht setelah 12 jam(dextrose
stabil, diuresis cukup. 5% bila tidak ada
PERBAIKAN* Tetap Syok
kontraindikasi)
Stop infus CVP

12
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Koloid bila dosis maks belum dicapai atau kristaloid/gelatin (bila


koloid sebelumnya telah mencapai dosis maks) 10ml/kg dalam 10
menit, dapat diulang sampai 30ml/kg; sasaran CVP 15-18 cmH2O

Normovolemia
Hipovolemi
a
Koreksi gangguan asam-
Kristaloid dipantau basa,elektrolit,hipoglikemia,an
Tetap Syok
10-15menit emia,KID,inf sekunder

Inotropik,vasopresor,vasodilatasi

PERBAIKAN Koloid + kristaloid Perbaikan bertahap vasopresor


Keterangan : *) tanda-tanda perbaikan adalah sebagai berikut :

1. TD sistolik 100mmhg
2. Tekanan nadi > 20mmhg
3. Frek nadi < 100x/i, volume cukup
4. Akral hangat
5. Diuresis 0,5-1cc/kgBB/jam..

13
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Wiedo Saifan Adlin (2)


No. ID dan Nama Wahana : RS Bhayangkara Brimob Depok
Topik : Morbili
Tanggal (kasus) : 25 januari 2015
Nama Pasien : An. R No. Rekam Medis : 03-09-77-11
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr. Nofa Itawarni,MKM
Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Brimob Depok
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan bercak-
bercak merah diseluruh badan 2 hari SMRS. Demam (+) sejak 5 hari yll. Disertai batuk dan mata merah.
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip diagnosis morbili.
2. Mengetahui penatalaksaan morbili.
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

14
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : An. R No. Register : 03-09-77-11


Nama RS : RS Bhayangkara Brimob Telp : -- Terdaftar sejak : --
Depok
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Ganbaran Klinis :
An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan bercak-bercak
merah diseluruh badan 2 hari SMRS. Awalnya bercak timbul dari wajah kemudian ke leher dan
keseluruh tubuh. Demam (+) sejak 5 hari yll. Keluhan juga disertai batuk dan mata merah.
2. Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya os sudah berobat karena demam dan diberi paracetamol.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan bercak-bercak
merah diseluruh badan 2 hari SMRS. Demam (+) sejak 5 hari yll. Disertai batuk dan mata merah.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat kejang tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan :-
6. Riwayat Keluarga :
Saat ini tidak ada keluarga mengalami penyakit yang sama seperti pasien
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
8. Lain-lain :
Tanggal 5 Januari 2015
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmentis
Kesan Umum : Sakit sedang
Nadi : 110 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 37,8oC

15
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Mata : sekret (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-).
Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T2-T2, tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : soepel
Bising usus dijumpai normal
Tidak ada nyeri tekan
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
A. Dorsalis pedis teraba kuat angkat
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 13,1 g/dL
Leukosit : 7000/mm3
Eritrosit : 4,3 juta/mm3
Trombosit : 275.000/mm3
Hematokrit : 36%
MCV : 80 fl
MCH : 28 pg
MCHC : 32 g/dL

16
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit :-
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 88 mg/dL
Diagnosis
b. Observasi febris ec morbili
Penatalaksanaan
IVFD RL 8 tetes/menit (makro)
Vit A 200.000 IU
Paracetamol syr 3 x 1
Mucos syr 3 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam

Daftar Pustaka :
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, Morbili Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid
III, Cetakan ke-7, Percetakan Informedika Indonesia, Jakarta, 1985, Hal : 624-628.
2. Mansjoer. A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Penerbit Media Aesculapius Fk-UI,
Jakarta, 2000, Hal : 417-418.
3. Rampenyan. T.H, Laurentz IR, Penyakit Infeksi-Tropik Pada Anak, Cetakan ke 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1997, Hal : 90-100.

Hasil Pembelajaran :

17
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

1. Mengetahui prinsip diagnosis morbili


2. Mengetahui penatalaksanaan morbili

18
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Rangkuman dari hasil pembelajaran portofolio


1. Subyektif
An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan
bercak-bercak merah diseluruh badan 2 hari SMRS. Awalnya bercak timbul dari wajah
kemudian ke leher dan keseluruh tubuh. Demam (+) sejak 5 hari yll. Keluhan juga disertai
batuk dan mata merah. Tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat, dan tidak ada
riwayat kejang. Ibu Os mengatakan sudah membawa os berobat karena demam diberi
paracetamol. Imunisasi lengkap.

2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bercak- bercak merah di seluruh badan, suhu tubuh yang
meningkat. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

3. Assessment
Morbili adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus morbili yang ditandai
dengan demam yang tidak terlalu tinggi pada stadium awal dan diikuti ruam kemerahan pada
kulit dan disertai dengan batuk. Penularan penyakit ini adalah melalui :
1. Percikan ludah yang mengandung virus.
2. Kontak langsung dengan penderita.
Penularan dapat terjadi sejak 2 4 hari sebelum timbul ruam pada kulit dan menetap
kurang lebih 5 hari sejak ruam timbul.

Gejala gejala klinik yang terdapat pada morbili :

1. Pada stadium awal (prodromal).


Ditandai dengan demam subfebris yang akan terus meningkat sampai hari ke 5 dan ke 6
pada saat ruam timbul.

Coriza, konjungtivitis, fotofobia dan batuk akan dialami anak dan pada fase akhir
prodromal akan timbul gejala patognomoni berupa koplik spot.

2. Pada stadium erupsi (4 6 hari).

19
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Gejala stadium prodromal semakin memberat diikuti dengan timbulnya rash atau
eritema yang berbentuk macula papula. Setelah timbul demam maka timbul ruam kulit
yang berbentuk macula papula diantara kulit yang ruam akan terdapat kulit normal,
lokasi ruam akan timbul mulai dari belakang telinga pada batas rambut, menyebar ke
daerah pipi, leher, wajah, dada, lengan atas dan keseluruh tubuh. Ruam kemerahan akan
mengalami hiperpigmentasi setelah 3 hari mulai ruam dan menghilang sesuai urutan
timbulnya ruam. Biasanya akan ditemui gangguan saluran cerna berupa muntah dan
mencret.

3. Stadium konvalensi.

Gejala stadium sebelumnya semakin menghilang ruam mengalami


hiperpigmentasi dan keadaan umum anak mulai membaik, kecuali bila ada komplikasi
yang cukup berat.

4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan morbili dimana Pengobatan bersifat
suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang,
antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun
dan 200.000 unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu > 39,5 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.

20
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Wiedo Sifan Adlin (3)


No. ID dan Nama Wahana : RS Bhayangkara Brimob Depok
Topik : Tonsilitis kronik
Tanggal (kasus) : 23 Desember 2016
Nama Pasien : An M No. Rekam Medis : 05-08-88-11
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr. Nofa Itawarni,MKM
Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Brimob Depok
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : An. M (6 tahun), berat badan 18 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan nyeri
tenggorokan 3 hari SMRS. Nyeri menelan (+). demam (+) 3 hari yll. Batuk (+). Pilek (+).
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip diagnosis tonsilitis kronik
2. Mengetahui penatalaksaan tonsilitis kronik
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

21
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : An.M No. Register : 05-08-88-11


Nama RS : RS Bhayangkara Brimob Telp : -- Terdaftar sejak : --
Depok
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis : An. M (7 tahun), berat badan 18 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat
dengan keluhan nyeri tenggorokan 3 hari SMRS. Nyeri menelan (+). demam (+) 3 hari yll. Batuk (+).
Pilek (+). Sebelumnya os sudah pernah mengalami keluhan yang sama, setelah berobat tidak ada keluhan
lagi namun sekarang keluhan timbul lagi.
2. Riwayat Pengobatan :
Os sudah berobat ke puskesmas dan setelah berobat, tidak ada keluhan lagi namun sekarang keluhan
timbul lagi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
An. M (7 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan nyeri menelan dan demam (+).
4. Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat asma tidak ada
Riwayat kejang tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan :
-
6. Riwayat Keluarga :
-
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Biaya pengobatan ditanggung oleh pasien
8. Lain-lain :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmentis
Kesan Umum : Sakit sedang
Nadi : 100 kali/menit
Respi : 24 kali/menit

22
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Suhu : 38,0oC
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Sklera : Sklera tidak ikterik
Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T1-T3, hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen : Datar lembut
Bising usus normal
Tidak terdapat nyeri tekan epigastrium
Tidak terdapat pembesaran hepar dan lien
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Diagnosis
c. Tonsilitis kronik
Penatalaksanaan
Umum : istirahat
Diet makanan lunak
Hindari makanan pedas, berminyak, air dingin (es)
Saran untuk dilakukan tonsilektomi
Khusus : amoxicillin syr 3 x cth 1
Paracetamol syr 3x cth 1

23
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Ambroxol syr 3 x cth 1


Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

Daftar Pustaka :
1. Dr. H.Efiati Arsyad Soepardi, Sp.THT, ;Prof. Dr. H.Nurbaiti Iskandar, dalam :Buku Ajar Ilmu
kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok, edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta 1990. hal : 181 184.
2. George L. Adams, MD,; Lawrence R. Boies, Jr., MD,; Peter A. Higler, MD, dalam Boies
Fundamentals Of Otolaryngology, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 330 331.
3. R. Sjamsuhidajat,; Wim De Jong, dalam :Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal : 486 487

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis tonsilitis kronik
2. Mengetahui penatalaksanaan tonsilitis kronik

24
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Rangkuman dari hasil pembelajaran portofolio


1. Subyektif
An. M (7 tahun), berat badan 18 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan nyeri
tenggorokan 3 hari SMRS. Nyeri menelan (+). demam (+) 3 hari yll. Batuk (+). Pilek (+).
Sebelumnya os sudah pernah mengalami keluhan yang sama, setelah berobat tidak ada
keluhan lagi namun sekarang keluhan timbul lagi.

2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, komposmentis dan kooperatif. Nadi
: 100 kali/menit. Respiratory : 24 kali/menit. Suhu : 38,0oC. Pemeriksaan laboratorium
dalam natas normal.

3. Assessment
Tonsilitis kronik Merupakan suatu infeksi tonsil akut yang berulang, dengan gambaran tonsil
yang membesar, dengan adanya hipertropi dan jaringan parut. Sebagian kripta tampak
mengalami stenosis, dan di isi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak
prosesini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe sub mandibularis.
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, serta
penanganan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis
akut, namun kadang-kadang kuman berubah menjadi golongan Gram negatif.

25
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Gejala dan Tanda


Gejalanya berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika penderita menelan. Nyeri
seringkali dirasakan di telinga karena tenggorokan dan telinga memiliki persarafan yang sama.
Pada anak-anak yang lebih kecil, biasanya tidak mengeluhkan tenggorokan nyeri, namun anak
tersebut tidak mau makan dikarenakan nyeri yang dirasakan anak tersebut saat menelan
makanannya.
Terkadang, tonsilitis yang menyebabkan hipertropi tonsil dapat menimbulkan gejala kesukaran
bernafas. Jika ini terjadi, maka terapi operatif adalah pilihan yang paling tepat (1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gejala. Beberapa gejala mayor yang
dapat ditemukan diantaranya tonsil yang membesar, demam, lebih merah dari tonsil yang normal,
terdapat membran yang berwarna kuning atau putih pada tonsil, suara penderita berubah,
pembesaran kelenjar limfe leher, serta gangguan pernapasan (1).
Selain itu dapat pula timbul rasa ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan dirasakan
kering dan napas berbau(4).
Selain dari gejala dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium biakan apusan tenggorok
perlu dilakukan guna menentukan kuman penyebab yang berguna untuk pemilihan antibiotik
yang tepat.

26
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil (tonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana
penatalaksanaan medik atau konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medik termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha untuk
membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi.

Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang banyak dilakukan.


Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta
kecurigaan neoplasma.
Tonsilektomi dilakukan jika terjadi :
1. Sumbatan
a. hiparplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas.
b. Sleep apnoe
c. Gangguan menelan
d. Gangguan berbicara
e. Cor pulmonal
2. Infeksi
a. infeksi telingan tengah berulang
b. rhinitis dan sinusitis yang berulang/kronis
c. peritonsiler abses
d. abses kelenjar limfe leher berulang
e. tonsilitis kronis dengan gejala nyeri menelan yang menetap
f. tonsilitis dengan nafas berbau
g. tonsil sebagai fokal ari berbagai infeksi ke organ tubuh lainnya.
3. Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas.
Harus di ingat bahw tonsil yang hipertropik sering ditemukan pada anak anak, keadaan
ini bukan merupakan suatu kelainan. Tonsilektomi dilakukan bila disertai penyulit Cor pulmonal,
akibat dari obstruksi kronik jalan napas yang jarang terjadi, abses faringeal atau abses
peritonsiler, atau pembesaran tonsil yang mengakibatkan disfagia dengan penurunan berat badan

27
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO

Indikasi khusus pengangkatan tonsil pada anak anak adalah :


- Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali / lebih dalam 1 tahun
- Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun
- Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun
- Tonsilitis tidak memberikan respon yang baik dengan terapi antibiotik.
Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dilakukan dengan narkose umum atau dengan
anestesi lokal. Pada anak- anak biasanya dilakukan dengan narkose umum.
Komplikasi tonsilektomi yang paling sering ditemukan adalah perdarahan yang dapat timbul
pada periode awal, atau terjadi secara sekunder 5-8 hari setelah dilakukan tonsilektomi.

28
RS Bhayangkara Brimob Depok

Anda mungkin juga menyukai