1
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
2
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
3
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Leukosit : 3700/mm3
Eritrosit : 4,5 juta/mm3
Trombosit : 88.000/mm3
Hematokrit : 46%
MCV : 82 fl
MCH : 29 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit :-
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 110 mg/dL
Diagnosis
a. Observasi demam hari ke 4 e.c DHF grade II
Penatalaksanaan
Umum : Tirah baring
Diet lunak
Khusus : IVFD RL tetes/menit (makro)
Parasetamol tab 3x500 mg
Antasida syr 3 x CI
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam
4
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Daftar Pustaka :
1. Sudoyo. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 1709-1713
2. Pengurus Besar Petri. IPDs Compendium of Indonesian Medicine,1stEdition. Jakarta: Perhimpunan
Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Hlm 2-11
3. Mansyoer. Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 428-433
4. Rani. Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. 2006. Jakarta: PB. PAPDI. Hlm 137-138
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis dhf
2. Mengetahui penatalaksanaan dhf
5
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
6
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura,asites,hipoproteinemia,atau
hiponatremia.
3. Sindroma Renjatan Dengue ditandai dengan seluruh kriteria DBD di atas disertai
kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi sebagai :
A. Nadi yang cepat dan lemah.
B. Tekanan darah turun ( 20 mmhg)
C. Hipotensi dibandingkan standar sesuai umur.
Kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan DHF menurut kriteria WHO
7
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
a. Non Medikamentosa
8
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Suspek DBD
Perdarahan spontan & masif (-), Syok (-)
Protokol pemberian
cairan DBD dgn Ht Ht (
20%)
9
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
5% defisit cairan
PERBAIKAN
PERBAIKAN
Infus kristaloid 15ml/kg/jam
Kurangi infus
kristaloid 3ml/kg/jam
KONDISI MEMBURUK
tanda syok
PERBAIKAN
Tatalaksana sesuai protokol
syok dan perdarahan.
Terapi cairan dihentikan
24 48 jam
PERBAIKAN
10
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
- Perdarahan otak
- Gross hematuria
- Hematoskezia.
Syok (-)
11
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
- Airway
- Breathing : O2 1-2 L/menit dengan kateter nasal. Bila lebih, dipakai sungkup muka.
- Circulation : Cairan kristaloid & atau koloid 10-20 ml/kgBB secepatnya (bila mungkin < 10
menit)
PERBAIKAN*
Tetap Syok
kristaloid 5ml/kg/jam
dalam 1 jam Ht Ht
PERBAIKAN*
Koloid 10-20ml/kg BW Transfusi darah
loading selama 10-15 10ml/kgBB dapat diulang
kristaloid 3ml/kg/jam menit. sesuai kebutuhan.
dalam 1 jam
PERBAIKAN* Tetap Syok
PERBAIKAN*
Koloid hingga maksimal
24-48 jam setelah syok Perhitungan nutrisi 30ml/KgBB
teratasi, tanda vital/Ht setelah 12 jam(dextrose
stabil, diuresis cukup. 5% bila tidak ada
PERBAIKAN* Tetap Syok
kontraindikasi)
Stop infus CVP
12
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Normovolemia
Hipovolemi
a
Koreksi gangguan asam-
Kristaloid dipantau basa,elektrolit,hipoglikemia,an
Tetap Syok
10-15menit emia,KID,inf sekunder
Inotropik,vasopresor,vasodilatasi
1. TD sistolik 100mmhg
2. Tekanan nadi > 20mmhg
3. Frek nadi < 100x/i, volume cukup
4. Akral hangat
5. Diuresis 0,5-1cc/kgBB/jam..
13
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
14
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
15
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Mata : sekret (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-).
Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T2-T2, tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : soepel
Bising usus dijumpai normal
Tidak ada nyeri tekan
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
A. Dorsalis pedis teraba kuat angkat
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 13,1 g/dL
Leukosit : 7000/mm3
Eritrosit : 4,3 juta/mm3
Trombosit : 275.000/mm3
Hematokrit : 36%
MCV : 80 fl
MCH : 28 pg
MCHC : 32 g/dL
16
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit :-
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 88 mg/dL
Diagnosis
b. Observasi febris ec morbili
Penatalaksanaan
IVFD RL 8 tetes/menit (makro)
Vit A 200.000 IU
Paracetamol syr 3 x 1
Mucos syr 3 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam
Daftar Pustaka :
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, Morbili Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid
III, Cetakan ke-7, Percetakan Informedika Indonesia, Jakarta, 1985, Hal : 624-628.
2. Mansjoer. A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Penerbit Media Aesculapius Fk-UI,
Jakarta, 2000, Hal : 417-418.
3. Rampenyan. T.H, Laurentz IR, Penyakit Infeksi-Tropik Pada Anak, Cetakan ke 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1997, Hal : 90-100.
Hasil Pembelajaran :
17
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
18
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bercak- bercak merah di seluruh badan, suhu tubuh yang
meningkat. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
3. Assessment
Morbili adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus morbili yang ditandai
dengan demam yang tidak terlalu tinggi pada stadium awal dan diikuti ruam kemerahan pada
kulit dan disertai dengan batuk. Penularan penyakit ini adalah melalui :
1. Percikan ludah yang mengandung virus.
2. Kontak langsung dengan penderita.
Penularan dapat terjadi sejak 2 4 hari sebelum timbul ruam pada kulit dan menetap
kurang lebih 5 hari sejak ruam timbul.
Coriza, konjungtivitis, fotofobia dan batuk akan dialami anak dan pada fase akhir
prodromal akan timbul gejala patognomoni berupa koplik spot.
19
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Gejala stadium prodromal semakin memberat diikuti dengan timbulnya rash atau
eritema yang berbentuk macula papula. Setelah timbul demam maka timbul ruam kulit
yang berbentuk macula papula diantara kulit yang ruam akan terdapat kulit normal,
lokasi ruam akan timbul mulai dari belakang telinga pada batas rambut, menyebar ke
daerah pipi, leher, wajah, dada, lengan atas dan keseluruh tubuh. Ruam kemerahan akan
mengalami hiperpigmentasi setelah 3 hari mulai ruam dan menghilang sesuai urutan
timbulnya ruam. Biasanya akan ditemui gangguan saluran cerna berupa muntah dan
mencret.
3. Stadium konvalensi.
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan morbili dimana Pengobatan bersifat
suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang,
antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun
dan 200.000 unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu > 39,5 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
20
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
21
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
22
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Suhu : 38,0oC
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Sklera : Sklera tidak ikterik
Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T1-T3, hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen : Datar lembut
Bising usus normal
Tidak terdapat nyeri tekan epigastrium
Tidak terdapat pembesaran hepar dan lien
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Diagnosis
c. Tonsilitis kronik
Penatalaksanaan
Umum : istirahat
Diet makanan lunak
Hindari makanan pedas, berminyak, air dingin (es)
Saran untuk dilakukan tonsilektomi
Khusus : amoxicillin syr 3 x cth 1
Paracetamol syr 3x cth 1
23
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
Daftar Pustaka :
1. Dr. H.Efiati Arsyad Soepardi, Sp.THT, ;Prof. Dr. H.Nurbaiti Iskandar, dalam :Buku Ajar Ilmu
kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok, edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta 1990. hal : 181 184.
2. George L. Adams, MD,; Lawrence R. Boies, Jr., MD,; Peter A. Higler, MD, dalam Boies
Fundamentals Of Otolaryngology, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 330 331.
3. R. Sjamsuhidajat,; Wim De Jong, dalam :Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal : 486 487
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis tonsilitis kronik
2. Mengetahui penatalaksanaan tonsilitis kronik
24
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, komposmentis dan kooperatif. Nadi
: 100 kali/menit. Respiratory : 24 kali/menit. Suhu : 38,0oC. Pemeriksaan laboratorium
dalam natas normal.
3. Assessment
Tonsilitis kronik Merupakan suatu infeksi tonsil akut yang berulang, dengan gambaran tonsil
yang membesar, dengan adanya hipertropi dan jaringan parut. Sebagian kripta tampak
mengalami stenosis, dan di isi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak
prosesini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe sub mandibularis.
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, serta
penanganan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis
akut, namun kadang-kadang kuman berubah menjadi golongan Gram negatif.
25
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
26
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil (tonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana
penatalaksanaan medik atau konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medik termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha untuk
membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi.
27
RS Bhayangkara Brimob Depok
PORTOFOLIO
28
RS Bhayangkara Brimob Depok