Anda di halaman 1dari 5

Narasi :

Kesehatan mulut yang buruk, usia lanjut, DM merupakan faktor resiko baru

yang belum di pastikan karena terdapat study baru yang menyatakan hubungan

periodontitis dengan PJK dan penyakit serebrovaskular serta pada pasien yang

sedang menjalani HD. Pada jurnal ini akan dibahas mengenai penelitian medis

yang bertujuan mencari tahu bagaimana infeksi oral dapat berkontribusi dalam

meningkatkan resiko CVD, aterosklerosis dan CKD serta bagaimana pencegahan

dan terapi yang tepat. Periodontitis merupakan manifestasi dari kondisi mulut

yang tidak sehat. Kesehatan mulut yang buruk dapat menyebabkan berbagai

macam komplikasi penyakit salah satunya penyakit gagal ginjal kronis (CKD)

yang dapat meningkatkan angka morbiditas dam mortalitas, hal ini dikarenakan

adanya konsekuensi sistemik seperti aterosklerosis yang terjadi karena adanya

proses inflamasi, infeksi dan PEW. Konsekuensi dari kesehatan mulut yang buruk

terjadi pada pasien CKD pada usia lanjut, DM, penggunaan obat-obatan dan

kondisi penurunan sistem imun yang dapat meningkatkan resiko penyakit

sistemik. Terdapat bakteri patogen pada periodontitis yang berperan dalam

berbagai proses inflamasi sitemik yang dapat menyebabkan terjadinya

aterosklerosis yang memicu agregasi platelet dan pembentukan trombus. Faktor

resiko terjadinya penyakit pada periodontal dapat dimodifikasi dan diobati.

Problem :

Bagaimana pengruh pasien CKD terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Intervention:

Penyakit mulut berkontribusi dalam meningkatkan PEW (protein-energy

wasting) pada pasien CKD. Periodontitis parah dengan status gigi buruk berkaitan

1
dengan peningkatan PEW. Obat-obatan tertentu seperti antidepresan, antipsikotik,

antiemetik, dan antihistamin dapat mengurangi produksi saliva, sehingga dapat

terjadi keadaan xerostomia. Menurut laporan depatemen pediatri, terdapat

kadungan urea tingkat tinggi dalam saliva pada anak-anak yang sedang

mengalami dialisis. Pasien-pasien ini memiliki kadungan PH asam yang tinggi

pada mucosa mulut, hal ini dicurigai karena danya sekresi urea yang berlebih pada

kelenjar saliva, yang terhidrolisis oleh bakteri sehingga menyebabkan pelepasan

amonia. Ph asam yang meningkat pada gigi memicu timbulnya plak, yang

selanjutnya dapat meningkatkan endapan kalsium dan fosfor. Dengan demikian,

adanya penimbunan urea dapat mengakibatkan terjadinya alkalinisasi plak pada

gigi sehingga meningkatkan pembentukan kalkulus pada pasien yang sedang

mengalami dialisis. Selain itu pada pasien yang sedang melalakukan dialisis

ditemukan adanya kandungan magnesiun dalam jumlah rendah, magnesium dapat

menghambat proses kalsifikasi, hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya

kalkulus pada gigi penderita CKD dialisis.

Pasien yang mengalami uremia dan malnutrisi serta diperparah dengan

keadaan kesehatan mulut yang buruk lebih mudah terkena infeksi. Hal tersebut

didukung oleh penelitian yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan inflamasi

gingiva yang berhubungan dengan lama psien menjalani dialisis.

Pada pasien dengan infeksi gigi, karies gigi dan penyakit periodontal

cenderung meningkatkan resiko penularan bakteri secara hematogen, Infeksi ini

dapat berlanjut sampai ke jantung, bakteri yang terdapat pada jantung akan

menyebabkan kerusakan pada katup jantung dan menyebabkan endokarditis. Ada

kemungkinan terjadi disfungsi ureum yang mana dapat meningkatkan resiko

2
terjadinya infeksi sistemik salah satunya dapat menyebabkan CVD (Cardivaskular

disease) yang merupakan konsekuensi dari periodontitis. Selain menginfeksi

jantung, bakteri dalam mulut dapat berpindah menuju saluran napas dan dapat

menyebabkan infeksi sistemik pada paru sehingga meningkatkan resiko terjadinya

pneumonia.

Aterosklerosis terjadi pada endotel pembuluh darah yang diawali dengan

proses akumulasi monosit dan sel T, disertai migrasi leukosit polimorfonuklear

kedalam tunika intima yang akan dilanjutkan dengan terjadinya diferensiasi dan

proliferasi monosit dan akhirnya berkembang menjadi jaringan fibrosa. Penyakit

periodontal merupakan faktor resiko aterosklerosis dan terjadinya tromboemboli.

Pada periodontitis, pertumbuhan berlebih bakteri gram negatif dapat

menyebabkan endotoxemia dan peradangan sistemik yang mengarah pada CVD.

Comparassion

Membandingkan insiden penyakit yang berhubungan dengan rongga mulut

pada pasien CKD yang menjalani terapi predialisis, peritoneal dialisis (PD), HD,

dan transplantasi ginjal.

Outcome

Penelitian melaporkan bahwa pasien predialisis menderita periodontitis

sedang, pasien PD menderita periodontitis yang tidak terlalu berat jika

dibandingkan dengan pasien HD. Prevalensi periodontitis pada pasien yang

menjalani HD 1-3 tahun dan 4 tahun di USA sebanyak 28% dan 23%, sedangkan

yang menderita gingivitis pada pasien HD 1-3 tahun sebanyak 36%. Prevalensi

gingivitis pada pasien HD 25-30 bulan di Kanada sebanyak 99%. Prevalensi

periodontitis dan gingivitis pasien HD 1-3 tahun di Jordan sebanyak 29,8% dan

3
100%. Prevalensi periodontitis di Taiwan pada pasien yang menjalani HD kurang

lebih 3 bulan sebanyak 58,9%. Prevalensi periodontitis dan gingivitis pada pasien

predialisis di Swedia sebanyak 36% dan 46%. Prevalensi periodontitis yang

dialami pasien PD di Turki sebanyak 67,3%. Perbedaan prevalensi yang telah

disebutkan tersebut dipengaruhi oleh metodologi, etiologi, usia, ras, etnik,

sosioekonomi, budaya dan kebiasaan yang berbeda pada setiap negara.

Pasien yang menjalani transplantasi ginjal harus mengkonsumsi

imunosupresan seperti cyclosporin dan tacrolimus. Penggunaan obat-obat tersebut

memiliki efek terhadap kesehatan rongga mulut. Dalam jurnal ini menyebutkan

bahwa cyclosporin dapat menyebabkan hiperplasisa gingiva sebesar 22-58%.

Penelitian lain melaporkan bahwa terjadi peningkatan plak pada gigi dan inflamsi

gingiva pada pasien yang mengkonsumsi cyclosporin. Insiden hiperplasia gingiva

lebih rendah pada pasien yang mengkonsumsi tacrolimus yakni berkisar 0-15%.

Kesimpulan

Kesehatan mulut yang buruk sering terjadi pada psien dengan CKD dan

mungkin akan berlanjut menyebabkan PEW, proses infeksi dan proses

aterosklerosis. Semua masalah diatas penting untuk meningkatkan kesadaran

bagaimana pentingnya melalakukan perawatan gigi di klinik. Mempertahankan

kesehatan gigi terutama pada pasien CKD, pasien dialisis, dan pada pasien yang

menjalani transplantasi ginjal. Pada akhirnya diperlukan kesadaran tentang

pentingnya kesehatan mulut dan gigi.

4
Lampiran

Diskusi :

1. Apa kepanjangan dari PEW dan bagaimana mekanisme terjadinya ?

PEW atau Protein Energy Wasting terjadi karena periodontitis yang

merupakan proses inflamasi pada jaringan penyangga gigi. Keadaan

tersebut menyebabkan ketidaknyamanan pada rongga mulut sehingga

terjadinya penurunan nafsu makan, penurunan intake makanan termasuk

protein.

2. Bagaimana mekanisme obat antihipertensi menyebabkan xerostomia ?

3. Apakah perodontitis yang terjadi pada pasien CKD didahului oleh

terjadinya gingivitis atau bisa langsung terjadi periodontitis ?

Pada pasien CKD yang menjalani transplantasi ginjal mengkonsumi obat

imunosupresan yakni cyclosporin dan tacrolimus. Kedua obat

imunosupresan tersebut menyebabkan hiperplasia gingiva yang nantinya

meningkatkan terjadinya plak sehingga mudah terjadi inflamasi gingiva

(gingivitis) yang nantinya dapat menyebabkan periodontitis.

4. Bagaimana mekanisme xerostomia menyebabkan terjadinya periodontitis ?

Anda mungkin juga menyukai