PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
HABIBI
Cepu, 2015
KORELASI GEOMETRI PELEDAKAN DENGAN
FRAGMENTASI PRODUKSI PADA PELEDAKAN LEVEL
UNDERCUT BLOCK CAVING AREA GRASBERG DI
PT FREEPORT INDONESIA KABUPATEN MIMIKA
PROVINSI PAPUA
Proposal Skripsi
Oleh :
HABIBI
Nomor Mahasiswa : 15461009
Program Studi : Keinspekturan
Konsentrasi : Keinspekturan Tambang
Diploma : IV (Empat)
Menyetujui
Pembimbing Usulan Penelitian Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Keinspekturan
Puji syukur keharidat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul
Korelasi geometri peledakan dengan produksi peledakan level undercut block
caving area Grasberg PT. Freeport Indonesia Kabupaten Mimika Papua.
Proposal Skripsi ini dapat terselesaikan berkat motivasi, bimbingan,
pemikiran, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc selaku Ketua STEM-Akamigas;
2. Bapak Agus Heriyanto, ST, MT selaku Kepala Program Studi Keinspekturan;
3. Bapak Dr. Maran Gultom selaku dosen Pembimbing;
4. Bapak Ir. Apud Djajulie, MT selaku dosen Pembimbing;
5. Bapak dan Ibu Dosen STEM Akamigas Cepu;
6. Keluarga yang selalu memberi dukungan dan motivasi;
7. Seluruh teman-teman Program Studi Keinspekturan.
HABIBI
ii
INTISARI
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
2.1.3. Metode Ambrukan (Caving Method)..................................................14
2.1.3.1. Top Slicing................................................................................14
2.1.3.2. Sub Level Caving......................................................................15
2.1.3.3. Block Caving.............................................................................17
2.2. Peledakan Tambang Bawah Tanah ......................................................... 19
2.2.1. Pola Lubang Tembak .........................................................................19
2.2.2. Metode Perhitungan............................................................................24
2.2.2.1. Pemuatan Lubang Ledak Dalam Bujur Sangkar Pertama........27
2.2.2.2. Stemming Cut...........................................................................28
2.2.2.3. Merencanakan Cut....................................................................30
2.2.3. Round..................................................................................................31
2.2.4. Kontur..................................................................................................33
2.2.5. Lubang Easer dan Trimmer.................................................................33
2.2.6. Mekanisme Pecahnya Batuan..............................................................34
2.2.6.1. Proses Pemecahan Batuan Tingkat Pertama
(dynamic loading)....................................................................34
2.2.6.2. Proses Pemecahan Batuan Tingkat Dua
(Quasi-static loading)..............................................................35
2.2.6.3. Proses Pemecahan Batuan Tingkat Tiga
( Release of loading) ...............................................................35
2.2.7. Volume Peledakan...............................................................................35
2.3. Fragmentasi Batuan ................................................................................ 36
2.4. Kerangka Pemikiran................................................................................ 39
2.5. Hipotesa .................................................................................................. 40
v
BAB IV RENCANA KEGIATAN DAN WAKTU PELAKSANAAN.............47
4.1. Rencana Kegiatan ................................................................................... 47
4.2. Waktu Pelaksanaan ................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah PT. Freeport Indonesia .............4
Gambar 2.1 Glory Hole ............................................................................................6
Gambar 2.2 ShrinkageStoping .................................................................................8
Gambar 2.3 Sub Level Stoping ...............................................................................10
Gambar 2.4 Cut and Fill Method ...........................................................................12
Gambar 2.5. Square Set Stoping ............................................................................13
Gambar 2.6 Top Slicing .........................................................................................14
Gambar 2.7 Sub Level Caving ................................................................................15
Gambar 2.8 Block Caving ......................................................................................18
Gambar 2.9 Nama dan Jenis Lubang Ledak untuk Peledakan Terowongan..........21
Gambar 2.10 Variasi pola V-Cut pada peledakan bawah tanah ............................22
Gambar 2.11 Pola Peledakan Burn Cut..................................................................23
Gambar 2.12 Bentuk Rancangan Large Hole Cut ................................................24
Gambar 2.13 Susunan Lengkap Lubang bor pada Cut ..........................................25
Gambar 2.14 Kemajuan per round sebagai fungsi dari kedalaman lubang ledak
untuk berbagai diameter lubang kosong ................................................................25
Gambar 2.15 Jumlah muatan sebagai Fungsi Pusat ke Pusat Lubang untuk
berbagai diameter lubang bor .................................................................................27
Gambar 2.16 Jumlah Muatan Sebagai Fungsi dari Burden Maximum untuk
Berbagai Lebar Bukaan yang ada ..........................................................................28
Gambar 2.17 burden sebagai fungsi dari konsentrasi muatan untuk berbagai
diameter lubang dan jenis bahan peledak...............................................................32
Gambar 2.18 Proses Pecahnya Batuan Akibat Peledakan .....................................34
Gambar 2. 19 Diagram alir.....................................................................................40
Gambar 3.1 Korelasi Dua Variabel ........................................................................43
Gambar 3.2 Garis Regresi Y karena pengaruh X dengan nilai b (+) .....................44
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
tambang terbuka dan sistem tambang bawah tanah. Apabila semakin dalam bijih
atau ore yang akan diambil atau melebihi striping ratio, maka apabila dilakukan
satunya adalah di Grasberg block cave. Dilakukan dengan berbagai level, dan
penggalian bijih dilakukan dari bawah. Dengan cara ini bijih akan runtuh karena
hasil yang maksimal dimana fragmentasi peledakan ideal, yaitu tidak adanya
1
caving area Grasberg PT. Freeport Indonesia Kabupaten Mimika Papua.
1.2. Masalah
1.3.1. Maksud :
1.3.2. Tujuan :
pada level undercut block caving area, agar didapat geometri peledakan yang
ideal.
Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil pelaksanaan penulisan ini,
yaitu :
pada peledakan under cutting di block caving area, serta diharapkan memberikan
2
1.1.2. Manfaat Secara Ekonomi
mendesain geometri peledakan yang ideal sehingga dari segi ekonomi atau
produksi tertingkatkan.
1.1.3. Lokasi
Provinsi Papua Indonesia, sekitar 500 kilometer sebalah barat daya Jayapura.
jalur udara melalui bandara Moses Kilangin Timika dan jalur laut melalui
3
Gambar 1.1 Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah PT. Freeport Indonesia
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA
berikut :
c. Letak atau kedalaman endapan dari permukaan tanah dan sifat lapisan tanah
penutup;
d. Kemiringan deposit;
e. Umur.bukaan;
5
6
g. Fasilitas;
h. Biaya penambangan.
massa batuan sebagai penyangga dirinya sendiri. Cara ini diterapkan untuk
kondisi batuan di sekeliling dan endapan bijih yang cukup kuat, sehingga tidak
mudah runtuh.
method. Pada sistem ini harus ditinggalkan pilar-pilar untuk mencegah penurunan
jalan utama.
Sistem ini cocok untuk endapan bijih yang mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
keterampilan khusus;
c. Relatif aman.
Kerugiannnya adalah :
yang arahnya tidak menentu seperti liang tikus (coyoting). Ketebalan bijih pada
sebagai berikut :
8
over hand stoping dimana setiap bagian dibor dan diledakkan dari bawah ke atas.
sebagai tempat berpijak untuk melakukan pemboran berikutnya, dan juga sebagai
d. Bentuk ore body harus teratur sehingga tidak banyak bijih yang hilang;
e. Harus mempunyai batas yang jelas antara ore body dengan country rock;
a. Ongkos development lebih rendah karena jarak antara level dengan level
gravitasi;
material.
b. Bila broken ore terlalu lama dalam stope, bila teroksidasi oleh udara bisa
Merupakan cara penambangan bijih yang terletak diatara dua level, dimana
dibuat sub-sub level yang berurutan. Jarak antar level 100-200 feet sedangkan sub
Untuk metode sub level stoping ini cocok untuk endapan sebagai berikut :
d. Country rock harus keras dan kompak agar tidak terjadi pengotoran
(dilution);
e. Batas antara country rock dengan endapan jelas dan bentuknya teratur;
tertinggal;
penyangga sementara;
bagian (slice by) dimana bagian yang sudah ditambang, dikeluarkan ore-nya, lalu
diisi material pengisi back filing. Adapun fungsi dari material back filling sebagai
e. Dapat dipergunakan untuk endapan bijih yang batasnya kurang teratur dan
(timber), dan penyangga dipasang langsung dari hanging wall ke foot wall yang
disebut dengan stull. Penyangga ini bisa dipasang secara sistematis dan juga
Metode ini cocok untuk endapan bijih yang memiliki sifat sebagai berikut :
berpengaruh;
penyanggaan secara sistematis yang saling tegak lurus ke segala arah (tiga
panjang.
Umumnya cara ini cocok untuk endapan dengan batuan yang lunak, oleh
karena itu cara penambangan ini sulit untuk diubah ke cara penambangan yang
lain.
Top slicing adalah suatu penambangan untuk endapan yang mudah runtuh.
Penambangan dilakukan selapis demi lapis dari atas ke bawah pada bijih yang
yang disanggah. Kalau bijih sudah digali, maka penyangga di atasnya dibiarkan
runtuh sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Hasil produksi metode ini tinggi,
d. Jika endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka produksi sangat
tinggi.
15
a. Masalah pada penirisan apabila musim hujan, karena air hujan masuk dari
reatakan-eratakan;
lingkungan di atasnya;
Sub leve caving merupakan satu cara penambangan yang mirip dengan top
slicing tetapi penambangan dilakukan dari atas ke bawah dan setiap penambangan
pada suatu level dilakukan lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan
ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan
penutup diatasnya.
Metode ini cocok untuk endapan yang memiliki sifat sebagai berikut :
bawahnya;
c. Kekuatan bijih lemah, tetapi batuan tidak runtuh untuk beberapa waktu
dengan penyanggaan biasa, tetapi endapan ini akan runtuh bila penyangga
ini diambil.
penampungan blok bijih untuk runtuhan bijih di atas level undercut. Dengan
metode ini akan terbentuk ambrukan (cave) yang nantinya akan terjadi
penambahan ambrukan ( cave propagation ) pada bijih akibat tekanan dari atas
yang mempunyai beban badan bijih itu sendiri, sifat batuan berada di daerah cave
Bidang paad massa batuan dengan ukuran yang telah ditentukan akan
diledakkan pada tahap uncercutting. Penarikan bijih hasil runtuhan pada bagian
bawah kolom bijih menyebabkan proses runtuhan akan berlanjut ke atas sampai
semua bijih di atas level undercut runtuh dan ditarik untuk proses selanjutnya.
Ore chute harus banyak, agar pengambilan bijih yang pecah (broken ore)
dapat merata dan batas antara bijih dan lapisan penutup teratur, sehingga
a. Kekuatan bijih lemah sampai kuat (25-250 Mpa), dengan batas bijih dan
batuan jelas;
sehingga dapat runtuh dengan sendirinya serta pola retakan yang sesuai;
c. Vein lebih besar atau pada lapisan cadangan bijih yang tebal ( >30 m),
d. Sistem ini cocok untuk badan bijih dengan kadar relatif rendah.
peronggaan;
teliti;
adalah :
b. Pembuatan jalur penyanggaan pada daerah penarikan bijih sanagt mahal dan
produksi;
- Peledakan batuan dengan tujuan untuk mengambil material (bijih) atau sering
dipermukaan adalah :
- peledakan bawah tanah dilakukan ke arah satu bidang bebas (free face),
bidang bebas.
Oleh karena itu batuan akan lebih sukar untuk diledakan dan perlu dibuat
terowongan yang akan ditembus. Bukaan ini disebut cut yang berfungsi sebagai
bidang bebas untuk peledakan berikutnya. Cut ini kemudian diperbesar dengan
peledakan dua atau lebih susunan lubang tembak easer. Peledakan berikutnya
adalah peledakan terakhir atau peledakan trimmer yang menentukan bentuk dari
terowongan.
dapat dibuat melalui beberapa pola lubang tembak, yang tipenya didasarkan pada :
- Kemajuan yang ditargetkan, yaitu besar kemajuan setiap ronde peledakan yang
menghasilkan lemparan dekat dan konsumsi bahan peledak lebih sedikit karena
Jenis-jenis pola lubang tembak yang sering dan pernah dipakai pada peledakan
dalam terowongan adalah : Drug cut, Fan cut, V-cut, Pyramid cut, dan Burn cut.
Gambar 2.9 Nama dan Jenis Lubang Ledak untuk Peledakan Terowongan
a. Drag Cut
Pola ini cocok digunakan pada batuan yang mempunyai struktur bidang
perlapisan, misalnya batuan serpih. Lubang cut dibuat menyudut terhadap bidang
perlapisan pada bidang tegak lurus, sehingga batuan akan terbongkat menurut
bidang perlapisan. Cut ini cocok untuk terowongan berukuran kecil dengan lebar
sekitar 1,5 sampai 2 meter, dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting.
b. Fan Cut
Pada fan cut lubang tembaknya dibuat menyudut dan berada pada bidang
mendatar. Setelah cut diledakkan maka batuan yang ada diantara dua baris lubang
cut akan terbongkar. Selanjutnya lubang easer dan trimmer aka memperbesar
22
bukaan cut sampai kepada bentuk geometri dari terowongan. Cut ini cocok
c. V-Cut
tembak pada pola ini diatur sehingga tiap dua lubang membentuk V. Lubang
terowongan, karena panjang bor terbatas pada lebar tersebut. Satu atau dua lubang
tembak yang lebih pendek disebut burster dan dapat dibuat di tengah cut untuk
d. Pyramid Cut
Pyramid cut terdiri dari empat buah lubag tembak yang saling bertemu
pada satu titik di tengah terowongan. Pada batuan yang keras banyaknya lubang
e. Burn Cut
Perbedaan pola ini dengan pola cut yang lain, yaitu lubang cut membentuk
23
sudut satu sama lain dengan burn cut, lubang cut dibuat sejajar satu sama lain dan
tegak lurus terhadap permukaan terowongan. Pada pola ini beberapa lobang cut
tidak diisi dengan bahan peledak, umumnya diameter cut yang tidak diisi bahan
a. Kemajuan tidak lagi tergantung pada lebar terowongan karena semua lubang
1) Burn hole mempunyai diameter yang sama dengan lubang bermuatan lain.
2) Pengeboran lubang tembak yang mudah, karena sejajar dengan burn hole.
Metode ini mirip dengan Burn Cut, terdiri dari satu atau lebih lubang
kecil yang berisi bahan peledak. Burden antara lubang-lubang yang terisi dengan
lubang kosong relatif kecil. Selanjutnya lubang-lubang ledak diatur dalam segi
empat yang mengelilingi bukaan. Jumlah segi empat dalam Cut dibatasi oleh
ketentuan batuan Burden dalam segi empat terakhir tidak melebihi Burden dari
lubang Stoping.
terowongan, akan lebih muda yaitu, perhitungan cut dan bagian lain (easter dan
trimmer).
diperhatikan adalah :
- Burden
- Change concentration
Gambar 2.14 Kemajuan per round sebagai fungsi dari kedalaman lubang
ledak untuk berbagai diameter lubang kosong
peledakan round berhasil dengan baik adalah diameter dari lubang kosong. Makin
26
besar diameter lubang kosong makin dalam round dapat dibor dan makin besar
pula kemajuan yang akan diperoleh. Semakin kecil lubang kosong yang erat
juga kecil.
D = d n
Dimana :
Supaya peledakan berhasil dengan baik (cleaned blast), maka jarak antar
lubang ledak dengan lubang kosong, tidak boleh lebih besar dari 1,5 . Apabila
jaraknya lebih besar akan terjadi rusak (breakage) dan jarak terlalu dekat ada
a = 1,5
Dimana :
Jika lubang kosong lebih dari satu, maka digunakan persamaan sebagai berikut :
a = 1,5 D
27
Dimana :
D = diameter samaran.
mengakibatkan tidak akan terjadi blow out melalui lubang besar dan akan terjadi
pemadatan kembali batuan yang telah dipecahkan, sehingga kemajuan penuh tidak
akan dicapai.
antara lubang besar dengan lubang ledak terdekat dapat dicari dalam grafik
berikut :
Gambar 2.15 Jumlah muatan sebagai Fungsi Pusat ke Pusat Lubang untuk
berbagai diameter lubang bor
28
Dalam perhitungan burden (B) sama dengan lebar (W) dari bukaan
B=W
Dengan memakai grafik dalam gambar 2.16 berikut, dapat dicari charge
digunakan muatan dasar yang besarnya dua kali charge concentartion (lc) dan
tingginya 1,5 B.
Panjang kolom lubang bor yang tidak diisi bahan peledak, menggunakan
ho = 0,5 B
Dimana :
ho : stemming
B : Burden
29
Untuk lubang paraller, lubang yang berada di dekat burster, maka berlaku
B = 0,7 d
Dimana :
B = Burden
B = 0,7 x 2 d
segi empat berdekatan dengan lubang besar yang kosong, untuk menghindari
Keterangan:
H = Kedalama lubang
B = Burden
ho = Stemming
hb = 1/3 H
dimana :
H = Kedalaman lubang
Lp = 40-50 % dari Lb
Ho = 0,3 B1
a. Bujur sangkar I
a = 1,5
W =
Dimana :
b. Bujur sangkar II
B1 = W1
31
C-C = 1,5 W1
W2 =
B2 = W2
CC = 1,5 W2
W3 =
d. Bujur Sangkar IV
B3 = W3
CC = 1,5 W3
W4 =
2.2.3. Round
Gambar 2.17 burden sebagai fungsi dari konsentrasi muatan untuk berbagai
diameter lubang dan jenis bahan peledak.
Apabila burden (B) dan kedalaman lubang ledak (H) dan konsentrasi
muatan dasar (lb) telah diketahui, maka tabel 2.2 berikut digunakan untuk
Tabel 2.2
Geometri Pemboran dan Peledakan dari round
33
2.2.4. Kontur
Kontur dari terowongan dibagi menjadi : lubang lantai, lubang dinding dan
lubang atap.
Burden dan spacing untuk lubang lantai sama seperti lubang stoping.
Lubang lantai diisi muatan lebih kuat daripada lubang stoping untuk mengimbangi
gaya gravitasi dan berat massa batuan yang terisi dari round.
Untuk lubang dinding dan lubang atap ada dua cara peledakan yang
dipakai, yaitu:
- Smooth blasting
Jumlah dan penempatan easer sangat tergantung kepada pola lubang cut.
Pada pola burn cut penempatan lubang easer tidak boleh terlalu dekat dengan cut,
Banyak dan posisi dari lubang trimmer tergantung daripada ukuran terowongan,
temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan hancurnya batuan di
sekitar lubang ledak dan menimbulkan gelombang kejut (shock wave) yang
proses tingkat satu akan bernilai positif. Apabila gelombang kejut mencapai
bidang bebas (free face) akab dipantulkan kemudian menjadi negatif sehingga
menghasilkan gelombang tarik (tensile wave). Karena gelombang tarik ini besar
dari kekuatan tarik batuan, maka batuan akan pecah dan terlempar dari batuan
Pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan maka
rekahan-rekahan yang telah terbentuk pada tingkat satu dan tingkat dua akan
diperlebar secara cepat oleh kombinasi efek dari tegangan tarik disebabkan
kompresi radial dan pembajian, sehingga fragmentasi utama batuan akan terjadi
material atau bijih yang akan dibongkar dapat diketahui menggunakan persamaan
sebagai berikut :
V = (bh) x S
Dimana :
V : Volume batuan
dapat mengetahui keberhasilan dari suatu peledakan selain powder factor. Karena
apabila dalam suatu peledakan, powder factor tercapai tetapi tidak menghasilkan
dikatakan berhasil.
struktur geologi batuan dapat digunakan untuk mencari powder factor. Dalam
berikut :
Dimana :
A : faktor batuan
diperhatikan, yaitu :
37
a. Penerapan nisbah S/B untuk pemboran, tanpa ada waktu tunda tidak boleh
Hal ini disebabkan karena tingkat fragmentasi sangat tergantung pada bidang
(1973), membuktikan sebagai metode yang mudah dan cukup realistis untuk
Dimana :
B : burden (m)
38
S : Spacing (m)
berikut :
Xc =
Dimana :
n : Indek keseragaman
R =
Dimana :
(fragmentasi) lebih besar dari batuan hasil peledakan yang berupa bongkahan
(boulder), dimana jumlah bongkahan yang dihasilkan harus dibawah 15% ( Mc.
Gregor, 1967).
dilakukan dengan beberapa metode perhitungan, yang antara lain adalah sebagai
a. Metode photography
39
b. Metode photogrametry
g. Analisa ayakan
kerangka berpikir yang menjadi tujuan dan sasaran dalam penulisan proposal
6. Apabila tidak sesuai atau masih banyak boulder maka dilakukan redesain
geometri peledakan;
dinyatakan selesai.
40
PELEDAKAN
GEOMETRI
PELEDAKAN
Produksi Fragmentasi
ANALISA DATA
no
yes
selesai
2.5. Hipotesa
METODOLOGI PENELITIAN
peledakan yang dirancang dan di terapkan pada kegiatan peledakan level under
1. GPS;
2. Meteran;
3. Alat tulis;
4. Kamera digital;
5. Laptop.
1. Studi literatur;
41
42
7. Hipotesa teruji;
8. Penelitian selesai.
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen (X) yaitu Geometri
undercut level block caving area Grasberg PT. Freeport Indonesia. Maka
membuktikan hipotesis hubungan antara dua variabel bila data kedua variabel
terbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari kedua variabel atau lebih adalah
n X i Yi ( X i )( Yi )
rxy
{n X i ( X i ) 2 }{n Yi ( Y i ) 2 }
2 2
Dimana :
X = Geometeri Peledakan
berikut:
Y = a + bX
( Yi )( X i ) ( X i )( X i Yi )
2
a
n X i ( X i ) 2
2
n X i Yi ( X i )( Yi )
b
n X i ( X i ) 2
2
Dimana :
Gambar 3.2 berikut menunjukkan garis regresi yang kemungkinan akan dihasilkan
dari penelitian ini.
dengan suatu angka-angka korelasi seperti pada tabel 3.3 berikut ini.
2. Apabila rxy =1 atau mendekati 1, maka hubungan antar kedua variabel kuat
dan memppunyai hubungan searah atau positif
3. Apabila rxy = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antar kedua variabel
kuat dan mempunyai hubungan neratif atau berbalik.
46
determinasi (Kd) yaitu kuadrat dari koefisien korelasi. Koefisien ini disebut
koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada variabel dependen dapan
dijelaskan melalui varian yang terjadi pada variabel independen, yang dirumuskan
sebagai berikut :
Kd = r2 x 100%
Data yang sudah diolah, akan disajikan dalam bentuk tabel serta grafik
peledakan level undercut block caving area Grasberg PT. Freeport Indonesia.
BAB IV
Februari
NO Kegiatan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Persiapan
a. Perkenalan /orientasi
b. Presentasi
2 Pelaksanaan
a. Observasi Lapangan
b. Pengambilan Data
c. Pengolahan Data
d. Analisis Hasil Pengamatan
3 Penyusunan Laporan
4 Kembali ke Cepu
tahun 2016.
47
DAFTAR PUSTAKA