Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cara pembuatan kuesioner


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengukur orang atau
objek mengenai hal yang sedang dipelajari dengan menggunakan berbagai
macam alat ukur dan hasil pengukuran dicatat. Alat ukur yang akan
digunakan harus lulus uji validitas dan reliabilitas. Pada saat pengumpulan
data, diperlukan alat pengumpul data untuk menampung semua data dari
responden. Alat pengumpul data berupa kuesioner, alat mekanik, check up,
formulir, dll. Namun alat pengumpul yang sering digunakan adalah
kuesioner (Herijulianti, dkk., 2002: 93).
Kuesioner merupakan sederet pertanyaan yang telah ditetapkan dan
disiapkan oleh peneliti yang akan digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan data penelitian (Swarajana, 2016: 36). Tujuan khusus pada
penggunaan alat pengumpul data berupa kuesioner adalah untuk
mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan survey. Selain itu,
untuk mendapatkan informasi dengan tingkat validitas dan reliabilitas
setinggi mungkin sesuai dengan formatnya (Herijulianti, dkk., 2002).
Adapun pedoman yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut:
1. Pertanyaan ditulis dengan kalimat singkat, sederhana dan jelas
agar mudah dimengerti oleh responden
2. Pertanyaan tidak memiliki arti ganda yang dapat membuat
responden kebingungan
3. Pertanyaan netral, yang berarti tidak menyinggung perasaan
responden
4. Hindari pertanyaan yang mengharuskan responden berpikir
keras atau berpikir di masa lalu
5. Hindari pertanyaan yang mengharuskan respondne menghitung
( Budiarto, 2001)

Menurut Notoatmodjo (2005), syarat kuesioner agar dapat


memudahkan pengisian dan pengkodean bagi responden terdiri dari 4 poin
yaitu sebagai berikut:

1. Relevan dengan tujuan penelitian


2. Mudah ditanyakan
3. Mudah dijawab
4. Data mudah diperoleh

Pemilihan alat pengambil data berupa kuesioner memuat beberapa


kekurangan dan kelebihan. Berikut kelebihan yang dapat diambil dari
penggunaan kuesioner yaitu sebagai berikut:

1. Biaya relatif murah, meskipun cakupan wilayah luas


2. Terbatas dari interview bias, karena jawaban diisi langsung
oleh responden
3. Respondne tidak terganggu privasinya dalam menjawab
pertanyaan
4. Waktu relatif singkat dan dimungkinkan untuk mengirim lewat
pos

Sedangkan kelemahan yang mungkin dapat terjadi adalah sebagai berikut:

1. Responden kurang memahami sebagian atau banyak dari


kuesioner
2. Pertanyaan pada kuesioner bersifat tertutup
3. Pembuatan kuesioner sebaik mungkin agar tidak timbul makna
ganda
4. Kemungkinan terjadi non-respone, kehilangan data akibat
terdapat pertanyaan yang tidak dijawab (Swarjana, 2016: 38)
Pertanyaan merupakan komponen penting dari dibuatnya
kuesioner. Adapun syarat utama suatu pertanyaan pada kuesioner adalah
logis dan valid, responden diharapkan mengetahui jawaban, jelas serta
tidak meragukan (Herijulianti dkk., 2002: 94). Menurut Arikunto (2010),
terdapat cakupan isi pertanyaan dai kuesioner, yaitu:

1. Pertanyaan tentang fakta, seperti umur, pendidikan, status


perkawinan dan agama
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap
3. Pertanyaan tentang informasi, mencakup apa yang diketahui
oleh responden atau seberapa paham responden
4. Pertanyaan tentang persepsi diri dengan menilai diri sendiri
terhadap hubungannya dengan orang lain

Pertanyaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut (Budiarto,


2002: 12-13):

1. Pertanyaan tertutup (close ended items)


Pertanyaan hanya menyediakan satu pilihan jawaban, yang
sesuai dengan kondisinya. Biasanya jawaban yang disediakan
haya jawaban Ya dan Tidak ataupun lainnya.
2. Pertanyaan terbuka (open ended items)
Responden dapat secara leluasa menceritakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat peneliti, terkadang
pertanyaan terbuka digunakan pada penelitian kualitatif seperti
wawancaa dan diskusi.
3. Pertanyaan setengah terbuka (partially open ended question)
Pertanyaan yang telah dimodifikasi antara pertanyaan tertutup
dan terbuka. Pertanyaan menyediakan jawaban satu atau lebih
dari satu dan kemungkinan responden dapat memilih lebih dari
satu jawaban.
A. Cara Pembuatan Kuesioner
Menurut Herijuliantri dkk., (2002: 93-94), cara pembuatan kuesioner
terdiri dari hal-bhal berikut yaitu:
1. Membuat daftar variabel yang akan diukur
2. Merumuskan pertanyaan yang sesuai dengan variabel tersebut.
Pertanyaan yang dibuat harus logis dan valid, agar tingkat
validitasmeningkat. Pembuatan pertanyaan lebih dari satu untuk
mengukur variabel
3. Menentukan urutan pertanyaan, pertanyaan yang dimaksud adalah
yang mudah dipahami, menarik, alamiah, dan logis. Apabila daftar
pertanyaan berupa angket, harus ada pengantar dan pedoman yang
jelas. Apabila digunakan wawancara, pedoman yang memuat
penjelasan dan petunjuk wawancara harus disertakan
4. Setelah rancangan akhir siap, kuesioner siap pula untuk diuji. Pada
tahap ini perlu mencoba beberapa bentuk pertanyaan yang sama.
selanjutnya akan diketahui pertanyaan yang tidak diperlukan, yang
diperlukan ditambah, perubahan urutan pertanyaan, perubahan
pertanyaan dan lain-lain.

Sedangkan menurut Kasnodihardjo (1993), langkah-langkah dalam


pembuatan kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Menentukan data-data yang diperlukan dan darimana sumber data


tersebut akan diperoleh
2. Data yang ingin diperoleh dari sumber tersebut harus di daftar
mulai dari data pokok yang diperlukan dan seterusnya karena
umumnya tidak semua data yang di daftar benar-benar diperlukan.
Oleh sebab itu, data yang tidak penting perlu dihilangkan. Hal
tersebut harus didasarkan pada kerangka pemikiran semula karena
kerangka dasar pemikiran akan mengarahkan pemikiran kita ke
arah hipotesis yang nantinya dapat menentukan data apa yang kita
perlukan
3. Uji data dengan cara mencoba menempatkan diri kita dalam posisi
orang-orang yang yang akan memberikan tersebut. Apakah dalam
posisi tersebut kita mampu memberikan informasi dan hal-hal apa
yang kira-kira dapat atau sulit untuk dijawab
4. Menentukan urutan topik, topik mana yang paling baik sebagai
pembuka wawancara dan mana yang baik sebagai penutup atau
pertanyaan- pertanyaan tertentu untuk tidak ditanyakan pada
responden
5. Menentukan tipe pertanyaan apa yang harus kita gunakan untuk
memperoleh data
6. Menuliskan susunan kata-kata untuk tiap pertanyaan dengan jelas
agar mudah diketahui apakah pertanyaan- pertanyaan tersebut
terdiri dari satu elemen atau lebih serta hubungannya dengan
pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Biasanya penulisan pertanyaan
diperbaiki berkali-kali agar baik susunan kata-katanya maupun
urutan pertanyaannya dan sesuai dengan tujuan penelitian
7. Menentukan formatnya baik tempat untuk menjawab pertanyaan
maupun jawaban-jawaban pertanyaan multiple choice atau check
list
8. Teliti kembali dan jika perlu diperbaiki lagi
9. Apabila sudah yakin semuanya benar dan sesuai dengan yang kita
inginkan, tempatkan kembali diri kita sebagai responden. Kita
dapat menjawab semua pertanyaan tersebut atau tidak dan
hitunglah waktu yang diperlukan untuk menjawab
10. Tempatkan diri kita sebagai interviewer. Apakah pertanyaan-
pertanyaan tersebut sudah baik dan mudah ditanyakan, bahasanya
wajar atau tidak, serta apakah mudah dibaca dan mudah untuk
menuliskan jawabannya
11. Meminta pendapat atau saran dari pihak yang banyak tahu tentang
topik yang hendak kita teliti agar kuesioner lebih baik lagi
12. Uji coba di lapangan dengan beberapa responden (pretest) untuk
mengetahui apakah mudah digunakan di lapangan atau tidak.
Nantinya akan terlihat pertanyaan mana yang perlu direvisi, dan
bila memungkinkan maka lakukan uji coba sekali lagi
13. Setelah uji coba, kuesioner siap untuk diperbanyak dan digunakan
dalam penelitian yang sebenarnya

B. Penyusunan Kuesioner
Penyusunan sebuah Kuesioner terdapat 4 aspek yang harus diperhatikan,
yaitu jenis, bentuk, isi dan sequences (urutan-urutan) pertanyaan (Martono,
2015).
1. Jenis Pertanyaan
Jenis pertanyaan yang harus diperhatikan adalah sifat data yang
mana akan diperoleh. Berdasarkan ini, sehingga suatu daftar pertanyaan
dapat menggali 3 hal, yaitu:
a. Pertanyaan mengenai fakta
pertanyaan ini menghendaki jawaban berdasarkan fakta-fakta dari
responden. Biasanya yaitu mengenai data-data seperti demografi,
misalnya pertanyaan pendidikan dan status perkawinan.
b. Pertanyaan mengenai pendapat dan sikap
pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap dan pendapat merupakan
mengenali setiap jawaban-jawaban yang berkaitan dengan perasaan,
kepercayaan, konsepsi atau pendapat dan sebagainya.
c. pertanyaan-pertanyaan informatif
pertanyaan- pertanyaan ini mengharapkan jawaban-jawaban dari
responden mengenai apa yang telah diketahui, apa yang di dengar, dan
seberapa jauh apa yang diketahui serta dari mana mereka tahu.
2. Bentuk Pertanyaan
Prinsipnya terdapat 2 bentuk pertanyaan, yaitu open ended question dan
closed ended question atau structured
a. Bentuk Pertanyaan Terbuka (Open ended)
1. Free Respnse question
Pertanyaan ini memberikan suatu kebebasan kepada responden untuk
menjawab. Pertanyaan ini pada umumnya dipergunakan untuk
memperoleh jawaban mengenai pendapat atau motif tertentu dari
responden.
2. Directed response question
Jenis pertanyaan ini sama dengan Free response question yaitu
memberikan kebebasan menjawab bagi respondennya, tetapi sudah
sedikit lebih diarahkan.
b. Bentuk Pertanyaan tertutup (Closed Ended)
Bentuk pertanyaan ini memiliki keuntungan mudah mengarahkan jawaban
kepada responden dan juga mudah diolah. Tetapi bentuk ini kurang
mencakup atau mencerminkan semua jawaban dari responden. Bentuk
pertanyaan ini memiliki beberapa variasi, antara lain:
1. Dicholomous choice
Variasi dalam pertanyaan ini hanya dibedakan atas 2 jawaban, dan
responden hanya memilih satu diantaranya. Biasanya variasi pertanyaan
ini menyangkut pendapat, perasaan, atau sikap responden. Keuntungan
pertanyaan jenis ini adalah mudah mengolah.
2. Multiple Choice
Pertanyaan ini menyediakan beberapa jawaban dan responden hanya
memilih satu di antaranya yang sesuai dengan pendapatnya.
3. Check List
Bentuk pertanyaan ini yaitu modifikasi dari multiple choice, hanya
yang membedakan yaitu responden diberikan suatu kebebasan untuk
memilih jawaban sebanyak mungkin yang sesuai dengan apa yang
dikatakan, dilihat, dipunyai, atau pendapat dari responden iu sendiri.
4. Rangking Question
Seperti pada check list , tetapi jawaban responden diurutkan dari
jawaban-jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat, pengetahuan,
atau perasaan dari responden.

3. Isi Pertanyaan
Isi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengam tujuan dari penelitian, serta
tergantung pada dalam atau dangkalnya data yang digali. Banyaknya
pertanyaan sangat relatif,tergantung dari luasnya penelitian tersebut.
4. Urutan Pertanyaan
Model pertanyaan dapat dibentuk dari 4 bagian, yaitu introduksi,
pertanyaan pemanasan, pertanyaan demografi, dan pertanyaan pokok.
a. Introduksi (pengantar)
sebelum pertanyaan dimulai diawali dengan judul penelitian tersebut,
sesudah itu diberi semacam kalimat pengantar, yang menjelaskan
kepada responden tentang maksud atau tujuan dari penelitian tersebut
juga tentang identitas dari responden.
b. Pertanyaan pemanasan
pertanyaan mengenai latar belakang responden,misalnya dari mana
aslanya, sudah berapa lama tinggal dan sebagainya.
c. pertanyaan demografi
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan umur, status
pendidikan, pekerjaan, latarbelakang etnis, agama, dan sebagainya.
d. pertanyaan-pertanyaan pokok
merupakan jantung dari kuesioner, yaitu memiliki tujuan penelitian atau
data-data yang akan diperoleh akan tercakup di dalam pertanyaan-
pertanyaan ini.
C. Cara Melakukan Penilaian Kuesioner
Macam-macam skala pengukuran untuk melakukan penilaian kuesioner
adalah:
1. Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam
kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam
riset berupa survey. Skala Likert dapat dipergunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena pendidikan. Sewaktu menanggapi pertanyaan
dalam skala Likert responden menentukan tingkat persetujuan mereka
terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang
tersedia. Terdapat dua bentuk pertanyaan yang menggunakan Likert, yaitu
pertanyaan positif untuk mengukur minat positif, dan bentuk pertanyaan
negatif untuk mengukur minat negatif. Pertanyaan positif diberi skor
5,4,3,2, dan 1. Sedangkan pertanyaan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan
5.bentuk jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju, dan sangat setuju. Biasanya disediakan lima pilihan skala
dengan format sebagai berikut.
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Ragu-ragu
4. Setuju
5. Sangat setuju

Jenis data pada skala Likert adalah data ordinal. Selain pilihan dengan
lima skala tersebut, terkadang digunakan juga skala dengan tujuh atau
sembilan tingkat. (Riyanto, 2011).

2. Skala Guttman
Skala Guttman digunakan apabila peneliti ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Jawaban tegas
pada skala Guttmna seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak
pernah. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, pernah, dan
semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak
setuju, salah, tidak pernah dan semacamnya diberi skor 0 (Riyanto, 2011).
3. Skala Differensial Semantik
Skala semantik adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
objek, atau konsep, tetapi bentuikknya bukan pilihan ganda atau checklist
tertapi tersusun dalam satu garis kontinuum yang jawabannya sangat
positif terletak di kanan garis, dan jawaban negatif terletak dibagian kiri
baris atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan
biasanya skala ini untuk mengukkur sikap atau karakteristik tertentu yang
dimiliki seseorang. Nilai skala ini adlah 1 hingga 10 (Dempsey dan
Dempsey, 2002).
4. Skala bertingkat (Rating Scale)
Rating scale adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale,
responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang
telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang
telah disediakan (Saryono, 2010).
5. Skala Thurstone
Skala thrustone adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang
berisikan skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut,
kunci skor tersebut menghasilkan nilai yang berjarak sama. Biasanya
responden memilih beberapa pertanyaan dari sejumlah pertanyaan yang
telah disediakan.
6. Metode Boyandus
Skala penilaian dalam metode Boyandus digunakan untuk jarak sosial
antar anggota kelompok. Skala bogandus ini mengukur kesediaan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kontak sosial berbagai tingkat
pendekatan dengan anggota kelompok sosial yang beragam, seperti beda
ras dan kelompok etnis (Machfoedz, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, A., 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika,
Yogyakarta.
Dempsey P. A., Dempsey A. D., 2002, Riset Keperawatan; buku ajar
dan latihan, EGC, Jakarta.
Saryono, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis bagi
Pemula, Mitra Cendekia Press, Jogjakarta.
Machfoedz, I., 2008, Teknik membuat alat ukur penelitian bidang
kesehatan, kedokteran, keperawatan dan kebidanan, Fitramaya,
Yogyakarta.
Martono, N., 2015, Metode Penelitian Sosial: Konsep-konsep kunci ,
Raja Grafindo persada: Jakarta
Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian, RIneka Cipta: Jakarta.

Budiarto, E., 2002, Biostatistika untuk Kedokteran: Sebuah Pengantar, EGC:


Jakarta.

Herijulianti, E., Indriani, T. S., AArtini, S., Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC:
Jakarta.

Kosnodihardjo, 1993, Langkah-Langkah Menyusun Kuesioner, Media


Litbangkes, vol.3(2): 21-42.

Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta:


Jakarta.

Swarjana, I. K., 2016, Statistik Kesehatan, Penerbti ANDI: Yogyakarta, h. 36-38.

Anda mungkin juga menyukai