Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Energi merupakan kebutuhan pokok yang esensial bagi perikehidupan
manusia. Manusia hidup memerlukan energi. Energi tidak saja digunakan untuk
menggerakkan sistem yang ada dalam tubuhnya seperti peredaran darah, dan
pencernaan makanan. Energi dibutuhkan oleh manusia bahkan oleh semua makhluk
hidup dalam upayanya mempertahankan kehidupan mencari makan dan berkembang
biak. Setiap makhluk hidup membutuhkan energi dalam kehidupannya, energi
dibutuhkan terutama sebagai tenaga dalam melakukan kegiatan. Pengertian energi
adalah daya atau tenaga dan manusia membutuhkan energi untuk bergerak serta
melakukan aktifitas.
Manusia tidaklah sekedar ingin mempertahankan hidupnya. Ia menghendaki
sesuatu yang lebih dari itu. Manusia ingin dapat terbang seperti burung, ingin
mempunyai baju yang bagus, ingin dapat bergerak baik di darat, air maupun di
angkasa. Manusia mempunyai keinginan yang tak terbatas, dan itu semua
membutuhkan energi.
Gizi adalah ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup,
mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan (proses
pencernaan, transport dan ekskresi) yang diperlukan untuk memelihara kehidupan,
pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energy. Makanan
merupakan sumber zat gizi utama yaitu : karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Masing-masing zat gizi ini mempunyai peranan yang khusus pada
tubuh sehingga dapat menghasilkan energy.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.1.1. Apa yang dimaksud dengan Energi ?
1.1.2. Jelaskan tentang kebutuhan Energi ? 2
1.1.3. Jelaskan sumber Energi dalam tubuh ?
1.1.4. Jelaskan metabolisme aerob dan anaerob ?

1
1.1.5. Jelaskan proses metabolisme Energi dalam tubuh ?
1.1.6. Jelaskan proses terbentuknya Energi (Oksidasi Glukosa) ?
1.1.7. Jelaskan fungsi utama Siklus Krebs ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Energi.
1.3.2 Untuk mengetahui kebutuhan Energi.
1.3.3 Untuk mengetahui sumber Energi dalam tubuh.
1.3.4 Untuk mengetahui metabolisme aerob dan anaerob.
1.3.5 Untuk mengetahui proses metabolisme Energi dalam tubuh.
1.3.6 Untuk mengetahui proses terbentuknya Energi (Oksidasi Glukosa).
1.3.7 Untuk mengetahui fungsi utama Siklus Krebs.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Energi


Energi dibutuhkan oleh tubuh/individu untuk mempertahankan kehidupannya,
menunjang proses pertumbuhan, serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Karbohidrat, lemak dan protein pada makanan merupakan sumber energy bagi tubuh
dan energy yang masuk harus sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing
individu.
Fotosintesa merupakan rangkaian reaksi metabolisme yang dapat dianggap
sebagai suatu metabolisme dasar kehidupan, karena baik manusia/hewan

2
membutuhkan energy yang terdapat dari hasil fotosintesa (karbohidrat, lemak,
protein).
Pada manusia ataupun hewan energy kimia makanan tersebut akan ditransfer
menjadi Enegi Potensial yang disimpan dalam ikatan kimia yaitu ATP, energy
potensial yang terdapat pada ATP ini digunakan oleh tubuh untuk :
2.1.1 Mensintesa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, asam inti
(DNA dan RNA).
2.1.2 Kontraksi otot.
2.1.3 Meneruskan impuls syaraf ke susunan syaraf pusat dan otak.
2.1.4 Mengaktifkan enzim dan hormon tubuh.
2.1.5 Mengangkut zat gizi.
Dari total energy yang masuk kedalam tubuh hanya 40% yang ditransfer
dalam bentuk ATP, sedangkan sisanya diubah menjadi Energi Thermal (panas) yang
digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh.

2.2 Kebutuhan Energi


Total kebutuhan energy pada individu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
2.2.1 Metabolisme Basal 4
Metabolisme basal adalah jumlah panas yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
keadaan istirahat total baik fisik, pencernaan, maupun emosi/jumlah energy yang
diperlukan dalam keadaan istirahat, berbaring tetapi tidak tidur. Faktor-faktor yang
mempengaruhi energy basal (BMR) yaitu :
1. Umur
Umur 0-10 : kebutuhan energy basal naik dengan cepat karena periode bayi
merupakan individu tumbuh cepat.
2. Jenis kelamin
Kebutuhan energy basal pada pria lebih tinggi 5-10% dari wanita, karena
tubuh pria lebih banyak otot dibandingkan dengan tubuh wanita.
3. Luas permukaan badan (tinggi badan dan berat badan)
Makin luas permukaan tubuh badan semakin banyak panas yang terbuang
keluar tubuh, berarti semakin banyak enrgi yang dibutuhkan.
a. Status kesehatan
1) Orang yang menderita penyakit infeksi yang disertai kenaikan suhu
tubuh, kebutuhan energy basal menaik sampai 35%, karena suhu tubuh

3
yang tinggi maka reaksi biokimia dalam tubuh akan berlangsung
dengan cepat.
2) Semakin rendah status kesehatan seseotang maka semakin rendah pula
kebutuhan energy basal karena dalam keadaan sakit jumlah jaringan
tubuh aktif berkurang sehingga proses metabolic yang terjadi dalam
tubuh juga menurun.
b. Sekresi kelenjar endokrin
1) Pada penderita hipertiroid terhadi sekresi hormon tiroxin yang
berlebihan sehingga energy basal juga menaik sampai 80%, sedangkan
sekresi dibawah normal (hipotiroid) energy basal juga menurun
sampai 30-40%.
2) Adrenalin yang disekresikan oleh kelenjar adrenal meningkat juga
yang akan meningkatkan energy basal, sekresi adrenalin ini meningkat
5
jika individu sedang dalam keadaan takut, marah atau tekanan emosi
lainnya. Bentuk aksi yang ditimbulkan oleh kedua hormon tersebut
berbeda terhadap peningkatan energy basal (BMR).
3) Enrgi hormone tiroid umumnya dating lebih lambat, tetapi menetap
dalam jangka waktu lama.
4) Aksi hormon adrenalain (efinefrin) dating cepat dan hanya dalam
waktu yang pendek.
c. Suhu lingkungan
Pada suhu lingkungan dingin, tubuh akan meningkatkan produksi panas
melalui peningkatan oksidasi dalam tubuh untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tidak kedinginan.
2.2.2 Aktivitas fisik
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk menghasilkan energy didalam tubuh agar
terhindar dari penyakit dan kenaikan berat badan, agar didalam tubuh bekerja
secara seimbang.
2.2.3 Efek dinamik khusus pada makanan (SDA) yaitu merupakan panas khusus
yang dibutuhkan untuk mencerna, menyerap dan memetabolisme zat gizi yang
terdapat pada makanan yang masuk kedalam tubuh.

2.3 Sumber Energy Dalam Tubuh

4
Kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang
tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak,
serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan
protein bukanlah merupakan sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh
tubuh dan protein baru akan terpakai jika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak
lagi mampu untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam
tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul
glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks,
simpanan glikogen memilik fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja otot
6
namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan otak.
Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama
yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot,glikogen
akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan di dalam hati
glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati. Walaupun
memiliki persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan otot memiliki
jumlah glikogen 2 kali lebih besar di bandingkan dengan glikogen hati.
Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat
digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Begitu juga
dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk
memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai
peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk menjaga
level glukosa darah.Sebagai sumber energi simpanan glikogen yang terdapat di dalam
tubuh secara langsung akan mempengaruhi kapasitas/ performa seorang atlet saat
menjalani program latihan ataupun juga saat pertandingan. Secara garis besar
hubungan antara konsumsi karbohidrat, simpanan glikogen dan performa olahraga
dapat di simpulkan sebagai berikut :
2.3.1 Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan simpanan glikogen
tubuh.

5
2.3.2 Semakin tinggi simpanan glikogen maka kemampuan tubuh untuk
melakukan aktivitas fisik juga akan semakin meningkat
2.3.3 Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menurunkan/membatasi
kemampuan tubuh untuk mempertahankan intensitas dan waktu beraktifitas.
2.3.4 Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menyebabkan tubuh menjadi
cepat lelah jika dibandingkan dengan tubuh dengan simpanan glikogen tinggi.
2.3.5 Konsumsi karbohidrat setelah beraktifitas akan mempercepat penyimpanan
glikogen.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang tidak hanya berfungsi
untuk mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat
juga merupakan sumber energi utama bagi sitem pusat syaraf termasuk
7
otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia dapat
tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi dalam bentuk
glikogen
2. Lemak
Di dalam tubuh, lemak dalam bentuk trigliserida akan tersimpan dalam
jumlah yang terbatas pada jaringan otot dan akan tersimpan dalam jumlah
yang cukup besar pada jaringan adipose. Ketika sedang berolahraga,
trigliserida yang tersimpan ini dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan
asam lemak bebas (free fatty acid / FFA) untuk kemudian menghasilkan
energi. simpanan lemak akan memberikan kontribusi yang besar sebagai
sumber energi utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan lemak sebagai
sumber energi tubuh baru akan berkurang apabila terjadi peningkatan
intensitas dalam beraktifitas. Pada saat terjadinya peningkatan intensitas
olahraga yang juga akan meningkatkan kebutuhan energi, pembakaran
lemak akan memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan pembakaran karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi di
dalam tubuh. Walaupun pembakaran lemak ini memberikan kontribusi
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat saat
intensitas olahraga meningkat, namun kuantitas lemak yang terbakar tetap

6
akan lebih besar jika dibandingkan saat berolahraga dengan intensitas
rendah.
3. Protein
Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang mempunyai fungsi penting
sebagai bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar
untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari
kedua fungsi tersebut, protein juga akan mempunyai fungsi sebagai bahan
pembentuk hormon dan pembentuk enzim yang akan kemudian juga akan
terlibat dalam berbagai proses metabolisme tubuh. asam amino dari
protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat
simpanan glikogen sudah semakin berkurang.. 8
2.4 Metabolisme Aerob dan Anaerob
Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua proses
metabolisme yaitu metabolisme aerob dan metabolisme anaerob. Metabolisme energi
pembakaran lemak dan karbohidrat dengan kehadiran oksigen (O2) yang akan
diperoleh melalui proses pernafasan disebut dengan metabolisme aerob. Sedangkan
proses metabolisme energi tanpa kehadiran oksigen (O2) disebut dengan metabolisme
anaerob.
Metabolisme energi secara aerob dapat menyediakan energi bagi tubuh untuk
jangka waktu yang panjang sedangkan metabolisme energi anerob mampu untuk
menyediakan energi secara cepat di dalam tubuh namun hanya untuk waktu yang
tebatas yaitu sekitar 5-10 detik. Pada olahraga dengan intensitas rendah tubuh secara
dominan akan mengunakan metabolisme aerobic untuk menghasilkan energi. Dan
apabila terjadi peningkatan intensitas olahraga hingga mencapai titik dimana
metabolisme energi aerobik tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan energi sesuai
dengan laju yang dibutuhkan, maka energi secara anaerobik akan diperoleh dari
simpanan creatine phosphate (PCr) dan juga karbohidrat yang tersimpan sebagai
glikogen di dalam otot. Metabolisme energi secara aerobik disebutkan merupakan
proses yang bersih karena tidak menghasilkan produk samping. Hal ini berbeda
dengan sistem anaerobik yang akan menghasilkan produk samping berupa asam
laktat yang akumulasinya akan membatasi efektivitas kontraksi otot yang juga dapat
menimbulkan rasa nyeri.

7
2.5 Sistem Energi Aerob dan Anaerob
2.5.1 Sistem Energy Aerobic
Menggunakan oksigen untuk menghasilkan ATP dan untuk pembakaran pada
otot. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan
oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga akan
bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru
dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran
sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas aerobik biasanya 9
merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas waktu yang cukup lama, seperti jalan
kaki, bersepeda atau juga jogging.

2.5.2 Sistem Energy Aerobic


Tidak menggunakan oksigen untuk menghasilkan ATP dan hanya untuk waktu
yang tebatas sekitar 5-10 detik. Salah satu alasan tidak dapat dilakukan untuk waktu
yang lama adalah bahwa asam laktat menumpuk di otot. Aktivitas anaerobik biasanya
akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga
kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan yang memiliki aktivitas
anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau
juga loncat jauh.

2.6 Proses Metabolisme Energi Dalam Tubuh


2.6.1 Metabolisme Energi
Proses ini tentu saja menyangkut proses pembentukan dan penggunaan energi.
Karena itu tingkat aktifitas metabolisme seseorang dapat dinilai dengan melihat
besarnya energi yang digunakan yang dapat dilihat dari besarnya panas yang
dilepaskan oleh badan atau besarnya pemakaian oksigen.
Untuk mengetahui keadaan metabolisme seseorang dilakukan pengukuran
kecepatan pemakaian energi oleh tubuh baik selama kerja eksternal maupun internal
yang dikenal sebagai laju metabolic (metabolic rate).
Laju metabolik = pemakaian energy/satuan waktu= Kkal/m2 luas badan/jam
Karena sebagian besar penggunaan energi tubuh pada akhirnya muncul sebagai
panas, maka laju metabolik dinyatakan sebagai kecepatan produksi panas dalam

8
satuan Kilokalori per jam. Satu kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan 1oC suhu dari 1 gram H2O.

2.6.2 Mekanisme Tubuh Dalam Menghasilkan Energi


Mekanisme tubuh dalam menghasilakn energy itu sendiri terbagi dua, yaitu
katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah proses memecah molekul-molekul
10
kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana, kebanyakan diubah menjadi energi.
Bentuk sederhana ini kemudian disintesis menjadi molekul-molekul yang lebih
kompleks oleh reaksi anabolisme.
Di dalam tubuh terdapat protein. Reaksi katabolisme akan menyederhanakan
bentuk protein menjadi asam amino. Asam amino ini dioksidasi menjadi urea dan
karbondioksida. Reaksi ini menghasilkan energi.
Selain memecah protein, katabolisme juga bisa memecah karbohidrat
kompleks (polisakarida) menjadi karbohidrat sederhana (glukosa, fruktosa, dan
ribosa). Karbohidrat sederhana ini akan dipecah lagi melalui sebuah reaksi yang
dinamakan glikolisis. Dari reaksi inilah energi dihasilkan.
Sedangkan lemak akan melalui proses pemecahan yang disebut hidrolisis.
Proses ini menghasilkan asam lemak dan gliserol, yang selanjutnya akan melalui
reaksi glikolisis dan reaksi lainnya hingga terbentuklah energi.
Energi yang dihasilkan dari proses-proses di atas disimpan di molekul
adenosine triphospate (ATP). Energi di ATP ini bisa dipakai oleh proses anabolisme
untuk melakukan sintesis gula, hormon, enzim, dan menumbuhkan sel-sel serta
memperbaiki jaringan tubuh. Dari makanan, satu gram protein yang teroksidasi dapat
menghasilkan energi sebesar 17 kj. Sama dengan protein, satu gram karbohidrat dapat
menghasilkan energi sebesar 17 kj. Sedangkan 37 kj dapat diperoleh dari satu gram
lemak. Sumber-sumber energi ini dapat diperoleh tubuh salah satunya dari makanan
yang kita makan.
Reaksi katabolisme terkadang memproduksi energi yang terlalu banyak dari
yang dibutuhkan oleh anabolisme. Energi berlebihan ini akan disimpan sebagai lemak
atau glikogen.
Kebanyakan reaksi katabolisme menghasilkan energi. Namun, ada zat-zat lain
yang diproduksi oleh reaksi ini. Zat-zat tersebut disebut limbah selular. Berikut
beberapa contoh limbah selular.

9
1. Karbondioksida (CO2)
2. Amonia (N2+3H2 = NH3).
3. Asam laktat (G6 H12 O6 + enzim = C2 H5 COOH).
4. Asam asetat (Mg + 2CH3 COOH CH3COO2Mg)
5. Urea ( CON2H4/NH2 2CO)

2.7 Proses Terbentuknya Energy (Oksidasi Glukosa)


Oksidasi Glukosa menghasilkan energy berlangsung dalam jaringan otot atau
jaringan lainnya. Oksidasi Glukosa berlangsung dalam 2 tahap yaitu :
2.7.1 Pada tahap oksidasi anaerob yang berlangsung dalam sitoplasma, pada tahap
ini dari glukosa dalam sitoplasma akan menghasilkan asam piruvat dan
sumber energy siap pakai yaitu ATP (ATP ADP + Energi).
2.7.2 Pada tahap oksidasi aerob berlangsung didalam mitokondria, pada tahap ini
asam piruvat akan mengalami reaksi oksidasi yang akan menghasilkan Acetyl
Co A, energy yang akan menghasilkan oleh reaksi tersebut akan disimpan
dalam bentuk Nikotinamida adenine dinukleotida (NAD) yang selanjutnya
melalui serangkaian reaksi akan membentuk ATP.
Penggunaan energy untuk kontraksi otot diatur oleh adanya senyawa myosin,
aktin dan tropin dalam sel otot, ATP terikat pada senyawa miosin, jika terjadi reaksi
antara aktin dan miosin maka ATP akan dilepaskan dan menghasilkan energy.
Sedangkan tropin berfungsi mencegah terjadinya reaksi antara miosin dan aktin
sehingga tidak terjadi kontraksi otot (otot dalam keaddan relaksasi).
Cadangan ATP dalam otot terbatas hanya untuk 3 kali roses kontraksi dengan
jangka waktu kurang dari satu detik jika otot terus menerus kontraksi, setelah itu
digunakan sumber energy lain yang juga tersedia dlam otot yaitu Kreatin-Fosfat
untuk membentuk ATP kembali (ADP + Kreatin ATP + Kreatin).
Cadangan Kreatin Fosfat dalam otot cukup untuk kontraksi otot secara terus
menerus selama 10 detik. Sumber energy selanjutnya adalah dengan reaksi
reposforilasi (ADP ATP) melalui reaksi oksidasi asam piruvat dalam Cyclus
Krebs.

10
Kebutuhan ATP mensintesa zat yang dibutuhkan oleh tubuh, meneruskan
impuls saraf kesusunan saraf otak, mengaktifkan enzim, mengangkut zat tubuh,
mengkontraksi otot. 12
2.8 Siklus Krebs
Tujuan dari Siklus Krebs adalah untuk mengumpulkan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari bahan bakar dengan cara mengoksidasi mereka, yang diangkut oleh
operator dengan mengaktifkan NADH dan FADH2 ke rantai transpor elektron.
Siklus Krebs juga merupakan sumber untuk prekursor dari banyak molekul lain,
dan karena itu merupakan jalur amfibolik (berarti bisa anabolik maupun katabolik).
Persamaan reaksi untuk siklus krebs adalah:
asetil KoA + 3 NAD + FAD + ADP + HPO 4-2 2 CO2 + KoA + 3 NADH+ +
FADH+ + ATP

Reaksi 1: Pembentukan Sitrat


Reaksi pertama dari siklus krebs adalah kondensasi asetil-KoA dengan
oksaloasetat untuk membentuk sitrat, dikatalisasi oleh sitrat sintase. Setelah
oksaloasetat bergabung dengan asetil-KoA, molekul air memecah asetil mengarah ke
rilis koenzim A dari kompleks.

11
13

Reaksi 2: Pembentukan Isositrat


Sitrat yang disusun kembali untuk membentuk bentuk isomer, isositrat oleh
enzim acontinase. Dalam reaksi ini, molekul air akan dihapus dari asam sitrat dan
kemudian dimasukkan kembali di lokasi lain. Efek keseluruhan dari konversi ini
adalah bahwa gugus -OH dipindahkan dari posisi 3 ke 4 pada molekul. Transformasi
ini menghasilkan molekul isositrat.

Reaksi 3: Oksidasi Isositrat menjadi -ketoglutarat


Pada langkah ini, dehidrogenasi isositrat mengkatalisis dekarboksilasi oksidatif
dari isositrat untuk membentuk -ketoglutarat. Dalam reaksi, turunan NADH dari
NAD terlihat. Enzim isositrat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi dari gugus -OH
pada posisi 4 dari isositrat untuk menghasilkan perantara yang kemudian memiliki
molekul karbon dioksida dihapus dari itu untuk menghasilkan alpha-ketoglutarat.

12
14

Reaksi 4: Oksidasi -ketoglutarat menjadi suksinil -KoA


Alpha-ketoglutarat teroksidasi, karbon dioksida akan dihapus, dan koenzim A
ditambahkan untuk membentuk senyawa 4-karbon suksinil-KoA. Selama oksidasi ini,
NAD+ direduksi menjadi NADH + H+. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah
alpha-ketoglutarat dehidrogenase.

Reaksi 5: Mengubah suksinil -KoA menjadi suksinat


KoA dihapus dari suksinil-KoA untuk menghasilkan suksinat. Energi yang
dilepaskan digunakan untuk membuat guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat
(GDP) dan Pi oleh fosforilasi tingkat substrat. GTP kemudian dapat digunakan untuk
membuat ATP. Enzim suksinil-KoA sintase mengkatalisis reaksi ini dari siklus asam
sitrat.

13
15

Reaksi 6: Oksidasi suksinat menjadi fumarat


Suksinat dioksidasi menjadi fumarat. Selama oksidasi ini, FAD direduksi
menjadi FADH2. Enzim suksinat dehidrogenase mengkatalisis pemindahan dua
hidrogen dari suksinat.

Reaksi 7: Hidrasi Fumarat menjadi Malat


Hidrasi reversibel fumarat menjadi L-malat dikatalisis oleh fumarase (fumarat
hidratase). Fumarase berlanjut ke proses penataan ulang dengan menambahkan
hidrogen dan oksigen kembali ke substrat yang telah dihapus sebelumnya.
16

Reaksi 8: Oksidasi Malat menjadi oksaloasetat

14
Malat dioksidasi untuk menghasilkan oksaloasetat, senyawa awal dari siklus
asam sitrat oleh dehidrogenase malat. Selama oksidasi ini, NAD + direduksi menjadi
NADH + H+.

Jumlah ATP yang dihasilkan selama siklus krebs adalah 12 ATP


3 NAD+ = 9 ATP
1 FAD = 2 ATP
1 ATP = 1 ATP
Meninjau seluruh proses, siklus Krebs terutama mengubah kelompok asetil dan air,
menjadi karbon dioksida dan bentuk energi dari reaktan lainnya.

Ringkasan Siklus Krebs


Senyawa yang terbentuk selama siklus Krebs digunakan untuk sintesis
biomolekul seperti asam amino, nukleotida, klorofil, sitokrom dan lemak dll.
17
Peralihan seperti pada suksinil KoA merupakan prekursor dari heme dan klorofil.
Asam amino terbentuk dari - asam ketoglutarat, asam piruvat dan asam oksaloasetat.
Siklus Krebs (siklus asam sitrat) melepaskan banyak energi (ATP) yang diperlukan
untuk berbagai kegiatan metabolisme sel.
Dengan siklus ini, kerangka karbon terbentuk, yang digunakan dalam proses
pertumbuhan dan untuk menjaga sel-sel.

2.9 Fungsi Utama Siklus Krebs


2.9.1 Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
2.9.2 Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP
2.9.3 Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk
digunakan pada sintesis asam lemak.
2.9.4 Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam
nukleat.

15
2.9.5 Melakukan pengendalian langsung (produk bakal produk) atau tidak
langsung (alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen-komponen
siklus.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Energi yang ada di dalam tubuh digunakan untuk melangsungkan proses
fisiologis tubuh,mengaktifkan sel tubuh, kontraksi otot, pembentukan imun,
penghantar impuls saraf, sekresi kelenjar, produksi panas, mempertahankan suhu
tubuh, mekanisme dan transportasi cairan.
Sumber energy berasal dari karboidrat, lemak, daan protein. Dari sumber-
sumber tersebut menghasilkan ATP. ATP merupakan fosfat berenergi tinggi yang
berfungsi menyimpan energy tubuh. ATP dibentuk oleh nukleida adenosine dan gugus
fosfat dalam ikatan energy tinggi. Peran ATP sebagai sumber energy untuk proses
mendaur ulang.
Total kebutuhan energy pada individu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
metabolism basal, aktivitas fisik, dan efek dinamik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi energy basal yaitu umur, jenis kelamin, luas permukaan badan (tinggi

16
badan dan berat badan), dan suhu lingkungan. Proses terbentuknya energy (Oksidasi
Glukosa) berlangsung dalam 2 tahap yaitu pada tahap oksidasi anaerob yang
berlangsung dalam sitoplasma dan yang kedua pada tahap oksidasi aerob yang
berlangsung didalam mitokondria.

3.2 Saran
Energi yang ada pada tubuh harus seimbang dengaan besarnya aktivitaas
yaaang dijalani, mengapa harus seimbang? Energy yang berubh menjadi kalori
apabila masuk ke dalam tubuh melebihi maka akan terjadi penambahan berat badan,
karena kelebihan kalori akan disimpan dalam bentuk glikogen dan akan
menyebabakan penyakit. Sebaiknya memilih makanan yang yang seimbang agar
tubuh dapat bekerja secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Budibisma. (2016). Tahapan Proses Siklus Krebs. Diakses pada tanggal 1 Mei 2017
dari http://budisma.net/2016/06/8-tahapan-proses-siklus-krebs-asam-sitrat.html
Budihajo, Sentosa. 2009. Jurnal, Keseimbangan Energi Ketika Aktivitas. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteraan Universitas Gadja Mada.
Kholillah. 2010. Gizi Dan Teknologi Makanan. Palembang: Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Merawati, Desiana. 2011. Keseimbangan Gizi Dalam Olahraga. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Widiyanto. 2010. Jurnal Adaptasi Metabolic pada Latihan. Yogyakarta: Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai