Puji syukur kehadirat Allah SWT. Telah memberikan limpahan taufiq, hidayah serta
rahmad-Nyasehingga kami dapat menyelesaikan tugas analisis kasus tentang PLASENTA
PREVIA ini dalam waktu yang sudah di tentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk
Rasulullah SAW yang telah mengubah zaman sehingga ketika bisa menentukan man yang haq dan
mana yang batil, dengan adanya penulisan anilisa kasus ini semoga dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman, karena pada saat ini kasus plasenta previa pada kehamilam
sering kali membahayakan kesehatan baik ibu maupun janin yang di kandungnya.
Kami menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat sangat kami butuhkan untuk
penyempurnaan penulisan ini.
Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga dapat mengambil manfaat dari
penulisan materi ini.
Penulis,
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
B. Kasus ................................................................................................................................ 5
D. Pertanyaan ........................................................................................................................ 6
A. Definisi ............................................................................................................................. 7
B. Klasifikasi......................................................................................................................... 7
C. Etiologi ............................................................................................................................. 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plesenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Plasenta previa
melibatkan implantasi plasenta di atas mulut serviks bagian dalam (internal cervical os).
Menurut (Wiknjosastro, 2006) terdapat berbagai macam plasenta previa antara lain:
a. Plasenta Previa totalis
b. Plasenta Previa Parsialis
c. Plasenta Previa Marginalis
d. Plasenta Letak Rendah
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 1520 cm dan tebal 2,5
cm, berat ratarata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan Plasenta biasanya di tengah
(insersio sentralis), Bila hubungan agak pinggir (insersio lateralis), dan bila di pinggir
Plasenta (insersio marginalis), kadang-kadang tali pusat berada di luar plasenta dan
hubungan dengan plasenta melalui janin, jika demikian disebut (insersio velmentosa).
(Wiknjosastro, 2006).
Perdarahan (hemorrhaging), jika berhubungan dengan kehamilan (labor) dapat
sekunder ke dilatasi serviks dan gangguan (disruption) implantasi plasenta dari servikas
dan segmen bawah rahim (lower uterine segment). Segmen bawah Rahim tidak mampu
berkontraksi dan oleh karenanya tidak dapat menekan/ mempersempit (constrict)
pembuluh darah di korpus uterus, menyebabkan perdarahan yang terus-menerus yaitu usia
lebih dari 35 tahun, multiparitas, pengobatan infertilitas, multiple gestation (larger surface
area of the placenta), erythroblastosis, riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
(prior uterine surgery), keguguran berulang (recurrent abortions), status sosioekonomi
yang rendah,jarak antar kehamilan yang pendek (short interpregnancy interval), merokok,
penggunaan kokain. Penyebab lainnya termasuk pemeriksaan dengan jari (digital exam),
abruption (preeklampsia, hipertensi kronis, penggunaan kokain, dll) dan penyebab trauma.
(Wiknjosastro, 2006).
3
Komplikasi plasenta previa menurut Myles (2009) yaitu, syok maternal akibat
kehilangan darah dan hipovolemia, komplikasi anastesi dan operasi yang lebih sering
terjadi pada ibu yang menderita plasenta previa mayor, dan persiapan operasi yang kurang
optimal. Plasenta kereta pada 15% ibu yang menderita plasenta previa.
Embolisme udara kadang terjadi jika sinus yang berada didasar plasenta mengalami
kerusakan. Perdarahan pasca partum, terkadang perdarahan yang tidak terkontrol dapat
terus terjadi sekalipun telah dilakukan pemberian obat uterotenika pada saat kelahiran dan
histerektomi sesaria mungkin perlu dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Kematian
maternal, suatu hal yang sangat jarang terjadi pada kondisi ini. Hipoksia janin dan gejala
sisanya akibat pemisahan plasenta. Kematian janin, bergantung pada usia gestasi dan
jumlah darah yang keluar.
Frekuensi plasenta previa meningkat dengan meningkatnya paritas dan umur.
frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 2
kali lebih besar dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun,
pada para 3 atau lebih yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 3 kali lebih besar
dibandingkan dengan para 3 atau lebih yang berumur kurang dari 25 tahun (Prawirohardjo,
2009).
Pada kehamilan berikutnya dibutuhkan lebih banyak permukaan plasenta untuk
menyediakan persediaan darah yang adekuat ke ruang intervilous, Aliran darah ke plasenta
tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir
sehingga terjadilah placenta previa. Dengan mengadakan beberapa strategi diharapkan
angka kematian ibu dapat ditangani sedini mungkin. Departemen kesehatan dalam upaya
untuk menurunkan AKI di Indonesia melakukan strategi agar semua asuhan antenatal dan
sekitar 60% dari keseluruhan persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih. Strategi ini
dilaksanakan untuk dapat mengenali dan menanggulangi gangguan kehamilan dan
persalinan sedini mungkin. Penyiapan sarana pertolongan gawat darurat merupakan
antisipatif terhadap komplikasi yang mungkin mengancam keselamatan ibu (Saifudin,
2006).
Perdarahan obstetri merupakan penyebab terbesar kesakitan dan kematian ibu, selain
itu perdarahan juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian perinatal yang bermakna.
Kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia,
4
terutama di RSUD Dr. Adjidarmo Lebak, Rangkasbitung karena faktor predisposisi yang
masih sulit di hindari, dan prevalensinya masih tinggi yaitu terdapat 74 (2%) Ibu hamil dari
3645 orang dalam 1 tahun terakhir yang menderita plasenta previa, berarti dari 49 ibu yang
melahirkan ada 1 orang yang mengalami plasenta previa dan hal ini mempunyai andil yang
besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan paramenter pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas,maka tema sentral penelitian ini adalah tingginya angka
kejadian perdarahan antepartum salah satunya disebabkan oleh plasenta previa.
B. Kasus
C. Kata-Kata Sulit
a. Kematian Maternal
b. Kematian Perinatal
c. Intervilous
d. Primigravida
e. Hipovolemia,
f. Plasenta previa totalis atau komplit
g. Plasenta previa parsialis
5
h. Plasenta previa marginalis
i. Plasenta letak rendah
D. Pertanyaan
a. Apa yang meyebabkan umur <20 tahun dan >35 tahun beresiko 4 kali lebih besar
terkena plasenta previa ? (Nanda Novitasari)
b. Apakah Riwayat Kuretage juga dapat menyebabkan terjadinya Placenta Previa ?
kenapa ? (Nabila AL-Baroroh)
c. Apakah plasenta previa bisa terjadi karna faktor keturunan ? (Meli Tri Sayekti)
d. Jika ibu sudah memiliki riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, apakah
pada kehamilan berikutnya ibu akan terkena plasenta previa kembali ? (Masitoh )
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikia rupa sehingga berdekatan atau menutupi ostium uteri internum secara parsial
maupun total.
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor risiko
telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan terjadinya plasenta previa.
Faktor risiko tersebut meliputi hamil usia tua, multiparitas, kehamilan ganda, merokok
selama masa kehamilan, janin laki-laki, riwayat aborsi, riwayat operasi pada uterus,
riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.
7
D. Patogenesis dan Patofisiologi
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui secara pasti.
Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak memadahi yang mungkin
diakibatkan oleh proses radang atau atrofi dapat menyebabkan plasenta berimplantasi pada
segmen bawah rahim. Plasenta yang terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah
rahim dan menutupi ostium uteri internum misalnya pada kehamilan ganda, eritroblastosis
dan ibu yang merokok. Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III
atau lebih awal tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi
plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini menyebabkan
perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah dan diperbanyak oleh
segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa berkontraksi secara adekuat.
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif, hal tersebut
menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta previa. Pada plasenta
previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan bila dibandingankan dengan
plasenta previa parsialis ataupun plasenta letak rendah karena pembentukan segmen bawah
rahim dimulai dari ostium uteri internum. Segmen bawah rahim mempunyai dinding yang
tipis sehingga mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili trofoblas yang mengakibatkan
terjadinya plasenta akreta dan inkreta. Selain itu segmen bawah rahim dan serviks
mempunyai elemen otot yang sedikit dan rapuh sehingga dapat menyebabkan perdarahan
postpartum pada plasenta previa. Setiap wanita dengan perdarahan vaginam setelah usia
kehamilan lebih dari 20 minggu harus dicurigai sebagai plasenta previa. Selain itu dapat
ditemukan perdarahan tanpa rasa nyeri, posisi abnormal dan presentasi letak tinggi.
Diagnosis klinis sangat penting untuk mencurigai dan penatalaksanaan plasenta previa,
namun diagnosis pasti tergantung dari hasil pemeriksanaan USG.
Perdarahan tanpa nyeri biasanya mulai terjadi pada akhir trisemester II ke atas. Namun,
perdarahan dapat terjadi sebelumnya dan dapat mengakibatkan aborsi akibat lokasi
abnormal plasenta. Pada umumnya perdarahan akan berhenti akibat proses koagulasi dan
akan berulang karena proses pembentukan segmen bawah rahim.
8
BAB III
JAWABAN
1. Apa yang meyebabkan umur <20 tahun dan >35 tahun beresiko 3 kali lebih besar terkena
plasenta previa ? (Nanda Novitasari)
Jawab : Menurut Manuaba (2010)prevalensi placenta previa akan meningkat tiga kali lipat
pada usia diatas 35 tahun karena endometrium akan menjadi kurang subur. Usia optimal
yang aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah diantara 2035 tahun.
Pada usia < 20 tahun organ reproduksi seorang wanita belum siap untuk menerima
kehamilan demikian juga dengan jaringan endometriumnya. Ketidaksiapan jaringan
endometrium inilah yang dapat mengakibatkan jaringan placenta akan memperlebar diri
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium
uteri internum. Sementara itu pada usia di atas 35 tahun ibu hamil berisiko terjadinya
placenta previa karena adanya kemunduran fungsi fisiologi dan reproduksi secara umum
dimana telah terjadi seklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriola mio metrium yang
menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga endometrium menjadi
kurang subur. Hal ini mengakibatkan plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan
yang lebih besar untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.
Jawab : Kuret atau kuretage merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau
sisa jaringan dari dalam rahim dengan fungsi diagnostik atau terapeutik (Sarwono, 2009).
Dalam penelitian ini diperoleh p value = 0,000, OR = 3,407 (1,7166,767), artinya ibu
yang memiliki riwayat kuretage mempunyai peluang 3,407 kali mengalami placenta previa
dibandingkan ibu yang tidak memiliki riwayat kuretage. Pada analisis multivariat
didapatkan hasil bahwa ibu dengan riwayat kuretage berisiko 1,226 kali mengalami
9
placenta previa setelah dikontrol variabel umur, paritas, operasi caesar, dan riwayat
placenta previa sebelumnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan Hershkowit
(1995)yang menemukan kecenderungan placenta previa pada wanita dengan riwayat
kuretage. Hal tersebut juga sesuai dengan teori Prakosa (2003) yang mengatakan bahwa
riwayat kuretage merupakan faktor risiko terjadinya placenta previa. Pada kuretage
terutama yang menggunakan sendok kuret (kuretage tajam) terdapat luka yang cukup
dalam pada dinding endometrium. Luka inilah yang mengakibatkan gangguan
vaskularisasi pada desidua sehingga kesuburan pada dinding endometrium semakin
berkurang. Dalam kehamilan placenta akan berusaha mencukupi kebutuhan nutrisi janin,
sehingga pada dinding endometrium yang kurang subur placenta akan memperluas diri
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
3. Apakah plasenta previa bisa terjadi karna faktor keturunan ? (Meli Tri Sayekti)
Jawab : Tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa penyebab plasenta previa disebabkan
karena faktor keturunan. Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
kondisi ini, tetapi wanita hamil yang memiliki satu atau lebih dari risiko di atas harus
mewaspadai terjadinya plasenta previa ini. Namun, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko plasenta previa pada wanita hamil. Faktor-faktor yang bisa menjadi
penyebab plasenta previa antara lain adalah:
10
i. Perokok aktif
j. Pengguna kokain
4. Jika ibu sudah memiliki riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, apakah pada
kehamilan berikutnya ibu akan terkena plasenta previa kembali ?(Masitoh)
Jawab : Teori Cunningham (2001) yang menyatakan bahwa ibu yang memiliki riwayat
pacenta previa memiliki risiko 12 kali lebih besar untuk mengalami placenta previa
kembali. Apabila seorang wanita telah mengalami placenta previa, kemungkinan sebesar
35% kejadian tersebut akan berulang pada kehamilan berikutnya karena jaringan
endometrium sejak kehamilan sebelumnya memang sudah tidak baik. Oleh karena itu
diharapkan ibu yang telah memiliki riwayat placenta previa pada kehamilan sebelumnya
dapat membatasi kehamilannya dengan mengikuti program KB.
a. Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam
42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau
penangananya.
b. Kematian Perinatal
Kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan 28 minggu atau
lebih ditambah dengan kematian bayi usia satu minggu. Kematian perinatal adalah
jumlah lahir mati ditambah dengan kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya
c. Intervilous
Ruang intervillous (spasi intervillous jamak) (anatomi) Salah satu ruang antara vili
plasenta yang mengandung darah ibu
11
d. Hipovolemia,
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES). Hipovolemia ini
terjadi dapat disebabkan karena penurunan masukan, kehilangan cairan yang abnormal
melalui kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dan perdarahan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten. (2007). Tentang AKI dan AKB.
Depkes RI. (1996). Perdarahan Antepartum. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Depkes
R.I.(2007). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. (2006). Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
Wardana GA dan Karkata MK. 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa. CDK 34: 229-32
13