Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Praktikum Obstetry Gynecology yang
bertemakan Abortus.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok Praktikum Obstetry Gynecology
yang membahas dan menganalisis kasus persalinan operatif serta memberi jawaban atas
analisis kasus tersebut.
Kami menyadari penulisan makalah ini mungkin jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, kami berharap kepada pembaca atau
khalayak umum agar lebih mengetahui tentang pengertian persalinan opertif , kasus yang
berhubungan denganya, penyebab dan cara pnanggulangannya. Semoga hasil penulisan
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada khalayak umum serta untuk saya sendiri
khususnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan
pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar
ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila
sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20%
merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang
mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1%
dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114
kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan
antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus
sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin,
oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada
ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap
komplikasi yang terjadi. Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang
membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan
pertumbuhan badani dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu
masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak
dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu
juga kemampuan untuk mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali
sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas,
masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks,
meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.
Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat
remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas
seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri. Tak tersedianya informasi yang
akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari
akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan informasi mengalir
deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film pornografi
yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab
yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka.
Mereka juga melalap pelajaran seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs
pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi.
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.
B. Kasus
ABSTRAK
C. Kata-Kata Sulit
1. Abortus
2. Abortus imminiens
3. Abortus insipiens
4. Abortus inkompletus
5. Abortus kompletus
6. Abortus habitualis
7. Missed abortion
8. Abortus infeksiosa
9. Abortus provokatus
10. Mola hidatidosa
11. Fibroid
12. Inkompletensia serviks
13. Retroversi kronis
D. Pertanyaan
1. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan seorang ibu dapat mengalami
abortus?
2.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk
abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara
500 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
C. Macam-macam Abortus
1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus,
perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah
berlangsung beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun
demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat
perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan
menjelaskan kalu janin mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan
berlanjut.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada
abortus ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa
berlanjut atau dipertahankan. Setengah dari abortus ini akan menjadi abortus
inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya kehamilan akan berlangsung.
Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk
terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim.
2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat,
kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan
dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri
berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini
sedang berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban,
dan berlangsung hanya beberapa jam saja.
3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan
dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak
begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm.
Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap
terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa
jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan plasenta).
4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri.
Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-
lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini
luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan janin,
selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian
akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab
abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan
reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien
dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
6. Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau
lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-
kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran
abortus imminens. Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang
kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga
dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.
7. Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Penyulit serius
pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis,
syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi
dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis,
peritonitis, endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland
Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah
bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang
dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus
influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara
lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas
secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif.
Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati intravaskular
diseminata.
8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran
kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan. Menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa
bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Macam-macam abortus provokatus:
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan,
biasanya dengan alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat. Abortus
provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan dengan
pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau
dengan sendok curet. Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan
hysterotomi juga dapat disuntikkan garam hypertonis (20%) atau
prostaglandin intra-amnial. Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya :
penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum
janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi
kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah
karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and
Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
1) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau
mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah
memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor
lingkungan pasien.
2) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini
pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis
yang sama.
3) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan
lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
b. Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum. Abortus provokatus
kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas
permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit
janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan
saat ini termasuk dalam katagori ini.
HASIL
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi,
kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor
hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan).
Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu
aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan
ilegal). Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat
dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU
Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan,
tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau
medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat
melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut
melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena
operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia
kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori
aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.
B. Saran
a. Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap
komplikasi yang terjadi.
b. Mudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan
mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan
aborsi karena tindakan tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama
maupun hukum perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari
perbuatan aborsi.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta:
Media Aesculapius.
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi di
Indonesia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indonesia)