Hardani
Ilmu Keperawatan, STIKes Indonesia, Padang, Sumatera Barat
Email: hardani_87@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan stress kerja, kepuasan kerja dan karakteristik individu
dengan kualitas hidup perawat ICU Rumah Sakit Umum Tipe B Sumatera Barat. Penelitian dilakukan
dari tanggal 12 Juni sampai 7 Juli 2015, Penelitian deskriptif ini menggunakan rancangan cross
sectional dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat hubungan usia (p
value = 0,04), status pernikahan (p value = 0,02), stress kerja (p value = 0,004) dan kepuasan kerja
(0,04) dengan kualitas hidup Perawat. Namun tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p value
= 1,00) dan tingkat pendidikan (p value = 0,9) dengan kualitas hidup perawat. Faktor paling dominan
yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah stress kerja. Stres kerja akan mempengaruhi kualitas
hidup perawat yang bekerja diruangan ICU.
Kata Kunci : Karakteristik Individu, Stres Kerja, Kepuasan Kerja, Kualitas Hidup Perawat
Abstract
The purpose of this study to determine the relationship of job stress, job satisfaction and individual
characteristics with Nurses Quality of Life in Type B Hospital, West Sumatra. The study was conducted
from June 12 to July 7, 2015, this descriptive study using cross sectional design with quantitative
approach. The study concluded there is a relationship of age (p value = 0.04), marital status (p value
= 0.02), job stress (p value = 0.004) and job satisfaction (0.04) with the quality of life of nurses.
However, there was no correlation between gender (p value = 1.00) and the level of education (p value
= 0.9) with the quality of life of nurses. The most dominant factor related to quality of life is stressful
work. Work stress will affect the quality of life of nurses in ICU.
Keywords: Characteristics of individual, Job Stress, Job Satisfaction, Nurses Quality of Life
yang mendekati kematian (Kristanto, Dewi, Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
& Dewi, 2012). Karena kompleksitas, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
aktivitas dan dynamicity, pada intensif care Medik. Karakteristik perawat ICU, yaitu
unit (ICU) secara terus menerus memiliki tingkat pengetahuan dan
menyebabkan stres dan penggunaan keterampilan yang lebih baik dari pada
peralatan teknis canggih dianggap sebagai perawat lain dalam menangani pasien yang
salah satu penyebab stress kepada perawat memiliki kondisi kritis. Perawat ICU
ICU. Hasil penelitian oleh Farhadian minimal memiliki sertifikat BTCLS (Basic
menunjukkan bahwa rata-rata perawat ICU Training Cardiac Life Support). Perawat U
mengalami stress kerja (Javadi, Parandeh, juga rentan mengalami Post Traumatic
Ebadi A, & Z Haji Amini, 2010) Stress Disorder (PTSD) dibandingkan
Rumah sakit Tipe B yang memiliki dengan perawat umum. Berdasarkan
ruang ICU di Sumatera Barat diantaranya penelitian Mealer didapatkan hasil bahwa
adalah RSUP. Dr. M. Djamil Padang, dari 230 perawat ICU, terdapat 54
RSUD Achmad Muchtar Bukittinggi dan responden yang mengalami PTSD (24%),
RSSN Bukittinggi. Rumah Sakit Umum sedangkan dari 121 responden dari perawat
Kelas B harus mempunyai fasilitas dan umum terdapat 17 responden yang
kemampuan pelayanan medik paling mengalami PTSD (14%). Dengan
sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik kekurangan jumlah perawat dalam
Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan memberikan asuhan keperawatan di ICU,
Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) beban kerja yang tinggi, akan
Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 mempengaruhi stres kerja perawat,
(dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. kepuasan kerja serta mempengruhi kualitas
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari hidup perawat ICU di rumah sakit.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian deskriptif ini menggunakan Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12
rancangan cross sectional dengan Juni sampai 7 Juli 2015. Pengumpulan data
pendekatan kuantitatif, yaitu suatu dengan menggunakan kuesioner pada
penelitian untuk mempelajari hubungan variabel karakteristik individu, stress kerja
antara faktor sebab dengan akibat yang dengan Nursing Stress Scale (NSS) yang
terjadi pada objek penelitian dan dikembangkan oleh Damit, kepuasan kerja
dikumpulkan dalam waktu yang dengan Muller Satisfaction Scale (MSS)
bersamaan. Analisis yang digunakan adalah yang dikembangkan oleh Damit dan
univariat untuk menggambarkan distribusi kualitas hidup dengan WHOQOL Breef.
frekuensi semua variabel, analisis bivariat Populasi adalah seluruh perawat ICU pada
untuk mengetahui hubungan antara variabel tiga rumah sakit tipe B, jumlah sampel
indpenden dengan dependent yaitu dengan sebanyak 34 perawat, dengan metode
uji Chi-Square dan analisis multivariat pengambilan sampel adalah purposive
untuk melihat faktor yang paling dominan sampling, dengan kriteria inklusi perawat
mempengaruhi kualitas hidup perawat pelaksana dan ketua
digunakan uji regresi logistik prediksi.
tim, bersedia menjadi responden sedangkan saat penelitian. Tempat penelitian di tiga
kriteria ekslusi yaitu mengundurkan diri rumah sakit tipe B yaitu rumah sakit Dr. M.
Dari tabel 1 dapat dilihat, hasil uji statistik value = 0,02), jenis kelamin perawat
yang dilakukan kepada variabel Stress kerja dengan kualitas hidup perawat (p value =
dengan kualitas hidup perawat (p value = 1,00), pendidikan perawat dengan kualitas
0,004), kepuasan kerja dengan kualitas hidup perawat (p value = 0,9) dan status
hidup perawat (p value = 0,04), usia pernikahan perawat dengan kualitas hidup
perawat dengan kualitas hidup perawat (p perawat (p value = 0,027),
Gambaran Faktor Paling Dominan yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Perawat ICU
Tabel 2 Model Tahap Akhir Kualitas Hidup Perawat ICU
Empat variabel yang dimasukkan kedalam perawat, yaitu varibel stress kerja, dengan
pemodelan regresi logistik prediksi, sign sebesar 0,003, kemudian yang paling
didapatkan variabel yang paling dominan dominan kedua dalah usia perawat dengan
mempengaruhi variabel kualitas hidup nilai sign 0,999.
serta dapat menyebabkan turnover (Chen et Hasil uji statistik tidak ada hubungan
al., 2014) antara jenis kelamin dengan kualitas hidup
Kepuasan kerja perawat ICU Perawat ICU. Hasil penelitian ini sejalan
cenderung rendah pada penelitian ini, hasil dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
ini juga sesuai dengan penelitian Noras & Moradi, Fini & Maghaminejad yang
Sartika yang mengatakan kepuasan perawat meneliti tentang faktor yang terakit dengan
itu kurang (Noras & Sartika, 2012). Dengan kualitas hidup perawat di Iran dengan hasil
meningkatanya kepuasan kerja perawat jenis kelamin tidak memiliki hubungan
kepada pekerjaannya maka akan dengan kualitas hidup perawat (Noras &
mempengaruhi kepada kualitas hidup Sartika, 2012)
perawat. Perawat dengan kepuasan kerja Jenis kelamin merupakan salah satu
tinggi akan mempersepsikan kualitas komponen yang menjadi pembeda antara
hidupnya tinggi, begitu juga sebaliknya, perawat, secara kebutuhan antara perawat
jika perawat merasakan kepuasan kerja laki-laki dan perempuan akan berbeda, dari
rendah maka akan memiliki kualitas hidup segi emosional juga akan berbeda yang
yang rendah juga. tentunya akan mempengaruhi kepada
Hasil uji statistik ada hubungan perbedaan kualitas hidup antara perawat
antara usia dengan kualitas hidup Perawat laki-laki dan perawat perempuan. Namun
ICU, hasil penelitian ini sejalan dengan pada penelitian ini diperoleh bahwa tidak
penelitian yang dilakukan oleh Yu, Hung, terdapat hubungan yang signifikan antara
Wu, Tsai, Wang, Lin untuk mengeksplorasi jenis kelamin perawat dengan kualitas
Kualitas hidup di tujuh rumah sakit di hidup perawat.
kabupaten Yunlin dan Chiayi dengan hasil Hasil uji statistik tidak terdapat
usia berhubungan secara signifikan dengan hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kuailitas hidup perawat. kualitas hidup perawat. Hasil penelitian
Perubahan usia mempengaruhi sejalan dengan hasil penelitian yang
bersifat fisik, kesehatan dan kekuatan dilakukan oleh Jafari di rumah sakit
tenaga fisik mencapai puncaknya, secara Universitas Zanjan Iran, yang menyatakan
psikis muncul keinginan dan usaha bahwa tidak terdapat hubungan yang
pemantapan, sering mengalami signifikan antara tingkat pendidikan dengan
keteganggan emosi karena kompleksitas kualitas hidup perawat.
persoalan, kemampuan mental seperti Peneltian ini menunjukan bahwa
penalaran, mengingat dan kreatif pada tingkat pendidikan perawat tidak
posisi puncak. Pada Perawat berusia madya berpengaruh kepada kualitas hidup
menemukan adanya kontribusi dari faktor perawat, dimana responden pada peneltian
usia terhadap kualitas hidup subjektif ini adalah perawat pelaksana, semua
individu yang disebabkan karena individu responden memiliki posisi yang sama
pada masa usia madya sudah melewati dalam memberikan asuhan keperawatan
masa usia muda sehingga mereka tanpa membedakan tingkat pendidikan dari
cenderung mengevaluasi hidupnya dengan perawat. Semua perawat diperlakukan
lebih positif dibandingkan saat masa sama apakah perawat D3, S1 dan S2
mudanya. Semakin tinggi usia seseorang sehingga kualitas hidup mereka jika
maka akan semakin tinggi status kualitas dikaitkan dengan tingkat pendidikan tidak
hidupnya (Yu et al., 2008) berhubungan secara signifikan. Penerapan