Anda di halaman 1dari 59

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. K


Alamat lengkap : Desa Watu Rt 2/6 Kec. Purwojati, Kab. Banyumas.
Bentuk Keluarga : Extended Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket


1. Tn. K KK L 64 th SD Buruh tani -
2. Ny. S Istri P 54 th SD Tidak -
bekerja
3. Ny .S Anak P 37 th SLTA Tidak -
bekerja
4. An.N Cucu P 11 th SMP Siswa -
Sumber : Data Primer, 14 September 2017

Kesimpulan :
Keluarga Tn K merupakan keluarga atau Extended Family. Tn. K menderita
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Tn K(64 th) sebagai kepala keluarga, bekerja
sebagai buruh tani. Ny.S (54 th) sebagai istri, tidak bekerja. Pasangan suami istri
tinggal dengan anak dan cucunya dalam satu rumah.

BAB II
STATUS PENDERITA

1
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang laki-laki
berusia 64 tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas I Tambak.
Laki-laki tersebut menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan masuk
ke IGD Puskesmas 1 Tambak pada tanggal 12 September 2017 karena keluhan
sesak saat pergi ke kamar mandi pada pagi hari .

B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn K
Umur : 64tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh tani
Pendidikan : SD
Penghasilan/bulan : Rp 1000.000
Alamat : Desa Watuagung Rt 1/4 Kec. Tambak, Kab.
Banyumas.
Tanggal periksa `: 13 September 2017
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak nafas
2. Keluhan Tambahan
Batuk kering, kepala pusing, lemas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Balai Pengobatan Puskesmas I Tambak bersama menantu laki-
lakinya hari selasa tanggal 12 september 2017 dengan keluhan sesak nafas sejak

2
sehari sebelum datang ke balai pengobatan. Keluhan dirasakan hilang timbul
setiap hari hingga mengganggu aktivitas. Sesak nafas dirasakan memberat jika
melakukan aktifitas ringan seperti berjalan ke kamar mandi dan membaik
dengan beristirahat. Pasien mengkonsumsi obat semprot formoterol untuk
meringankan gejalanya namun sekarang obat tersebut habis dan pasien tidak
membelinya. Selain sesak, pasien juga mengeluhkan batuk kering yang hilang
timbul sejak 1 minggu yang lalu, kepala pusing dan badan terasa lemas.
Keluhan nyeri dada disangkal, dada berdebar disangkal, cepat lelah saat
beraktivitas sebelum sakit disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat mengalami keluhan yang sama : diakui
- Riwayat batuk berulang : diakui
- Riwayat mondok : diakui (PKU Gombong)
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat kecelakaan : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat Sosial dan Exposure
- Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam lingkungan
keluarga besar yang di dalamnya terdapat seorang istrinya dan 2 cucunya.

3
- Home: Rumah Tn. K luasnya berukuran 9x17 m2, memiliki
ventilasi udara seperti lubang angin satu di masing masing ruangan,
cahaya matahari yang masuk ke rumah minimal, lantai rumah berupa
lantai keramik diruang keluarga dan plester, dinding terbuat dari papan
dan tembok, Rumah Tn. K tidak berplafon, sehingga debu dari atap sering
jatuh ke dalam rumah. Jendela terdapat satu di setiap ruangan namun
jarang dibuka. Pencahayaan kurang baik, dimana sulit membaca di dalam
ruangan tanpa penerangan tambahan, kebersihan rumah kurang dijaga
dengan baik.Atap rumah terbuat dari genteng. Tingkat kelembapan rumah
dikatakan tidak terlalu lembab. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga menyatu dengan tempat makan,tiga kamar tidur, 2 dapur dan 1
kamar mandi. Pasien memasak dengan menggunakan kompor gas namun
lebih sering menggunakan kayu bakar. Sumber air bersih berasal dari air
sumur. Kamar mandi dan toilet menyatu. Sumur terdapat di depan rumah.
Septic tank terletak 7 meter dari sumur. Antara rumah pasien dan rumah
tetangga tidak berdekatan. Jarak antar rumah sekitar 5-10 meter.
Lingkungan tempat tinggal Tn. K merupakan lingkungan pekarangan,
terdapat banyak pohon dan semak-semak disekitar halaman rumah.
Tempat sampah keluarga diletakkan di samping rumah, terbuka, tetangga
biasa membakar sampah setiap sore hari.
- Hobby : Pasen memiliki hobi bermain sepakbola sewaktu muda
- Occupational : Pasien adalah seorang buruh tani
- Personal habbit : Pasien merupakan mantan perokok. Merokok sejak kelas
3 SD dengan jumlah batang rokok yang dihisap 8-10 batang perhari
selama 53 tahun, dan aktivitas di rumah terpapar polusi 53 sekitar tahun.
Pasien sering melakukan olahraga sepakbola sejak usia muda.
- Diet : Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk tempe, tahu,
sayur. Pasien jarang buah.
- Drug : Pasien mengkonsumsi obat semprot (formoterol) untuk
mengatasi keluhan sesaknya.

4
7. Riwayat Psikologi
Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari istrinya. Istri
selalu menyiapkan makanan dan kebutuhan pasien dengan baik. Anak dan cucu
pasien juga memberikan dukungan dan semangat kepada pasien dalam
menghadapi sakitnya.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah. Pasien bekerja
sebagai buruh tani dengan penghasilan rendah(Rp1.000.000,00/bulan). Istri
pasien seorang ibu rumah tangga.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan istri dan keluarga terdekat cukup harmonis,
keluarga terdekat peduli kepada pasien dan selalu memantau kondisi pasien.
10. Riwayat Sosial
Saat sakit ini, pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien biasanya
sering membersihkan rumah dan ikut kerjabakti sebelum sakit. Hubungan
pasien dengan tetangga sekitarnya cukup baik.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : sesak nafas
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : pusing
d. Mata : tidak ada keluhan
e. Hidung : tidak ada keluhan
f. Telinga : tidak ada keluhan
g. Mulut : tidak ada keluhan
h. Tenggorokan : Batuk kering
i. Pernafasan : tidak ada keluhan
j. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
k. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
l. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
m. Sistem Muskuloskeletal : Badan lemas

5
n. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
o. Ekstremitas : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ KESADARAN
Sedang, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 90x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 28x/menit, thoracoabdominal, reguler
Suhu : 36,5oC
3. Status gizi

BB : 40 kg
TB : 155 cm
IMT : 16,65
Kesan status gizi : Kurang
4. Kulit
Turgor kulit kembali <2 detik.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal.
6. Mata
Konjungtiva , sklera , kornea, pupil, iris, lensa dalam batas normal.
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), massa
(-)
8. Mulut
Sianosis (-)
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan

6
Tonsil dan faring dalam batas normal. Hiperemis (-).
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
distensi vena jugularis (-).
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi: batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-), pengembangan dada kanan =
kiri, sela iga melebar
Palpasi : vokal fremitus raba kanan = kiri menurun
Perkusi : Hipersonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) menurun
suara tambahan RBK (+/+), RBH (-/-), wheezing (+/+)
2) Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-), pergerakan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Hipersonor/Hipersonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+) menurun
suara tambahan RBK (+/+), RBH (-/-), wheezing (+/+)
13. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada

7
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
15. Ektremitas : capilarry refill 1 detik.
akral dingin - - oedem - -
- - - -
16. Sistem genitalia: dalam batas normal
17. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal


Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -

18. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Insight : baik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

8
Untuk menegakkan diagnosis PPOK dan mengetahui kondisi pasien secara
lengkap, perlu dlakukan konsultasi dokter spesialis Paru untuk dilakukan :
1. Pemeriksaan Rontgen Thorax
2. Pemeriksaan Faal Paru menggunakan Spirometri

G. RESUME
Pasien Tn. K usia 64 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama istri, anak dan
cucu sehingga bentuk keluarga disebut Extended family. Pasien memiliki keluhan
sesak nafas sejak sehari sebelum datang ke balai pengobatan. Keluhan dirasakan
hilang timbul setiap hari hingga mengganggu aktivitas. Sesak nafas dirasakan
memberat jika melakukan aktifitas ringan seperti berjalan ke kamar mandi dan
membaik dengan beristirahat. Pasien mengkonsumsi obat semprot untuk
meringankan gejalanya namun sudah lama tidak menggunakan. Selain sesak,
pasien juga mengeluhkan batuk kering, kepala pusing dan badan terasa
lemas.Pasien memiliki riwayat merokok selama 53 tahun dan memasak di rumah
sering menggunakan kayu bakar.Pasien mengeluhkan keluhan serupa sejak 2 tahun
terakhir dan semakin memburuk . Tidak ada riwayat serupa di keluarga pasien.
Hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan berat underweight (IMT :16,65 ), sela
iga melebar, penurunan Vokal Fremitus Paru kanan dan kiri, Hipersonor di seluruh
lapang paru, suara dasar vesikuler menurun, ronkhi basah kasar, dan wheezing
paru kanan dan kiri.

H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh sesak nafas, batuk Kering, kepala pusing
dan lemas

9
Concern : Pasien merasa sesak, anak,istri dan cucu pasien khawatir kondisi
pasien semakin memburuk.
Expectacy : Pasien dan keluarga pasien mempunyai harapan agar penyakit
pasien dapat segera sembuh dan dapat beraktivitas lagi
Anxiety : Pasien dan keluarga pasien khawatir sesak pasien semakin
memberat
2. Aspek Klinis
Diagnosis : - PPOK
- Hipertensi grade 1
- Underweight
Gejala klinis yang muncul :Sesak nafas, batuk kering, kapala pusing,
lemas
Diagnosa banding : asma bronkhial, gagal jantung
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Aspek faktor risiko intrinsik individu adalah riwayat perokok selama lima
puluh empat tahun.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pasien memasak di rumah menggunakan kayu bakar selama puluhan tahun.
b. Kondisi rumah dengan ventilasi udara minimal, lantai rumah didominasi
lantai plester, tidak berplafon, sehingga debu keadaan rumah berdebu.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, karena pasien mampu
melakukan pekerjaan sehari-hari tetapi tdak bekerja sejak sakit.
Kemampuan dalam
Skala menjalani kehidupan
Akltivitas Menjalankan Fungsi
Fungsional untuk tidak tergantung
pada orang lain
Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan seperti Perawatan diri, bekerja di
sebelum sakit (tidak ada kesulitan) dalam dan di luar rumah
(mandiri)
Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan ringan Mulai mengurangi

10
sehari-hari di dalam dan di luar aktivitas kerja (pekerjaan
rumah (sedikit kesulitan) kantor)
Skala 3 Mampu melakukan perawatan diri, Perawatan diri masih bisa
tetapi mampu melakukan pekerjaan dilakukan, hanya mampu
ringan (beberapa kesulitan) melakukan kerja ringan
Skala 4 Dalam keadaan tertentu, masih Tidak melakukan aktivitas
mampu merawat diri, namun kerja, tergantung pada
sebagian besar pekerjaan hanya keluangan
duduk dan berbaring (banyak
kesulitan)
Skala 5 Perwatan diri dilakukan orang lain, Tergantung pada pelaku
tidak mampu berbuat apa-apa, rawat
berbaring pasif

I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Aspek kuratif
1) Medikamentosa
a) PO salbutamol 3x4 mg
b) PO prednison 2x5 mg
c) PO Ambroxol 3x30 mg
d) PO Aminofilin 3x200mg
e) PO CTM 2x4mg
f) PO Amlodipin 1x5mg
2) Non Medika mentosa
a) Rawat inap di Puskesmas.
b) Pemberian Oksigen 4 lpm Nasal Kanul
c) Pemberian cairan maintenance parenteral ringer laktat (RL) 12
tetes per menit.
d) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
3) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
a) Promotif

11
Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma karena PPOK
adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi
adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan
perburukan fungsi paru.
b) Preventif
Pada pasien dengan PPOK, maka hal yang harus dilakukan untuk
mengurangi sesak yang dirasakan adalah dengan menghilangkan faktor
pencetus, hindari paparan debu berlebihan di lingkungan rumah,
menghindari asap(sisa pembakaran,rokok dll), membatasi aktifitas
yang berlebihan, menghindari paparan stress baik dari dalam diri
maupun dari luar seperti masalah keluarga serta upayakan kebersihan
rumah dan lingkungan. Untuk menghindari paparan debu yang
berlebihan di lingkungan rumah dapat dilakukan dengan menggunakan
masker.
c) Kuratif
Kontrol rasa sesak dengan rutin melakukan pengobatan dan meminum
obat secara teratur, serta cukup istirahat
d) Rehabilitatif
- Program rehabilitiasi pada kasus PPOK terdiri dari 3 komponen
yaitu : latihan fisik, psikososial dan latihan pernapasan.Tujuan
rehabilitasi adalah untuk memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistem
transportasi oksigen.
- Dengan memberikan dukungan Psikologis selama menjalani
pengobatan. pasien membutuhkan dukungan psikologis dari
keluarga terdekat, dengan memberikan rasa nyaman dengan
membantu menyediakan kebutuhan dasar hidupnya untuk
mengurangi usahanya memenuhi kebutuhan harian. Keluarga
diharapkan dapat mengontrol kondisi umum pasien. Selain itu
support dari dokter yang menangani diperlukan untuk membangun
kepercayaan dan kepatuhan pasien, dokter diharapkan dapat

12
mengedukasi keluarga untuk mengenali tanda-tanda serangan yang
memberat dan mengetahui kapan pasien harus mendapatkan
pelayanan kesehatan segera.

2. Family Care
a. Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih,
memasak tidak menggunakan kayu bakar, menjaga agar lingkungan rumah
tidak berdebu.
b. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai faktor risiko
PPOK, tanda dan gejala, pengobatan pasien dan pencegahan terhadap
anggota keluarga.
c. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan
penyembuhanpenyakit pasien, pemantauan PPOK secara berkelanjutan.

3. Community Care
a. Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan dari asap, seperti
membakar yang dapat menjadi faktor risiko PPOK.
b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakatmengenai penyakit PPOK, baik
faktor risiko, tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya
melalui penyuluhan.
c. Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis terhadap
pasien mengenai penyakitnya.

J. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

K. Flow Sheet

Tabel 2. Flow Sheet Tn.k (64tahun)

13
No Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 Rabu Sesak nafas TD:130/90 O2 4 lpm NK Sesak
13/09/2017 hilang timbul mmHg IVFD RL 12 tpm berkurang
07.30 sejak sehari yang N:88x/menit PO salbutamol Batuk
lalu, batuk RR :24 x/menit 3x4 mg membaik
kering, pusing, S:36,50 C PO Prednison
badan lemas 3x500mg
PO Ambroxol
3x30 mg
PO Aminofillin
3x200mg
PO CTM 3x4 mg
2 Kamis Sesak nafas TD:120/80 O2 4 lpm NK Sesak
14/09/2017 berkurang mmHg IVFD RL 12 tpm berkurang
07.30 Batuk kering N:90x/menit PO salbutamol Batuk
Badan lemas RR :22 x/menit 3x4 mg membaik
S:36,50 C PO Prednison
3x500mg
PO Ambroxol
3x30 mg
PO Aminofillin
3x200mg
PO CTM 3x4 mg

III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga Tn. K adalah Extended family dengan Tn.K(64 tahun)
sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh tani. Pada keluarga ini
terdapat suami,istri, anak dan cucu yang hidup bersama.Tn.K memiliki 2
orang anak perempuan yang semuanya sudah menikah, bekerja dan sudah
mempunyai tempat tinggal sendiri.

14
2. Fungsi Psikologis
Tn.K memiliki perhatian yang cukup baik dari istrinya. Ny.S. Selain
itu, Tn.K juga mendapat perhatian yang cukup baik dari anak dan cucunya.
Tn. selalu menjaga komunikasi dengan anaknya yang tidak tinggal
dengannya. Anak dan cucunya Tn.K juga peduli terhadap kedua orang
tuanya.
3. Fungsi Sosial
Tn.K sering bergaul dengan lingkungan di rumahnya. Tn.K cukup
antusias mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselegarakan oleh perangkat desa.
Akan tetapi, kondisi sakit yang dialaminya saat ini membuat Tn.K membatasi
kegiatannya.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah. Pasien
bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan rendah dan tidak tetap
(Rp1.000.000,00/bulan). Istri pasien tidak bekerja. Pasien dan keluarga pasien
hidup sedehana dalam mencukupi keperluan hidup sehari-hari. Biaya pengobatan
di sarana pelayanan kesehatan menggunakan BPJS.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga Tn.K adalah Extended
family. Keluarga Tn.K adalah keluarga yang cukup harmonis, dan merupakan
keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.

B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R scoredengan
nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R score
disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga, kemudian dirata-rata
untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-
5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Adaptation

15
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan dukungan
berupa nasehat dari keluarganya.Jika penderita menghadapi suatu masalah pasien
menceritakan kepada istrinya.
Partnership
Sebagai suami istri, Tn.K dan Ny.S memiliki peran masing-masing dalam
menjalani keseharian rumah tangganya. Anak-anak Tn.K yang tinggal jauh dari
kedua orang tuanya juga sering menyempatkan diri untuk menghubungi kedua
orang tuanya meskipun karena sudah memiliki keluarga masing-masing. Anak-
anak Tn.K dan Ny.S seringkali memberikan uang untuk biaya kehidupan.
Growth
Pasien terlihat cukup puas atas segala bentuk dukungan dan bantuan dari
keluarga untuk kegiatan atau hal-hal baru yang hendak dilakukan pasien.
Affection
Pasien merasa cukup puas dengan perhatian keluarga dalam menyayangi pasien.
Pasien mengaku sudah sangat mengenali perilaku dan emosi suami ataupun anak-anak
pasien.
Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien tampak cukup, pasien mengaku
tidak pernah mengikuti kegiatan berlibur bersama keluarga.

Tabel 3.1 A.P.G.A.R SCORE Tn.K terhadap keluarga

16
Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Tn.K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
G
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan
R
saya membagi waktu bersama-sama
Tabel 3.2 A.P.G.A.R SCORE Ny.S terhadap Keluarga
A.P.G.A.R Ny. S Hampir Kadang- Hampir
Total poin = 7, fungsi fisiologis Tn.K terhadap selalu
Keluarga cukup
kadangBaik tidak
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru

17
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6, fungsi fisiologis Ny.S terhadap keluarga cukup baik

Tabel 3.3 A.P.G.A.R SCORE Ny.S terhadap Keluarga


Hampir
Hampir Kadang-
A.P.G.A.R Ny. S tidak
selalu kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan
G
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6, fungsi fisiologis Ny.S terhadap keluarga cukup baik

Tabel 3.4 A.P.G.A.R SCORE An.N terhadap K eluarga


A.P.G.A.R An. N Hampir Kadang- Hampir

18
tidak
selalu kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan
G
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis An.N terhadap keluarga cukup baik

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (7 + 6+6+7)/4= 6.5


Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien cukup baik
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 13,
sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6.5. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam
keadaan cukup sehat.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga Tn.K dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M
sebagai berikut :
Tabel 3.3 S.C.R.E.E.M Keluarga Tn.K

19
SUMBER PATOLOGI KET
Interaksi sosial keluarga dengan tetangga dan saudara-
saudara di sekitar rumah cukup baik. Banyak tetangga
Social _
yang sudah mengetahui keadaan sakit Tn.K dan Tn.K
dimotivasi agar kondisinya membaik.
Dalam kegiatan sehari-hari, Tn.K , istri, anak dan cucu
Cultural berbahasa Jawa. Tn.K jarang mempercayai obat- _
obatan tradisional.
Pemahaman agama cukup. Pasien sering mengikuti
Religion kegiatan sholat berjamaah ke mushola terdekat. Pasien
_
dan keluarga tidak mengikuti kegiatan keagamaan
tertentu di lingkungan rumahnya.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah.
Economic Penghasilan yang didapatkan cukup untuk memenuhi +
kebutuhan sehari-hari.
Pendidikan dan pengetahuan keluarga penderita
terhadap kesehatan tergolong kurang. Kemampuan
Education +
untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan
seperti buku dan koran sangat terbatas.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
Medical
BPJS bersubsidi. Akses layanan ke Puskesmas sangat _
mudah karena letak rumah pasien yang berdekatan
dengan puskesmas.

Keterangan :
1. Economic (+) oleh karena ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke
bawah
2. Education (+) oleh karenapengetahuan pasien tentang kesehatan terutama
tentang penyakitnya masih kurang.
Kesimpulan :

20
Keluarga Tn.K, fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi dan
fungsi pendidikan.

D. GENOGRAM

Tn. K Ny. S
64 th 54 th

Tn. E Ny. S Ny. N Tn. H


40 th 37 th 34 th 37 th

An.N An.M
10 th 13 th

21
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn.K
Keterangan :

: Perempuan : Pasien
: Laki-laki : Tinggal satu rumah

E. Pola Interaksi Keluarga

Tn. K Ny. S

Ny. S An.N

Gambar3.2 Pola Interaksi KeluargaTn.K


Keterangan : hubungan baik
Sumber : Data Primer
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn.K dinilai harmonis dan saling
mendukung.

BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku
Pola perilaku kesehatan di dalam keluarga ini sebagian besar dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan pada anggota keluarga. Keluarga Tn.K cukup memahami
makna kesehatan, namun belum memiliki standar hidup sehat. Hal ini
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang kesehatan. Menurut Tn K
dan istrinya, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit
yang dapat menghalangi aktivitasnya. Keluarga ini menyadari pentingnya
kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja

22
lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang. Keluarga ini
meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh hal yang dapat digali secara ilmiah,
bukan dari guna-guna, sihir, supranatural maupun takhayul. Apabila keluarga
ini sakit, mereka lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada
dokter atau kadang datang ke Puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Tn.K adalah seorang bapak yang melepas hari tuanya dengan tinggal
bersama dengan istri,anak dan cucunya. Pasien masih makan dengan pola
tidak teratur, serta banyak mengonsumsi makanan gorengan. Selain itu, pasien
mengaku sejak sakit tidak ada yang membersihkan langit-langit rumah dan
ventilasi pasien juga tidak melakukan olahraga secara teratur.
Keluarga ini kurang menjaga kebersihan lingkungan rumahnya dengan
baik. Menyapu rumah dan halaman dilakukan setiap hari oleh istrinya atau
anak perempuannya, sedangkan untuk membersihkan langit-langit rumah
atau aktivitas yang lebih berat dikerjakan oleh Tn. K sendiri karena itulah
sekarang menjadi kurang bersih. Sampah rumah tangga dibuang di tong
sampah Pengetahuan
yang kemudian : dibakar. Keluarga ini sudah melakukan Lingkungan:
kegiatan
Kurangnya membakar sampah,
sanitasi dengan cukup
pengetahuan baik baik, terbukti dengan penggunaan jamban,ventilasi
penggunaan
dan langit
pasien(air
air bersih sendiri Pasien juga memiliki tempat beternak ayam yang serta
itu sumur). rumah yg kotor,
maupun keluarga kandang ayam yg
terletak kurangpenyakit
dari 5 meter tepat disamping rumahnya. berdekatan
mengenai
2. Faktor Non PPOK.
Perilaku.
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari hasil
Sikap: Pelayanan
Penderita
kerja tidak
pasien dan Kesehatan:
dari kiriman anak serta menantunya yang terkadang memberi
membiasakan Jika sakit berobat
uang.
berolahraga teratur, Keluarga Tn.K ke dokter dan
jarangRumah
kontrolyang puskesmas
dan dihuni keluarga ini dapat dikatakan sebagai rumah yang
minum obat
belum sehat.dengan jumlah ventilasi yang kurang, kelembaban yang kurang
baik, pencahayaan yang kurang baik, memiliki lantai dan atap yang sulit
dibersihkan, serta memiliki kandang ayam di dekat rumah.
DiagramTindakan:
3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keturunan:Tidak ada
faktor keturunan atau
Keluarga tidak keluarga kandung
mengontrol pasien yang menderita
pengobatan penderita penyakit yang sama.
secara rutin. 23
: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 9x12 m2. Rumah
pasien dekat dengan rumah tetangganya dan menghadap ke barat. Memiliki
pekarangan rumah dan tanpa pagar pembatas. Rumah ini mempunyai 1
tingkat dan terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, dan kamar
mandi beserta 2 dapur. Atap rumah memakai genteng dan belum

24
menggunakan plafon. Memiliki sumber air bersih dari sumur timba milik
pribadi, dan memiliki jamban leher angsa, dan septic tank yang berjarak 10
meter dari sumur. Jendela rumah sebagian tidak ditutup dengan kaca dan tidak
menggunakan gorden.
2. Denah Rumah

Dapur 2(kayu) RUANG KAMAR


KELUARGA 3
WC

DAPUR 1
KAMAR KAMAR
2 1(pasien)
Kanda RUANG TAMU
ng
ayam

Sumu
r

BAB V
DAFTAR MASALAH & PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

B. Masalah non medis :


1. Tn.K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol, dan membeli obat untuk
penyakitnya
2. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah,untuk kebutuhan primer
dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
3. Tn. K dan keluarga kurang menjaga kebersihan rumah serta lingkungannya

25
C. Diagram Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien).

1. Pengetahuan
2. Kondisi tentang
ekonomi Tn.K 64 tahun penyakit
menengah PPOK kurang
kebawah sehingga
kurang
menjaga
kebersihan
rumah dan
3. kurang kesadaran untuk lingkungan
kontrol dan membeli
obat.

D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks(Azrul, 1996).

No. Daftar Masalah I T R Jumlah


P S SB Mn Mo Ma
IxTxR
1. Tn.K kurang memiliki kesadaran 5 5 5 3 2 4 5 495
untuk kontrol dan membeli obat
2. Kondisi ekonomi menengah 4 4 5 3 4 3 3 390
kebawah
3. Pengetahuan Tn. K dan keluarga 5 5 5 3 4 3 5 540
kurang sehingga kurang menjaga
kebersihan rumah serta

26
lingkungannya

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.K
adalah sebagai berikut :
1. Tn. K dan keluarga kurang menjaga kebersihan rumah serta lingkungannya
2. Tn.K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol dan membeli obat
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil dalam kasus PPOK yang dialami oleh Tn.K adalah
kebiasaan Tn. K dan keluarga kurang menjaga kebersihan rumah serta lingkungannya

27
F. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan penderita dan keluarga lebih
memahami mengenai PPOK dan mengerti tentang dukungan dari pihak
keluarga sangatlah penting guna proses perawatan Tn.K yang membutuhkan
dukungan dalam mengontrol penyakitnya.
Tujuan Khusus
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan pengertian
kepada pasien dan keluargaagar lebih memperhatikan pola hidup yang
sehatagar dapat mempertahankan kualitas hidup pasien dan mencegah
timbulnya penyakit PPOK pada anggota keluarga yang lain. Selain itu
pembinaan ini bertujuan agar pasien dan keluarga mengerti tentang penyakit
PPOK, apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
PPOK dan bagaimana cara penatalaksanaan PPOK serta cara pembinaan
tetang pentingnya kebersihan serta pola hidup yang sehat.
2. Materi
Materi yang akan diberikan kepada penderita dan keluarga pasien
adalah dalam bentuk penyuluhan dan edukasi mengenai pengertian, gejala
dan tanda, faktor risiko penyakit PPOK, kegunaan/efek samping obat
dancara pembinaan bagaimana pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat
bagi penderita PPOK.
Kunjungan pembinaan pembinaan keluarga :
Penjelasan dari penyakit PPOK?
Menjelaskan bahwa PPOK adalah penyakit akibat kebiasaan dan bukan
merupakan penyakit keturunan yang muncul sejak kecil, serta
menjelaskan bahwa PPOK bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial..
Gejala dan tanda penyakit PPOK?

28
Menjelaskan bahwa penyakit memiliki tanda dan gejala yang hampir
sama dengan ASMA namun progressif yaitu sesak nafas,batuk,berat
badan menurun
Apa saja faktor risiko penyakit PPOK?
Menjelaskan bahwa penyakit PPOK disebabkan kebiasaan merokok dan
merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting selain itu
infeksi paru yang berulang serta adanya riwayat ASMA juga dapat
meningkatkan faktor resiko.
Bagaimana mengontrol penyakit PPOK?
Menjelaskan bahwa penyakit PPOK dapat dikontrol oleh penderita agar
tidak semakin parah. Tindakan pengelolaan yang bisa dilakukan antara
lain berhenti merokok secara total, menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan. Langkah yang dilakukan adalah menyediakan obat reliever,
makan -makanan yang bergizi serta menghindari paparan debu maupun
asap
Pentingnya melakukan Kontrol rutin?
Pasien dianjurkan pentingnya kontrol ke faskes. Hal ini diperlukan untuk
mengontrol keparahan penyakit sehingga meningkatkan kualitas hidup
pasien
Komplikasi penyakit PPOK ?
Pasien diberi edukasi bahwa komplikasi dapat terjadi jika penyakit PPOK
tersebut tidak terkontrol dengan baik. Komplikasi yang dapat terjadi
antara lain adalah gagal nafas, infeksi berulang dan penyakit Cor
Pulmonal
3. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan
bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan
edukasi pada penderita dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima.
4. Sasaran Individu

29
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.
5. Target Waktu
1. Hari : Sabtu
2. Tanggal : 7 dan 9 september 2017
3. Tempat : Desa Watuagung Rt 1/4 Kec. Tambak,
Kab.
Banyumas.
4. Waktu : 15:00 WIB
6. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan post test.
Evaluasi
1. Apa yang saudara ketahui tentang penyakit PPOK?
a. Penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. Disebabkan terutama oleh konsumsi rokok
b. Penyakit yang ditandai dengan batuk-batuk
berdahak selama lebih dari sebulan. Dengan atau tanpa sesak, disertai
penurunan berat badan yang cepat. Disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis
c. Penyakit yang ditandai dengan sesak nafas sejak
kecil.
2. Tanda dan gejala penyakit PPOK ?
a. Sesak nafas,batuk
b. Mual dan Muntah
c. Banyak minum, banyak
makan dan banyak kencing
3. Menurut saudara apa saja factor risiko yang paling sering menyebabkan
PPOK?
a. Keturunan, jarang olahraga, dan pola makan
yang salah, sering begadang

30
b. Mengkonsumsi gula secara berlebihan
c. Merokok
4. Bagaimana cara mengontrol penyakit PPOK?
a. Mengkonsumsi jamu-jamuan
b. Istirahat cukup
c. Berhenti merokok, menjaga kebersihan lingkungan diet yang benar
dan minum obat
5. Komplikasi penyakit PPOK antara lain ?
a. Infeksi berulang
b. Gagal nafas
c. Semua jawaban diatas benar

Kunci Jawaban
1. A
2.A
3.C
4.C
5.C
Pembinaan Keluarga Yang Telah Dilakukan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Anggota Hasil kegiatan
keluarga
yang terlibat
7 1. Mengkaji pengetahuan pasien Pasien,istri Pasien
september tentang penyakit PPOK dan anak memahami apa
2017 2. Memberikan penjelasan tentang : yang telah
Pengertian disampaikan
PPOK tentang PPOK
Faktor
resiko dan penyebab PPOK
Tanda dan

31
gejala
Akibat
PPOK
Cara
pencegahan PPOK
3. Menganjurkan pasien untuk
periksa rutin ke Puskesmas

9 Pasien, istri Pasien dan


september 4. Menanyakan ulang apa saja yang dan anak keluarga sudah
2017 telah dijelaskan. jelas tentang
5. Menjelaskan kembali apa yang apa yang di
belum atau pasien lupa tentang anjurkan
yang sudah dijelaskan

Kesimpulan Pembinaan Keluarga


Tanggal Tingkat Faktor Penyulit Faktor Rencana
pemahaman Pendukung Selanjutnya
7 cukup baik Tingkat Pasien Melakukan
september pemahaman memiliki evaluasi
2017 pasien cukup baik motivasi untuk tentang apa
memperbaiki yang sudah
kualitas dijelaskan
hidupnya
9 cukup baik Daya ingat pasien Istri dan anak Kontrol rutin
september kurang baik pasien

32
2017 membantu
mengingatkan
dalam
pengobatan
pasien

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel
parsial. biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh
pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik.
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik
berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut
- turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema adalah suatu kelainan
anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus

33
terminal,disertai kerusakan dinding alveoli. (PDPI, 2011). Rokok, asap polusi dari
pembakaran, dan partikel gas berbahaya merupakan penyebab utama PPOK.

B. Faktor Resiko
1. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Risiko PPOK
pada perokok tergantung dari dosis rokok yang dihisap, usia mulai merokok,
jumlah batang rokok pertahun dan lamanya merokok ( Indeks Brinkman ).
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok (Perokok aktif, Perokok pasif atau Bekas perokok)
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam
tahun,
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : > 600

2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja


Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat
menjadi penyebab terjadinya polusi udara. Ukuran dan macam partikel akan
memberikan efek yang berbeda terhadap timbulnya dan beratnya PPOK.
3. Asma
Asma kemungkinan sebagai faktor risiko terjadinya PPOK, walaupun
belum dapat disimpulkan. Pada laporan The Tucson Epidemiological Study
didapatkan bahwa orang dengan asma 12 kali lebih tinggi risiko terkena
PPOK daripada bukan asma meskipun telah berhenti merokok. Penelitian lain
20% dari asma akanberkembang menjadi PPOK dengan ditemukannya
obstruksi jalan napas ireversibel
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Infeksi virus dan bakteri berperan dalam patogenesis dan progresifitas
PPOK. Kolonisasi bakteri menyebabkan inflamasi jalan napas, berperan

34
secara bermakna menimbulkan eksaserbasi. Infeksi saluran napas berat pada
anak akan menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatkan gejala
respirasi pada saat dewasa
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
PPOK adalah penyakit poligenik dan contoh klasik dari interaksi gen-
lingkungan. Faktor risiko genetik yang paling sering terjadi adalah
kekurangan alpha-1 antitrypsin sebagai inhibitor dari protease serin. Sifat
resesif ini jarang, paling sering dijumpai pada individu origin Eropa Utara.
Ditemukan pada usia muda dengan kelainan emphysema panlobular dengan
penurunan fungsi paru yang terjadi baik pada perokok atau bukan perokok
dengan kekurangan alpha-1 antitripsin yang berat. Banyak variasi individu
dalam hal beratnya emfisema dan penurunan fungsi paru.
C. Patogenesis
Faktor resiko utama dari PPOK ini adalah merokok. Komponen-komponen
yang terdapat pada asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus dan silia. Silia akan mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan. Ventilasi,
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan
(Antonio et all, 2007). Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel
dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi,
fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi
jalan napas .
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK, yakni :
peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen

35
saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding
saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi
yang terjadi pada penderita asma (Corwin EJ, 2001).

Tabel Patofisiologi PPOK (PDPI, 2011)


Sel inflamasi PPOK ditandai dengan pola tertentu peradangan yang melibatkan
neutrofil, makrofag, dan limfosit. Sel-sel ini melepaskan mediator inflamasi dan
berinteraksi dengan sel-sel struktural dalam saluran udara dan parenkim paru
(PDPI, 2011).
Neutrofil: meningkat dalam dahak perokok. Peningkatan neutrofil pada PPOK
sesuai dengan beratnya penyakit. Neutrofil ditemukan sedikit pada jaringan.
Keduanya mungkin berhubungan dengan hipersekresi lendir dan pelepasan
protease.
Makrofag: banyak ditemukan di lumen saluran napas, parenkim paru dan cairan
bronchoalveolar lavage (BAL). Berasal dari monosit yang mengalami diferensiasi

36
di jaringan paru. Makrofag meningkatkan mediator inflamasi dan protease pada
pasien PPOK sebagai respon terhadap asap rokok dan menunjukkan fagositosis
yang tidak sempurna.
Limfosit T: sel CD4+ dan CD8+ meningkat pada dinding saluran napas dan
parenkim paru, dengan peningkatan rasio CD8+ : CD4+ . Peningkatan sel T
CD8+ (Tc1) dan sel Th1 yang mensekresikan interferon- dan mengekspresikan
reseptor kemokin CXCR3, mungkin merupakan sel sitotoksik untuk sel-sel
alveolar yang berkontribusi terhadap kerusakan alveolar.
Limfosit B meningkat dalam saluran napas perifer dan folikel limfoid sebagai
respon terhadap kolonisasi kuman dan infeksi saluran napas
Eosinofil meningkat di dalam sputum dan dinding saluran napas selama
eksaserbasi.
Sel epitel: mungkin diaktifkan oleh asap rokok sehingga menghasilkan
mediator inflamasi
Keterbatasan Aliran Udara dan Air Trapping
Tingkat peradangan, fibrosis, dan eksudat luminal dalam saluran udara kecil
berkorelasi dengan penurunan FEV1 dan rasio FEV1/FVC. Penurunan FEV1
merupakan gejala yang khas pada PPOK, obstruksi jalan napas perifer ini
menyebabkan udara terperangkap dan mengakibatkan hiperinflasi.
Hiperinflasi mengurangi kapasitas inspirasi seperti peningkatan kapasitas
residual fungsional, khususnya selama latihan (bila kelainan ini dikenal sebagai
hiperinflasi dinamis), yang terlihat sebagai dyspnea dan keterbatasan kapasitas
latihan. Hiperinflasi yang berkembang pada awal penyakit merupakan mekanisme
utama timbulnya dyspnea pada aktivitas. Bronkodilator yang bekerja pada saluran
napas perifer mengurangi perangkap udara, sehingga mengurangi volume paru
residu dan gejala serta meeningkatkan dan kapasitas berolahraga.
Eksaserbasi
Eksaserbasi merupakan amplifikasi lebih lanjut dari respon inflamasi dalam
saluran napas pasien PPOK, dapat dipicu oleh infeksi bakteri atau virus atau oleh
polusi lingkungan. Mekanisme inflamasi yang mengakibatkan eksaserbasi PPOK,

37
masih banyak yang belum diketahui. Dalam eksaserbasi ringan dan sedang
terdapat peningkatan neutrophil, beberapa studi lainnya juga menemukan
eosinofil dalam dahak dan dinding saluran napas. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi mediator tertentu, termasuk TNF-, LTB4 dan IL-8, serta
peningkatan biomarker stres oksidatif.
Pada eksaserbasi berat masih banyak hal yang belum jelas, meskipun salah
satu penelitian menunjukkan peningkatan neutrofil pada dinding saluran nafas dan
peningkatan ekspresi kemokin. Selama eksaserbasi terlihat peningkatan
hiperinflasi dan terperangkapnya udara, dengan aliran ekspirasi berkurang,
sehingga terjadi sesak napas yang meningkat. Terdapat juga memburuknya
abnormalitas VA / Q yang mengakibatkan hipoksemia berat

D. Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD) 2007, dibagi atas 4 derajat : (Antonio et all, 2007):

38
E. Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan gambaran klinis,
yaitu
a. Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara

39
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater
PalpasiPada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
PerkusiPada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal, atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh
Ciri khas yang mungkin ditemui pada penderita PPOK :
Pink pufferGambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed lips breathing
Blue bloaterGambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer.
Pursed - lips breathing Sikap seseorang yang bernapas dengan mulut
mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.

40
F. Pemeriksaan penunjang
1) Darah lengkap
2) Pemeriksaan Foto Toraks

PPOK merupakan diagnosis fungsional sehingga foto thoraks hanya


dapat memberikan arah diagnosis PPOK. Trias overinflasi, oligemia, dan
bula merupakan pola arterial defisiensi yang paling berhubungan dengan
emfisema dan peningkatan pulmonary marking yang menyerupai dirty chest
dijumpai pada bronkhitis kronis. Tanda overinflasi terbaik adalah diafragma
mendatar dengan permukaan superior konkaf, tanda lain peningkatan lebar
ruang retrosternal, namun tanda ini cenderung kurang sensitif. Curiga PPOK
bila dijumpai kelainan (Shapiro et al, 2008):
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskuler meningkat
Bulla
Jantung pendulum
3) Uji Spirometri

Spirometri merupakan pemeriksaan yang sederhana, tidak mahal, non


invasif dapat digunakan untuk mendiagnosis, menentukan keparahan
penyakit dan monitoring progresi PPOK. Rasio FEV1/FVC menunjukan laju
pengosongan paru dapat digunakan untuk menunjukan ada kelainan ventilasi
obstruksi Spirometri merupakan gold standar diagnosis PPOK. Pada
pemeriksaan spirometry akan dijumpai (Rodriguez, 2000 ; Wise, 2008;
Global initiative for chronic Obstructive Lung Disease, 2009) :
a) VEP1 < KVP < 70%
b) Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : VEP1 paska
bronkodilator < 80% prediksi
4) Uji Coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
(prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2

41
minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal
250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah
pemberian kortikosteroid.
G. Diagnosis Banding

42
Gejala gejala diatas ini sesuai karakteristik penyakit masing-masing, tetapi
tidak terjadi pada setiap kasus. Misalnya, seseorang yang tidak pernah merokok
dapat menderita PPOK (terutama di negara berkembang di mana faktor risiko lain
mungkin lebih penting daripada merokok); asma dapat berkembang di usia
dewasa dan bahkan pasien lanjut usia.
Diagnosis Banding PPOK Adalah
Asma
SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) Penyakit obstruksi
saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi
paru yang minimal.
Pneumotoraks
Gagal jantung kronik
Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis,
destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering
ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena
terapi dan prognosisnya berbeda. Berikut karakteristik dari Asma, PPOK, dan
SOPT :

43
Tabel Perbedaan Asma, PPOK, dan SOPT (PDPI,2011)

H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan
meningkatkan kualiti hidup penderita. PPOK merupakan penyakit paru kronik
progresif dan nonreversibel, sehingga penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1)
penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2) penatalaksanaan pada eksaserbasi
akut.
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma
karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari
edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan
perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel,
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau
tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal

44
3. Mencapai aktivitas optimal
4. Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut
secara berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun
bagi keluarganya.Edukasi dapat diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan
di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah.Secara intensif edukasi
diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan
waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga.Edukasi yang tepat
diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan
semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas. Penyesuaian
aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi harus
disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan
sosial, kultural dan kondisi ekonomi penderita.Secara umum bahan edukasi
yang harus diberikan adalah
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktivitas
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima,
langsung ke pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu.Pemberian
edukasi sebaiknya diberikan berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu
banyak pada setiap kali pertemuan.Edukasi merupakan hal penting dalam
pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan
penyakit kronik progresif yang ireversibel.Pemberian edukasi berdasar derajat
penyakit :
Ringan
Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel

45
Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara
lain berhenti merokok
Segera berobat bila timbul gejala

Sedang
Menggunakan obat dengan tepat
Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
Program latihan fisik dan pernapasan

Berat
Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
Penyesuaian aktivitas dengan keterbatasan
Penggunaan oksigen di rumah

2. Obat obatan
a. BronkodilatorDiberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit
(lihat tabel 2). Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek
panjang (long acting). Macam - macam bronkodilator :
Golongan antikolinergikDigunakan pada derajat ringan sampai berat,
disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir
(maksimal 4 kali perhari).
Golongan agonis beta 2Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi
sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya
eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet
yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka

46
panjang.Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi
berat.
Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2Kombinasi kedua
golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya
mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
Golongan xantinDalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan
pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat.
Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas),
bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi
akut.Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin
darah.
b. AntiinflamasiDigunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral
atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi
jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang
digunakan : Lini I (amoksisilin dan makrolid), Lini II (Amoksisilin dan asam
klavulanat, Sefalosporin, Kuinolon dan Makrolid baru)
d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi
yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
e. MukolitikHanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan
sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik,
tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. AntitusifDiberikan dengan hati hati

47
Tabel Penatalaksanaan PPOK

48
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan.Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler
dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.
Manfaat oksigen :
Mengurangi sesak

49
Memperbaiki aktivitas
Mengurangi hipertensi pulmonal
Mengurangi vasokonstriksi
Mengurangi hematokrit
Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi diberikan pada saat Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90% atau
Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep
apnea, penyakit paru lain.Terapi oksigen dapat dilaksanakan di rumah maupun
di rumah sakit.Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK
stabil derajat berat dengan gagal napas kronik.Sedangkan di rumah sakit
oksigen diberikan pada PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang
rawat ataupun ICU. Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat
di rumah dibedakan :
Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy = LTOT )
Pemberian oksigen pada waktu aktivitas
Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
Terapi oksigen jangka panjang yang diberikan di rumah pada keadaan
stabil terutama bila tidur atau sedang aktivitas, lama pemberian 15 jam setiap
hari, pemberian oksigen dengan nasal kanul 1 - 2 L/mnt. Terapi oksigen pada
waktu tidur bertujuan mencegah hipoksemia yang sering terjadi bila penderita
tidur.Terapi oksigen pada waktu aktivitas bertujuan menghilangkan sesak
napas dan meningkatkan kemampuan aktivitas. Sebagai parameter digunakan
analisis gas darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus mencapai
saturasi oksigen di atas 90%.Alat bantu pemberian oksigen :Nasal kanul,
Sungkup venture, Sungkup rebreathingdan Sungkup nonrebreathin.Pemilihan
alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi analisis
gas darah pada waktu tersebut.

50
4. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan
gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien
PPOK derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan
di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.Ventilasi mekanik dapat dilakukan
dengan cara :intubasi dan tanpa intubasi. Ventilasi mekanik tanpa intubasi
digunakan pada PPOK dengan gagal napas kronik dan dapat digunakan
selama di rumah.Bentuk ventilasi mekanik tanpa intubasi adalah Nonivasive
Intermitten Positif Pressure (NIPPV) atau Negative Pessure Ventilation
(NPV).NIPPV dapat diberikan dengan tipe ventilasi :
Volume control
Pressure control
Bilevel positive airway pressure (BiPAP)
Continous positive airway pressure (CPAP)
NIPPV bila digunakan bersamaan dengan terapi oksigen terus menerus
(LTOT / Long Tern Oxygen Theraphy) akan memberikan perbaikan yang
signifikan pada :
Analisis gas darah
Kualiti dan kuantiti tidur
Kualiti hidup
Analisis gas darah

Indikasi penggunaan NIPPV :


Sesak napas sedang sampai berat dengan penggunaan muskulus respirasi
dan abdominal paradoksal
Asidosis sedang sampai berat pH < 7,30 - 7, 35
Frekuensi napas > 25 kali per menit

51
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran
napas atas, disamping harus menggunakan perlengkapan yang tidak
sederhana.
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi
hipermetabolisme.Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena
berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas
darah. Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
Penurunan berat badan
Kadar albumin darah
Antropometri
Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot
pipi)
Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak
akan mengatasi masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat
mengeluarkan CO2 yang terjadi akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan
keseimbangan antara kalori yang masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila
perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan
pipa nasogaster.Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak
rendah karbohidrat.Kebutuhan protein seperti pada umumnya, protein dapat
meningkatkan ventilasi semenit oxigen comsumption dan respons ventilasi
terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK dengan gagal napas
kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.Gangguan
keseimbangan elektrolit sering terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsi
muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan ventilasi. Gangguan
elektrolit yang terjadi adalah :Hipofosfatemi, Hiperkalemi, Hipokalsemi dan
Hipomagnesemi. Gangguan ini dapat mengurangi fungsi

52
diafragma.Dianjurkan pemberian nutrisi dengan komposisi seimbang, yakni
porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih sering.
6. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan
memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK Penderita yang dimasukkan ke
dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan
pengobatan optimal yang disertai :
Simptom pernapasan berat
Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
Kualiti hidup yang menurun
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu
tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan
psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis,
psikososial dan latihan pernapasan.Tujuan rehabilitasi adalah untuk
memperbaiki efisiensi dan kapasiti sistem transportasi oksigen. Latihan fisis
yang baik akan menghasilkan :
Peningkatan VO2 max
Perbaikan kapasiti kerja aerobik maupun anaerobik
Peningkatan cardiac output dan stroke volume
Peningkatan efisiensi distribusi darah
Pemendekkan waktu yang diperlukan untuk recovery

Tabel Algoritma PPOK (PDPI, 2011)

53
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1. Gagal napas
Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan
pH normal, penatalaksanaan :
Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2

54
Bronkodilator adekuat
Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
Antioksidan
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
Sputum bertambah dan purulen
Demam
Kesadaran menurun
Infeksi berulang
2. Infeksi berulangPada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limposit darah.
3. Kor pulmonalDitandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %,
dapat disertai gagal jantung kanan

J. Pencegahan
1. Mencegah terjadinya PPOK
Hindari asap rokok
Hindari polusi udara
Hindari infeksi saluran napas berulang
2. Mencegah perburukan PPOK
Berhenti merokok
Gunakan obat-obatan adekuat
Mencegah eksaserbasi berulang

BAB VII
PENUTUP

55
A. Kesimpulan
Diagnostik Holistik:
Tn. K dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK)
1. Aspek Personal
a. Idea
Pasien mengeluhkan Sesak nafas disertai batuk kering dan lemas. Pasien
berharap agar keluhannya segera membaik, sehingga dapat melakukan
aktivitasnya seperti semula.
b. Concern
Pasien menginginkan adanya perhatian dari keluarganya untuk
mendukung pengobatannya dan mengendalikan kondisi penyakitnya
sehingga pasien dapat beraktifitas seperti semula.
c. Expectacy
Pasien mempunyai harapan agar penyakit yang dideritanya segera
sembuh, agar dapat bekerja kembali dan beraktifitas lagi seperti dulu.
d. Anxiety
Keluhan pasien sangat mengganggu aktivitasnya sehingga membatasi
aktifitas pasien dan pasien tidak dapat bekerja seperti dulu. Pasien
khawatir penyakitnya akan semakin parah.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Penyakit Paru Obstruktif kronik dengan
hipertensi grade 1, Underweight
Gejala Klinis : sesak nafas, batuk kering, lemas
Diagnosis Banding : Asma Bronkhial, CHF
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor usia yaitu pasien berusia 64 tahun.
b. Pasien merupakan perokok aktif sejak kecil dan sudah berhenti.
c. Pasien tidak memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan bergizi.
d. Pasien kurang antusias untuk rutin kontrol dan mengonsumsi obat-
obatan.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu

56
a. Pasien bekerja sebagai buruh tani sehingga pekerjaannya cukup
berat.
b. Status ekonomi pasien menengah ke bawah sehingga pasien tidak
dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah .
c. Pendidikan pasien dan keluarga rendah, sehingga pengetahuan
tentang penyakit masih minim..
d. Edukasi pihak puskesmas yang masih kurang kepada pasien
mengenai penyakit, pola makan, aktivitas fisik, serta pentingnya
konsumsi obat dan kontrol rutin.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, diketahui dari kondisi
pasien yangmengalami keterbatasan untuk melakukan aktivitasnya
sebagai petani.

A. SARAN
Untuk mengatasi PPOK yang diderita pasien, maka disarankan :
1. Menghindari asap rokok, sisa pembakaran dan hindari debu
2. Mengatur pola konsumsi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
komposisi seimbang, yakni porsi kecil dengan waktu pemberian yang lebih
sering.
3. Memotivasi pasien untuk rutin mengkonsumsi obat dan memeriksakan
kondisi kesehatannya ke unit pelayanan kesehatan terdekat, serta
menyediakan obat reliever.
4. Memotivasi pasien untuk mengikuti prolanis setiap bulan agar kondisinya
lebih terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio et all 2007. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention
of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA, p. 16-19 Didapat dari :
http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp

57
Corwin EJ 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, p. 437-8.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Jakarta :
PDPI.
Global initiative for chronic Obstructive Lung Disease(GOLD). 2016. Global strategy
for the diagnosis, management and prevention of COPD. www.gold.copd.
Rodriguez-Roisi R. Toward a consensus definition for COPD exacerbations. Chest
2000; 17:398-401.
Shapiro SD, Gorgon LS and Rennard SI, 2008. Chronic bronchitis and emphysema.
In: mason RJ, Murray JF, Broaduds VC and Nadel JA (Eds). Murrayand
Nadels Textbook of Respiratory medicine. Philadelphia, Elsevier-Saunders.
4rd edition. 1115-1165.
Wise RA, 2008. Chronic obstructive pulmonary disesase: Clinical course and
management. In : Fishman AP, Elias JA, Fishman JA et al (eds). Fishmans
pulmonary disease and disorder. New York, McGraw Hill Medical 4rd. 729-
746.

LAMPIRAN

58
59

Anda mungkin juga menyukai