Anda di halaman 1dari 6

1.

Big Bang Theory

Big Bang merupakan salah satu teori tentang awal pembentukan jagat raya. Teori ini
menyatakan bahwa jagat raya dimulai dari satu ledakan besar dari materi yang densitasnya
luar biasa besar dan merupakan ledakan Kosmik yg berasal dari Nebula ini dan meledak
kesegala penjuru dengan mengeluarkan gas-gas. Gas-gas tersebut kemudian membentuk
galaxy-galaxy, bintang-bintang dan planet-planet. Impilikasinya jagat raya punya awal dan
akhir. Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah penemuan, dan
diterima oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini. Teori ini juga menganggap bahwa
alam semesta ini terjadi akibat dari ledakan segumpal zat raksasa. Dengan kata lain bahwa
alam semesta ini asalnya berupa 1 benda raksasa saja ,kemudian pecah akibat tekanan tenaga
dalam di tengah-tengahnya,sehingga pecah menjadi berkeping-keping.kepingan-kepingan itu
menjadi benda-benda alam.

Teori Big Bang (atau dalam tejemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar)
dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan
dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal
dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun
lalu.

Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari
teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan
dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa
suatu saat alam semesta akan kembali atau terus mengembang. Konsekuensi alami dari Teori
Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan
kerapatan yang jauh lebih tinggi.

Big-Bang dan Alam Semesta yang Mengembang Pada tahun 1929 Astronom Amerika
Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak
selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-
galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita
tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian
ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa
lampau yang dinamakan Dentuman Besar. Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki
ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak
dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk
membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih
kosong.

Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus
mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan
terus mengembang dan mendingin. Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per
seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang
semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun
andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa
milyar tahun lagi

Kesalahan UmumTentang Teori Big Bang

Orang sering kali salah mengartikan Big Bang sebagai suatu ledakan yang menghamburkan
materi ke ruang hampa. Padahal Big Bang bukanlah suatu ledakan, bukan penghamburan
materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses pengembangan alam semesta itu sendiri. Big
Bang adalah proses pengembangan ruang-waktu.

Relativitas umum

(bahasa Inggris: general relativity) adalah sebuah teori geometri mengenai gravitasi yang
diperkenalkan oleh Albert Einstein pada 1916. Teori ini merupakan penjelasan gravitasi
termutakhir dalam fisika modern. Ia menyatukan teori Einstein sebelumnya, relativitas
khusus, dengan hukum gravitasi Newton. Hal ini dilakukan dengan melihat gravitasi bukan
sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan ruang dan waktu. Utamanya,
kelengkungan ruang waktu berhubungan langsung dengan momentum empat (energi massa
dan momentum linear) dari materi atau radiasi apa saja yang ada. Hubungan ini digambarkan
oleh persamaan medan Einstein.

Banyak prediksi relativitas umum yang berbeda dengan prediksi fisika klasik, utamanya
prediksi mengenai berjalannya waktu, geometri ruang, gerak benda pada jatuh bebas, dan
perambatan cahaya. Contoh perbedaan ini meliputi dilasi waktu gravitasional, geseran merah
gravitasional cahaya, dan tunda waktu gravitasional. Prediksi-prediksi relativitas umum telah
dikonfirmasikan dalam semua percobaan dan pengamatan fisika. Walaupun relativitas umum
bukanlah satu-satunya teori relativistik gravitasi, ia merupakan teori paling sederhana yang
konsisten dengan data eksperimen. Namun, masih terdapat banyak pertanyaan yang belum
terjawab. Secara mendasar, terdapat pertanyaan bagaimanakah relativitas umum ini dapat
digabungkan dengan hukum-hukum fisika kuantum untuk menciptakan teori gravitasi
kuantum yang lengkap dan swa-konsisten.

Teori Einstein memiliki implikasi astrofisika yang penting. Teori ini memprediksikan adanya
keberadaan daerah lubang hitam yang mana ruang dan waktu terdistorsi sedemikiannya tiada
satu pun, bahkan cahaya pun, yang dapat lolos darinya. Terdapat bukti bahwa lubang hitam
bintang dan jenis-jenis lubang hitam lainnya yang lebih besar bertanggungjawab terhadap
radiasi kuat yang dipancarkan oleh objek-objek astronomi tertentu, seperti inti galaksi aktif
dan miktrokuasar. Melengkungnya cahaya oleh gravitasi dapat menyebabkan fenomena
pelensaan gravitasi. Relativitas umum juga memprediksikan keberadaan gelombang gravitasi.
Keberadaan gelombang ini telah diukur secara tidak langsung, dan terdapat pula beberapa
usaha yang dilakukan untuk mengukurnya secara langsung. Selain itu, relativitas umum
adalah dasar dari model kosmologis untuk alam semesta yang terus berkembang.
Pergeseran Merah

Pergeseran Merah adalah gejala bahwa frekuensi cahaya kalau diamati, di bawah situasi
tertentu, bisa lebih rendah daripada frekuensi cahaya ketika terpancar di sumber. Ini biasanya
terjadi kalau sumber menjauh dari pengamat, seperti pada efek Doppler. Secara khusus,
istilah pergeseran merah dipakai untuk menjelaskan pengamatan bahwa spektrum cahaya
yang terpancar oleh galaksi jauh bergeser ke frekuensi yang lebih rendah (terhadap akhir
merah spektrum, dan begitu pula namanya) kalau dibandingkan dengan spektrum bintang
yang lebih dekat. Ini diambil sebagai bukti bahwa galaksi menjauh dari satu sama lain, bahwa
alam semesta berkembang dan dimulai sejak Ledakan Dahsyat.

Secara umum, pergeseran merah (dan pergeseran biru, pengamatan cahaya frekuensi yang
lebih tinggi) diukur dengan

z = (frekuensi terpancar - frekuensi teramati) / frekuensi teramati = (panjang


gelombang teramati - panjang gelombang terpancar) / panjang gelombang terpancar.

Pergeseran merah bisa disebabkan oleh tiga sebab:

1. Gerak-gerik sumber. Jika sumber cahaya menjauh dari pengamat, maka pergeseran
merah (z > 0) terjadi; jika sumber mendekati pengamat, maka pergeseran biru (z < 0) terjadi.
Hal ini berlaku untuk semua gelombang dan diterangkan oleh efek Doppler. Jika sumber
bergerak menjauh dari pengamat dengan kecepatan v dan kecepatan ini jauh lebih kecil
daripada kecepatan cahaya c, maka pergeseran merah dapat diperkirakan dengan

z v/c

2. Perluasan ruang. Model yang sekarang dipakai oleh kosmologi menganggap benar
perluasan ruang. Cahaya akan mengalami pergeseran merah jika ruang meluas. Dalam arti,
memperluas angkasa dan perpindahan sumber adalah perspektif berbeda atas gejala itu juga:
daripada sebuah sumber bergerak, seseorang dapat secara alternatif dan sepadan mengambil
sebuah sumber diam dan ruang di antara sumber dan pengamat yang memuai.

3. Efek gravitasi. Teori relativitas umum memuat bahwa perpindahan cahaya itu lewat
bidang gravitasi yang kuat akan mengalami pergeseran merah atau biru. ' Ini diketahui
sebagai Pergeseran Einstein. Seperti nyala api pada sumbunya, yang dekat berwarna biru ,
dan yang jauh berwarna merah.

Efek ini sangat kecil tetapi dapat diukur di Bumi menggunakan efek Mossbauer. Namun efek
ini cukup berarti di dekat lubang hitam dan sewaktu benda mendekat ke cakrawala,
perubahan merah menjadi tak terhingga. Pergeseran Merah Gravitasi ditawarkan sebagai
keterangan pergeseran merah dari quasars di 1960-an, walaupun ini secara luas tidak disetujui
sekarang.

Pergeseran merah yang dilihat di astronomi bisa diukur karena spektrum emisi dan absorbsi
untuk atom adalah khas dan diketahui dengan baik.
Materi gelap

Materi gelap adalah materi yang tidak dapat dideteksi dari radiasi yang dipancarkan atau
penyerapan radiasi yang datang ke materi tersebut, tetapi kehadirannya dapat dibuktikan dari
efek gravitasi materi-materi yang tampak seperti bintang dan galaksi. Perkiraan tentang
banyaknya materi di dalam alam semesta berdasarkan efek gravitasi selalu menunjukkan
bahwa sebenarnya ada jauh lebih banyak materi daripada materi yang dapat diamati secara
langsung. Terlebih lagi, adanya materi gelap dapat menyelesaikan banyak ketidakkonsistenan
dalam teori dentuman dahsyat.

Sebagian besar massa di alam semesta dipercaya berada dalam bentuk ini. Menentukan sifat
dari materi gelap juga dikenal sebagai masalah materi gelap atau masalah hilangnya massa,
dan merupakan salah satu masalah penting dalam kosmologi modern.

Pertanyaan tentang adanya materi gelap mungkin tampak tidak relevan dengan keberadaan
kita di bumi. Akan tetapi, ada atau tidaknya materi gelap ini dapat menentukan takdir terakhir
dari alam semesta. Kita mengetahui bahwa sekarang alam semesta mengalami pengembangan
karena cahaya dari benda langit yang jauh menunjukkan adanya pergeseran merah.
Banyaknya materi biasa yang terlihat di alam semesta tidaklah cukup untuk membuat
gravitasi menghentikan pengembangan, dan dengan demikian pengembangan akan berlanjut
selamanya tanpa adanya materi gelap. Pada prinsipnya, jumlah materi gelap yang cukup di
alam semesta dapat menyebabkan pengembangan alam semesta berhenti, atau kebalikannya
(yang akhirnya membawa kita pada Big Crunch). Pada praktiknya, sekarang banyak
anggapan bahwa gerakan-gerakan alam semesta didominasi oleh komponen lainnya, energi
gelap.

Diperkirakan 84,5% dari materi di alam semesta dan 26,8% dari seluruh isi alam semesta
adalah materi gelap

Energi Gelap

Dalam kosmologi, energi gelap adalah suatu bentuk hipotesis dari energi yang mengisi
seluruh ruang dan memiliki tekanan negatif yang kuat. Menurut teori relativitas umum, efek
dari adanya tekanan negatif secara kualitatif serupa dengan memiliki gaya pada skala besar
yang bekerja secara berlawanan terhadap gravitasi. Menggunakan efek seperti itu sekarang
merupakan cara yang sering dilakukan untuk menjelaskan pengamatan mengenai
pengembangan alam semesta yang dipercepat dan juga adanya bagian besar dari massa yang
hilang di alam semesta.

Dua bentuk energi gelap yang diusulkan adalah konstanta kosmologi, suatu energi yang
kerapatannya tetap dan secara homogen mengisi ruang, dan quintessence, suatu medan
dinamis yang kepadatan energinya dapat berubah dalam ruang dan waktu. Membedakan
antara keduanya memerlukan pengukuran berketelitian tinggi dari pengembangan alam
semesta untuk dapat mengerti bagaimana kecepatan pengembangan berubah terhadap waktu.
Laju pengembangan ini bergantung pada parameter persamaan keadaan kosmologi.
Mengukur persamaan keadaan dari energi gelap adalah salah satu usaha besar dalam
kosmologi observasional.

Anda mungkin juga menyukai