Oleh :
Andi Chaerunnisa Mugni Said
1212141004
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dan kebutuhan manusia akan material baru yang lebih
berkualitas memaccu kita untuk mengembangkan material baru dengan bahan dasar murah
namun bisa memberi banyak kelebihan. Salah satu material yang memenuhi syarat tersebut
disolusi dan polikondensasi polimerik mineral aluminasilikat dan larutan alkali tinggi. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa geopolimer bisa didapatkan dari material dasar seperti
lempung, kaolin, abu sekam padi (rice husk ash), dan abu terbang (fly ash), yang memiliki
sifat atau ciri umum yaitu keras, berpori, mudah dipoles, dan mampu bertahan pada suhu
yang tinggi. Davidovits (2000) menyatakan, bahwa perbandingan Si:Al di dalam struktur
geopolimer memainkan peranan yang sangat penting dalam penentuan sifat dan aplikasi
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh kuat lentur
dan porositas komposit geopolimer berbahan dasar fly ash terhadap penambahan
agregat SiO2.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai kuat lentur dan
porositaas komposit geopolier berbahan dasar fly ash terhadap penambahan agregat
SiO2.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Geopolimer
Istilah geopolimer pertama kali diperkenalkan oleh Davidovits pada awal
kehadiran dari semen portland sebagai bahan pengikat (Chareerat, et al., 2008).
polimerisasi dari material yang banyak mengandung silika (Si) dan alumina (Al) di
alam atau dari material hasil sampingan industri. Selama proses sintesis, atom silika
dan alumina menyatu dan membentuk blok yang secara kimia memiliki struktur yang
atau aluminious yang didalamnya terdapat sedikit sekali atau tidak sama sekali
material cementious sebagaimana yang dimiliki semen portland. Secara kimia abu
terbang merupakan material oksida anorganik mengandung silika dan alumina aktif
karena sudah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Bersifat aktif karena
dapat bereaksi dengan komponen lain dan kompositnya membentuk material baru
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan bahan
Alat Bahan
a. Cetakan kaca (3 sampel) a. Fly ash
b. Oven b. SiO2
c. Timbangan digital c. Sodium Silicate (Na2O.3SiO2)
d. Wadah plastik d. sodium hydroxide pellet NaOH
e. Pengaduk/Spatula kaca e. Aquades (H2O)
f. Jangka sorong f. Plastik pembungkus
g. Mistar g. Label
h. Cetakan silinder 1 h. Pulpen
i. Neraca pegas i. Tissue
j. Termoline
k. Neraca gantung digital
l. Pengait beban
m. Pengait sampel
n. Beban
o. Meja penyanggah sampel
I. Sintesis Geopolimer
b) Menimbang 450 gram fly ash dan SiO2 sebanyak 22,5 gram.
(Na2O.3SiO2), 37,5 gram sodium hydroxide pellet (NaOH) dan 63,75 gram
aquades (H2O).
(Catatan : Dalam proses pembuatan larutan ini, sodium silicate dan sodium
e) Kemudian abu terbang di campurkan dengan larutan alkali sedikit demi sedikit
kaca (2 sampel) yang berukuran panjang 10,0 cm, lebar 2,0 cm dan tinggi 1,5 cm
untuk pengujian kuat lentur, dan sampel berukuran panjang 3 cm lebar 2,0 cm dan
dicapai.
l) Sampel yang diproduksi disimpan selama 7 hari di udara bebas sebelum dilakukan
berbagai pengujian.
3. Pengujian Sampel
udara (ms).
1) Memberi garis untuk tiap sampel, yakni 1 cm dari sisi kiri dan kanan sampel dan
2) Meletakkan pengait tepat di garis tengah sampel diman tiap uung sampel
pengujian.
4) Saat sampel patah kemudian hitung massa beban yang digunakan dengan neraca
gantung digital.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Massa sampel yang di ukur di dalam air akan menjadi lebih ringan disbanding
sampel yang ditimbang di udara. Hal ini karena gaya gesek Antara permukaan
sampel dan air memberikan sampel gaya tekan ke atas sehingga sampel menjadi
lebih ringan.
3. Massa jenuh
Sampel yang telah ditimbang di dalam air panas, kemudian di keringkan dengan
tissue hingga tidak ada air di permukaan sampel. Sampel kemudian ditimbang, dan
hasil penimbanagan tersebut kemudian disebut massa jenuh sampel. Nilai yang
didapatkan dari penimbangan tersebut yaitu :
ms = 30,09 gram
Nilai massa jenuh yang didapatkan lebih besar dibanding massa kering sampel
dan massa sampel dalam air, karena setelah proses perendaman selama 10 menit
pori-pori sampel telah terisi dengan air sehingga menambah massa sampel.
Dari semua data yang diperoleh di subtitusi ke persamaan untuk menentukan massa
jenis Bulk
=
30,04
= 1 3
30,09 20,00
= 2,98 3
Dari table di atas diperlihatkan kuat lentur untuk sampel 1 dan 3 adalah 2,32 MPa
dan 2,01 MPa. Sedangkan rata-rat kuat lentur kedua sampel tersebut adalah 2,17 MPa.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari kedua pengujian ini adalah :
1. Nilai porositas dari komposit geopolimer fly ash dengan agregat SiO2 adalah sebesar
0,49%.
2. Nilai kuat lentur dari komposit geopolimer fly ash dengan agregat SiO2 adalah sebesar
2,17 MPa.
DAFTAR PUSTAKA
Manuahe, R., Sumajouw, M. D. J. & Windah, R. S., 2014. Kuat Tekan Geopolimer
Berbahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash). Jurnal Sipil Statistik, vol. 2, no.6, pp.
277-282.
Refnita, G., Zuki, Z. & Yusuf, Y., 2012. Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash)
Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang
Digunakan Untuk Perendaman. Kimia Unand, vol. 1, no. 1.
Subaer, 2012. Pengantar Fisika Geopolimer. Jakarta: DP2M Dikti.