Anda di halaman 1dari 26

1

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BINAAN DENGAN
HIPERTENSI
I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Menurut WHO (2006), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Tekanan diantara normotensi
dan hipertensi disebut borderline hypertension. Batasan WHO tersebut
tidak dibedakan usia dan jenis kelamin (Aspiani, 2015). Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2014).
Hipertensi juga sering diartikan sebagai suatu kondisi medis yang
ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga
terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap
dinding pembuluh darah. jantung harus memompa lebih keras jika
memompa darah melalui pembuluh arteri yang sempit. Jika kondisi ini
berlangsung terus, pembuluh darah dan jantung akan rusak. Selain itu
bisa meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.
Hipertensi sering disebut dengan silent killer atau pembunuh diam-diam
karena terjadi tanpa gejala. Ketika gejala timbul, hipertensi sudah
menjadi penyakit yang harus di terapi seumur hidup (Muh. A, 2012).
Tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal sangat penting
untuk mempertahankan fungsi efisien pada organ-organ vital seperti
jantung, otak, dan ginjal, dan untuk seluruh kelangsungan hidup
(Meylisa, 2015).

B. Klasifikasi
1) Berdasarkan penyebab
a) Hipertensi primer/esensial

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
2

Merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya,


walaupun dikaitankan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti
kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar
95% penderita hipertensi. Jenis hipertensi ini biasanya dimulai
secara berangsur-angsur tanpa keluhan dan gejala sebagai
penyakit benigna yang secara perlahan-lahan berlanjut menjadi
keadaan maligna (Depkes, 2013 ; Aspiani, 2015).
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu, misalnya pil KB (Depkes, 2013).
2) Berdasarkan derajat hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), hipertensi sistolik (isolated
systolic hypertension) (Depkes, 2013). Berikut ini adalah klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun menurut The
seventh Report of the Joint National Committe on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2003
dan World Health Organization-International Society of Hypertension
(WHO-ISH) 1999.

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII-2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 120 80

Prehipertensi 120-139 80-89

asniati, S.Kep. Hipertensi derajat 1Profesi Ners STIKes


140-159 Panakkukang90-99
Makassar
16 04 010 Hipertensi derajat 2 160 100
3

Suumber : JNC-VII, 2003

Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ISH 1999
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <130 <85


Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 (berat) 180-209 110-119
Hipertensi derajat 4 (sangat berat) 210 120

Sumber : WHO-ISH, 1999

Selain hipertensi primer dan skunder terdapat jenis hipertensi


yang lain menurut Depkes (2013) yaitu:
1) Hipertensi pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan
sesak napas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam
melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi
pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
4

pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan


perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1
juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala
sekitar 2-3 tahun.
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada
Nasional Institute of Health, bila tekanan sistolik arteri pulmonalis
lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada
aktivitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung
kiri, penyakit miokardium, penyakit jantung congenital, dan tidak
adanya kelainan paru (Depkes, 2013).
2) Hipertensi pada kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan belum jelas. Ada
yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan karena kelainan
pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, dan ada
juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan. Terdapat
empat jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu (Depkes, 2013):
(a) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi
yang diakibatkan kehamilan atau keracunan kehamilan (selain
tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada
urinnya). Preeklampsia adalah penyakit yang timbul dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan.
(b) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak
sebelum ibu mengandung janin.
(c) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan
gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
(d) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi (Aspiani, 2015):

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
5

1) Faktor Genetik
Adanya faktor genetic pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut memounyai risiko menderita hipertensi. Individu
dengan orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga riwayat hipertensi.
2) Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60
tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya.
3) Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormone yang
berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan
dengan hipertensi, laki-laki lebih berisiko tinggi untuk menderita
hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko lebih besar
terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada
perempuan biasanya lebih rentang terhadap hipertensi ketika mereka
sudah berumur diatas 50 tahun.
4) Obesitas
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, salah satunya
hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan
antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi
maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah
kegemukan pada tubuh bagian atas dengan penignkatan jumlah lemak
pada bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral)
5) Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik.
Stress merupakan respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap
tuntutan beban atasnya. Terhadap beberapa jenis penyakit yang
berhubungan dengan stress yang dialami seseorang, diantaranya

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
6

hipertensi. Stress yang dialami seseorang akan membangkitkan saraf


simpatis yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
6) Toksin
Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang
karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan
mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran usus dan kulit.
Sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran
ureter. Apabila hati dan ginjal kita terluka atau terbebani, maka fungsi
pembersihan toksin yang biasanya dapat dilakukan menjadi tidak dapat
dilakukan. Akibatnya toksin dalam tubuh kita akan menyebar kedalam
darah. Sisa-sisa pembuangan di dalam saluran akan menghambat
kelancaran peredaran darah. hal ini mengakibatkan jantung terpaksa
bekerja lebih keras untuk membantu perjalanan darah melalui saluran
yang tersumbat. Hal ini mengakibatkan pembesaran jantung dan
selanjutnya mengakibatkan penyakit jantung. Sementara itu, tekanan
yang dilakukan terhadap saluran darah akan mengakibatkan tekanan
darah tinggi.
7) Nutrisi
Sodium adalah penyebab terpenting timbulmya hipertensi primer.
Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan
dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan tekanan darah. asupan garam tinggi dapat menimbulkan
perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14
gram/hari atau jika dikonversi dalam takaran sendok makan adalah
lebih dari 2 sendok makan,
8) Kolesterol tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan
darah akan meningkat (Sudilo & Wulandari, 2011).
9) Merokok
Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu
faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
7

faktor resiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan


arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler
secara umum di Indonesia.
10) Kurang olahraga
Dengan adanya kesibukan luar biasa, manusia pun merasa tidak
punya waktu lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi kurang
gerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang memicu kolesterol
tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga
memunculkan hipertensi.
D. Patofisiologi
Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer dan
curah jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang
meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup atau keduanya.
Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang meningkatkan
viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah,
khususnya pembuluh darah arteriol (Kowalak, dkk, 2014).
Hipertensi terjadi karena adanya gangguan dalam sistem peredaran
darah. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sirkulasi darah,
gangguan keseimbangan dalam pembuluh darah atau komponen dalam
darah yang tidak normal. Gangguan tersebut dapat menyebabkan darah
tidak dapat disalurkan keseluruh tubuh dengan lancar. Untuk itu
diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung, hal ini akan
berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah atau
disebut hipertensi (Price dan Wilson, 2005).
Ada beberapa mekanisme yang mengontrol homeostatik dari
tekanan darah (Price dan Wilson, 2005; Gray et al, 2005):
1) Short term control (sistem saraf simpatik). Mekanisme ini sebagai
respon terhadap penurunan tekanan, sistem saraf simpatik
mensekresikan norepinefrin yang merupakan suatu vasoconstrictor
yang akan bekerja pada arteri kecil dan arteriola untuk meningkatkan
resistensi perifer sehingga tekanan darah meningkat.
2) Long term control (Ginjal). Ginjal mengatur tekanan darah dengan cara
mengontrol volume cairan ekstraseluler dan mensekresikan renin yang
akan mengaktivasi sistem renin dan angiotensin.

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
8

3) Cardiac output dan Resistensi peripher. Keseimbangan curah jantung


dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan tekanan
darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial curah jantung
biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Tekanan darah
ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol
kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus akan berpengaruh pada
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan konsentrasi
otot halus ini semakin lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh
darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi
awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray, et al
2005).
4) Substansi vasoaktif. Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi
transport natrium dalam mempertahankan tekananan darah dalam
keadaan normal. Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial,
begitu juga endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensifitas
garam pada tekanan darah serta mengaktifkan sistem renin-
angiotensin lokal. Arterial natriuretic peptide merupakan hormone
yang diproduksi di atrium jantung dalam merespon peningkatan
volume darah. Hal ini dapat meningkatkan volume garam dan air dari
ginjal yang akhirnya dapat meningkatkan retensi cairan dan hipertensi.
5) Hiperkoagulasi. Pasien dengan hipertensi memperlihatkan
ketidaknormalan dari dinding pembuluh darah (disfungsi endotellium
atau kerusakan sel endotellium), ketidaknormalan faktor homeostatis,
platelet, dan fibrinolisis. Diduga hipertensi dapat menyebabkan
protombik dan hiperkoagulasi yang semakin lama akan parah dan
merusak organ target. Beberapa keadaan dapat dicegah dengan
pemberian obat anti-hipertensi.
6) Difungsi diastolik. Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan ventrikel
tidak dapat beristirahat ketika terjadi tekanan diastolik. Hal ini untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan input ventrikel, terutama pada saat
olahraga terjadi peningkatan tekanan atrium kiri melebihi normal, dan
penurunan tekanan ventrikel.

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
9

Bagan 2.1 Patofsiologi Hipertensi

Sumber, Price dan Wilson, 2005

E. Manifestasi Klinis
Hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala hingga bertahun-
tahun. Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada semua orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut;
sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tangkuk, rasa berputar
seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh, jantung berdebar cepat, dan
telinga berdenging (Aspiani, 2015).
Crowin (2000) dalam Aspiani (20015) menyebutkan bahwa
sebagaian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun berupa:
1) Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial.
2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
10

4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi


glomerulus.
5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
F. Komplikasi
Menurut study Farmingham, pasien dengan hipertensi mempunyai
resiko yang bermakna untuk penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
arteri perifer, dan gagal jantung (Rinawang, 2011).
Dalam Gray (2005), dan Sudarjono (2006), hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya akan
memperpendek usia harapan hidup sebesar 10-20 tahun (Rinawang,
2011). Komplikasi hipertensi pada organ-organ tubuh dapat dilihat
dibawah ini:
Jantung. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
ateroskelrotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melewati
pembuluh darah. Jika aliran darah ke jantung tidak adekuat dapat
menyebabkan gagal jantung.
Ginjal. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein
akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi
kronis.
Otak. Komplikasinya berupa stroke dan ensefalopati. Stroke dapat terjadi
akibat hemoragik tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Pada
hipertensi kronis, stroke terjadi apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak
yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami artersklerosis
dapat melemah sehingga meningkatkan terbentunya aneurisme.
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
11

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang


tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat
akibatnya neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
Mata. Dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan hingga kebutaan.
G. Pencegahan
Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan :
1) Hindari Obesitas
2) Hindari merokok
3) Usahakan pikiran selalu tenang dan santai
4) Berolahraga secara teratur
5) Sering memakan buah-buahandansayuran
6) Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)
7) Hindari minuman beralkohol
8) Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)
9) Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang mempunyai
riwayat hipertensi.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada
saat ini dan riwayat sebelumnya (Potter Perry, 2013). Pengkajian
keperawatan terdiri dari dua tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi
data dari sumber primer dan sekunder dan yang kedua adalah
menganalisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis
keperawatan.
Pengkajian digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien
dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun
sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk
mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber
informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga
dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga
dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
12

adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data


dapat dilakukan melalui cara :
1. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik,
mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan
sebagainya.

2. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
3. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa,
diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-
catatan kesehatan lain.
4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya
kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Data Umum
1) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
2) Tipe keluarga
3) Suku bangsa dan agama
4) Status sosial ekonomi keluarga
5) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
1) Tahap perkembangan keluarga
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
13

3) Riwayat kesehatan keluarga inti


c. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga
1) Struktur peran
2) Nilai dan norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status sosial
3) Fungsi pendidikan
4) Fungsi sosialisasi
5) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa
kesehatan
b) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat
c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
d) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat
e) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat:
- Fungsi religius
- Fungsi rekreasi
- Fungsi reproduksi
- Fungsi afeksi
f) Stress dan koping keluarga

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
14

- Stresor jangka pendek dan jangka panjang


- Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
- Strategi koping yang digunakan
- Disfungsi strategi adaptasi

f. Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi
pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang perlu.
g. Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan)
untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

B. Analisa Data (Menentukan Prioritas Masalah)


Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan
Typologi masalah dalam family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Berdasarkan sifat atau tipologi masalah. Penelitian masalah adalah
sebagai berikut :
a. Ancaman keluarga (2) : keadaan yang dapat beresiko terjadinya
penyakit, kecelakaan atau kegagalan dapat mempertahankan
kesehatan optimal ,misalnya riwayat penyakit keturunan, resiko
tertular, resiko kecelakaan dan lain-lain.
b. Kurang sehat (3) : suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai
kesehatan optimal, misalnya sedang sakit dan kegagalan tumbuh
kembang.
c. Krisis (1) : suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan
penyesuaian lebih banyak dalam hal sumber daya yang dimiliki,
misalnya kehamilan, aborsi, lahir diluar nikah dan kehilangan
orang yang dicintai.
2) Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan berhasilnya
mengurangi masalah keperawatan atau mencegah masalah bila ada

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
15

tindakan tertentu. Pemberian nilainya adalah : (2) dengan mudah, (1)


hanya sebagian, (0), tidak dapat diubah
3) Retensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah
keperawatan yang akan terjadi bila dapat dikurang atau dicegah.
Pemberian nilanya adalah (3) tinggi, (2) cukup, (1) rendah.
4) Munculnya masalah adalah cara keluarga memandang dan menilai
masalah keperawatan berkaitan dengan berat dan mendesaknya untuk
segera diatasi untuk segera diatasi, pemberian nilainya adalah masalah
berat dan harus segera diatasi (2), msalah dirasakan tetapi perlu segera
diatasi (1) dan masalah tidak dirasakan (0).
No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat masalah 1
2
Aktual 3 /3 x 1
Resiko 2
Potensial/ weliness 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2
diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 x2
Tidak dapat 0
3 Retensi masalah u/ dicegah 1
Tinggi 3
2
Cukup 2 /3 x 1
Rendah 1
4 Menonjolnya msalah 1
Masalah berat yg harus segera 2
diatasi
Masalah dirasakan, tapi tidak perlu 1 x1
segera diatasi

Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
1) Tentukan skor untuk tiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
16

3) Jumlahkanlah skor untuk semua criteria, skor tertinggi 5 sama


dengan seluruh bobot
Tiga kelompok besar dalam tipologi masalah kesehatan keluarga
adalah sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan adalah sebagai berikut
Penyakit keturunan
Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular
Jumlah anggota keluarga terlalu terlalu besar atau tidak sesuai
dengan kemampuan dengan sumber daya keluarga
Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga
Kekurangan atau kelebihan gizi
Keadaan yang dapat menimbulkan stress
Sanitasi lingkungan buruk
Kebiasaan yang merugikan kesehatan
b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mereka memantapkan
kesehatan
c. Situasi krisis
d. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan karena hal-hal
berikut :
1) Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta
- Rasa takut akibat masalah yang diketahui
- Sikap dan falsafah hidup
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut:
- Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya
msalah
- Fasilitasi kesehatan tidak terjangkau
- Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga
3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-
hal sebagai berikut :
- Tidak mengetahui keadaan penyakit
- Ketidaseimbangan sumber yang ada dalam keluarga
- Konflik individu dalam keluarga
- Perilaku yang mementingkan diri sendiri
4) Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mengalami kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
karena hal-hal berikut :
- Sumber dari keluarga tidak cukup
- Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
17

- Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat dari


pemeliharaan lingkungan murah.
- Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan diri
sendiri.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat untuk
memelihara kesehatan karena hal-hal berikut :
- Rasa takut akibat dari tindakan
- Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
- Kualitas yang diperlukan tidak terjangkau

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keeprawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan ataupun kerentanan respon terkait masalah kesehatan (Herdman
& Kamitsuru, 2015).
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat
melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman
kesehatan,kurang /tidak sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang
didapat pada penjajakan tahap pertama. Pada tahap kedua menggambarkan
ketidak mampuan keluarga untuk melaklasanakan tugas-tugas kesehatan
serta cara pemecahan masalah yang dihadapi.
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-
tugas kesehatan dan keperawatan, maka dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan secara umum pada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi antara lain :
1) Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah
penyakit hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi
2) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil
keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera
berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana
kesehatan.

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
18

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga


yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit hipertensi, cara perawatan dan sifat penyakit hipertensi.
4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan
dengan tadak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
hipertensi.
5) Ketidakmampuan menggunakan sumber yang
ada di masyarakat guna memelihara kesehatan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas
kesehatan seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya.

Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet


pada klien hipertensi adalah :
1) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai
salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
2) Ketidaksanggupan keluarga memilih tindakan yang
tepat dalam pengaturan diet bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang
benar.
3) Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi
klien hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang tepat.
4) Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah
garam bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam.
5) Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
19

tanaman obat tersebut.

D. Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan merupaka langkah ketiga dalam proses
keperawatan yang terdiri dari dua langkah (Potter & Perry, 2013).
Langkah pertama adalah menetapkan tujuan dan hasil yang harapkan bagi
klien. Langkah kedua perencanaan keperawatan adalah merencanakan
intervensi keperawatan yang akan diimplemetasikan ke klien.
Intervensi ini berfokus pada pencegahan primer dan sekunder dari
penyakit-penyakit kardiovaskuler. Intervensi keperawatan juga dilakukan
untuk mengatasi faktor-faktor risiko tertentu seperti obesitas, merokok,
dan gangguan lipid. Intervensi keperawatan juga dilakukan sebagai
sebagai langkah pencegahan melalui peningkatan aktiivtas fisik, pola diet
jantung sehat, dan tindakan yang mengurangi stress.
Dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil perawat menggunakan
pedoman Nursing Outcomes Classification (NOC). Sedangkan dalam
merencanakan intervensi keperawatan digunakan Nursing Intervensions
Classification (NIC).

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
20

Rencana tindakan dari masing masing diagnosa keperawatan khusus diet pada klien hipertensi adalah :
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1 Ketidakmampuan mengenal Tujuan : Keluarga mampu 1. Beri 1. Dengan diberikan penjelasan
masalah nutrisi sebagai salah mengenal cara pengaturan diet penjelasan kepada keluarga diharapkan keluarga
satu penyebab terjadinya bagi anggota keluarga yang cara pengaturan diet yang menimbulkan peresepsi yang
hipertensi berhubungan dengan menderita penyakit hipertensi. benar bagi penderita hipertensi. negatip sehingga dapat
kurangnya pengetahuan tentang Kriteria hasil : dijadikan motivasi untuk
cara pengaturan diet yang a) Keluarga mampu mengenal masalah khususnya
benar. menyebutkan secara nutrisi untuk klieh hiperetensi
2. Dengan diberikan penjelasan
sederhana batas pengaturan 2. Beri
keluarga mampu menyajikan
diet bagi anggota kelurga yng penjelasan kepada klien dan
makanan yang rendah garam.
menderita hipertensi. keluarga ,bagaiman caranya
b) Keluarga dapat memahami menyediakan makan-makanan
dan mampu mengambil rendah garam bagi penderita
tindakan sesuai anjuran. hipertensi .

2 Ketidakmampuan dalam Tujuan : Keluarga dapat 1. 1. Dengan diberi penjelasan


mengambil keputusan untuk memahami tentang manfaat Beri penjelasan kepada keluarga diharapkan keluarga mampu
mengatur diet terhadap anggota pengaturan diet untuk klien tentang manfaat pengaturan melaksanakan cara
keluarga yang menderita hipertensi. diet untuk klien hipertensi. pengaturan diet untuk klien

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
21

hipertensi berhubungan dengan Kriteria hasil : hipertensi


kurangnya pengetahuan a) Keluarga 2. 2. Keluarga diharapkan
keluarga tentang manfaat dari mampu menjelaskan tentang Beri penjelasan kepada keluarga mengetahui jenis makanan
pengaturan diet manfaat pengaturan diet bagi jenis makanan untuk klien untuk penderita hipertensi.
klien hiperetensi. hipertensi.
b) Keluarga
dapat menyediakan makanan
khusus untuk klien hipertensi
3 Ketidakmampuan keluarga Tujuan : Keluarga mampu 1. Beri 1. Dengan
untuk menyediakan diet khusus menyediakan diet khusus untuk kan penjelasan kepada klien dan diberikan penjelasan
bagi penderita hipertensi penderita hipertensi. keluarga cara pengolahan diharapkanklien dan
berhubungan kurangnya Kriteria hasil : makanan untuki klien keluarga dapat cara
pengetahuan tentang cara a) Kile hipertensi. pengolahan makanan untuk
pengolahan makanan dalam n dan keluarga mampu 2. Beri klien hipertensi.
jumlah yang benar . menyediakan diet khusus untuk penjelasan kepada klien dan 2. Diharapkan
penderita hipertensi. keluarga jumlah makanan yang klien dapat mengkonsumsi
b) Kelu dikonsumsi oleh klien makanan sesuai yang
arga mampu menyajikan hipertensi. dianjurkan.
makanan dalam jumlah yang 3. Beri 3. Dengan
tepat bagi klien hipertensi. contoh sederhana kepada klien diberikan contoh sederhana

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
22

dan keluarga untuk memnbuat caara membuat makanan


makanan dengan jumlah yang dalam jumlah yang tepat
tepat. kilen dan keluarga mampu
menjalankan
/melaksanakaannya sendiri.

4 Ketidakmampuan menyediakan Tujuan : Seluruh anggota keluarga 1. Beri penjelasan kepada klien 1. Diharapkan klien dan
makanan rendah garam bagi membiasakan diri setiap hari dan keluarga tentang pengaruh keluarga memahami dan
penderita hipertensi mengkonsumsi makanan yang garan terhadap klien hipertensi. mengerti tentang pengaruh
berhubungan dengan kurang rendah garam. 2. Beri penjelasan kepada klien garam terhadap klien
Kriteria Hasil :
pengetahuan dan kebiasaan dan keluarga jenis makana hipertensi.
a) Klien dan
sehari-hari yang mengkonsumsi yang banyak mengandung 2. Diharapkan klien dan
keluarga dapat menjelaskan
makanan yang banyak garam. keluarga dapat menghindari
manfaat makanan yang rendah
mengandung garam. 3. Beri motivasi kepada klien dan makanan yang banyak
garam.
keluarga bahwamereka mampu mengandung garam.
b) Klien dan
untuk merubah kebiasaan yang 3. Dengan diberi motivasi
keluarga dapat menjelaskan
kurang baik tersebut yang diharapkan klien dan kelarga
jenis makanan yang banyak
didasari padea niat dan mau merubah sikapnya dari
mengandung garam.
keinginan untuk merubah. yang tidak sehat menjadi
c) Klien dan

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
23

keluarga mau berubah sehat


kebiasaan dari mengkonsumsi
makanan yang banyak
mengandung garam.
5 Ketidakmampuan Tujuan : Diharapkan klien dan 1. Beri penjelasan kepada klien 1. klien dan keluarga dapat
menggunakan sumber keluarga mampu memanfaatkan dan keluarga manfaat Toga. memahami manfaat Toga.
pemanfaatan tanaman
obat sumber tanaman obat keluarga. 2. Beri penjelasan kepada klien 2. Klien dan keluarga dapat
Kriteria hasil : Klien dan keluarga
keluarga berhubungan dengan keluarga macam dan jenis mengetahui jenis tanaman
dapat menyebutkan tanaman obat
kurang pengetahuan guna dari tumbuhan /tanaman yang dapat yang dapat menurunkan
yang dapat membantu untuk
tanaman obat keluarga. membantu menurunkan tekanan darah.
pengobatan hipertensi
tekanan darah . 3. Dengan memiliki Toga sendiri
3. Anjurkan kepada kepada klien klien dapat mengkonsumsi
dan keluarga agar berusaha tanaman obat tersebut kapan
memiliki tanaman obat saja diperlukan.
keluarga .

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
24

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
25

E. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini perawat akan
mengimplementasikan intervensiyang telah direncanakan berdasarkan
hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien.
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang
menderita hipertensi sesuai rencana yang telah disusun. Pada peleksanaan
asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
1. Deteksi dini kasus
baru.
2. Kerja sama lintas
program dan lintas sektoral
3. Melakukan rujukan
4. Bimbingan dan
penyuluhan ( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes keperawatan. Tahap
ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau
kesejahteraan klien (Perry & Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa
evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan klien. Selama proses evaluasi perawat membuat
keputusan-keputusan klinis dan secara terus-menerus mengarah kembali
ke asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu
klien menyelesaikan masalah kesehatan actual, mencegah terjadinya
masalah risiko, dan mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses
evaluasi menentukan keefektivan asuhan keperawatan yang diberikan.

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010
26

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. DIVA Press. Jogyakarta.
Aspiani, 2015. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler Aplikasi Nanda Nic Noc. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Bulechek, G.M, Butcher, H.K& Dochterman, J.M. (2013). Nursing intervention
classification edisi 6. St. Louis, Missouri: Elseiver.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing diagnosis:
Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford:Wiley Blackwell.
Kowalak, dkk. 2014. Buku Ajar : PATOFISIOLOGI. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Meylisa, 2015. Karekateristik Penderita Hipertensi Pada Poliklinik Rawat Jalan
di Rumah Sakit Universitas Hasanudin Makassar Periode Kunjungan
Januari-Juni 2005. Skripsi.
Http://Repository.Unhas.Ac.Id:4001/Digilib/Files/Disk1/479/--
Meylisa-23905-1-15-Meyli-%29.Pdf (Diakses 3 Juni 2016).
Perry & Potter (2013). Fundamental of Nursing:concepts, prosess and practice 8th
edition. Missouri: Mosby Elseiver.
Price, S. A dan Wilson, L. 2006. PATOFISIOLOGI : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Vol II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Susilo, Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: ANDI.

asniati, S.Kep. Profesi Ners STIKes Panakkukang Makassar


16 04 010

Anda mungkin juga menyukai