Anda di halaman 1dari 7

PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS SINDROM KOLON IRITABEL

Edwin Jim

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: edwinjim@yahoo.com

Abstract: Irritable bowel syndrome (IBS) is a chronic functional bowel disorder characterized
by abdominal pain or discomfort and alterations in bowel habits. Many factors play some
important roles in the development of the IBS including abnormal motility, visceral
hypersensitivity, and enteric infection. Diagnosis of IBS is based on Rome III criteria.
Keywords: irritable bowel syndrome, pathogenesis, diagnosis

Abstrak: Sindrom kolon iritabel (SKI) adalah penyakit gastrointestinal fungsional kronik
yang ditandai oleh nyeri perut atau rasa tidak enak di perut dan gangguan kebiasaan defekasi.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya SKI antara lain gangguan motilitas,
hipersensitivitas viseral, dan pasca infeksi usus. Saat ini kriteria diagnosis yang digunakan
untuk SKI ialah kriteria Roma III.
Kata kunci: sindrom kolon iritabel, patogenesis, diagnosis

Sindrom kolon iritabel (SKI) adalah pe- nosis spesifik untuk mengidentifikasi SKI
nyakit gastrointestinal yang ditandai oleh karena patofisiologi dasar belum diketahui.
kebiasaan defekasi yang terganggu dan Jadi, diagnosis tergantung pada kelompok
nyeri perut tanpa adanya kelainan struk- gejala dan eksklusi penyakit patologis
tural.1 SKI merupakan penyakit gastro- terkait.5 Keraguan dalam menetapkan
intestinal fungsional yang sering dihadapi, sindrom ini, kekurangan pemahaman
dan diperkirakan terjadi pada 15% orang patofisiologi, dan kekurangan bukti
dewasa di negara Barat.2-4 Istilah SKI manfaat terapi menyebabkan SKI sulit
pertama kali dijelaskan oleh Osler pada didiagnosis dan diobati.2
tahun 1892.2
Walaupun bukan penyakit yang meng-
DEFINISI
ancam jiwa, SKI menyebabkan kesulitan
pada pasien. SKI merupakan penyakit dis- SKI merupakan suatu penyakit fung-
motilitas dari saluran gastrointestinal de- sional gastrointestinal yang kompleks, mul-
ngan dasar psikosomatik oleh karena pasien tifaktorial dan mempunyai manifestasi
menunjukkan sejumlah gejala ketidaknya- klinik berupa nyeri perut atau rasa tidak
manan tanpa kelainan organik.5 Oleh ka- enak di perut serta gangguan kebiasaan
rena itu, SKI menyebabkan kehilangan defekasi.7,8 Penyakit fungsional adalah
produktivitas kerja dan kualitas hidup dapat kondisi dimana tidak terdapat kelainan
memburuk.6 anatomi dan biokimia pada tes diag-
Etiologi dan patologi fungsional SKI nostik.1,5,8
belum diketahui secara pasti.5 Gejala SKI
yaitu nyeri dan rasa tidak nyaman di perut
EPIDEMIOLOGI
yang membaik dengan defekasi, frekuensi
defekasi yang abnormal, dan perubahan Angka kejadian SKI berkisar 9-23%
bentuk feses.2 Tidak terdapat prosedur diag- diseluruh dunia.8 Sekitar 15% penduduk

137
138 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 137-143

Amerika mengalami SKI. Penyakit ini kolon.4 Makanan tinggi kalori dapat
sering didiagnosis pada dewasa muda mulai meningkatkan motilitas lambung. Makanan
umur 20 sampai 50 tahun. Ras kulit putih berlemak dapat menyebabkan aktivitas
lebih sering mengalami SKI dibandingkan motorik terlambat, dan dapat memperburuk
kulit berwarma.5 Jenis kelamin mempunyai keadaan SKI.3-5 Pada hari-hari pertama
peranan penting pada SKI dimana ratio menstruasi dapat terjadi peningkatan
antara perempuan dan laki-laki 2-3:1.9 sementara dari prostaglandin E2, yang
Choudhary dan Truelove melaporkan di menyebabkan peningkatan nyeri dan
negara Barat rasio SKI perempuan dan diare.1,11
laki-laki 2:1 dan di Amerika 3:2.5 Di
pedesaan, angka kejadian lebih sedikit Hipersensitivitas viseral
dibandingkan diperkotaan.10 Hipersensitivitas viseral sering dihu-
Biaya kesehatan untuk SKI di Amerika bungkan dengan SKI. Pasien SKI meng-
Serikat diperkirakan 8 juta dolar sebagai alami nyeri dan rasa kembung pada tekanan
biaya medis dan 25 juta dolar sebagai biaya dan volum usus yang lebih rendah diban-
tidak langsung setiap tahun.2,4,5 dingkan kontrol. Hal ini disebabkan sen-
sitivitas reseptor di usus terganggu melalui
ETIOPATOGENESIS nosiseptor sebagai respon terhadap iskemi,
distensi, infeksi, makanan, atau faktor ke-
Penyebab SKI tidak diketahui, tidak jiwaan.4 Persepsi rektal terganggu ditemu-
terdapat kelainan anatomi yang ditemu- kan pada 62% penderita SKI. Gejala nyeri
kan,11 serta tidak ada patofisiologi yang perut dan kembung dikaitkan dengan per-
pasti.12 Faktor emosional, diet, atau hormon sepsi rektal terganggu. Gejala sering dihu-
dapat mencetuskan atau memperburuk ge- bungkan dengan jenis kelamin perempuan
jala.11 dan kecemasan.13 Pasien sering mempunyai
Sejumlah penelitian dan publikasi il- ambang nyeri viseral rendah. Banyak pa-
miah tentang etiologi dan patofisiologi SKI sien melaporkan rasa ingin defekasi segera
telah berkembang dalam beberapa dekade walaupun volum feses sedikit.2,4 Dengan
terakhir.7 Sampai saat ini tidak ada teori makan makanan berlemak, beberapa pasien
yang menyebutkan bahwa SKI disebabkan mengeluhkan lebih nyeri karena nilai am-
oleh satu faktor saja.9 Banyak faktor yang bang nyeri menurun. Gejala setelah makan
menyebabkan terjadinya SKI, antara lain sebagai akibat peningkatan komponen
gangguan motilitas, hipersensitivitas vise-
sensorik dari gastrokolon yang tergantung
ral, dan pasca infeksi usus.9 Sebaiknya SKI
nutrien.1 Stimulus nyeri dari usus dihantar-
dipahami sebagai suatu integrasi beberapa
kan oleh aferen spinal primer dalam gang-
faktor terkait sebagai berikut:12
lion akar dorsal ke kornu dorsal medula
spinalis. Sinaps di kornu dorsal merupakan
Motilitas abnormal
pintu masuk ke susunan saraf pusat.
Motilitas abnormal terdapat SKI pre- Sinyal aferen yang berbahaya ke otak
dominan diare dan SKI predominan kons- melalui dua jalur klasik, yaitu traktus
tipasi yang menunjukkan bahwa pada SKI spinotalamik dan traktus spinoretikular.
terjadi suatu perubahan motilitas.9 Pada Traktus spinotalamik atau sistem nyeri
SKI tipe diare terjadi peningkatan kontraksi lateral bermanfaat membantu fungsi
usus dan memendeknya waktu transit kolon diskriminatif. Jalur spinotalamik membawa
dan usus halus. Berbeda halnya pada SKI impuls aferen dari kornu dorsal medula
predominan konstipasi dimana terjadi pe- spinalis ke talamus, kemudian ke korteks
nurunan kontraksi usus dan memanjangnya sensorik. Bagian korteks sensorik yang
waktu transit kolon dan usus halus.2,5,9 mengurusi sensasi somatik adalah girus
Stres fisik atau psikologis dan makan- presentral sedangkan sensasi viseral
an tertentu dapat menganggu motilitas ditransmisikan ke insula, bagian lobus
Jim, Patogenesis dan Diagnosis Sindrom Kolon Iritabel 139

temporal. Korteks insular contohnya untuk Pada distensi esofagus dan pengamat-
mengode indera perasa dan indera an Positron Emission Tomography (PET),
penciuman pada binatang.14 Traktus spino- Azis et al mendeteksi peningkatan aliran
retikular membawa pesan aferen yang darah ke ACC, korteks prefrontal, talamus,
berbahaya ke sistem nyeri medial, yang dan lebih besar korteks insular. Pening-
mengode nyeri. Pada orang normal, nyeri katan aliran darah ke ACC dan korteks
distensi gaster berkaitan dengan aktivasi prefrontal pada saat rangsangan nyeri di-
batang otak. Dari formasi retikular batang bandingkan tidak nyeri; hal ini mengindi-
otak, stimuli asenden mencapai bagian kasikan kedua daerah ini menerima fungsi
medial talamus, selanjutnya mengaktivasi nosiseptif viseral (nyeri dan tidak nya-
sistem limbik, terutama anterior cingulate man).14
cortex (korteks singulat anterior, ACC), Studi functional magnetic resonance
yang mempunyai hubungan langsung imaging (fMRI) oleh Mertz menunjukkan
dengan nukleus talamik intralaminar.14 peningkatan aliran darah ke korteks insular,
Pada binatang, stimuli nyeri mengaktivasi talamus, korteks prefrontal, dan ACC
talamus dan ACC. Telah diketahui bahwa selama distensi rektal nyeri dan tidak nyeri.
ACC merupakan pusat penting pada nyeri Terdapat peningkatan relatif aliran darah di
somatik atau viseral, dan juga berkaitan ACC, korteks prefrontal, dan talamus
dengan perhatian dan deteksi hal baru. ketika rangsangan nyeri dibandingkan
Intensitas subjektif nyeri rektal dan nyeri stimulus intensitas rendah. Aliran darah di
somatik berkorelasi dengan aliran darah ACC berkorelasi erat dengan intensitas
ACC. Dari sistem nyeri medial dan lateral, nyeri subjektif; hal ini mendukung peranan-
informasi akhirnya mencapai korteks nya dalam proses nyeri.14 Mertz et al
prefrontal, dimana terdapat fungsi lebih melakukan distensi rektal pada pasien SKI
tinggi seperti terjadinya interpretasi.14 dan kontrol. fMRI digunakan untuk meng-
ukur perubahan aliran darah serebral.
Kontrol mempunyai tingkat aktivasi otak
yang sama selama distensi 30 mmHg (tidak
nyeri) dan 55 mmHg (nyeri). Pasien SKI
mempunyai aktivasi talamus dan ACC
yang lebih besar secara bermakna selama
stimulus 55 mmHg dibandingkan distensi
30 mmHg. Para pasien SKI mempunyai
volumee aktivitas ACC lebih besar di-
bandingkan kontrol dengan stimuli nyeri.
Selain itu pasien SKI kehilangan korelasi
normal dari aktivasi ACC dan intensitas
nyeri subjektif.14

Infeksi usus
Setelah infeksi usus akut, sebagian
besar pasien menunjukkan akselerasi transit
gastrointestinal dan peningkatan sensitive-
tas usus. Hal ini akan kembali menjadi
normal secara bertahap, tetapi masa pulih
bervariasi.15 Permeabilitas usus meningkat
pada kebanyakan pasien pasca gastro-
enteritis, biasanya berlangsung 6-12 ming-
Gambar 1. Aksis otak-usus. Sumber: Mertz, gu, malah pada beberapa pasien sampai 4
2002.14 tahun. Peningkatan permeabilitas dipenga-
140 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 137-143

ruhi oleh aktivasi sel mast. Stres mulasi serat saraf aferen vagal ekstrinsik
menyebabkan degranulasi sel mast dan dan serat saraf aferen enterik intrinsik, yang
peningkatan permeabilitas usus. Granula menyebabkan respon fisiologik seperti re-
sel mast mengandung mediator-mediator fleks peristaltik dan sekresi usus. Pasien
termasuk histamin, prostaglandin, dan SKI mempunyai serotonin dalam plasma
serotonin, yang menyebabkan sensitisasi dan kolon yang lebih tinggi.4
dan peningkatan fungsi sekreto-motorik.15
Inflamasi mukosa mengaktivasi sensitisasi
GEJALA KLINIS
dan hipermotilitas perifer sehingga menye-
babkan terjadinya gejala SKI.4 Sepertiga Penyakit SKI merupakan penyakit kro-
kasus SKI terjadi setelah infeksi, dimana nik. Gejala biasanya mulai pada umur be-
keluhan SKI muncul satu bulan pasca lasan tahun atau dua puluhan.16 Onset pada
infeksi.1,9 Pada perempuan dan pasien dewasa lanjut tidak lazim tetapi juga tidak
dengan stresor kehidupan yang tinggi saat jarang.11 Gejala harus minimal 3 bulan
onset gastroenteritis berisiko tinggi menjadi sebelum diagnosis dipikirkan. Diagnosis
SKI pasca-infeksi.16 Degradasi karbohidrat ditegakkan berdasarkan gejala dan peme-
oleh bakteri di usus halus dapat riksaan penunjang untuk menyingkirkan
menyebabkan peningkatan gas setelah penyakit organik.16
makan, kembung dan distensi, yang dapat Nyeri abdomen merupakan gejala
membaik setelah pemberian antibiotik, utama SKI. Sifat nyeri bervariasi dalam
tetapi studi lain meragukan penemuan- intensitas dan lokasi.1 Nyeri abdomen dapat
penemuan ini.16,17 Kuman penyakit SKI berupa kram, kolik, atau nyeri tumpul baik
pasca infeksi antara lain campylobacter, terus-menerus maupun intermiten pada
salmonella, dan shigella.1 perut bagian bawah. Onset nyeri khas
berkaitan dengan perubahan frekuensi atau
Kelainan psikososial bentuk defekasi dan biasanya membaik
dengan defekasi. Nyeri biasanya tidak ter-
Kelainan psikososial dapat memicu jadi pada malam hari atau sampai meng-
gejala SKI.18 Kelainan psikiatrik ditemukan ganggu tidur.1,3 Gejala dapat dirangsang
mencapai 80% pasien SKI, tanpa adanya oleh stres dan makanan.1,11 Pasien perem-
diagnosis psikiatrik yang predominan.1 puan sering mengeluhkan gejala yang
Beberapa pasien memperlihatkan ansietas, memburuk selama premenstruasi dan
depresi atau somatosisasi, tetapi stres dan menstruasi. Kembung, nausea, dispepsia,
konflik emosional tidak selalu berkaitan
dan pirosis juga dapat dikeluhkan.1,10
dengan onset gejala dan rekurensi.5,11,10 Pasien SKI dapat diklasifikasikan
Kelainan psikologik dapat mempengaruhi menjadi tiga kategori: pasien yang mem-
cara pasien menerima atau bereaksi ter- punyai masalah predominan konstipasi,
hadap penyakit dan sensasi viseral. Stres diare, atau campuran konstipasi dan diare.
kronik dapat mengubah motilitas usus atau Pasien SKI dengan konstipasi melaporkan
memodulasi jalur yang mempengaruhi defekasi yang jarang (kurang dari 3
proses spinal dan sentral dari sensasi aferen kali/minggu), feses keras sehingga harus
viseral.16 dipaksakan. Pasien SKI dengan diare di-
tandai diare yang timbul tiba-tiba sebelum,
Ketidakseimbangan neurotransmitter selama atau setelah makan, terutama bila
Ketidakseimbangan neurotransmitter, makan terburu-buru; feses cair, defekasi
antara lain serotonin. Bahan ini terdapat sering (lebih dari tiga kali/hari), nyeri,
dalam sistem saraf pusat sebesar 5%, se- kembung, urgensi, atau inkontinensia fekal.
dangkan sisanya 95% terdapat pada saluran Feses juga dapat disertai mukus.1,3,8 Diare
cerna dalam sel enterokromafin, neuron, sel tanpa nyeri tidak khas dan mengarahkan
mast, dan sel otot polos. Ketika dilepaskan dokter untuk memikirkan kemungkinan
oleh sel enterokromafin, serotonin mensti- diagnostik lain (misalnya malabsorpsi dan
Jim, Patogenesis dan Diagnosis Sindrom Kolon Iritabel 141

diare osmotik).11 atau hematologi atau kimia darah


Sifat dan lokasi nyeri, faktor pencetus, abnormal. Pada pasien dengan diare, tes
dan pola defekasi berbeda pada setiap pa- serologi untuk penyakit Celiac dapat dila-
sien. Juga terdapat gejala ekstra-intestinal kukan. Pada semua pasien diatas 50 tahun
pada SKI, misalnya fibromialgia, sakit ke- atau lebih, enema barium atau kolonoskopi
pala, dispareunia, atau sindrom sendi tem- sebaiknya dipertimbangkan untuk me-
poromandibular.11 nyingkirkan keganasan.11,16 Pada pasien
Pemeriksaan fisik harus dilakukan un- dengan diare kronik, khususnya perempuan
tuk mencari bukti adanya penyakit organik. tua, biopsi mukosa dapat dilakukan untuk
Pada pasien SKI pemeriksaan fisik biasa- menyingkirkan kolitis.11
nya normal. Nyeri abdomen, terutama ab-
domen bagian bawah, sering dikeluhkan
DIAGNOSIS
tetapi tidak berat.16 Onset yang baru pada
pasien diatas 40 tahun memerlukan peme- SKI merupakan penyakit tanpa kelain-
riksaan lebih lanjut.3 an patognomonik sehingga diagnosisnya
berdasarkan gejala klinis dan eliminasi
penyakit organik lain.1 Gejala yang dapat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM muncul pada pasien SKI cukup bervariasi.
DAN PEMERIKSAAN KHUSUS Pemeriksaan fisik dan laboratorium yang
Pasien dengan gejala yang memenuhi spesifik pada pasien SKI tidak ada, oleh
kriteria diagnostik SKI dan tanpa alarm karena itu penegakan diagnosis SKI kadang
symptoms, tidak memerlukan pemeriksaan kala tidak mudah.9 Sebelum memikirkan
diagnostik lanjutan, karena kemungkinan apakah pasien yang dihadapi adalah pasien
penyakit organik serius tidak ada.16 Tes SKI, perlu disingkirkan kemungkinan lain
penunjang sebaiknya lebih intensif bila didasarkan pada adanya alarm symptoms.19
terdapat alarm symptoms: onset umur lebih Kriteria yang digunakan saat ini ialah
dari 40 tahun, berat badan menurun, per- kriteria Roma III (Tabel 1) yang diluncur-
darahan saluran gastrointestinal, demam, kan pada 23 Mei 2006, menggantikan
muntah, gejala timbul pada malam hari, kriteria Roma I dan II.20,21
riwayat keluarga menderita kanker, dan
pada pemeriksaan fisik ditemukan anemia Tabel 1. Kriteria Roma III untuk SKI.dikutip dari 20
atau demam.9,19
Kecemasan pasien dapat mendorong At least 3 months, with onset at least 6
dokter untuk mempertimbangkan berbagai months previously of recurrent
pemeriksaan diagnostik tetapi pemeriksaan abdominal pain or discomfort
berlebihan harus dihindari. Pemeriksaan associated with two or more of the
laboratorium skrining meliputi pemeriksaan following:
darah (hitung darah lengkap, laju endap Improvement with defecation;
darah) dan analisis feses (telur cacing, and/or
parasit, dan darah).12 Pemeriksaan hormon Onset associated with a change in
tiroid sebaiknya dilakukan pada pasien frequency of stool; and/or
dengan diare kronis yang menonjol.19 Onset associated with a change in
Proktosigmoidoskopi dengan instru- form (appearance) of stool.
men fiberoptik fleksibel sebaiknya dilaku- Discomfort means an uncomfortable
kan. Masuknya sigmoidoskop dan insuflasi sensation not described as pain.
udara sering merangsang nyeri dan spasme
usus. Pola vaskular dan mukosa pada SKI
biasanya normal.11 Selain kriteria Rome III, secara praktis
Kolonoskopi atau enema barium pada sering juga digunakan kritera Manning
pasien dengan gejala SKI tidak direkomen- yang lebih sederhana dan menitikberatkan
dasikan pada pasien tanpa alarm symptoms pada keadaan saat onset nyeri antara lain
142 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, November 2012, hlm. 137-143

adanya buang air besar cair dan pening- PROGNOSIS


katan frekuensi defekasi saat timbulnya Penyakit SKI tidak akan meningkatkan
nyeri (Tabel 2).3,5,9 mortalitas. Pada 50% kasus gejala-gejala
Sering pasien SKI dianjurkan melaku- biasanya akan membaik dan hilang setelah
kan pemeriksaan penunjang berlebihan.11
12 bulan; kurang dari 5% yang akan
Pemeriksaan laboratorium tambahan tidak memburuk; dan sisanya dengan gejala yang
membuat diagnosis lain pada pasien yang menetap.9
memenuhi kriteria Roma.4,11 Suatu pene-
litian validasi kriteria Roma menunjukkan
bahwa 100% pasien yang didiagnosis SKI SIMPULAN
berdasarkan kriteria Roma memang meng- Sindrom kolon iritabel (SKI) adalah
alami SKI. Pada pemantauan 2 tahun, tidak penyakit gastrointestinal fungsional kronik
ada pasien SKI yang mengalami perubahan yang ditandai oleh nyeri perut atau rasa
diagnosis.8 tidak enak di perut dan gangguan kebiasaan
defekasi. Banyak faktor yang menyebabkan
DIAGNOSIS BANDING terjadinya SKI antara lain gangguan
motilitas, hipersensitivitas viseral, pasca
Sejumlah penyakit dapat mempunyai infeksi usus, faktor psikososial dan
gejala yang sama; sebagai contoh, neo- ketidakseimbangan neurotransmiter. Krite-
plasia kolon, inflammatory bowel disease ria diagnostik yang digunakan saat ini ialah
(kolitis ulserativa, penyakit Crohn, kolitis kriteria Roma III. Penyakit ini tidak
mikroskopik), hipertiroid atau hipotiroid, meningkatkan mortalitas dan 50% akan
investasi parasit, malabsorpsi, penyebab membaik dan hilang setelah 12 bulan.
diare sekretori kronik, obstruksi mekanik
kolon, dan endometriosis.4,12,16 Penyakit
psikiatrik seperti depresi, gangguan panik, DAFTAR PUSTAKA
dan ansietas juga harus dipertimbangkan. 1. Owyang C. Irritable bowel syndrome. In:
Pasien perempuan dengan gejala refrakter Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS,
mempunyai insidens yang tinggi akibat Hauser AL, Longo DL, Jameson JL, et
perlakuan kasar fisik dan seksual.12,16 Pada al, editors. Harrisons Principles of
pasien tanpa alarm symptoms, adanya Internal Medicine (Sixteenth Edition).
penyakit organik sangat tidak mungkin.4 New York: McGraw-Hill, 2005; p.1789-
93.
2. Grundfast MB, Komar MJ. Irritable bowel
Tabel 2. Kriteria Manning.9 syndrome. JAOA. 2001;101:S1-5.
3. Turnbull GK, Vaner SJ, Burnstein M. The
Gejala yang sering didapat pada penderita colon. In: First Principles of Gastro-
SKI yaitu: enterology (Third Edition). Ontario:
Canadian Association of Gastroentero-
Feses cair pada saat nyeri
logy, 1997; p.360-4.
Frekuensi buang air besar bertambah
4. Horwitz BJ, Fisher RS. The irritable bowel
pada saat nyeri
syndrome. N Engl J Med. 2001;344:
Nyeri berkurang setelah buang air 1846-9.
besar 5. Singh RK, Pandey HP, Singh RH. Irritable
Tampak abdomen distensi bowel syndrome: Challenges ahead.
Current Science. 2003;84: 1525-31.
Dua gejala tambahan yang sering muncul 6. Bracco A, Reilly MC, McBurney CR.
pada pasien SKI: Burden of irritable bowel syndrome with
Lendir saat buang air besar constipation on health care resource
Perasaan tidak lampias saat buang air utilization, work productivity and
besar activity impairment and quality of life.
World Congress of Gastroenterology
Jim, Patogenesis dan Diagnosis Sindrom Kolon Iritabel 143

2005. Montreal: Pulsus Group, 2005; Internal Medicine The Sahlgrenska


R.0652. Academy at Gteborg University, 2007;
7. Spercer AD. The pathophysiology of p.2-62.
irritable bowel syndrome. IMAJ. 2003; 14. Mertz H. Altered CNS processing of
5:18-3. visceral pain in IBS. In: Camilleri M,
8. Chang L. Irritable bowel syndrome Spiller R, editors. Irritable Bowel
[homepage on the Internet]. 2007 Syndrome Diagnosis and Treatment.
[updated 2007; cited 2007 Jul 25. London: WB Saunders, 2002; p.55-67.
Available from: http://www.cns.med. 15. Spiller RC. Post-infectious IBS. In:
ucla.edu/PDFs/ IBS ReviewArticle.pdf Camilleri M, Spiller R, editors. Irritable
9. Syam AF, Manan C. Sindrom kolon Bowel Syndrome Diagnosis and
iritabel. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Treatment. London: WB Saunders,
Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, 2002; p.85-94.
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 16. McQuaid KR. Irritable bowel syndrome.
(Edisi Keempat). Jakarta: Departemen In: McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006; LM, editors. Current Medical Diagnosis
p.383-5. & Treatment 2007. New York:
10. Mudjaddid E. Peran psikopatologi pada McGraw-Hill, 2007; p.628-32.
sindrom kolon iritabel: Seberapa 17. Marshall JK, Thabane M, Garg AX.
penting? In: Simadibrata M, Syam AF, Post-infectious irritable bowel syndrome
editor. Update in Gastroenterology after the Walkerton outbreak of
2005. Jakarta: Departemen Ilmu waterborne gastroenteritis. World
Penyakit Dalam FKUI, 2005; p.54-64. Congress of Gastroenterology 2005.
11. Walfishh A. Irritable bowel syndrome. In: Montreal: Pulsus Group, 2005; R.0641.
Porter RS, Beers MH, Jones TV, Kaplan 18. Amiriani T, Pourshams A, Semnani S.
JL, Berkwits M, editors. The Merck Relation of irritable bowel syndrome
Manual of Medical Information (Second and psychological disorders in freshmen
Edition). New York: Pocket Books of Tehran University. World Congress
Merck Research Laboratories, 2000; p. of Gastroenterology 2005. Montreal:
688-9 Pulsus Group, 2005; R.0642.
12. Ringel Y, Drossman DA. Irritable bowel 19. Rani A, Syam AF. Diagnosis sindrom
syndrome. In: Runge MS, Greganti MA, kolon iritabel: Masalah Praktis dengan
editors. Netters Internal Medicine. New kriteria diagnosis. In: Simadibrata M,
Jersey: Iron Learning System, 2005; p. Syam AF, editors. Update in
327-34. Gastroenterology 2005. Jakarta:
13. Posserud I. Peripheral and central factors Departemen Ilmu Penyakit Dalam
in the pathophysiology of irritable bowel FKUI, 2005; p.49-53.
syndrome. Goteborg: Department of

Anda mungkin juga menyukai