Anda di halaman 1dari 27

SURVAIELANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC

DI KALIMANTAN TENGAH

TAHUN 2011 DAN 2012

Di Susun Oleh:

Nama : Rovita Srikarmila

NIM : 2012121030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya kepadda kami, shingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dengan judul SURVAIELANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
TBC. Selawat beserta salam kami junjungkan kepangkuan Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi, maupun dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas makalah
ini. Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................I
KATA PENGANTAR.................................................................II
DAFTAR ISI.................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN............................................................1
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah dan Tujuan................................5
BAB II TEORI...............................................................................6
A. Pengertian.....................................................................6
B. Penyebab Penyakit TBC..............................................8
C. Cara Penularan TBC....................................................10
D. Faktor ............................................................................11
E. Gejala TBC.....................................................................12
F. Diagnosis TBC................................................................13
G. Riwayat TBC .................................................................15
H. Pencegahan TBC............................................................16
I. Pemberantasan TBC ........................................................17
J. Pengobatan........................................................................17
K. Kasus TBC......................................................................18
BAB III PEMBAHASAN............................................................19
A. Gambaran Umum Prov. Kalimantan Tengah.............19
B. Perbandingan Penyakit Tahun 2011-2012 ......................24
BAB IV PENUTUP.........................................................................26
A. Kesimpulan......................................................................26
B. Saran.................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan
adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-
paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan
ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang
diketahui menyerang manusia, Jika diterapi dengan benar tuberkulosis
yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka
terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan
mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari
setengah kasus.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis
sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa
terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari
seluruh kasus di dunia.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk


jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih
dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima
kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis
masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di
Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang
besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya
6 bulan pengobatan dan selanjutnya di evaluasi oleh dokter apakah perlu
dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali
membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak
teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil
dan kuman menjadi kebal disebut MDR (multi drugs resistance), kasus ini
memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga
diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan
tuberkulosis di Indonesia.
Meningkatnya penularan infeksi TB banyak dihubungkan dengan
memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Di
samping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB.
(DepkesRI,2006).
Berdasarkan kenyataan tersebut, melalui analisa model
tuberkulosis akan dipelajari dinamik dari penyakit ini, terutama model
tuberkulosis dengan tingkat perkembangan cepat dan lambat. Analisis
dinamik bertujuan mendapatkan nilai ambang batas untuk mengetahui ada
tidaknya epidemik. Model tuberkulosis dengan tingkat perkembangan
cepat adalah keadaan individu yang sehat tetapi rentan tertular penyakit
berubah menjadi individu terinfeksi. Sedangkan model tuberkulosis
tingkat perkembangan lambat adalah keadaan individu yang sehat tetapi
rentan tertular penyakit sebelum berubah menjadi individu terinfeksi
menjadi individu menderita TB tetapi tidak aktif (Mccluskey, 2006).

Pemberantasan penyakit tuberculosis paru di Kalimantan tengah


dilaksanakan mengacu pada komitmen nasional yaitu menggunakan
pendekatan Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau
pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh pengawas
menelan obat (PMO). Tugas PMO di antaranya mengawasi pasien TB
agar menelan obat teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan
agar pasien bersedia berobat teratur, mengingatkan pasien untuk
pemeriksaan ulang dahak, dan memberi penyuluhan pada anggota keluarga
pasien. PMO biasanya seseorang yang tinggal dekat penderita, membantu
secara sukarela dan bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama
penderita. Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan
penderita sebesar >70% dari perkiraan penderita TB BTA positif kasus
baru dengan tingkat kesembuhan sebesar >85 %. Target tersebut
diharapkan dapat tercapai pada tahun 2011.
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab
pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan
hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

B. RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN


Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Apa penyakit TB Paru itu ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit TB Paru ?
3. Bagaimana cara Penularan TB Paru ?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TB Paru ?
5. Bagaimana cara penanggulangan / pencegahan TB Paru ?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB Paru ?
7. Bagaimana perkembangan penyakit TB Paru di Kalimantan tengah
tahun 2011dan 2012 ?
Tujuannya adalah :

1. Untuk mengetahui penyakit TB Paru


2. Untuk mengetahui Etiologi penyakit TB Paru
3. Untuk mengetahui cara Penularan TB Paru
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TB Paru
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan / pencegahan TB Paru
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada pendderita TB Paru
7. Untuk mengetahui perkembangan penyakit TB Paru di Kalimantan
tengah tahun 2011 dan 2012 ?
BAB II

TEORI

A. Pengertian
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat
secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula
di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang
Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil
survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,


perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi
TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2
0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab Penyakit TBC


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang
dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
1) Kuman TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman
ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant,
tertidur lama selama beberapa tahun.
2) Terjadinya TBC
a) Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil
ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-
6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya
perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut
dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
b) Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya
tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk.
Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru
yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka
dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk
globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri
TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding
itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC
akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.

D. Faktor Orang Terkena TBC


1) Daya Tahan Tubuh yang kurang
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan
pertahanan tubuh untuk mengatasi organisme yang menyerang.
Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun
kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem
kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan
menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia
pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran
melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan tersebut akan
meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi
aktif pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien
dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di
bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka
memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang
hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang
berada dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan
dihirupnya.
2) Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk
mengurangi daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat
penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun
pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih
memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak
dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah
penyebaran penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri.
3) Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas
system daya tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti
tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi
HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan meningkat,
dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat
pula.

E. Gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. GEJALA SISTEMIK/UTAMA
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam.
b. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
d. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
e. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. GEJALA KHUSUS
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke
paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas
melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura
(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
b. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
c. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang - kejang.

F. Diagnosis TBC
1. Diagnosis Pada Orang Dewasa
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB
paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya
BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga
SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang
positif perlu di adakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen
dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen
mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB
BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka
pemeriksaan lain, misalnya biakan. Apabila fasilitas memungkinkan,
maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila tiga
spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu.
Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan
TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif,
didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS
tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk
mendukung diagnosis TB. Bila hasil rontgen mendukung TB,
diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif. Bila
hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan
TB.UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat
dirujuk untuk di foto rontgen dada.
2. Diagnosis Melalui Test Kulit
Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau
tiga hari, pada lengan anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya
positif, ini berarti anda mungkin sudah terinfeksi TBC. Kadang
kala bila seseorang sudah terinfeksi kuman HIV dan TBC, bisa
saja terjadi reaksi negatif dalam tes kulit TBC. Hal ini
disebabkan sistim kekebalan tubuh anda tidak berfungsi benar.
Petugas Kesehatan akan menyampaikan pada seseorang tersebut
tentang risiko terinfeksi TBC atau penyakit TBC.dan mungkin
perlu tes medis atau perawatan.
3. TBC Pada Anak
Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak
kecil yang belum di imunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus
Calmette Guerin), karena kurangnya gizi dan karena lingkungan
yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami
cara bagaimana anak-anak terinfeksi tuberkulosis atau bagaimana
penyakit tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya
tuberkulosis pada anak yang kurus atau bila ditemukan :
a. Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu
(adanya grafik kenaikan berat badan akan sangat berguna).
b. Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2
sampai 3 bulan.
c. Salah satu dari (a) atau (b) yang dijelaskan di atas disertai
dengan menggigil atau batuk yang sesekali dapat menyerupai
batuk rejan.
d. Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa
penyebab yang jelas.
e. Salah satu diantara (a), (b), (c) serta tanda adanya
cairan pekak, pada salah satu sisi dada.
f. Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan
yang tetap bertahan setelah pemberian obat cacing.
g. Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak
sembuh setelah diberi obat cacing atau obat untuk giardiasis
(dengan metronidazole).
h. Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.
i. Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat
berjalan.
j. Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau
bahkan iga atau tulang atau sendi yang manapun yang tidak
disebabkan cedera.
k. Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut,
tidak nyeri, terkadang dengan beberapa kelenjar getah
bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur
G. Riwayat TBC
10 Fakta Penting Mengenai Tbc
1. Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC
yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
2. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita
dibandingkan penyakit menular lainnya.
3. Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat TBC
setiap tahun.
4. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa dihindari.
5. Setiap detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular
TBC.Setiap 4 detik, ada yang sakit akibat tertular TBC.
6. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di seluruh dunia terjangkit
oleh penyakit TBC.
7. Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia ini sudah tertular oleh
kuman TBC (walaupun) belum terjangkit oleh penyakitnya.
8. Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit
kepada sekitar 10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya
flu.
9. Kuman TBC menyebar di udara pada saat seseorang yang
menderita TBC batuk dan bersin, meludah atau berbicara.
10. Kuman TBC biasanya menyerang paru-paru.

H. PENCEGAHAN TBC
1. Tujuan Pencegahan
a. Menyembuhkan penderita
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
d. Menurunkan tingkat penularan
2. P e n c e g a h a n T B C
a. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk
lebih dari 3 minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran
bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai
orang lain.
c. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya
bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah
sakit.
d. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah
digunakan oleh penderita.
e. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi
dengan vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan
perlindungan yang amat bagus.

I. PEMBERANTASAN
1. Tujuan Pemberantasan
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk
memutusmata rantai virulenci penularan penyakit TBC supaya
tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih besar.
2. Pemberantasan Penyakit TBC
a. Pengobatan pada penderita hingga sembuh
b. Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan
faktor kesehatan lingkungan dengan menambah ventilator
sebagai pengganti udara, genteng kaca supaya sinar
matahari dapat masuk, dan faktor higiene lingkungan yang lain
yang lebih baik.
c. Sterilisasi Rumah pasca Penderita.
J. PENGOBATAN
1. Jenis Obat
a. Isoniasid
b. Rifampicin
c. Pirasinamid
d. Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis
tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat
yang digunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembang
menjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a. Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat)
setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga
kali seminggu selama 4 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi
obatTB bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat
berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh
rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak
ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal
dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan
(ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus
segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih
lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.

K. Kasus TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan
memeriksa dahak seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan
dahak di lakukan secara SPS (Sewaktu saat kontak pertama, Pagi
hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2) dibawah pemeriksaan
mikroskopis. Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat dijaga kualitas
dengan melakukan cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil
pemeriksaan sedian dahak BTA.
Metode Penemuan Kasus TBC paru dengan cara passive
promotive case finding artinya penjaringan tersangka penderita yang
datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan meningkatkan
penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita
tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +,maka semua orang
yang kontak serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada
gejala-gejala suspek (Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa
dahaknya.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa
jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat selama 6 8
bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu:

1. Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan


2. Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3. Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Tengah sudah menggunakan
OAT FDC. Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1
tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg
Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol, (Dikutip dari : Buku Saku
Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Tengah


1. Keadaan Geografis
Propinsi Kalimantan Tengah merupakan propinsi terluas kedua di
Indonesia setelah Papua. Luas wilayah Kalimantan Tengah adalah
153.564 kilometer persegi. Letak Provinsi Kalimantan Tengah berada
pada posisi 111115 Bujur Timur dan 045 Lintang Utara 330 Lintang
Selatan. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan
Barat
Sebelah timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan kalimantan
SelatanSebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Tengah terletak antara 045 Lintang Utara,
330 Lintang Selatan dan 111 Bujur Timur. Terletak diantara tiga
Provinsi tetangga yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan
Timur dan Provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah Kalimantan Tengah
sebesar 8,04 persen dari total luas daratan Indonesia. Dengan sebelas
sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak sungai,
keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah.
Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 km dengan rata-rata
kedalaman 8 m merupakan sungai terpanjang dan dapat dilayari hingga
700 km. Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah ratarata mendapat penyinaran matahari sekitar 56,18% per
tahun. Udaranya relatif panas yaitu siang hari mencapai 33C dan malam
hari 23C, sedangkan rata-rata banyaknya curah hujan per tahunnya
relatif tinggi yaitu mencapai 331,68 mm.
Peta Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2012


2. Wilayah Administrasi
Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan tahun 2012 membawahi 13
kabupaten dan satu Kota, terdiri atas 136 kecamatan dan 1.421 desa dan
138 Kelurahan termasuk unit pemukiman transmigrasi (UPT). Dilihat
berdasarkan komposisi pegawai menurut jenis kelamin, jumlah pegawai
laki-laki sekitar 52 persen lebih besar dibanding dengan pegawai
perempuan. Timpangnya jumlah pegawai antara laki-laki ditengarai
adanya dominasi pegawai lakilaki dalam penerimaan pegawai.
Selanjutnya data yang ada juga menunjukkan adanya peningkatan kualitas
PNS dari sisi pendidikan, yaitu semakin berkurangnya jumlah pegawai
yang berpendidikan SMA ke bawah, sementara jumlah pegawai yang
berpendidikan tinggi semakin meningkat. Pada tahun 2010 sekitar 35
persen PNS di Kalimantan Tengah berpendidikan Sarjana Strata 1,
sementara masih ada 1 persen diantara mereka yang berpendidikan SD.
3. Kependudukan.
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak adalah 2.212.089 jiwa, yang
terdiri atas 1.153.743 laki-laki dan 1.058.346 perempuan. Kabupaten
Kotawaringin Timur, Kapuas dan Kotawaringin Barat adalah tiga
Kabupaten dengan urutan teratas yang memiliki Jumlah penduduk
terbanyak yang masing-masing berjumlah 374.175 jiwa, 329.646 jiwa,
dan 235.803 jiwa. Kabupaten Katingan merupakan Kabupaten
pemekaran dengan Jumlah penduduk terbanyak di antara kabupaten
pemekaran lainnya di Kalimantan Tengah yakni sebanyak 146.439 jiwa.
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2000 sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 1.79 persen per tahun.
Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari pertengahan tahun 2010
sampai dengan pertengahan tahun 2012 diperkirakan sebesar 1,605
persen. Dari hasil estimasi penduduk, jumlah penduduk Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2012 berjumlah 2.283.687 jiwa, terdiri atas
1.191.086 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 1.092.601 jiwa
penduduk perempuan. Atau dengan kata lain selama kurun satu tahun
penduduk Kalimantan Tengah bertambah sebanyak 34.541 jiwa. Dengan
luas wilayah Kalimantan Tengah sekitar 153.564 kilo meter persegi yang
didiami oleh 2.283.687jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Kalimantan Tengah adalah sebanyak 15 jiwa per kilo meter persegi. Kota
Palangka Raya sebagai ibukota provinsi memiliki tingkat kepadatan
penduduk paling tinggi, yakni sebanyak 96 jiwa per kilo meter persegi
sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Murung Raya yakni
sebanyak 4 jiwa per kilo meter persegi. Data Sex ratio berguna untuk
pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender,
terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan
perempuan secara adil. Hasil estimasi penduduk tahun 2012
menunjukkan bahwa sex ratio penduduk Kalimantan Tengah adalah
sebesar 109, yang artinya adalah jumlah penduduk laki-laki di provinsi ini
9 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuannya.
Sex ratio terbesar terjadi di Kabupaten Seruyan yakni sebesar 116,
sedangkan yang terkecil terjadi di Barito Selatan dan Kabupaten Kapuas
yakni sebesar 104. Bila di lihat menurut kelompok umur, penduduk usia
25-30 tahun paling banyak jumlahnya di provinsi ini, yaitu sebesar
235.345 jiwa atau lebih dari 10 persen total.
4. Visi Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015
Meneruskan dan Menuntaskan Pembangunan Kalimantan Tengah Agar
Rakyat Lebih Sejahtera dan Bermartabat Demi Kejayaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
5. Misi Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015 (Bidang Kesehatan)
Menjamin Kesehatan Masyarakat Yang Merata dan Mudah Dijangkau.
6. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Tahun 2011-2012
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai salah satu dari
pelaku pembangunan kesehatan mempunyai Visi : Terwujudnya
Kesehatan Dasar Masyarakat yang Merata dan Terjangkau di Kalimantan
Tengah. Melalui Misi :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang bermutu.
b. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengupayakan
kesehatan.
c. Menjamin ketersediaan, pemerataan dan kualitas sumber daya
kesehatan yang berkesinambungan.
d. Meningkatkan kualitas manajemen dan pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, Sistem Kesehatan
Nasional dapat bersinergis secara dinamis dengan berbagai sistem nasional
lainnya, seperti Sistem Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian
Nasional, Sistem Ketahanan Pengan Nasional, Sistem Pertahanan dan
Keamanan Nasional, Sistem Ketanagakerjaan dan Transmigrasi, serta
sistem-sistem nasional lainnya. Keberhasilan pembangunan kesehatan
tidak hanya semata-mata hasil kerja keras sektor kesehatan tetapi sangat
dipengaruhi juga oleh hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor
pembangunan lainnya. Pembangunan kesehatan ini diselenggarakan untuk
mencapai Visi Kalimantan Tengah. 4 Visi tersebut dimaksudkan agar
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah mampu mewujudkan
kesehatan masyarakat dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang
merata, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di
Kalimantan Tengah serta mendorong masyarakat untuk mandiri dan
berperan serta secara aktif dalam mengupayakan/menyelenggarakan
kesehatan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
sebagai perwujudan hak asasi manusia dibidang kesehatan.

B. Perbandingan penyakit TBC tahun 2011-2012


Pemberantasan penyakit tuberculosis paru dilaksanakan mengacu
pada komitmen nasional yaitu menggunakan pendekatan Directly Observe
Treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB paru dengan
pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO). Tugas PMO
diantaranya mengawasi pasien TB agar menelan obat teratur sampai
selesai pengobatan, memberi dorongan agar pasien bersedia berobat
teratur, mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak, dan
memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien. PMO biasanya
seseorang yang tinggal dekat penderita, membantu secara sukarela dan
bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama penderita.
Dengan program ini Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah
berusaha mencapai target penemuan penderita sebesar >70% dari
perkiraan penderita TB BTA positif kasus baru dengan tingkat
kesembuhan sebesar >85 %. Target tersebut diharapkan dapat tercapai
pada tahun 2011, akan tetapi Kalimantan Tengah belum berhasil mencapai
target tersebut. Jumlah kasus TB Paru pada tahun 2012 di Kalimantan
Tengah sebesar 1.522 kasus. Terjadi penurunan jumlah kasus bila
dibandingan dengan kasus tahun 2011 sebesar 2.668 kasus. Dari kasus
tersebut 94,35% merupakan kasus baru dengan prevalensi 62,9 per
100.000 penduduk dan jumlah kematian 16 dan kematian per 100.000
penduduk 0,7. Jumlah perkiraan kasus baru pada tahun 2012 sebesar 4796
kasus dan 29,7% merupakan TB Paru BTA Positif. Angka ini masih
rendah dibandingkan dengan target 70%. Dibandingkan tahun 2011 Angka
penemuan kasus meningkat CDR 28,28%.
Penemuan TB Paru masih rendah disamping masih kurangnya
tenaga yang terlatih juga masih terbatasnya dana operasional penemuan
kasus. Angka Success Rate Tahun 2012 sebesar 91,88 meningkat
dibandingkan tahun 2011 sebesar 87,02%. Meningkatnya angka success
rate tersebut menunjukkan bahwa program pengobatan TB paru di
masyarakat cukup berhasil karena adanya petugas kesehatan dilapangan,
PMO dan kesadaran masyarakat terkait pengobatan TB paru.

Gambar Case Detection Rate (CDR) dan Success Rate (SR)Penderita TB


Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2006-2012

140

120

100

80

60

40

20

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
CDR 83 28 29.7 31.55 28.28 35.17 29.67
SR 41 79.55 83.8 92.3 93.72 87.02 91.88

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2012


Keterangan:
CDR = Case Detection Rate; SR = Success Rate
Sumber: Bidang PMK Dinas Kesehatan Prov. Kalimantan Tengah Tahun 2012
BAB IV

A. KESIMPULAN
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan
adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-
paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan
ditularkan orang ke orang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh, meliputi anamesis
(yang juga mencakup tanda dan gejala serta riwayat penyakit), maka
pasien di diagnosis menderita tuberkulosis jika telah menunjukan gejala-
gejalanya.

B. SARAN
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit Tuberkulosis
adalah meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi. Penyakit TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk
mencapai hal tersebut pendertita di tuntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang di anjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri
ke klinik atau puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC
Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa TB
www.doktergaul.com
Alsagaff, Hood. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press :
Surabaya.
Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah 2011
Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah 2012

Anda mungkin juga menyukai