1 Definisi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (FI Ed. III, 1979, hlm 32)
Kekurangan :
I. 3 Macam-macam Suspensi
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan
oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan
untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi
dan atau goresan pada kornea.
Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
penggumpalan.
b. Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk
pemakaian oral. (contoh : Susu Magnesia)
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan
konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit
(contoh : Lotio Kalamin)
c. Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
1. Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi
bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
2. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel
menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
3. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi
partikel yang halus sangat lambat.
4. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen
pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
5. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena
terbentuk masa yang kompak.
6. f. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi
tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.
2. Suspensi Flokulasi
1. Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok
partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
2. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan
flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-
macam.
3. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
4. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan
sedimentasinya tinggi.
5. Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
1. i. Kombinasi ukuran partikel
2. ii. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
3. iii. Penambahan polimer dapat mempengaruhi hubungan struktur partikel
dalam suspensi.
I. 4 Syarat Suspensi
1. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung
zat antimikroba.
2. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
3. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
b. Menurut FI III, 1979:
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356)
Partikel
+ wetting agent
Dispersi homogen
A. Zat aktif
B. Bahan tambahan :
1. bahan pensuspensi (suspending agent)
2. dapar atau acidifer
3. bahan pembasah (wetting agent)/humektan
4. antioksidan
5. pemanis
6. anticaking
7. pewarna
8. flavour
9. floculating agent
10. pewangi
11. antibusa (antifoaming)
12. pengawet
13. pengawet
B. Bahan Tambahan
I. Golongan Polisakarida
1. Gom Akasia = Gom Arab
(FI III, 279; US Dispensatory,1; Martindale 28th ed., 948; Excipients 02, 1; USP 1985,1528;
Husas, 161-163; Cooper & Gunn, 103-104; Aulton Pharm. Practice,100; Aulton,Pharm.
Design Form, 275)
Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon Acacia
senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang berasal dari alam
dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok untuk digunakan dalam
sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi. Enzim ini dapat
diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 100oC. Sebagai suspending agent yang baik, sering
dikombinasi dengan bahan pengental yang lain seperti campuran serbuk Tragakan BP yang
mengandung akasia 20 %, trgakan 15%, starch 20% dan sukrosa. Karena kekentalannya,
akasia jarang dgunakan dalam sediaan eksternal.
Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH 5 dan
diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35% mempunyai
viskositas yang kurang lebih sama dengan gliserin.
Kelarutan : mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan larutan yang kental
dan tembus cahaya, praktis tidak larut dalam etanol 95%P, kloroform, eter, gliserol, dan
propilen glikol (1 g dalam 20ml) dan minyak-minyak. Larut dalam 1 :20 bagian gliserin.
Keasaman dan kebasaan : larutan jenuh dalam air bereaksi terhadap lakmus, jika
diencerkan dengan air lalu dibiarkan tidak terjadi pemisahan endapan. pH 4,5-5 (larutan 5%
b/v).
Bobot Jenis : 1,35-1,49
Sterilisasi : autoklaf
OTT : alkohol, adrenalin, amidopyrine, apomorpin, bismut subnitrat, boraks, krosol, eugenol,
morfin, fenol, garam ferri, tanin, thymol, vanilin, merkuroklorida, fisostigmin, Na silikat,
logam berat da alkaloid.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tempat kering. Larutan dapat terurai oleh bakteri
atau enzim, akasia serbuk halus diawetkan dalam wadah tertutup.
Keamanan : akasia aman untuk penggunaan umum sebagai zat aditif makanan (FDA).
Meskipun aman digunakan, tetapi ada batasan jumlah yang menyebabkan reaksi alergi pada
manusia. Tidak digunakan untuk penggunaan parenteral karena menyebabkan bahaya
arabinosis.
Penggunaan :
Akasia bentuk kental dalam air digunakan dengan tragakan sebagai suspending agent dalam
tinktur resin. Serbuk akasia digunakan sebagai emulsifying agent untuk emulsi oral (1 bagian
akasia dicampur dengan 4 bagian minyak atau parafin liq dan dengan 2 bagian air
membentuk suatu emulsi primer.
OTT : Akasia inkompatibel dengan aminopirin, kresol, etanol (95%), asam2 feri, morfin,
fenol, fisostigmin, tanin, timol, dan vanilin. Banyak jenis garam dapat menurunkan viskositas
larutan akasia, sementara garam trivalen dapat menyebabkan koagulasi. Dalam sediaan
emulsi, larutan akasia OTT dengan sabun.
2. Tragakan
(FI III, 612; US Dispensatory 27th,1204-1205; Martindale 28th,962; Excipients, 331;Exipients
02,603; RPS, 1247; Husas, 163-164, Cooper & Gunn 12th, 104-105; Aulton Pharm.
Practice, 100; Aulton The Science of.., 275)
Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan batang Asragalus
gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan membentuk gel,
maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan dalam bentuk serbuk
atau mucilago atau campuran serbuk Tragakan BP untuk mensuspensikan serbuk yang sukar
berdifusi. Jumlah yang cocok untuk 100 ml suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4
serbuk campuran atau kira-kira 25 ml musilago. Bila digunakan dengan dikombinasi dengan
akasia, maka pembawanya hanya boleh air atau air kloroform.
Tragakan menghasilkan mucilago yang kurang lengket dibandingkan dengan akasia, karena
itu lebih cocok untuk penggunaan obat luar, seperti : jelly, lotion, pasta, krim.
Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak lambat oleh karena itu lebih baik jika didiamkan
dahulu selama beberapa hari sebelum digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk
mempercepat hidratasi, maka bentuk granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa yang homogen,
lengket dan seperti gelatin. Jika dikocok dengan berlebih, massa ini akan membentuk
campuran yang seragam , tetapi jika didiamkan satu atau dua hari akan terjadi pemisahan
yang akan memberikan bagian yang terlarut pada lapisan supernatan. Tragakan praktis tidak
larut dalam alkohol.
Sifat fisika : 1 g serbuk ditambahkan dalam 50 ml air akan mengembang menjadi bentuk
yang halus, hampir seragam, berbentuk mucilago yang bening, 0,5% larutan menunjukkan
range viskositas 120-600 cps tergantung kepada tipe tragakan.
Stabilitas dan penyimpanan : bentuk serbuk dan bentuk tetesan tragakan, stabil jika
disimpan dalam wadah kedap udara. Gel tragakan dapat disterilkan dengan otoklaf. Dapat
dikontaminasikan dengan spesies enterobacter. Oleh karena itu larutannya harus diberi
pengawet yang sesuai.
OTT : dapat menurunkan kemampuan antimikroba pengawet benzalkonium klorida,
klorbutanol, dan metilparaben, beberapa fenol, dan fenilmerkuri asetat. Pada pH<5 , tragakan
kompatibel dengan pengawet asam benzoat, klorbutanol, metilparaben. Penambahan mineral
kuat dan asam organik dapat menurunkan viskositas dispersi tragakan. Viskositasnya
diturunkan pula dengan adanya alkali atau NaCl jika dispersi dipanaskan. Tragakan
kompatibel dengan garam konsentrasi tinggi dan banyak suspending agent lain saperti akasia,
CMC, starch, dan sukrosa. Dengan adanya 10% FeCl3 akan menyebabkan pengendapan,
perubahan warna menjadi kuning.
Sterilisasi : otoklaf
pH : musilago tragakan memiliki pH 5-6 untuk 1% b/v dispersi.
Penggunaan : tragakan membentuk larutan yang kental atau gel dengan adanya air.
Kekentalan tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Dalam bentuk terdispersi, bubuk
tragakan mula-mula akan terdispersi dalam distributing agent seperti alkohol, minyak dan
gliserol.
Digunakan sebagai suspending agent dalam lotion, mikstura, dan sediaan tidak larut lainnya.
Catatan :
Bi-subnitrat membentuk gel dengan tragakan. Penambahan 0.1% tri-Na-fosfat atau Na-sitrat
ke dalam 1% musilago tragakan dapat mencegah pembentukan gel. Garam Bi lainnya tidak
membentuk gel dengan tragakan.
Dalam 6% musilago tragakan dapat digunakan untuk suspensi dalam jelly Efedrin Sulfat dan
campuran Kaolin-Pektin.
Penambahan mineral dan asam-asam organik yang banyak dapat menyebabkan viskositas
dispersi tragakan berkurang.
II.Turunan Selulosa
1. Metilselulosa
(Martindale 28th, 947; RPS, 1245; Excipients,386; Cooper & Gunn, 107; Aulton Pharm
Practice,
101; Aulton The Sciencdee of.., 276)
Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua gugus hidroksik pada
setiap unit heksosa yang termetilasi. Variasi bahan dipasaran berbeda dalam tingkat
substitusinya dan panjang rantai selulosenya. Bahan yang rantainya panjang paling
kental. Ada 4 tipe metil
selulosa yang umum yaitu : MC 20 BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500 BPC. Nomor-
nomor tersebut menandakan perkiraan kekentalannya dalam senti stokes dari 2 %
musilago. Kelas yang viskositasnya tinggi (2500, 4500) digunakan sebagai pengental dan
pendispersi. Dipasaran dikenal dengan nama metosel.
Ada dua jenis metosel, yaitu :
1 .Metosel MC (metil eter), dan
2. Metosel HG (campuran metil dan hidroksi propil eter selulosa)
Metil selulosa dengan nomor yang rendah larut dalam air, sedangkan metil dengan kelas
viskositas yang tinggi membentuk gel lunak pada suhu kamar.
Kelarutan : Larut di air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut dalam eter,
alkohol, dan kloroform. Larut dalam asam asetat glasial dan dalam campuran alkohol dan
kloroform dengan perbandingan sama, tidak larut dalam air panas, dalam larutan jenuh
garam.
Jenis-jenis metilselulosa :
a. Metil selulosa 20 : mengandung 26 32 % group methoksil dan viskositas larutan 2 %
adalah 17 23 centistokes pada 20o C.
b. Metil selulosa 450 : mengandung 26 32 % group methoksil dan larutan 2 % pada 20o C
mempunyai viskositas 350 450 centistokes.
c. Metil selulosa 2500 : mengandung 27 29 % group methoksil dan larutan 2 % pada 20o C
mempunyai viskositas 2200 centistokes.
d. Metil selulosa 4500 : mengandung 27 29 % group methoksi dan larutan 2 % pada 20o C
mempunyai viskositas 4000 5000 centistokes.
OTT : metilselulosa OTT dengan amin akrine hidroklorida, kolesterol, merkuri klorida,
fenol, resorsinol, asam tanat, dan perak nitrat. Biasanya ketidaktersatuannya ditunjukkan
oleh kekeruhan dan hilangnya viskositas.
Stabilitas : Pada pemanasan mula-mula viskositas musilago menurun. Dan kemudian
pada saat suhu meningkat molekul metil selulosa ini perlahan-lahan terhidratasi sampai
terbentuk dispersi pada suhu sekitar 50oC. Pada pendinginan, gel berubah menjadi padat dan
viskositasnya kembali ke normal. Penurunan viskositas yang diakibatkan pemanasan akan
bertambah besar dengan adanya asam daripada dalam basa. Viskositas dapat berubah juga
tanpa pemanasan. Perubahan ini disebabkan adanya asam atau basa. Walaupun musilago
kurang / tidak mudah terserang mikroba, pada pembuatannya harus ditambahkan pengawet,
misalnya fenil merkuri nitrat 0,001 %. Pilih pengawet non ionik sehingga stabil pada range
pH yang lebar.
Penggunaan : Metil selulosa digunakan dalam farmaseutik dan
terapeutik. Dalamfarmaseutik, metilselulosa digunakan sebagai zat pendispersi dan
pengental, emulgator dan pembasah. Hal ini terutama digunakan dalam obat tetes mata, tetes
hidung, kosmetik, pasta gigi dan sediaan cair lain, misalnya suspensi dan emulsi. Dalam
terapeutik, MC sebagai laksatif pada konstipasi kronik. MC dapat digunakan untuk sediaan
internal atau eksternal.
2. CMC Na
(US Dispensatory 27th, 1049; Martin Disp.of Medication, 546-547, 553; Art of Compounding,
301,305,307; Martindale 28th, 950-951; Lymans Textbook of Pharm. Compounding &
Dispensing, 239-240; Excipients, 45; Cooper & Gunn, 107; Aulton Pharm.Practice, 101;
Aulton The Science of.., 276)
Kelarutan : Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan larutan jernih, praktis
tidak larut dalam pelarut organik.
pH : 1 % larutan dalam air mempunyai pH 6 8,5. Stabil pada range pH 5
10. Viskositas musilago CMC Na menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Musilago
lebih peka terhadap perubahan pH daripada metilselulosa.
Stabilitas : terhadap panas, CMC Na dapat disterilisasi dalam keadaan kering dengan
mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan viskositas
secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan
memburuk.
Sterilisasi larutan dengan pemanasan juga menyebabkan penurunan viskositas, tetapi hal ini
tidak terlalu dipermasalahkan. Bila suatu larutan dipanaskan dalam autoklaf pada 125o C
selama 15 menit dan dibiarkan menjadi dingin, viskositas menurun sekitar 25 %. Karenanya,
bila menghitung jumlah CMC Na yang akan dipakai dalam sediaan yang akan disterilkan hal
ini harus dipertimbangkan.
OTT : CMC Na adalah anionik, maka tidak tersatukan dengan kationik seperti akriflavine,
gentian violet, thiamin, Pharmagel A, germisida kuarterner, alkaloid, hampir semua antibiotik
dan logam berat (seperti Al, Zn, Hg, Ag, Fe), CMC Na tidak tersatukan dengan larutan asam
kuat, FeCl3 (garam-garam besi yang larut air), alumunium sulfat dan banyak elektrolit.
Keamanan : CMC Na adalah zat yang non toksik
Kegunaan : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air)
yang ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga dapat digunakan untuk
penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang terbentuk bila tinctur ber-resin
ditambahkan ke dalam air. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % 1 % atau 0,5 % 2 % CMC Na
dengan derajat viskositas medium umumnya mencukupi.
3. Avicel
(Excipients,108; Cooper& Gunn, 108; Aulton The Science of, 276)
Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi, yaitu yang dapat membentuk
dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Bentuk yang pertama
digunakan sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua digunakan sebagai pengikat,
pengisi, penghancur dan pelincir pada sediaan padat (tablet).
Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya, agak sukar
larut dalam NaOH (1 : 20)
pH stabilitas : 5,5 7
Stabilitas dan penyimpanan : stabil, higroskopik, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kecepatan hidrasi : dengan penambahan CMC Na atau Hypromellose
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Sifat Aliran : tiksotropik pada konsentrasi lebih dari 2 %
Kadar pemakaian : sebagai suspending agent lebih besar atau sama dengan 2 %
Keamanan : aman
OTT : HCl, HgCl, AgNO3, fenol, asam tanat.
Penggunaan dalam farmasi : pengikat tablet, pengisi (granulasi basah 5 20 %),
penghancur tablet 5 15 %, glidan tablet 5 15 %, antiadheren 5 20 %. Pengisi kapsul 10
30 %, tidak digunakan sebagai adsorben.
Sifat aliran dari dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan hidrokoloid seperti
: CMC, metil selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat menstabilisasi dispersi untuk
melawan efek flokulasi karena penambahan elektrolit.
III.Golongan Clay
1. Bentonite ( HPE, 4th ed.,2003,43; Martindale 33th,1499;Husas, 168; Aulton The Science
of, 277; Art of Compounding, 304; CMN)
Sumber : dari alam.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam larutan air (aqueous solution), tetapi
mengembang menjadi massa yang homogen dan menempati kurang lebih 12 kali volume
serbuk keringnya. Praktis tidak larut dan tidak mengembang dalam pelarut organik.
pH : larutan 2 % b/v (suspensi dalam air) 9,5 10,5
OTT : dengan elektrolit kuat, partikel atau larutan yang bermuatan positif (kationik),
sulphurated potash dan acriflavine HCl. Bentonit yang terdispersi akan terendapkan oleh
adanya asam (karena dispersinya bersifat basa) dan oleh adanya alkohol. Pada sediaan
antibakteri yang mengandung bentonit menunjukkan bahwa antibakteri yang kationik akan
diinhibisi (di inaktivasi) oleh bentonit dalam suspensi air, tetapi tipe antibakteri anionik dan
nonionik tidak dipengaruhi. (HPE, 4th ed. 2003,43). Inaktivasi ini terjadi karena pertukaran
kation.
Stabilitas : Bentonit stabil terhadap suhu tinggi (lebih kecil dari 400o C). Dapat
disterilisasi panas. Untuk serbuk disterilisasi pada suhu 170o C selama 1 jam setelah
dikeringkan 100o C. Suspensinya dalam air disterilisasi pada autoklaf.
Sifat aliran : tiksotropik (Art of Compounding) untuk suspensi 4 % b/v yang membentuk
gel dan akan lebih cair bila dikocok (terjadi tanpa pemanasan). Untuk mencapai viskositas
800 cps (20o C) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi diperlukan konsentrasi 6,3 % b/v.
pH stabilitas : 3 10 (Art of Compounding)
Penggunaan : Bentonit akan menyerap air membentuk sol atau gel tergantung
konsentrasinya. Bentuk sol cocok untuk suspending agent. Bentuk gel dipakai untuk basis
salep atau krim. Penggunaan ini mempunyai pH = 9. Bentuk gel akan sangat berkurang
dengan adanya asam dan meningkat dengan penambahan basa seperti Mg-oksida. Dalam
bentuk sol atau gelnya dalam air, bentonit bermuatan negatif dan akan mengalami flokulasi
bila ditambahkan elektrolit atau suspensi bermuatan positif. Sifat ini menyebabkan kadang-
kadang bentonit digunakan dalam penjernihan cairan-cairan yang keruh. Sebagai serbuk
suspending dalam sediaan cair dan untuk membuat basis krim yang mengandung emulgator
yang sesuai sebagai emulgator o/w (seperti emulsifying wax, self emulsifying gliseril
monostearat). Konsentrasi bentonit 2 % sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10 20 %
bentonit dan 10 % gliserin.
Pengembangan : Van Duin, jika bentonit dicampur dengan air akan terbentuk suatu massa
seperti salep. Salep-salep yang hanya terdiri dari bentonit dan air tidak tahan lama. Salep ini
selalu memisahkan air, maka sering ditambahkan zat-zat lemak (seperti vaselin). Baru
bentonit magma : bentonit dalam air 5 % b/v baik digunakan untuk dispensing dan biasanya
dibuat persediaan. Jumlah yang biasa digunakan adalah 40% bentonit magma (Art of
Compounding).
Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian luka, serbuk
bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan mengandung sesepora bakteri
tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent pada lotion calamine dan mixtura chalk.
Spesifikasi : untuk penggunaan pada produk farmasi adalah bentonite pharmaceutical
grade. Ini masih sulit ditemukan, yaitu yang berwarna tidak menyolok. Technical grade
sudah banyak digunakan untuk industri lain. Bentonite yang hampir putih ditemukan di Italia
dan digunakan sebagai standar oleh USP.
Penyimpanan : bentonite bersifat higroskopis dan menyerap kelembaban udara. Simpan
dalam wadah tertutup rapat.
Penggunaan dalam farmasi : suspending agent 0,5 5 %, emulsion stabilizer 1 %,
adsorbent 1 2 %.
Penggunaan :
Suspending agent (topical) 1 10 %
3. Hectocrite
(Martindale27th; Lyman Textbook of Pharm. Compounding & Dispensing, 241; Merck Index
10th; Cooper & Gunn, 110; Aulton The Science of, 277; Husas, 167)
Hectocrite adalah salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat.
Hectocrite mengandung karbonat yang harus dinetralisasikan dulu dengan HCl sehingga
diperoleh suspensi yan baik. (Art of Compounding, 304)
Penggunaan : Sebagai bahan pembuat gel, pensuspensi dan pengemulsi untuk sediaan
luas. Hectocrite yang murni mengabsorpsi air lebih banyak daripada bentonit dan pada
konsentrasi 1 2% membentuk suatu gel yang transparan (tiksotropik). Sebagai pensuspensi
untuk sulfur, seng oksida dan calamin, campuran kalamin dengan seng oksida, bismuth
karbonat, kaolin, dan suatu campuran yang sama banyak daripada sulfadiazin, sulfadimidin,
dan sulfamerazin. Ditemukan bahwa sebagai bahan pensuspensi, hectocrite lebih efisien dari
bentonit dan pembuatan suspensi dengan hectocrite memberi sedimentasi yang lebih sedikit
daripada dengan bentonit.
IV.Polimer Sintetik
Carbomer (Excipients, 89; Husas, 169)
Penggunaan :
Emulsifying agent 0,1 0,5 %
Gelling agent 0,5 2 %
Suspending agent 0,5 1
Tablet binder 5 10 %
pH : 1 % dispersi carbomer dalam air memiliki pH kira-kira 3
Kelarutan : larut dalam air, alkohol, dan gliserin.
Bahan yang dapat menetralisir carbomer : NaOH, KOH, NaCO3, boraks, asam amino,
amin organik polar (seperti : trietanolamin, lauril, dan stearil amin yang digunakan sebagai
bahan pembuat gel dalam sistem non polar). Satu gram carbomer dinetralisasi oleh sekitar
400 mg NaOH. Gel carbomer yang telah dinetralisasi akan lebih viskous pada pH antara pH
6 11. Viskositas akan berkurang pada pH < 3 atau > 12. Viskositas akan berkurang dengan
adanya elektrolit kuat. Gel akan hilang viskositasnya dengan cepat bila terpapar oleh sinar
matahari, tetapi reaksi ini dapat diminimalkan dengan penambahan antioksidan.
Densitas bulk : 5 g/cm3
Stabilitas dan Penyimpanan : Bentuk serbuk dari carbomer tidak menyebabkan
pertumbuhan kapang dan jamur, tetapi mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pada
dispersi (dalam air) yang tidak diberi bahan pengawet. Dispersi bertahan viskositasnya pada
penyimpanan perioda yang lama di suhu kamar atau pada temperatur yang meningkat jika
penyimpanan dihindari dari cahaya atau dengan penambahan antioksidan. Beberapa
pengawet seperti asam benzoat, Na-benzoat dan benzalkonium klorida menunjukkan
penurunan dalam viskositas dispersi. Simpan dalam wadah kedap udara atau tertutup rapat.
OTT : Carbomer inkompatibel dengan fenol, polimer kationik, asam kuat dan elektrolit
dengan konsentrasi tinggi, dan akan berubah warna dengan adanya resorsinol. Pemaparan
oleh cahaya akan menyebabkan oksidasi yang akan menyebabkan penurunan viskositas.
Keamanan : Tidak ada iritasi atau bukti sensitivitas atau reaksi alergi pada makhluk hidup
untuk penggunaan topikal dari dispersi yang mengandung carbomer. Carbomer dapat
mengiritasi mata. Materi / bahan yang terbentuk sulit dipindahkan dengan air sehubungan
dengan lapisan gelatin yang terbentuk. Jika mata berkontak dengan carbomer, maka harus
dicuci dengan cairan fisiologi, bukan dengan air.
Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah : surfaktan yang dapat memperkecil sudut
kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Surfaktan kationik dan anionik efektif
digunakan untuk bahan berkhasiat dengan zeta potensial positif dan negatif. Sedangkan
surfakatan nonionik lebih baik untuk pembasah karena mempunyai range pH yang cukup
besar dan mempunyai toksisitas yang rendah. Konsentrasi surfaktan yang digunakan rendah
karena bila terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa dan memberikan rasa yang tidak
enak.
Cara Kerja : Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat +
humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.
Catatan :
1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 25 %
2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 %; sakarin 0,05 %
3. Kombinasi sorbitol : sirupus simplex = 30 % b/v : 10 % b/v ad 20 25 % b/v total
4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan
perubahan volume.
5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi
Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila
mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Selain itu,
pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang (multiple
dose). Pengawet yang sering digunakan antara lain :
1. Metil / propil paraben ( 2 : 1 ad 0,1 0,2 % total)
2. Asam benzoat / Na-benzoat
3. Chlorbutanol / chlorekresol (untuk obat luar / mengiritasi)
4. Senyawa amonium(amonium klorida kuarterner) OTT dengan metil selulosa
Antioksidan
(Diktat Teknologi Farmasi Sediaan Liquida dan Semisolid, 143 147)
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang mudah
terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada konsentrasi rendah.
Cara kerja : memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan
memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya
peroksida.
g. Pendapar
Fungsi :
1. Mengatur pH
2. Memperbesar potensial pengawet
3. Meningkatkan kelarutan
Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mempertahankan pH.
Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar yang pKa-nya berdekatan dengan pH yang
diinginkan Pemilihan pendapar harus mempertimbangkan inkompatibilitas dan toksisitas.
Dapar yang biasa digunakan antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.
DAPAR FARMASETIK
pKa1 = 2.15
Dapar Fosfat Sediaan oral, parenteral
pKa2 = 7.20
dan optalmik
pKa1 = 3.128
Dapar Sitrat Sediaan oral, parenteral
pKa2 = 4.761
dan optalmik
pKa3 = 7.20
pKa1 = 6,34
Dapar karbonat Sediaan oral
pKa2 = 10,36
h. Acidifier
Fungsi :
1. Mengatur pH
2. Meningkatkan kestabilan suspensi
3. Memperbesar potensial pengawet
4. Meningkatkan kelarutan
Acidifier yang biasa digunakan pada suspensi adalah asam sitrat.
g. Flocculating agent
Floculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara
bersama membentuk suatu agregat atau floc. Floculating agent dapat menyebabkan suatu
suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali. Flokulating agent dapat dibagi
menjadi empat kelompok yaitu :
1. Surfaktan
Surfaktan ionik dan nonionikdapat digunakan sebagai floculating agent. Konsentrasi yang
digunakan berkisar 0.001 sampai 1%b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai karena secara
kimia lebih kompatibel dengan bahan-bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang
tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan caking.
1. Polimer hidrofilik
Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang termasuk
beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berperan sebagai suspending agent. Hal ini
disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam
sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan
kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer baru seperti xantin gumdigunakan
sebagai flokulating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat
lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat
juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal
surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik.
Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan
karena dapat menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi
polimer pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.
1. Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat berperan
sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis
sirup. Bentonitedigunakan sebagai floculating agent pada pembuatan suspensi bismut
subnitrat pada konsentrasi 1.7%.
1. Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta partikel
yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi. Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa
kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter
ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari
mono. Di-valensi disebabkan adanya masalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan
atau muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-masing dan
terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan. Penambahan
NaCl dapat meningkatkan flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan
natrium dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan
dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di
indusri
Foculating Agent
Polisorbat 80 Non-ionik
PEG Non-ionik
Silikat
Attapulgit Anion
Bentonit Anion
AlCl3
NaCl Anionik/kationik
Persamaan
1. Persamaan Henderson Hasselbach (Persamaan untuk buffer)
Untuk asam lemah & garamnya :
pH = pKa + log
1. Persamaan Van Slyke untuk kapasitas dapar (Pers. Koppel-Spiro-Van Slyke, Martin,
hlm 174).
= 2,3 c
Keterangan :
= Kapasitas dapar, = 0,01 0,1
c = Konsentrasi total dapar (mol/L)
Ka = Konstanta asam = antilog (-pKa)
[H3O+] = Konsentrasi ion hidrogen = antilog (-pH)
Persamaan Henderson-Hasselbach :
6 = 7,12 + log
log = 1,12
= 0,076 [HPO42-] = 0,076 [H2PO4-]
Persamaan Koppel-Spiro-Van Slyke :
Ka = antilog (-pKa) = antilog (-7,12) = 7,6 . 10-8
[H3O ] = antilog (-pH) = antilog (-6) = 1 . 10-6
+
0,1=2,3 c =
0,1 = 2,3 c (6,55 . 10-2)
c = 0,66 mol/L
c = [garam] + [asam]
0,66 = [HPO42-] + [H2PO4] = 0,076 [H2PO4] + [H2PO4]
0,66 = 1,076 [H2PO4]
0,61 = [H2PO4] [HPO42-] = (0,076 x 0,61) = 0,046
Jadi, [H2PO4] = 0,61 M ; [HPO42-] = 0,046
BM KH2PO4 = 136,10
BM KNaHPO4 = 158,10
Dapar yang diperlukan untuk 1 L :
[KH2PO4] = [H2PO4] = 0,61 mol / L
= 0,61 x 136,10
= 83,02 gram/L
[KNaHPO4] = [HPO42-] = 0,046 mol / L
= 0,046 x 158,10
= 7,27 gram / L
Dapar yang diperlukan untuk 5 ml sediaan (dosis suspensi sekali pakai) :
KH2PO4 = x 83,02 gram
= 0,415 gram = 415 mg
KNaHPO4 = x 7,27 gram
= 0,036 gram
= 36 mg
Contoh formula :
R/ Zat aktif 100 mg
Sirupus simplek 30 %
Na CMC 0,25 %
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,03 %
Pewangi q.s
Pewarna q.s
Aquades ad 5 mL
Akan dibuat sediaan suspensi, dengan kekuatan sediaan : 100 mg/5mL
Perhitungan :
1. Suspensi untuk 1 botol = 100 ml
2. Sediaan suspensi yang akan dibuat = (36+A) botol.
3. Maka jumlah volume total suspensi yang akan dibuat = (36+A) botol x 100 mL =
(3600 +100A) mL.
4. Perhitungan jumlah yang mungkin hilang selama pembuatan misal = 10 % x (3600
+100A) = (360 + 10A) mL.
5. Maka volume total yang akan dibuat = (3600 +100A) mL + (360 + 10A) mL = (3960
+ 110A) mL.
Penimbangan :
Zat aktif = {(3960 + 110A) mL / 5 mL)} x 100 mg= a gram
Sirupus simplek = 30 % b/v x (3960 + 110A) mL = b gram
Na CMC = 0,25 % b/v x (3960 + 110A) ml = c gram
Metil paraben = 0,2 % b/v x (3960 + 110A) ml = d gram
Propil paraben = 0,03 % b/v x (3960 + 110A) ml = e gram
Pewangi qs sebaiknya dalam bentuk % juga
Pewarna qs
Aquades ad (3960 + 110A) ml
a. Akasia
Larutan akasia dalam air membentuk mucilago kental (4 bagian bobot dengan 6 bagian
air).
i. Tragakan
Musilago tragakan (Van Duin) : mengandung tragakan 2% dan dibuat dengan jalan
menggerus dahulu serbuk tragakan dengan air sebanyak 20 kali sampai diperoleh suatu massa
yang homogen dan kemudian mengencerkannya dengan sisa air.
Mikroskopik merupakan metode langsung yang sering digunakan pada penentuan ukuran
partikel terutama sediaan suspensi dan emulsi.
Cara 1 :
Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 m.
Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan
pada slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur
sehingga partikel terlihat dengan jelas.
Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga
diperoleh kurva distribusi ukuran partikel.
Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara
300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup
sehingga diperoleh data yang representatif. British standard bahkan menetapkan
pengukuran terhadap 625 partikel.
Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel
dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel
sempit, 200 partikel sudah mencukupi.
Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan
pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup
lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak
digunakan metode ini.
Penafsiran Hasil : distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada
kurvanya.
F
Cara 2 :
Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol dan
kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang
sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya
(sesuai monografinya).
Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran
acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang cukup
untuk mengobservasi partikel yang kecil.
Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak lebih
dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan pada
monografinya dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang mempunyai
diameter maksimum dalam batas yang ditetapkan.
Persentase harus dikalkulasi dari observasi paling sedikit 1000 partikel.
c.1 Volume Sedimentasi (Teori dan Praktek Farmasi Industri Lachman, 3rd ed. Hal 492-
493)
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo) sebelum
terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, semakin baik suspendibilitasnya.
Cara :
1. Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala.
2. Volume yang diisikan merupakan volume awal (Vo)
c. Setelah beberapa waktu/hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi.
Volume terakhir tersebut diukur (Vu).
d. Hitung volume sedimentasi (F)
Vo
Vu
Penafsiran hasil :
Bila F=1 dinyatakan sebagai Flocculation equilibrium, merupakan sediaan yang
baik. Demikian bila F mendekati 1.
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih besar
dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau sedikit
curam.
F= Vu/Vo
Parameter sedimentasi terdiri dari (Lieberman, Disperse System Vol2, hal 303)
1. Volume sedimentasi (F)
F dapat dinyatakan dalam % yaitu dengan F = Vu/Vo x 100%
F= volume sedimentasi
Vu = volume endapan atau sedimen
Vo = volume keseluruhan
1. Tingkat Flokulasi ()
= (Vol sedimentasi yang terflokulasi)/(Vol sedimentasi yang terdeflokulasi)
= F / Fu
Catatan :
Untuk pengukuran volume sedimentasi suspensi yang berkonsentrasi tinggi yangmungkin
sulit untuk membandingkannya karena hanya ada cairan supernatan yang minimum maka
dilakukan dengan cara berikut : Encerkan suspensi dengan penambahan pembawa yaitu
dengan formula total semua bahan kecuali fasa yang tidak larut. Misal 50 mL suspensi
menjadi 100 mL.
Hu = volume sedimentasi dalam sampel yang diencerkan
Ho = volume awal sampel sebelum pengenceran
Rasio Hu/Ho mungkin lebih dari 1.
c.2 Kemampuan Redispersi (Lachman, Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 493;
Lieberman, Disperse System Vol 2 hal 304)
Metode penentuan reologi dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku
suatu cairan dan penentuan pembawa dan bentuk struktur partikel untuk tujuan
perbandingan.
Penentuan redispersi dapat ditentukan dengan cara mengocok sediaannya dalam
wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik. Keuntungan pengocokan
mekanik ini dapat memberikan hasil yang reprodusibel bila digunakan dengan
kondisi terkendali.
Suspensi yang sudah tersedimentasi (ada endapan) ditempatkan ke silinder bertingkat
100 mL. Dilakukan pengocokan (diputar) 360 dengan kecepatan 20 rpm. Titik
akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan.
Penafsiran hasil :
Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dengan pengocokan
tangan maksimum 30 detik.
Prosedur