Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas
perkenan-Nya, buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini dapat diterbitkan. Buku
Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini merupakan hasil revisi Standar Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Kasus di Rumah
Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 1998.
Bertolak dari kerangka pikir inilah, maka keberadaan Standar Pelayanan Jiwa sangat
diperlukan dan Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini berfungsi sebagai pedoman
kerja bagi tenaga keperawatan serta sebagai tolok ukur mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Oleh karena itu, Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa harus dilaksanakan oleh seluruh
tenaga keperawatan sehingga pelayanan keperawatan jiwa dapat dipertanggung
jawabkan secara professional. Terutama dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan
persiapan program akreditasi RS, maka dalam pemberian asuhan keperawatan, seluruh
tenaga keperawatan mutlak menerapkan Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa.
Kepada semua pihak yang telah berperan serta dan memberikan bantuan pemikiran serta
sumbang saran demi terwujudnya buku ini, kami sampaikan terima kasih.
Disamping itu, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya masukan dan kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Pengertian 2
C. Lingkup Pelayanan Keperawatan Jiwa 2
D. Sistematika Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa 2
BAB V PENUTUP 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proyeksi WHO (tahun 2005) tentang pengaruh bencana tsunami terhadap korban
adalah 12 bulan setelah peristiwa bencana sebanyak 30-50% korban akan
mengalami distress psikososial sedang ke berat, 20-40% mengalami distress
psikososial sedang, 15-20% mengalami gangguan jiwa sedang ke berat dan 3-4%
gangguan jiwa berat. (angka gangguan akibat bom bali, gempa Yogya disertakan)
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI tahun 2004, menunjukkan bahwa dari
4576 sampel yang mengalami gangguan jiwa, sebanyak 0,7% terjadi pada kelompok
usia 20-24 tahun, 35-39 tahun dan 40-44 tahun.
Masalah kesehatan jiwa saat ini merupakan ancaman, meskipun tidak menyebabkan
kematian, secara langsung namun dapat menyebabkan kerugian karena pasien/klien
tidak menjadi produktif bahkan seringkali tergantung pada keluarga atau masyarakat
sekitar.
Lingkup pelayanan keperawatan jiwa meliputi rentang antara sehat dan sakit, anak
hingga lanjut usia, puskesmas dan rumah sakit, serta rumah dan tempat perawatan
lain. Pelayanan keperawatan jiwa diberikan pada individu, keluarga maupun
kelompok.
Standar ini difokuskan pada rentang sakit yaitu pasien yang dirawat inap maupun
rawat jalan di RS Jiwa dan RSKO yang mengalami gangguan jiwa dan masalah
psikososial pada pasien usia anak hingga lanjut usia dalam konteks individu dan
keluarga.
A. STANDAR I : PENGKAJIAN
Pernyataan
Perawat mengumpulkan data spesifik tentang kesehatan jiwa pasien yang diperoleh dari
berbagai sumber data dengan menggunakan berbagai metode pengkajian.
Rasional
Pengkajian yang terfokus memudahkan perawat membuat keputusan klinik (diagnosa
keperawatan) dan membuat perencanaan intervensi keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Kriteria struktur
1. Ada kebijakan pemberlakuan/ SAK dan SOP
2. Adanya petunjuk teknis
3. Tersedianya format pengkajian
Kriteria proses
1. Melakukan kontrak dengan pasien/keluarga/masyarakat
2. Mengkaji keluhan utama pasien dan data penunjang lain dengan berbagai
metode pengkajian dan dari berbagai sumber
3. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistimatis
4. Memvalidasi data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode
validasi
5. Mendokumentasi seluruh data yang diperoleh dalam format pengkajian
Kriteria hasil
1. Diperolehnya keluhan utama dan data dasar pasien; yang dikelompokkan dan
didokumentasikan pada format pengkajian yang telah ditetapkan
2. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengumpulan data
B. STANDAR II : DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pernyataan
Perawat menganalisa data hasil pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan
jiwa. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan merupakan keputusan klinis perawat
tentang respons individu, keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa
yang aktual maupun resiko.
Rasional
Melalui diagnosis keperawatan yang ditegakkan, perawat memperlihatkan kemampuan
melakukan justifikasi ilmiah dalam membuat keputusan klinik
Kriteria struktur
1. Adanya daftar diagnosa keperawatan
2. Kebijakan SAK
Kriteria proses
1. Menganalisa data pasien
2. Mengidentifikasi masalah keperawatan pasien
3. Mendokumentasikan masalah keperawatan pasien
Kriteria hasil
Diperoleh serangkaian masalah keperawatan yang aktual maupun resiko sesuai
dengan kondisi pasien.
Pernyataan
Perawat mengembangkan serangkaian langkah-langkah penyelesaian masalah kesehatan
pasien dan keluarga yang terencana dan terorganisir dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lain. Perencanaan menggambarkan intervensi yang mengarah pada
kriteria hasil yang diharapkan.
Rasional
Rencana tindakan keperawatan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan
keperawatan yang terapeutik, sistematis dan efektif untuk mencapai hasil yang
diharapkan
Kriteria struktur
1. Adanya kebijakan SAK
2. Adanya format rencana keperawatan
Kriteria proses
1. Memprioritaskan masalah keperawatan
2. Merumuskan tujuan keperawatan
3. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah pasien
4. Memvalidasi kesesuaian rencana keperawatan dengan kondisi pasien terkini
5. Mendokumentasikan rencana keperawatan
Kriteria hasil
Adanya dokumentasi rencana keperawatan yang berfokus pada kemampuan
kognitif, afektif, psikomotor pasien dan keluarga
Pernyataan
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan sesuai
dengan kewenangan.
Rasional
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mencegah munculnya masalah
kesehatan jiwa, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan pasien.
Kriteria struktur
1. Adanya kebijakan SAK dan SOP
2. Tersedia pedoman pelaksanaan tindakan
Kriteria proses
1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan dengan
pendekatan hubungan terpeutik
2. Melibatkan pasien (keluarga) dan profesi lain dalam melaksanakan tindakan
3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan perkembangan kesehatan pasien
4. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kriteria hasil
Tindakan keperawatan dan respon pasien terdokumentasikan
E. STANDAR V : EVALUASI
Pernyataan :
Perawat melakukan evaluasi perkembangan kondisi kesehatan pasien untuk menilai
pencapaian tujuan
Rasional
Evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan.
Kriteria struktur
Adanya SOP dan instrumen
Kriteria proses
1. Menilai kesesuaian respons pasien dan kriteria hasil
2. Memodifikasi rencana keperawatan sesuai kebutuhan
3. Melibatkan pasien dan keluarga
Kriteria hasil
1. Hasil evaluasi tindakan terdokumentasikan
2. Perubahan data pasien terdokumentasikan
3. Perubahan pada masalah keperawatan pasien terdokumentasikan
4. Modifikasi pada rencana keperawatan terdokumentasikan
BAB III
STANDAR PENAMPILAN PROFESIONAL PERAWAT
Pernyataan
Perawat mengevaluasi kualitas asuhan dan efektifitas praktek keperawatan kesehatan
jiwa secara sistematis.
Rasional
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat kesejahteraan masyarakat
menimbulkan dampak terhadap pelayanan kesehatan jiwa termasuk pelayanan
keperawatan jiwa semakin meningkat. Perawat senantiasa meningkatkan kompetensi
diri mengembangkan profesionalisme dan memperbaiki kualitas asuhan keperawatan.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan penerapan standar asuhan keperawatan jiwa.
2. Adanya SOP sebagai pedoman kerja pelayanan dan asuhan keperawatan
3. Pendidikan minimum DIII Keperawatan
4. Adanya program pengembangan pendidikan keperawatan sesuai standar
pengembangan tenaga keperawatan (formal dan non formal)
5. Adanya standar tenaga yang telah ditetapkan
6. Adanya sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai standar
7. Adanya tim pengendali mutu pelayanan.
Kriteria Proses
1. Mengidentifikasi peluang untuk perubahan perbaikan
2. Mengumpulkan dan menganalisa data yang relevan
3. Membuat perencanaan
4. melaksanakan perubahan untuk meningkatkan kualitas asuhan
Kriteria Hasil
1. Tersedia hasil pengendalian mutu pelayanan kesehatan umum :
BOR meningkat
ALOS menurun
TOI meningkat
2. Tersedia data tentang : Pasien lari, pengikatan atau pengekangan fisik, scabies,
kategori tingkat ketergantungan pasien : mandiri, bantuan, tergantung
3. Tersedia hasil penilaian kepuasan : (Pasien, Keluarga, Perawat, Tenaga
kesehatan lain).
4. Tersedia hasil kinerja (Kepala ruangan, Ketua tim, Perawat pelaksana)
B. STANDAR II : PENILAIAN KINERJA
Pernyataan
Perawat mengevaluasi kinerjanya sesuai dengan standar praktik profesional dan
peraturan yang berlaku.
Rasional
Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar
praktek keperawatan.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan penerapan standar penilaian kinerja
2. Adanya program supervisi
3. Adanya program peer review
4. Adanya instrumen self evaluasi
Kriteria Proses
1. Melaksanakan supervisi
2. Melaksanakan peer review
3. Melaksanakan self evaluasi
4. Melaksanakan uji kompetensi
Kriteria Hasil
1. Adanya laporan hasil supervisi
2. Adanya dokumen kegiatan peer review
3. Adanya dokumen self evaluasi
4. Adanya hasil uji kompetensi
Pernyataan
Perawat meningkatkan kompetensi secara terus menerus sesuai perkembangan IPTEK
Rasional
Komitmen untuk terus belajar melalui pendidikan formal dan non formal dalam
meningkatkan profesionalisme
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan pengembangan SDM.
2. Adanya pengelolaan program pendidikan formal dan non formal
3. Adanya fasilitas pembelajaran (perpustakaan dan internet)
Kriteria Proses
1. Melaksanakan in service training atau in house training
2. Mengirim perawat mengikuti program pelatihan, magang dan seminar
3. Mengirim perawat untuk mengikuti pendidikan formal.
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumentasi program pengembangan staf formal dan non formal
termasuk system seleksi
2. Adanya perawat yang telah mengikuti pendidikan formal dan non formal
Pernyataan
Perawat berkontribusi dalam mengembangkan profesionalisme teman sejawat
Rasional
Perawat bertanggung jawab membagi pengetahuan, penelitian, dan informasi klinis
dengan teman sejawat, untuk meningkatkan pertumbuhan profesi.
Kriteria Struktur
1. Adanya program pertemuan rutin untuk berbagi ide dan keilmuan (siang klinik)
secara formal
2. Adanya program pertemuan rutin perawat jiwa secara informal
3. Adanya program team building: saling menghargai, kohesiveness
4. Adanya program perilaku positif
5. Adanya program bimbingan berjenjang perawat
6. Adanya program bimbingan pada calon perawat atau mahasiswa
Kriteria Proses
1. Melaksanakan kegiatan siang klinik
2. Melaksanakan pertemuan informal
3. Melaksanakan kegiatan team building
4. Melaksanakan bimbingan berjenjang sesuai tingkat pengetahuan, pengalaman
dan latar belakang tertentu
5. Melaksanakan bimbingan pada calon perawat dan perawat pelaksana serta
mahasiswa
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen pelaksanaan pertemuan siang klinik
2. Adanya dokumen pelaksanaan pertemuan informal
3. Adanya dokumen pelaksanaan team building
4. Adanya dokumen penilaian perilaku positif
5. Adanya dokumen berbagi ilmu dan pengalaman
6. Adanya dokumen bimbingan pada calon perawat atau mahasiswa
E. STANDAR V : ETIKA
Pernyataan
Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasen ditentukan berdasarkan kode etik
yang berlaku
Rasional
Kepercayaan dan hak publik harus dilindungi melalui praktek keperawatan profesional
yang didasari oleh pengembangan hubungan yang terapeutik dengan pasen.
Kriteria Struktur
1. Adanya kebijakan pemberlakuan pedoman etik profesi perawat yang menyatu
dengan dokumen kode etik Rumah Sakit
2. Adanya dokumentasi kode etik keperawatan
3. Adanya SOP penyelesaian masalah etik
Kriteria Proses
1. Adanya penyelesaian masalah etik
2. Adanya pelaksanaan peer review untuk membicarakan masalah etik
3. Adanya penyelesaian masalah etik keperawatan
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumentasi penyelesaian masalah etik.
2. Adanya dokumentasi pelanggaran etik
Pernyataan
Perawat berkolaborasi dengan pasien, teman dekat, dan petugas kesehatan dalam
memberikan asuhan.
Rasional
Praktek keperawatan membutuhkan koordinasi, hubungan terus-menerus di antara
konsumen dan pemberi pelayanan untuk menghasilkan pelayanan yang komprehensif
terhadap pasien dan masyarakat. Melalui proses kolaborasi, perbedaan kemampuan dari
petugas kesehatan digunakan untuk memecahkan masalah, berkomunikasi dan
perencanaan, implementasi intervensi, dan evaluasi pelayanan kesehatan jiwa.
Kriteria Struktur
1. Adanya program terkait dengan kolaborasi.
2. Adanya program case conference yang dilaksanakan secara rutin
3. Adanya SOP yang berkaitan dengan kolaborasi
4. Adanya perawat dengan kualifikasi PK II
5. Adanya ruangan dan fasilitas untuk conference
Kriteria Proses
1. melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan secara bersama dengan ahli
professional
2. Melaksanakan pembahasan kasus secara bersama-sama
3. Melaksanakan visite dan rapat tim
4. Melakukan rujukan secara tepat
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen hasil konferensi
2. Adanya dokumen program terapi dokter melalui telepon dan visite
3. Tidak adannya overlap pemberian obat.
Pernyataan
Perawat berkontribusi terhadap pengembangan keperawatan dan kesehatan jiwa melalui
penelitian.
Rasional
Perawat bertanggung jawab berkontribusi terhadap masa depan perkembangan
keilmuan kesehatan jiwa dengan berpartisipasi dalam penelitian. Melalui penelitian
perawat dapat mengembangkan profesinya dengan memberikan pelayanan berdasarkan .
Dengan menggunakan hasil penelitian/melakukan penelitian perawat mampu
mengembangkan profesinya berdasarkan penemuan ilmiah ( evidence base practice)
Perawat bertanggung jawab untuk berkontribusi untuk perkembangan lebih lanjut ilmu
kesehatan jiwa melalui penelitian.
Kriteria Struktur
1. Adanya program penelitian
2. Adanya pedoman penelitian
3. Adanya perawat dengan level PK IV dan PR I untuk melakukan penelitian
4. Adanya fasilitas untuk melaksanakan penelitian: internet, jurnal, literature, hasil-
hasil penelitian
Kriteria Proses
1. Melakukan pertemuan membahas masalah klinis yang memerlukan penelitian
2. Melakukan pertemuan membahas proposal penelitian
3. Melakukan kegiatan penelitian keperawatan
4. Melakukan kegiatan diseminasi hasil penelitian (temu ilmiah, publikasi)
5. Melakukan kegitaan review hasil penelitian terkait kondisi klinik
6. Melakukan kegiatan pembahasan implementasi hasil penelitian di klinik
Kriteria Hasil
Adanya hasil penelitian yang dapat membantu, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan
Pernyataan
Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keamanan,
efektifitas, efisiensi pembiayaan dalam perencabnaan dan pemberian asuhan kepada
pasen
Rasional
Pasien dijamin mendapat pelayanan kesehatan jiwa yang aman, berkualitas, efektif, dan
terjangkau.
Kriteria Struktur
1. Adanya dokumen anggaran keperawatan
2. Adanya dokumen standar manajemen sumber daya keperawatan
3. Adanya dokumen standar tenaga keperawatan
4. Adanya dokumen profil tenaga perawat
5. Adanya dokumen standar alat-alat kebutuhan pasien
6. Adanya dokumen SOP penggunaan dan pemeliharaan peralatan
7. Adanya dokumen program K3
Kriteria Proses
1. Melakukan pertemuan, perencanaan, penggunaan anggaran keperawatan
perencanaan sumber daya keperawatan
2. Melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan sumber daya dan alat alat
kebutuhan pasien
3. Melakukan pertemuan membahas hasil monitoring evaluasi sumber daya
keperawatan, serta rencana tindak lanjut
4. Melaksanaan program K3,monitoring evaluasi dan rencana tindak lanjut
Kriteria Hasil
1. Adanya dokumen hasil pertemuan, perencanaan penggunaan anggaran dan
sumber daya keperawatan
2. Adanya dokumen hasi monitoring evaluasi penggunaan sumber daya
keperawatan, alat kebutuhan pasien, pelaksanaan program K3 dan rencana
tindak lanjut.
BAB IV
PENUTUP
Masalah kesehatan jiwa saat ini cenderung meningkat dimana Indonesia mengalami
krisis dibidang ekonomi serta krisis sosial yang sangat dominan dalam kehidupan di
masyarakat sehingga bertambah beratnya tekanan hidup, meskipun tidak secara
langsung menyebabkan kematian, tetapi angka gangguan jiwa cenderung meningkat
terus.
Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan dari sample 4576, sebanyak
0,7% mengalami gangguan mental dan terjadi pada kelompok usia 20-24 tahun
sampai dengan 40- 44 tahun.
Pelayanan keperawatan jiwa merupakan bagian dari pelayanan yang penting dalam
rangka mengurangi masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu, Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan RI telah menyusun Standar
Pelayanan Keperawatan Jiwa.
Buku Standar Pelayanan Keperawatan Jiwa ini merupakan penyempurnaan dari buku
Keperawatan Jiwa yang disusun pada tahun 1998, sehingga standar ini dapat
dijadikan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan di tatanan pelayanan.
LAMPIRAN
I. Deskripsi
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu memberi penilaian negatif
terhadap diri dan kemampuannya dalam waktu lama secara terus menerus.
Terapi aktivitas kelompok untuk pasien harga diri rendah adalah TAK
Stimulasi Persepsi yang terdiri dari:
a. Sesi I : Mengidentifikasi hal positif diri
b. Sesi II : Melatih pasien menggunakan aspek positif diri
VIII. Evaluasi
I. Deskripsi
Apabila ditemukan minimal satu dari tanda dan gejala nomor 1 8, maka
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan aktual, sedangkan tanda dan gejala
berikutnya berisiko terjadinya masalah keperawatan
a Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
b Tindakan
1. Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2) Menjelaskan tentang:
a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
b) Penyebab isolasi sosial.
c) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
o Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan
cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.
o Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk
bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain
yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan
pujian yang wajar.
o Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
o Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah
dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.
3. Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga
VI. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi
sosial adalah TAK sosialisasi yang terdiri dari tujuh sesi yaitu:
a. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut diatas dan format
evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok
VIII. Evaluasi
1. Pasien
a. Menunjukkan rasa percaya
b. Mengungkapkan penyebab tidak bergaul, kerugian tidak bergaul dan
keuntungan bergaul
c. Memperlihatkan kemauan berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
a. Memotivasi pasien unruk bergaul
b. Memuji keberhasilan pasien
c. Melibatkan pasien dalam pergaulan/kegiatan dilingkungan
IX. Dokumentasi
a. Keluhan utama
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
......................................................................................................
......................................................................................................
......................................................................................................
........................................................................
I. Deskripsi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu / stimulus yang sebetulnya
tidak ada, berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghidu. Pada
pasien halusinasi merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara, melihat
bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut,
membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa,
merasakan mengecap sesuatu padahal sedang tidak makan apapun, merasakan
sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
Data spesifik yang perlu diidentifikasi dai setiap jenis adalah waktu dan
frekuensi halusinasi serta situasi yang mendukung munculnya halusinasi.
Apabila ditemukan tanda dan gejala dari salah satu jenis halusinasi diatas, maka
dapat ditegakkan masalah keperawatan aktual
VIII. Evaluasi
a. Pasien
1. Menunjukkan rasa percaya
2. Mengungkapkan penyebab halusinasi
3. Memperlihatkan kemampuan mengendalikan halusinasi
b. Keluarga
1. Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan harian
2. Membantu pasien mengendalikan halusinasinya
3. Memuji keberhasilan pasien
4. Melibatkan pasien dalam pergaulan/kegiatan dilingkungan
IX. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Persepsi :
Halusinasi
[ ] Pendengaran
[ ] Penglihatan
[ ] Perabaan
[ ] Pengecapan
[ ] Penghidu
Jelaskan:
Isi halusinasi :
Waktu terjadinya :
Frekuensi halusinasi :
Respons pasien :
Masalah keperawatan: .
I. Deskripsi
Kurang perawatan diri adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan
individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari dalam
hal merawat diri; yang meliputi kebersihan diri/mandi, makan, berpakaian/berhias
dan toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil (BAK)} akibat kerusakan
pada fungsi motorik atau kognitif.
b. Tindakan
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4. Menjelaskan cara merawat pasien kurang perawatan diri
5. Melatih keluarga cara merawat pasien
6. Menganjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual yang
telah disepakati).
7. Menganjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.
1. Status mental
Penampilan :
[ ] Tidak rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : ..........................................................................................
..........................................................................................................
Masalah keperawatan : .....................................................................
I. Deskripsi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus, tidak dapat diubah dengan cara apapun dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien waham adalah:
a. TAK orientasi realitas
TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu:
1. Sesi 1 : Pengenalan orang
2. Sesi 2 : Pengenalan tempat
3. Sesi 3 : Pengenalan waktu
b. TAK sosialisasi
TAK sosialisasi terdiri dari tujuh sesi yaitu:
1. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
2. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
3. Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap
4. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5. Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6. Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama
7. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut diatas dan format
evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas
Kelompok
VII. Pertemuan Kelompok Keluarga
Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan
melaksanakan pertemuan keluarga; dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok
besar.
VIII. Evaluasi
a Pasien
1. Dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Dapat membuat rencana kegiatan harian
3. Dapat melakukan kegiatan yang direncanakan
b Keluarga
1. Dapat membantu pasien melakukan aktivitas harian
2. Memberikan pujian terhadap kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas
A. Proses pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial
[ ] Flight of ideas [ ] Blocking
[ ] Kehilangan assosiasi [ ] Pengulangan bicara
B. Isi pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait
[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis
C. Jenis Waham
[ ] Agama [ ] Somatic [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip piker [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
I. Deskripsi
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan, ditujukan pada diri
sendiri/ orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.
b. Tindakan
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain
4. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a). Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat
b). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c). Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5. Buat perencanaan pulang bersama keluarga
VIII. Evaluasi
a. Pasien
Mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
social/verbal, spiritual, terapi psikofarmaka secara teratur sesuai jadual
b. Keluarga :
1. Mampu memotivasi klien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan
2. Mampu mengidentifikasi perilaku klien yang harus dilaporkan pada
perawat
1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
5. Tindakan criminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
6. Aktivitas motorik
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
I. Deskripsi
Bunuh diri adalah keadaan berisiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan
tindakan yang dapat mengancam kehidupan.
Apabila ditemukan tanda dan gejala nomor 1, maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan, sedangkan tanda dan gejala berikutnya berisiko terjadinya masalah
keperawatan
Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan bunuh diri adalah:
a. TAK stimulasi persepsi untuk mengatasi harga diri rendah
1. Sesi 1: Identifikasi hal positif pada diri
2. Sesi 2: Melatih positif pada diri
b. TAK sosialisasi
1. Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
2. Sesi 2: Kemampuan berkenalan
3. Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap
4. Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5. Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6. Sesi 6: Kemampuan bekerjasama
7. Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi
VIII. Evaluasi
a. Pasien
1. Menunjukkan rasa percaya
2. Mengungkapkan perasaan yang membebani
3. Memperlihatkan koping yang efektif
b. Keluarga
d. Melindungi keamanan pasien
e. Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan harian
f. Membantu pasien mengekspresikan perasaannya
g. Memuji keberhasilan pasien
h. Melibatkan pasien dalam pergaulan/kegiatan dilingkungan
IX. Dokumentasi proses keperawatan
d. Alam perasaan
[ ] Sedih [ ] Putus asa
[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan :.
Masalah keperawatan :.
e. Afek
[ ] Datar
[ ] Tumpul
[ ] Labil
[ ] Tidak sesuai
Jelaskan :..
Masalah keperawatan :
f. Mekanisme koping
[ ] Minum alkohol
[ ] Reaksi lambat
[ ] Bekerja berlebihan
[ ] Menghindar
[ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya ...............
Jelaskan :.
Masalah keperawatan :....
I. Deskripsi
Penggunaan NAPZA adalah perilaku individu yang berulang-ulang
menggunakan NAPZA, dan apabila dikurangi/dihentikan akan timbul gejala
putus zat dan keinginan yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA kembali.
NAPZA singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya.
a. Tujuan
b. Pasien mengatasi gejala putus zat (NAPZA)
c. Pasien mengenali dampak penggunaan NAPZA
d. Pasien meningkatkan motivasi berhenti menggunakan NAPZA
e. Pasien mengontrol keinginan menggunakan NAPZA
f. Pasien meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
g. Pasien mengubah gaya hidup
b. Tindakan
1. Diskusikan dampak NAPZA bagi kehidupan pasien
a). Kehidupan sebelum menggunakan NAPZA
b). Dampak bagi kesehatan, kehidupan sosial/pendidikan/pekerjaan,
secara ekonomi dan hukum
c). Harapan pasien untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan
datang setelah tahu dampaknya
2. Diskusikan cara meningkatkan motivasi berhenti
a). Hal-hal positif yang masih dipunyai pasien
b). Latih pasien untuk mensyukuri keadaannya tersebut
(1). Sebutkan lebih sering hal-hal yang membuat Anda merasa lebih
baik (latihan afirmasi)
(2). Sebutkan berulang-ulang keinginan untuk berhenti (latihan
afirmasi)
a. Tujuan
1.Keluarga mengenal masalah
2.Keluarga meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti
3.Keluarga menjelaskan cara merawat pasien NAPZA
4.Keluarga mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu di rujuk
b. Tindakan
VII. Dokumentasi
5. Motivasi berhenti
[ ] ada, jelaskan, .
[ ] tidak ada, ..