Anda di halaman 1dari 35

Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien

Hipertensi

FOCUS GROUP 3
(Aprillia Puspitasari, 1206253016)
(Dini Tania Budianti, 1206218953)
(Gina Zaipa, 1206218820)
(Jayanti Indah Layla, 1206241161)
(Vina Novia Sari,1206218663)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2014

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien
Hipertensi.

Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah KD4 sebagai laporan hasil diskusi kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang kami
temui, namun berkat bimbingan, tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari
berbagai pihak yang terlibat maka makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Riri Maria, selaku fasilitator mata kuliah KD4
2. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk
penulis
3. Rekan-rekan yang telah memberikan semangat sehingga terselesaikannya
makalah ini
4. dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kurang lebihnya kami
mohon maaf, semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca pada khususnya dan
kita semua pada umumnya, amin.
Depok, 19 Maret 2014

Focus Group 3

i
Daftar Isi
BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................... 2

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3

2.1 Tekanan Darah .............................................................................................. 3

2.2. Hipertensi ..................................................................................................... 5

2.3 Faktor Resiko Hipertensi............................................................................... 5

2.4. Manifestasi klinis Hipertensi ....................................................................... 6

2.5 Klasifikasi Hipertensi .................................................................................... 6

2.6 Patofisiologi Hipertensi Esensial .................................................................. 8

2.7 Komplikasi Hipertensi .................................................................................. 9

2.8 Manajemen Hipertensi ................................................................................ 10

2.9 Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Hipertensi (Sosial, Ekonomi, dan


Budaya) ............................................................................................................. 14

BAB III ................................................................................................................. 16

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI ....................................................... 16

BAB IV ................................................................................................................. 30

PENUTUP ............................................................................................................. 30

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 30

ii
4.2 Saran ............................................................................................................ 30

REFERENSI ......................................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.
Darah yang beredar keseluruh tubuh ini berfungsi untuk mengangkut oksigen
dan sisa hasil metabolisme. Tekanan darah normalnya bekisar antara 120
mmHg selama sistol dan 80 mmHg selama diastol. Namun pada beberapa
keadaan terjadi tekanan darah yang abnormal dan cenderung tinggi yang
disebut dengan hipertensi. Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian
dini karena berkaitan dengan resiko penyakit kardiovaskuler. Di Indonesia
sendiri, prevalensi hipertensi cukup tinggi karena berkaitan dengan pola hidup
masyarakat Indonesia yang kurang baik seperti makan makanan berlemak,
jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya akan zat
gizi, jarang berolahraga, merokok sejak usia dini, sering minum minuman
beralkohol, sering mengalami stres berat, ataupun penderita hipertensi yang
tidak rutin meminum obat. Hipertensi ini sering tidak menunjukkan gejala
sehingga baru diketahui setelah menyebabkan gangguan fungsi jantung atau
stroke. Untuk itu perlu adanya pencegahan dan penanganan yang cepat dan
tepat untuk menurunkan angka hipertensi tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui mekanisme tekanan darah normal baik sistol maupun


diastol serta hal-hal yang mempengaruhinya
2. Mengetahui jenis gangguan yang dapat terjadi pada sirkulasi serta
mekanisme terjadinya gangguan tersebut dan pengaruhnya pada organ
lain

1
3. Mengetahui prinsip penanganan hipertensi dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya
4. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada penderita
hipertensi

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme tekanan darah normal?


2. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi tekanan darah normal baik sistol
maupun diastol?
3. Apa saja jenis gangguan yang dapat terjadi pada sirkulasi serta
bagaimana mekanisme terjadinya gangguan tersebut?
4. Apa pengaruh gangguan sirkulasi pada organ-organ lain?
5. Bagaimana prinsip penanganan hipertensi serta faktor lingkungan
seperti apa yang mempengaruhinya?
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat diberikan pada penderita
hipertensi?

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari empat bab. Bab 1, pendahuluan yang berisikan latar
belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, sistematika penulisan, serta
metode dan teknik pengumpulan data. Bab 2, kajian pustaka yang berisikan
keseluruhan materi yang telah didapatkan dari berbagai referensi. Bab 3,
berisikan pembahasan dari kasus berkaitan dengan teori. Bab 4, penutup yang
terdiri atas kesimpulan dan saran.

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penulisan yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah
dengan menggunakan studi literatur. Literatur literature yang kami gunakan
bersumber dari buku buku ilmiah maupun sumber internet yang terpercaya.
Setelah itu, kami memadukan berbagai pemaparan berdasarkan sumber
sumber tersebut secara teratur dan sistematis menjadi sebuah makalah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di
dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia.
Darah yang beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai
media pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-
sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil
metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Lany, 2001). Tekanan
di permulaan aorta dihasilkan oleh ventrikel kiri. Tekanan ini bervariasi antara
sekitar 120 mmHg selama sistol dan 80 mmHg selama diastole (Corwin, 2007).
o Sistole dan Diastole

Tekanan darah sistole merupakan tekanan darah yang terukur pada saat
ventrikel kiri jantung berkontraksi (sistole). Jantung berkontraksi dan memompa
darah keluar dari ruang jantung. Kedua serambi mengendur dan berkontraksi
secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan. Pada pemeriksaan fisik, bunyi lup pertama yang terdengar adalah
tekanan darah systole. Tekanan darah systole pada orang normal rata-rata 120
mmHg (Ronny, 2008).
Tekanan darah diastole merupakan tekanan darah yang terjadi pada saat
jantung berelaksasi (diastole). Karena aliran darah masuk secara continue dari
sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel
walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini, katup AV
terbuka, dan darah mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel selama
diastole ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel perlahan-lahan meningkat bahkan
sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai
ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium.
Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih

3
banyak darah ke dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan
atrium. Peningkatan tekanan ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan
dengan peningkatan tekanan atrium disebabkan oleh penambahan volume darah
ke ventrikel oleh kontraksi atrium. Selam kontraksi atrium, tekanan atrium tetap
sedikit lebih tinggi daripada tekanan ventrikel, sehingga katup AV tetap terbuka.
Diastole ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini,
kontraksi atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel
pada akhir diastole dikenal sebagai volume diastolik akhir (end diastilic volume,
EDV), yang besarnya sekitar 135 ml. Selama sikluus ini tidak ada lagi darah yang
ditambahkan ke ventrikel. Dengan demikian, volume diastolik akhir adalah
jumlah darah maksimum yang akan dikandung ventrikel selama siklus ini. Pada
pemeriksaan fisik, tekanan darah diastole dapat ditentukan melalui bunyi dup
terakhir yang terdengar. Pada orang normal, rata-rata diastole adalah 80 mmHg
(Ronny, 2008).
Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah
ke jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah
tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan
bekerja terlalu keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun
rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu
cardiac output dan resistensi perifer total (TPR).
BP = CO X TPR
Keterangan BP: rerata tekanan darah arteri, CO: curah jantung, TPR:
resistensi perifer total.
Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokontriksi ateriol,
jika arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkontriksi
untuk tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut
tidak hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi
juga ke otak yang tergantung pada volume darah yang konstan. Oleh karena itu,
walaupun organ-organ membutuhkan darah secara bervariasi, sistem
kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah tetap konstan. Tekanan arteri
rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam sistem sirkulasi.

4
Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk
mengembalikan ke nilai normal.

2.2. Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia & Lorraine, 2002)
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan sistole dan diastolenya.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO :
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi
140-159 90-99
Ringan)
140-149 90-94
Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi
160-179 100-109
Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi
180 110
Berat)
Hipertensi sistol
140 < 90
terisolasi
(Isolated systolic
hypertension)
140-149 <90
Sub-group: perbatasan

2.3 Faktor Resiko Hipertensi

1. Genetik
Faktor genetik berperan penting dalam hipertensi primer, seorang anak
yang memiliki orang tua dengan riwayat hipertensi cenderung mempunyai
tekana darah yang tinggi. (Lawrence dkk, 2002)
2. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan peningkatan usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon Hipertensi pada yang berusia <35

5
tahun dengan jelas menaikkan insiden arteri koroner dan kematian
prematur.
3. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak diderita oleh laki laki pada masa muda dan paruh
baya, dan pada wanita Insidens lebih tinggi pada wanita dengan usai 65
tahun ketika seorang wanita mengalami menopause
4. Gaya Hidup
Merokok dan perubahan pola asupan makanan juga berperan penting
dalam terjadinya hipertensi pada keluarga. Merokok dipandang sebagai
faktor resikoko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteti koroner.
5. Stress
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

2.4. Manifestasi klinis Hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi


mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala biasanya non spesifik, misalnya sakit kepala atau
pusing (Sylvia & Lorraine, 2002).
Selain itu menurut Jan Tambayong (2000) tanda dan gejala hipertensi
meliputi sakit kepala, pusing, epistaksis dan tinitus yang diduga berhubungan
dengan naikknya tekanan darah. biasanya sakit kepala sewaktu bangun tidur, mata
kabur, depresi.

2.5 Klasifikasi Hipertensi

1. Hipertensi Primer (Esensial)


Merupakan hipertensi yang tidak jelas penyebabnya (idiopati). Hipertensi
primer merupakan suatu gangguan genetika multifaktoral dimana

6
pewarisan sejumlah gen abnormal menjadi predisposisi bagi individu
mengalam tekanan darah tinggi tertama bila dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. (Lawrence dkk, 2002)
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi akibat defek organ spesifik.
(Sylvia & Lorraine, 2002). Beberapa penyebab hipertensi sekunder
((Lawrence dkk, 2002) :
a. Penggunaan estrogen
Biasanya terjadi pada wanita dengan penggunaa kontrasepsi oral. Hal
ini disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat peningkatan
aktivitas renin angiostension aldosteron. Abnormalitasnya adalah
peningkatan susbtrat renin di hepar, lima persen dari wanita yang
mengkonsumsi kontrasepsi oral secara kronis akan mengalami
kenaikan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi ini dialami
oleh wanita berusia lebih dari 35 tahun yaitu wanita yang telah
mengkonsumsi obat obatan kontrasepsi lebih dari 5 tahun dan pada
individu yang obeis.
b. Penyakit ginjal
Setiap penyakit parenkim ginjal dapat mengakibatkan hipertensi.
Hipertensi dapat disebabkan oleh penyakit golmerolus, penyakit
interstisial tubuler dan ginjal poliklistik. Ini berhubungan dengan
peningkatan volume intravaskuler atau peningkatan aktivitas renin-an-
giontensin-aldesteron. Selain itu juga karena retensi air dan garam.
Hipertensi akan menyebabkan fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu
target tekanan darah adalah <130/85 untuk mengurangi resiko
penurunan fungsi ginjal.
c. Hipertensi vaskuler ginjal
Penyakit ini lebih banyak pada usia muda dan penyebabnya adalah
fibromuskular hiperplasia, yang paling umum di jumpai pada wanita
dengan usia < 50 tahun. Penyebab lain adalah aterosklerosis yang
menyebabkan stenosis arteri renalis proksimal. Mekanismenya adalah

7
produksi renin yang meningkat karena aliran darah ke ginjal yang
berkurang dan akhirnya retensi garam.
d. Hipertensi yang berhubungan denga kehamilan
Terjadi sejak awal kehamilan atau yang semakin memburuk selama
kehamilan merupakan salah satu penyebab mordibitas dan mortalitas
ibu dan janin yang paling umum

2.6 Patofisiologi Hipertensi Esensial

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Brunner
& Sudarth, 2002)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

8
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi.

2.7 Komplikasi Hipertensi

1. Stroke
Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah keareah otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikl kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan dinding
yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung
dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi.
Jantung akan semakin terancam seiring parahnya aterosklorsis coroner.
Angina pectoris juga dapat terjadi karena gabungan penyakit atrial coroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat
penambahan massa miokard.
3. Gagal ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus , aliran darah ke unit
fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.

9
4. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria kanan
dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang disebabkan
oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang
di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan
supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit
arteri koronaria.

2.8 Manajemen Hipertensi

Manajemen atau penangan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai


berikut:
A. Terapi
1. Terapi Non Farmakologis
Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan pada
perubahan gaya hidup dan pengaturan diet.
a. Diet
Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin,
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama
kalium. Diet yang banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan
rendah lemak serta rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat
menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang perlu
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:
Kurangi berat badan jika berlebih
Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir
(missal 24 oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60
ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan
orang dengan berat badan yang lebih ringan

10
Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari
dalam satu minggu)
Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida)
Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90
mmol/hari)
Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam
diet untuk kesehatan secara umum
Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan
kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.
Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang diperbolehkan dan
dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:
Sumber Bahan Makanan yang Makanan yang Harus
Makanan Diperbolehkan Dihindarkan
Protein nabati Tahu, tempe, kacang Keju, kacang tanah,
hijau, kacang kedelai, kacang asin, tauco, tahu
kacang tolo, kacang asin
tanah, kacang kapri, dan
kacang lain yang segar
Lemak Santan encer, minyak Salad dressing, mentega
mentega tanpa garam margarine, lemak hewan
Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang diawetkan:
sawi asin, acar, asinan,
sayuran dalam kaleng
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah yang diawetkan
segar menggunakan zat
pengawet: buah kering,
buah kaleng
Bumbu Semua bumbu dapur Garam dapur, MSG,
kecap, saus tomat botol,
saus cabai, pengempuk
daging, maggi, terasi,
soda kue, petis, saus
tiram
Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein, alkohol

11
b. Olahraga
Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk olah raga
secara teratur dan mengontrol tekanan darah, dan juga berhenti
merokok untuk mencegah kemungkinan komplikasi.
2. Terapi Obat
Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat
tekanan darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk
yang menjalani terapi obat ini juga memiliki criteria tertentu, yakni:

Derajat tekanan Kelompok risiko Kelompok risiko Kelompok


darah (mmHg) A (tidak ada B (Paling sedikit risiko C
faktor risiko; 1 faktor risiko, (TOD/CCD
tidak ada tidak termasuk dan/atau
TOD/CCD) diabetes; tidak diabetes
ada TOD/CCD) dengan atau
tanpa faktor
risiko lainnya
Normal tinggi Modifikasi gaya Modifikasi gaya Terapi obat
(130-139/85-89) hidup hidup

Derajat 1 (140- Modifikasi gaya Modifikasi gaya Terapi obat


159/80-99) hidup (sampai hidup (sampai 6
dengan 12 bulan) bulan)
Derajat 2 dan 3 Terapi obat Terapi obat Terapi obat
(160/100)
Keterangan: TOD/CCD (Terget Organ Damage/Clinical Cardiovascular
Disease) menunjukkan adanya kerusakan organ target atau penyakit
kardiovaskuler klinis. Jenis anti hipertensi tersebut yaitu:

a. Diuretik
Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara menurunkan
volume plasma (dengan menekan reabsorpsi natrium oleh tubulus
ginjal sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah
jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh hemodinamik yang
utama adalah mengurangi resistensi vaskuler perifer. Contoh obat
pada golongan ini adalah hidroklortiazid, klortalidon, metolazon,
furosemid, dsb.

12
b. Agen Penghambat Beta Adrenergik
Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah
jantung, kemudian juga menurunkan pelepasan rennin dan lebih
manjur pada populasi dengan aktivitas rennin plasma yang
meningkat seperti orang kulit putih yang berusia lebih muda. Efek
sampingnya antara lain: mencetuskan atau memperburuk gagal
ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi kelemahan, letargi,
impotensi, dsb. Beberapa obat dalam golongan ini adalah:
acebutolol, atenolol, betaksolol, labetalol, dll.
c. Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan hingga
sedang. Aksi kerja utamanya dengan menghambat system rennin-
angiotensin-aldosteron, tetapi juga menghambat degradasi
bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin dan kadang
mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Keuntungan ACE adalah
relative bebas dari efek samping yang menggangu. Contoh obat
golongan ini yaitu: benazepril, kaptopril, enalpril, fosinopril,
lisinopril, dll.
d. Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II
Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien yang
mengalami batuk jika menggunaan penghambat ACE. Contoh obat
pada golongan ini adalah: eprosartan, irbesartan, losartan, valsartan,
dll.
e. Agen Penghambat saluran Kalsium
Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang
berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang begitu nyata dan
retensi cairan daripada vasodilator yang lain. Efek samping yang
paling biasa yakni nyeri kepala, edema perifer, bradikardi dan
konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam golongan ini diantaranya:
amlodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, dll.

13
f. Antagonis Adrenoseptor Alfa
Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca
sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah
dengan menurunkan resistensi vaskuler perifer. Efek samping utama
adalah hipertensi yang nyata dan sinkop setelah dosis pertama, yang
oleh sebab itu sebaiknya diberikan dosis kecil dan diberikan pada
saat akan tidur.
g. Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral
Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan tekanan
darah dengan cara menstimulasi reseptor alfa adrenergic pada sistem
saraf pusat, sehingga mengurangi aliran keluar simpatetik perifer
eferen. Hal yang perlu diperhatikan yaitu hipertensi kembali terjadi
setelah penghentian pemberian obat dan beberapa efek samping
lainnya.
h. Dilator Arteriolar
Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos vaskuler dan
menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin menyebabkan gangguan
gastrointestinal dan dapat menginduksi sindroma menyerupai lupus.
Minoksidil menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata;
agen ini diberikan pada pasien yang refrakter.
i. Penghambat Simpatetik Perifer
Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh karena
efek samping obat ini yang dapat menginduksi depresi mental dan
efek samping lainnya seperti sedasi, hidung tersumbat, gangguan
tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan obat ini tidak popular
digunakan, meskipun masalah ini tidak biasa terjadi pada dosis yang
rendah.

2.9 Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Hipertensi (Sosial, Ekonomi, dan


Budaya)

Faktor sosial merupakan penentu utama terjadinya penyakit dan


kelangsungan hidup. Secara garis besar, faktor sosial mencakup status

14
sosioekonomik, budaya dan akulturasi/penyesuaian diri, agama dan faktor
psikososial (misalnya peristiwa hidup, mobilitas sosial dan jaringan sosial), dan
juga aspek lingkungan yang perupakan hasil dari aktivitas manusia. Hubungan
antara ras dan hipertensi bukan sesuatu yang dapat dijelaskan secara medis
dan/atau psikologis.
Warga Afrika-Amerika merupakan kelompok dengan angka kasus
hipertensi tertinggi di dunia. Dibandingkan dengan orang kulit putlh. orang kulit
hitam berisiko lebih tinggi menderita tekanan darah tinggi, mengalami kegemukan
atau obesitas, kurang gerak, menderita diabetes, dan merokok. Diperkirakan
sekitar 30% orang Amerika kulit putih non-Hispanik dan 24% wanita kulit putih
non-Hispanik menderita penyakit kardiovaskular. Di kalaangan kulit hitam non-
Hispanik, angka itu melompat menjadi 41% pria dan 40% wanita. Statistik orang
Amerika keturunan Meksiko berada di tengah-tengah: sekitar 29% pria dan 27%
wanita menderita penyakit kardiovaskular.
Makanan juga merupakan masalah kritis di kalangan warga Afrika-
Amerika. Secara tradisional, hidangan mereka adalah makanan yang tinggi garam.
Padahal orang kulit hitam cenderung peka terhadap garam, inilah yang membuat
risiko terjadinya hipertensi menjadi tinggi. Oleh karena itu, obat pilihan pertama
yang biasa diberikan kepada kalangan ini adalah diuretik yang berfungsi untuk
menyinkirkan kelebihan cairan dan natrium. Mengganti kehilangan kalium adalah
hal yang penting, idelanya dengan mngonsumsi makanan kaya kalium dan
menggunakan produk pengganti garam untuk mengganti natrum klorida dengan
kalium klorida.
Prevalensi hipertensi yang disesuikan dengan umur pada orang Amerika
asal Afrika adalah dua sampai empat kali daripada orang kulit putih. Faktor lain
yang juga memainkan suatu peranan dalam pathogenesis hipertensi pada orang
kulit hitam, dalam hal suatu derajat tinggi stress social, ketidakstabilan, dan
ketidakpastian pekerjaan dapat memperburuk hipertensi. Perbedaan etnik dalam
pengendalian tekanan darah mencakup korelasi antara resistensi insulin atau
hiperinsulinemia dan hipertensi pada orang kulit putih tetapi tidak orang kulit
hitam atau orang Indian Pima yakni suatu kelompok dengan insidensi
hiperinsulinemia yang sangat tinggi.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

KASUS:

Tn AM berusia 48 tahun, menikah mempunyai dengan seorang anak yang berumur 10 tahun. Bekerja sebagai manajer di sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang outomotif. Tn AM menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi dan riwayat merokok sejak SMP kelas satu dan senang mengkonsumsi makan makanan yang berlemak. Saat ini Tn AM tidak
mengkonsumsi obat obatan hipertensi secara teratur. Sampai saat ini masih sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan jarang
mengkonsumsi buah buahan. Kondisi lingkungan bekerja mempunyai tingkat stress yang tinggi. Tn AM senang berolah raga namun
sangat jarang melakukan olah raga. Berat badan saat ini 95 kg dengan tinggi badan 179 cm. Tekanan darah saat ini 160/90 mmHg.
Pemeriksaan lab menunjukkan triglyceride 200 mg/dL, kolesterol total 210 mg/dL dan LDL: 130 mg/dL.

Pengkajian
Identitas Pasien Data Objektif Data Subjektif
Nama : Tn. AM - Menderita hipertensi sejak 10 tahun - Klien bekerja di lingkungan kerja yang memiliki
Usia : 48 tahun - Memiliki riwayat keluarga hipertensi tingkat stress yang tinggi
Jenis Kelamin : Laki Laki - BB = 95 kg, TB = 179 cm, TD = 160/90 - Klien mengaku merokok sejak SMP

16
mmHg - Mengaku Senang mengkonsumsi makanan berlemak
- Kolesterol total 210 mg/dL, LDL: 130 - Jarang berolahraga, jarang makan buah buahan
mg/dL, dan triglyceride 200 mg/dL - Klien mengaku tidak minum obat hipertensi secara
teratur

Rencana Asuhan Keperawatan3


No Data / Diagnosa Intervensi Rasional Tujuan/Evalu
Pengkajian Keperawatan asi
1. DO : Perubahan Independen: 1. Kegemukan adalah risiko tambahan pada Hasil yang
BB = 95 kg, nutrisi lebih 1. Kaji pemahaman klien tentang tekanan darah tinggi karena disproporsi diharapkan
TB = 179 cm dari kebutuhan hubungan langsung antara antara kapasitas aorta dan peningkatan
klien akan:
Kolesterol tubuh hipertensi dan kegemukan curah jantung berkaitan dengan
total 210 berhubungan 2. Bicarakan pentingnya menurunkan peningkatan massa tubuh.
mg/dL, LDL: dengan masukan kalori dan batasi 2. Kesalahan kebiasaan makan menunjang 1. Mengidentif
masukan masukan lemak, garam, dan gula terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, ikasi
130 mg/dL,
hubungan
dan berlebihan sesuai indikasi yang merupakan predisposisi untuk
antara
triglyceride dengan 3. Tetapkan keinginan klien hipertensi dan komplikasi, mis., stroke, hipertensi
200 mg/dL kebutuhan menurunkan berat badan penyakit ginjal, gagal jantung. kelebihan dan
DS : metabolik dan 4. Kaji ulang masukan kalori harian masukan garam memperbanyak volume kegemukan
Senang pola hidup dan pilihan diet cairan intravaskylar dan dapat merusak 2. Menunjukka
n perubahan
mengkonsumsi monoton 5. Tetapkan rencana penurunan berat ginjal, yang lebih memperburuk
pola makan
makanan badan yang realistik dengan hipertensi.
(mis, pilihan
berlemak pasien, mis., penurunan berat 3. Motivasi untuk penurunan berat badan makanan,
Jarang badan 0,5 kg per minggu adalah internal. Individu harus kuantitas,

17
mengkonsumsi 6. Dorong klien untuk berkepentingan untuk menurunkan berat dan
buah mempertahankan masukan badan, bila tidak maka program sama sebagainya),
Jarang makanan harian termasuk kapan sekali tidak berhasil. mempertaha
nkan berat
berolahraga dan dimana makan dilakukan dan 4. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
badan yang
longkungan dan perasaan sekitar dalam program diit terakhir. Membantu diinginkan
saat makanan dimakan dalam menentukan kebutuhan individu dengan
7. Instruksikan dan bantu untuk untuk penyesuaian/penyuluhan. pemeliharaa
memilih makanan yang tepat, 5. Penurunan masukkan kalori seseorang n kesehatan
hindari makanan dengan sebanyak 500 kalori per hari secara teori optimal
kejenuhan lemak tinggi (mentega, dapat menurunkan berat badan 3. Melakukan
atau
keju, telur, es krim, daging) dan 0,5kg/minggu. Penurunan berat badan
mempertaha
kolesterol (daging berlemak, yang lambat mengindikasikan nkan
kuning telur, produk kalengan, kehilangan lemak melalui kerja otot dan program
jeroan) umumnya dengan cara mengubah olahraga
kebiasaan makan. yang tepat
6. Memberikan data dasar tentang secara
keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan individual.
kondisi emosi saat makan. Membantu
untuk memfokuskan perhatian pada
factor mana klien telah/dapat mengontrol
perubahan.
7. Menghindari konseling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diet
individual

18
Kolaborasi
Kolaborasi Memberikan konseling dan bantuan dengan
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi memenuhi kebutuhan diet individual

2. DO : Koping Independen: 1. Mekanisme adaptif perlu untuk Hasil yang


TD = 160/90 individu tidak 1. Kaji keefektifan srategi koping mengubah pola hidup seseorang,
diharapkan
mmHg efektif dengan mengobservasi perilaku mengatasi hipertensi kronik,dan
mengitegrasikan terapi yang diharuskan klien akan:
Kolesterol berhubungan misalnya kemampuan menyatakan
ke dalam kehidupan sehari-hari.
total 210 dengan perasaan dan perhatian, keinginan 2. Manifestasi mekanisme koping
mg/dL, LDL: perubahan berpartisipasi dalam rencana maladaktif mungkin merupakan 1. Mengiden
130 mg/dL, hidup beragam, pengobatan. indikator marah yang ditekan dan tifikasi
dan sedikit atau tak 2. Catat laporan gangguan tidur, diketahui telah menjadi penentu utama perilaku

19
triglyceride pernah olah peningkatan keletihan, kerusakan tekanan darah diastolik. koping
200 mg/dL raga, kerja konsentrasi, peka rangsang, 3. Pengenalan terhadap stresor adalah efektif
DS : berlebihan, dan penurunan toleransi sakit kepala, langkah pertama dalam mengubah dan
respon seseorang terhadap stresor. konsekuen
Klien bekerja nutrisi buruk ketidakmampuan untuk
4. Keterlibatan memberikan klien perasaan sinya
di lingkungan mengatasi/ menyelesaikan kontrol diri yang 2. Menyatak
kerja yang masalah. berkelanjutan, memperbaiki an
memiliki 3. Bantu klien untuk keterampilan koping dan dapat kesadaran
tingkat stress mengidentifikasi stressor spesifik meningkatkan kerja sama dalam kemampu
yang tinggi dan kemungkinan strategi untuk regimen terapeutik. an
5. Fokus perhatian klien pada realitas koping/ke
Minum obat mengatasinya.
situasi yang ada relatif terhadap kuatan
tidak teratur 4. Libatkan klien dalam perencanaan
pandangan klien tentang apa yang pribadi
Jarang perawatan dan beri dorongan diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan 3. Mengiden
berolahraga partisipasi maksimum dalam untuk kontrol dan fokus keluar dapat tifikasi
rencana pengobatan. mencegah pada kurang perhatian pada potensial
5. Dorong klien untuk mengevaluasi kebutuhan kebutuhan personal situasi
perioritas/tujuan hidup. Tanyakan 6. Perubahan yang perlu harus stres dan
pertanyaan seperti: apakah yang diprioritaskan secara realistik untuk mengambi
menghindari rasa tidak menentu dan l langka
anda lakukan merupakan apa yang
tidak berdaya. untuk
anda inginkan?. menghind
6. Bantu klien untuk ari atau
mengidentifikasi dan mulai mengubah
merencanakan perubahan hidup nya
yang perlu. Bantu untuk 4. Mendemo
nstrasikan
menyesuaikan ketimbang
pengguna

20
membatalkan tujuan diri/keluarga. an
keterampil
an/metode
koping
efektif.

Pengkajian:
Identitas Pasien Data Objektif Data Subjektif
Nama : Tn AM Menderita hipertensi sejak sejak 10 Klien merokok sejak SMP kelas satu
Usia : 48 tahun tahun yang lalu Klien senang mengkonsumsi makan-
Jenis Kelamin : Laki-laki Memiliki riwayat keluarga hipertensi makanan yang berlemak
Pola hidup yang kurang baik Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
BB = 95 kg, TB = 179 cm, TD = 160/90 hipertensi secara teratur
mmHg Klien jarang mengkonsumsi buah-
Triglycerida 200 mg/Dl, kolesterol total buahan
210 mg/Dl, LDL 130 mg/Dl Klien bekerja di lingkungan yang
mempunyai tingkat stres yang tinggi
Klien jarang melakukan olahraga

21
Rencana Asuhan Keperawatan
Data/Pengkajian Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional Tujuan/
Evaluasi
DO: Kurangnya pengetahuan 1. Kaji kesiapan klien dan 1. Kesalahan konsep dan menyangka Hasil yang
Menderita berhubungan dengan hambatan dalam belajar diagnosa karena perasaan sejahtera diharapkan:
hipertensi sejak kondisi dan rencana yang sudah lama dinikmati Klien dapat
sejak 10 tahun pengobatan mempengaruhi minat pasien/ orang menyatakan
yang lalu terdekat untuk mempelajari penyakit, pemahaman
Memiliki riwayat kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tentang
keluarga tidak menerima realitas bahwa proses
hipertensi membutuhkan pengobatan kontinu, penyakit
Pola hidup yang maka perubahanperilaku tidak akan dan regimen
kurang baik dipertahankan. pengobatan
BB = 95 kg, TB = 2. Memberikan dasar untuk Klien dapat
179 cm, TD = 2. Tetapkan dan nyatakan batas pemahaman tentang peningkatan TD mengidentif
160/90 mmHg TD normal. Jelaskan tentang dan mengkarifikasi istilah medis ikasi efek
Triglycerida 200 hipertensi dan efeknya pada yang sering digunakan. Pemahaman samping
mg/Dl, kolesterol jantung, pembuluh darah, ginjal, bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa obat dan
total 210 mg/Dl, dan otak. gejala adalah untuk memungkinkan kemungkina
LDL 130 mg/Dl pasien melanjutkan pengobatan n

22
DS: meskipun ketika merasa sehat dan komplikasi
Klien merokok untuk menghindari terjadinya yang perlu
sejak SMP kelas komplikasi lainnya. diperhatikan
satu 3. Karena pengobatan untuk hipertensi Klien dapat
Klien senang adalah sepanjang kehidupan, maka mempertaha
mengkonsumsi 3. Hindari menyatakan TD dengan penyampaian ide terkontrol nkan TD
makan-makanan normal dan gunakan istilah akan membantu pasien untuk dalam
yang berlemak terkontrol dengan baik saat memahami kebutuhan untuk parameter
Klien tidak menggambarkan TD pasien melanjutkan atau merubah pola normal
mengkonsumsi dalam batas yang diinginkan. pengobatan/ medikasi menjadi lebih
obat-obatan baik untuk mempertahankan TD.
hipertensi secara 4. Faktor-faktor risiko ini telah
teratur menunjukkan hubungan dalam
Klien jarang menunjang hipertensi dan penyakit
mengkonsumsi kardiovaskular, ginjal, serta

buah-buahan 4. Bantu pasien dalam komplikasi pada organ tubuh

Klien bekerja di mengidentifikasi faktor-faktor lainnya.

lingkungan yang risiko kardiovaskular yang

mempunyai dapat diubah, mis., obesitas,

tingkat stres yang diet tinggi lemak jenuh dan 5. Faktor-faktor resiko dapat

23
tinggi kolesterol, merokok, dan pola meningkatkan proses penyakit,
Klien jarang hidup stres. memperburuk gejala, atau timbul
melakukan 5. Atasi masalah dengan pasien penyakit lainnya. Dukungan,
olahraga untuk mengidentifikasi cara petunjuk dan empati dapat
dimana perubahan gaya hidup meningkatkan keberhasilan pasien
yang tepat dapat dibuat untuk dalam perubahan pola perilaku yang
mengurangi faktor-faktor diatas. lebih baik.
6. Nikotin meningkatkan pelepasan
katekolamin, mengakibatkan
6. Bahas pentingnya peningkatan frekuensi jantung, TD,
menghentikan merokok dan dan vasokontriksi, mengurangi
bantu pasien dalam membuat oksigenasi jaringan, dan
rencana untuk berhenti meningkatkan beban kerja
merokok. miokardium.
7. Kurangnya kerja sama adalah alasan
umum kegagalan terapi
7. Beri penguatan pentingnya kerja antihipertensif. Oleh karenanya,
sama dalam regimen evaluasi yang berkelanjutan untuk
pengobatan dan kepatuhan pasien adalah penting
mempertahankan perjanjian untuk keberhasilan pengobatan.

24
tindak lanjut. 8. Dengan mengindividualisasikan
jadwal pengobatan sehingga sesuai
8. Bantu pasien untuk dengan kebiasaan/ kebutuhan pribadi
mengembangkan jadwal yang pasien dapat memudahkan kerja
sederhana, memudahkan untuk sama dengan regimen jangka
minum obat. panjang.
9. Penghentian obat mendadak
menyebabkan rebounnd hipertensi
9. Jelaskan tentang obat yang yang dapat mengarah pada
diserap bersamaan dengan komplikasi berat.
rasional, dosis, efek samping
yang diperkirakan serta efek
yang merugikan, dan
idiosinkrasi,
mis.,Antihipertensi: minum
dosis yang diresepkan pada
jadwal teratur, hindari
melalaikan dosis, mengubah
atau melebihi dosis, dan jangan
menghentikan tanpa

25
memberitahu pemberi asuhan 10. Penggantian diet lebih baik daripada
kesehatan obat dan semua ini diperlukan untuk
10. Instruksikan pasien tentang memperbaiki kekurangan. Beberapa
peningkatan masukan makanan/ penelitian menunjukkan bahwa
cairan tinggi kalium, mis., mengkonsumsi kalsium 400-200 mg
jeruk, pisang, tomat, kentang, perhari dapat menurunkan TD
aprikot, kurma, buah ara, sistolik dan diastolik. Memperbaiki
kismis, gatorade, sari buah kekurangan mineral dapat juga
jeruk, dan minuman yang mempengaruhi TD.
mengandung tinggi kalsium,
mis., susu rendah lemak,
yoghurt, atau tambahan kalsium 11. Kelebihan lemak jenuh, kolesterol,
sesuai indikasi. natrium, dan kalori telah
11. Jelaskan rasional regimen diet didefinisikan sebagai risiko nutrisi
yang diharuskan (biasanya diet dalam hipertensi. Diet rendah lemak
rendah natrium, lemak jenuh, dan tinggi lemak poli-takjenuh
dan kolesterol) rnenurunkan TD, kemungkinan
melalui keseimbangan prostaglandin,
pada orang-orang normotensif dan
hipertensi.

26
12. Dengan menyelingi istirahat dan
aktivitas akan meningkatkan
12. Tekankan pentingnya toleransi terhadap kemajuan
perencanaan/ penyelesaian aktivitas.
periode istirahat harian. 13. Selain membantu menurunkan TD,
aktivitas aerobik merupakan alat
13. Dorong pasien untuk membuat rnenguatkan sistem kardiovaskular.
program olahraga sendiri seperti Latihan isometrik dapat
olahraga aerobik (berjalan, meningkatkan kadar katekolamin
berenang) yang pasien mampu serum, akan lebih meningkatkan TD.
lakukan. Tekankan pentingnya
menghindari aktivitas isometrik. 14. Sumber-Sumber di masyarakak
14. Berikan informasi tentang seperti Yayasan Jantung Indonesia,
sumber-sumber di masyarakat coronary club, klinik berhenti
dan dukungan pasien dalam merokok, program penurunan berat
membuat perubahan pola hidup. badan, kelas penanganan stres, dan
Lakukan untuk rujukan bila ada pelayanan konseling dapat
indikasi. membantu pasien dalam upaya
mengawali dan mempertahankan
perubahan pola hidup.

27
Kesimpulan Asuhan Keperawatan Hipertensi
Dari data yang diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa klien tersebut di diagnosa menderita hipertensi. Hipertensi yang diderita oleh
klien pada kasus diatas disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya jenis konsumsi makanan yang kurang baik, merokok, stress, pola
hidup kurang baik, dan juga faktor usia. Sehingga, evaluasi yang dapat dicapai oleh tenaga kesehatan yang menangani klien diatas bisa
berbuah berhasil apabila klien dapat mencapai target yang diharapkan atau mencapai hasil tujuan intervensi yang diberikan. Sedangkan,
proses perawatan akan dikatakan gagal apabila tujuan yang ditetapkan sebelumnya tidak tercapai sehingga perlu dilakukan proses asuhan
keperawatan ulan

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan gangguan tekanan darah yaitu peningkatan tekanan


darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian dini karena berkaitan dengan
resiko penyakit kardiovaskuler. Hipertensi berkaitan dengan pola hidup yang
kurang baik seperti makan makanan berlemak, jarang mengkonsumsi buah-
buahan dan sayur-sayuran yang kaya akan zat gizi, jarang berolahraga, merokok
sejak usia dini, sering minum minuman beralkohol, sering mengalami stres berat,
ataupun penderita hipertensi yang tidak rutin meminum obat. Hipertensi juga
dapat menyebabkan komplikasi penyakit lain seperti stroke, penyakit jantung,
gagal ginjal, dan penyakit arteri koronaria. Bedasarkan hal-hal tersebut sangat
diperlukan asuhan keperawatan yang tepat untuk para penderita hipertensi. Dan
juga penatalaksanaanya meliputi terapi medis maupun non medis.

4.2 Saran

- Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan untuk penulis maupun
para pembacanya.
- Kritik dan masukan yang membangun dari pembimbing juga sangat
diharapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

30
REFERENSI

Aaronson P. I. Ward J. P. T. (2010). At a Glance: Sistem Kardiovaskular 3rd Ed.


Jakarta: Penerbit Erlangga
Asih, Niluh Gede Yasmin. (2003). Keperawatan Medikal Bedah dengan Ganguan
Sistem Pernapsan. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.
Jakarta: EGC
Corwin, Elizabrth J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed, 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ganong W.F. (2008). Fisiologi Kedokteran 22nd Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. 1999. Harrison Prinsip-
prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol I Ed. 13. Jakarta: EGC.

Kozier B., Erb G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lumenta, Noco A, dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya:
Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Price & Lorraine. (2002). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Vol
1. Jakarta : EGC
Ronny, Setawan, Sari Fatimah. (2008). Fisiologi Kardiovaskular: Berbasis
Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC
Sandjaja, Atmarita. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta:
Kompas.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

Soenardi, T., Soetardjo, S. 2005. Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi.


Jakarta: Gramedia.

31
Tambayong, Jan (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan; Editor Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Tierney, L.M. McPhee, S. Papadakis, M. (2002). Diagnosis Dan Terapi
Kedokteran (Penyakit Dalam). Jakarta : Salemba Medika.

32

Anda mungkin juga menyukai