Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi dilingkungan sekitarnya sebagai
dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Masa remaja merupakan masa yang
paling krisis dalam rentang kehidupan perkembangan sosio emosional, karena
masa ini merupakan masa peralihan yang menjadikan individu itu bingung
dalam mengambil keputusan. Gambaran perkembangan masa hidup seorang
anak remaja 15 tahun misalnya, akan menggambarkan diri mereka sendiri di
dalam fikirannya. Gambaran-gambaran apa yang akan di tekankan untuk
masa depannya. Mereka akan melakukan perluasan minat mengenai potret diri
dan pencarian suatu identitas selama masa remaja. Aspek-aspek lain yang
terkait dalam masa remaja ini seperti keluarga, teman-teman sebaya, dan
kebudayaan serta ritual peralihan yang akan mempengaruhinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa


masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan perkembangan sosio-emosional remaja.
Bagaimana hubungan dalam keluarga pada masa remaja, Bagaimana
hakekat otonomi dan attachement pada masa remaja, Seberapa luaskah
konflik orang tua remaja, bagaimana konflik itu mempengaruhi
perkembangan remaja, Apakah kematangan remaja dan orang tua
mempengaruhi bagaimana remaja dan orang tua berinteraksi,
Bagaimana peran teman sebaya dalam perkembangan masa remaja,
Apa pengaruh kebudayaan terhadap perkembangan masa remaja dan
bagaimana perkembangan identitas pada masa remaja ?
2. Apa saja contoh kasus perkembangan pribadi sosio-emosional, analisis
dan solusi.

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di ambil tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosio-
emosional remaja, hubungan dalam keluarga pada masa remaja,
hakekat otonomi dan attachement pada masa remaja, peran teman
sebaya dalam perkembangan masa remaja, kebudayaan terhadap
perkembangan masa remaja dan perkembangan identitas pada masa
remaja
2. Untuk mengetahui contoh kasus perkembangan sosio-emosional
remaja, analisis dan solusi.

D. Manfaat
Mengetahui perkembangan sosioemosional pada masa remaja hubungan
dalam keluarga pada masa remaja, hakekat otonomi dan attachement pada
masa remaja, peran teman sebaya dalam perkembangan masa remaja,
kebudayaan terhadap perkembangan masa remaja dan perkembangan
identitas pada masa remaja. Mengetahui analisis dari kasus-kasus yang telah
di jelaskan agar dapat menemukan solusi-solusi yang tepat.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Sosio-emosional
Perkembangan Sosio-emosional Remaja adalah Remaja yang berada dalam
pencarian kepastian hidup, misalnya mengenai masa depan, identitas diri, apa
yang akan dikerjakan dalam hidup remaja terutama dipengaruhi oleh
keluarga,terutama orang tua, dan teman-teman sebaya. Remaja memang
memasuki suatu dunia yang terpisah dari orang tua, tetapi Attachment dengan
orang tua meningkatkan kemungkinan remaja untuk menjadi kompeten secara
sosial dan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dengan cara-cara yang sehat.
Konflik dengan orangtua pada taraf yang ringan dapat berfungsi untuk
meningkatkan otonomi dan identitas, tetapi pada taraf yang berat beberapa kasus
menunjukkanadanya dampak negatif pada remaja. Tekanan yang dialami remaja
tidak hanyabersumber dari relasinya dengan orang tua tetapi juga dengan rekan-
rekan sebayanya. Tekanan untuk mengikuti teman-teman sebaya sangat kuat pada
masa remaja. Keanggotaan dalam kelompok atau klik tertentu berpengaruh
terhadap peningkatan harga diri. Di sisi lain, remaja yang mandiri juga
memperlihatkan harga diri yang tinggi

B. Keluarga
Salah satu yang mempengaruhi perkembangan harga diri adalah
hubungannya dengan orang lain, terutama orang terdekat seperti orang tua,
saudara kandung, dan teman dekat. Diantara struktur sosial yang ada, keluarga
merupakan hal yang paling penting, karena keluarga merupakan lingkungan yang
paling dekat, baik secara fisik maupun dukungan sosial.

B.1 Otonomi dan attachment.


Tuntutan remaja akan otonomi dan tanggung jawab membingungkan dan
membuat marah banyak orang tua. Orang tua akan menjadi frustrasi karena
mereka berharap remaja mereka menuruti nasehat mereka, mau meluangkan
waktu bersama dengan keluarga , dan tumbuh untuk melakukan apa yang benar [
Collins Luebker, 1993 ]. Kebanyakan orang tua mengantisipasi kesulitan remaja

3
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan masa remaja, tetapi hanya sedikit
yang dapat membayangkan kuatnya hasrat seorang ramaja untuk meluangkan
waktu bersama dengan teman sebaya atau seberapa banyak remaja ingin
memperlihatkan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan
kegagalan mereka, bukan orang tua mereka.
Ketika remaja menuntut otonomi, orang dewasa yang bijaksana melepaskan
kendali dibidang-bidang dimana remaja dapat mengambil keputusan yang masuk
akal tetapi tetap terus membimbing remaja untuk mengambil keputusan yang
masuk akal pada bidang dimana pengetahuan remaja terbatas. Dengan demikian
secara berangsur-angsur remaja memperoleh kemampuan untuk mengambil
keputusan matang secara mandiri.
Dalam perkembangannya attachment dengan orang tua pada masa remaja
dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, sebagaimana
tercermin dalam ciri-ciri seperti harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan
fisik [ Allen dkk, 1994; Kobak Cole, 1993; Onishi Gjerde, 1994 ]. Dengan
demikian attachment dengan orang tua selama masa remaja dapat berlaku sebagai
fungsi adaptif , yang menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat
menjelajahi dan menguasai lingkungan baru dan dunia sosial yang luas dalam
suatu cara yang secara psikologis sehat. Attachment yang kokoh dengan orang tua
dapat menyangga remaja dari kecemasan dan potensi perasaan depresi atau
tekanan emosional yang berkaitan dengan transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa, mereka memahami keluarga mereha sebagai keluarga yang kohesif dan
mengeluhkan sedikit kecemasan sosial atau perasaan depresi [ Papini, Roggman,
Anderson, 1990 ].

B.2 Konflik orang tua remaja.


Masa awal remaja ialah suatu periode ketika konflik dengan orang tua
meningkat melampaui tingkat masa anak-anak [ Steinberg, 1993 ]. Peningkatan
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor al : perubahan biologis pubertas,
perubahan kognitif yang meliputi idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial
yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada
orang tua, dan harapan yang dilanggar orang tua dan remaja. Remaja

4
membandingkan orang tuanya dengan suatu standar ideal dan mengecam
kekurangannya.orang tua yang menyadari bahwa transisi ini memerlukan waktu,
menangani anak muda mereka secara lebih kompeten dan tenang daripada orang
tua yang menuntut ketaatan segera terhadap standar orang dewasa. Sebaliknya
membiarkan remaja melakukan apa yang mereka inginkan tanpa pengawasan,
juga kurang bijaksana. Perselisihan dan perundingan kecil orang tua remaja ini
akan mempermudah transisi remaja dari tergantung pada orang tua menjadi
seorang individu yang memiliki otonomi. Kesadaran bahwa konflik dan
perundingan dapat berperan sebagai fungsi perkembangan yang positif dapat juga
menurunkan kemarahan orang tua.

B.3 Kematangan Remaja dan orang tua.


Dengan perubahan perubahan yang dialami remaja dan orang tua, akan
menjadikan kematangan secara sosial emosional. Diantara perubahan remaja
ialah pubertas, berkembangnya penalaran logis dan meningkatnya pemikiran
idealistis dan egosentris, pelanggaran harapan-harapan, perubahan di sekolah,
teman sebaya, persahabatan, serta menuju kemandirian. Orang tua akan menatap
kemasa depan secara lebih mantap dan berpikir tantang berapa banyak lagi waktu
yang tersisa untuk meraih apa yang mereka inginkan. Akan tetapi remaja semakin
optimis menatap masa depan yang tidak terbatas, dan merasa bahwa mereka
memiliki sejumlah waktu yang tidak terbatas untuk meraih apa yang mereka
inginkan.

C. Teman Sebaya
Masalah yang sering terjadi pada remaja didalam hubungannya dengan
keluarga adalah kebutuhan remaja yang tidak dipahami oleh anggota keluarga
yang lain, yaitu pentingnya kehadiran teman-teman . pada masa ini
ketergantungan anak dengan keluarga mulai berkurang, dan seorang remaja akan
lebih sering untuk menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Pada masa
remaja, teman-teman menjadi figur yang penting dan merupakan hal yang menjadi
penekanan sosial bagi remaja, lebih dari orang tua.

5
C.1 Tekanan Teman sebaya dan tuntutan konformitas.
Komformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat
bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk
perilaku konformitas yang negatif, seperti : menggunakan bahasa yang jorok,
mencuri, merusak, dan mengolok-olok orang tua dan guru. Tapi ada juga
konformitas teman sebaya yang tidak negatif dan terdiri atas keinginan untuk
dilibatkan dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian yang sama dengan
teman-teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota kelompok,
serta sering melibatkan diri pada kegiatan prososial, seperti mengumpulkan uang
untuk kegiatan social dengan tujuan yang bermakna.

C.2 Klik dan Kelompok.


Kebanyakan relasi dengan kelompok teman sebaya pada masa remaja dapat
dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk : kelompok, klik, atau
persahabatan individual. Kelompok (crowd) ialah kelompok-kelompok remaja
yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota kelompok bertemu karena ada
kepentingan , bukan karena saling tertarik. Klik ialah kelompok yang lebih kecil,
memiliki kedekatan yang lebih besar di antara anggota, dan lebih kohesif daripada
kelompok. Keanggotaan pada klik biasanya berkaitan dengan harga diri remaja [
Brown Lohr, 1987 ]. Klik-klik ini meliputi yang berorientasi atletik, murid yang
terkenal memimpin kegiatan sosial, murid yang sering berbuat onar, murid yang
terkenal menggunakan obat-obatan dan kenakalan lainnya. Namun ada juga murid
yang tidak mau bergabung, karena menurut mereka keanggotaan klik tidak
penting, namun merka memiliki harga diri yang setara dengan murid populer.

C.3 Kelompok Remaja versus Kelompok Anak-anak.


Kelompok anak-anak bersifat kurang formal, kurang heterogen, dan kurang
hetero-seksual dari pada kelompok remaja. Anggota kelompok anak-anak
seringkali adalah teman-teman atau kenalan tetangga. Namun kelompok remaja
cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Pada akhir masa anak-anak ,
anak laki-laki dan anak perempuan berpartisipasi dalam klik yang kecil, yang
anggotanya berjenis kelamin sama. Ketika mereka memasuki tahun awal masa

6
remaja , klik yang anggotanya berjenis kelamin sama mulai berinteraksi satu sama
lain. Secara berangsur-angsur para pemimpin dan anggota yang berstatus tinggi
membentuk klik lebih lanjut yang berdasarkan relasi heteroseksual.

C.4 Berkencan
Berkencan bagi remaja ialah suatu konteks dimana harapan peran yang
berkaitan dengan gender meningkat. Laki-laki merasakan tekanan untuk tampil
secara maskulin dan perempuan merasakan tekanan untuk tampil secara feminim.
Khusus pada awal masa remaja, ketika perubahan pubertas terjadi, remaja laki-
laki ingin memperlihatkan bahwa ia mungkin adalah laki-laki terbaik, dan remaja
perempuan ingin memperlihatkan bahwa dia mungkin adalah perempuan yang
terbaik. Berkencan dapat merupakan suatu bentuk seleksi pasangan, rekreasi,
sumber status dan prestasi, serta suatu lingkungan untuk belajar tentang relasi
yang akrab.

D. Kebudayaan dan Perkembangan Remaja


Kita hidup di dunia yang semakin beragam, suatu dunia dimana terjadi
peningkatan kontak antara remaja dari kelompok-kelompok kebudayaan dan etnis
yang berbeda.
D.1 Perbandingan Lintas Budaya dan Ritual Peralihan.
Seperti pada periode-periode perkembangan remaja. Ritual-ritual menandai
suatu transisi individual dari suatu status ke status lain, khususnya ke masa
dewasa. Pada banyak kebudayaan primitif, ritual peralihan adalah jalan dimana
remaja memperoleh akses ke dalam praktek-praktek orang dewasa, kedalam
pengetahuan, dan kedalam seksualitas [ MacDonald, 1991; Sommer, 1978 ].
Ketiadaan ritual peralihan yang jelas menyebabkan pencapaian status dewasa
membingungkan. Banyak individu tidak yakin apakah mereka telah atau belum
mencapai status dewasa.
D.2 Etnisitas.
Etnisitas dan kelas sosial dapat berinteraksi dalam berbagai cara yang
melebih-lebihkan pengaruh etnisitas karena orang-orang yang berasal dari etnis
minoritas lebih banyak diwakili dalam tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah

7
di masyarakat amerika (Spencer & Dornbusch, 1990). Banyak penelitian tentang
remaja etnis minoritas tidak menghiraukan pengaruh-pengaruh etnisitas dan kelas
sosial. Walaupun tidak semua keluarga etnis minoritas miskin, kemiskinan
memicu stres pada banyak remaja etnis minoritas.
Memahami perbedaan ini merupakan aspek penting untuk dapat berhubungan
baik dengan orang lain dalam suatu dunia yang beraneka ragam, multikultural.
Kelompok etnis minoritas tidak homogen, mereka memiliki latar belakang sosial,
sejarah, dan ekonomi yang berbeda. Kegagalan untuk menyadari keanekaragaman
dan perbedaan individual berakibat pada tumbuhnya stereotipe kelompok etnis
minoritas. Konflik-konflik nilai sering dilibatkan ketika individu-individu
berespon terhadap isu-isu etnis. Suatu konflik nilai yang menonjol meliputi
asimilasi versus pluralisme.
Asimilasi mengacu pada peleburan kelompok etnis minoritas kedalam
kelompok yang dominan, yang sering berarti hilangnya beberapa atau pada
akhirnya semua perilaku dan nilai-nilai kelompok etnis minoritas tersebut.
Sebaliknya, Kemajemukan [ pluralism ] mangacu kepada kehidupan bersama
kelompok etnis dan kebudayaan yang khas di dalam masyarakat yang sama.
Orang yang mengadopsi pendirian kemajemukan biasanya mendukung bahwa
perbedaan kebudayaan harus dipertahankan dan dihargai.

E. Identitas
Sejauh ini teori yang paling komprehensif dan provokatif tentang
perkembangan identitas diungkap oleh Erik Erikson, yaitu kebingungan identitas
pada tahap kelima dalam delapan tahapan kehidupan Erikson. Selama masa
remaja, pandangan dunia menjadi penting bagi individu yang memasuki suatu
penundaan psikologis[psychological moratorium], suatu kesenjangan antara
keamanan masa anak-anak dan otonomi masa dewasa. Kaum muda yang berhasil
mengatasi identitas-identitas yang saling bertentangan selama masa remaja,
muncul dengan suatu kepribadian yang menarik dan dapat diterima.
Perkembangan identitas sangat kompleks. Hal ini terjadi sedikit demi sedikit dan
potongan demi potongan. Untuk pertama kali dalam perkembangan masa remaja,

8
individu-individu secara fisik, kognitif, dan sosial telah cukup dewasa untuk
mensintesiskan kehidupan mereka dan mengikuti suatu jalan menuju kedewasaan.
E.1 Empat Status Identitas.
James Mercia seorang Pakar Psikologi kanada mengemukakan bahwa ada
empat status identitas yang didasarkan atas suatu kombinasi konflik dan
komitmen, yaitu : penyebaran identitas (Identity diffusion), pencabutan identitas
(identity foreclosure), penundaan identitas (Identity moratorium), dan pencapaian
identitas (identity achievement). Krisis (crisis ) merupakan suatu periode
perkembangan identitas selama masa remaja menentukan pilihan yang bermakna
atau masa penjajakan. Komitmen ( commitment) didefinisikan sebagai bagian
dari perkembangan identitas dimana remaja memperlihatkan suatu tanggung
jawab pribadi dalam apa yang mereka akan lakukan.
Penyebaran Identitas (Identity diffusion ) ialah istilah untuk menggambarkan
remaja yang belum mengalami suatu krisis (belum menjajaki pilihan-pilihan
yang bemakna) atau membuat komitmen apapun.
Pencabutan Identitas (identity foreclosure), ialah menggambarkan remaja
yang belum mengalami suatu krisis (menjajaki pilihan-pilihan yang bemakna)
tapi sudah membuat suatu komitmen.
Penundaan Identitas (Identity moratorium), ialah istilah yang
menggambarkan remaja yang sedang berada di tengah-tengah suatu krisis,
tetapi belum ada komitmen apapun.
Pencapaian Identitas (identity achievement), istilah untuk remaja yang sudah
mengalami krisis dan sudah melakukan komitmen.
Beberapa pakar yakin identitas utama berubah pada akhir masa remaja.
Mahasiswa tingkat akhir cenderung telah mencapai identitas mereka, walaupun
masih banyak yang bergumul dengan komitmen-komitmen ideologis.

E.2 Pengaruh keluarga terhadap identitas.

Orang tua adalah tokoh yang paling penting dalam perkembangan identitas
remaja. Dalam studi-studi yang mengkorelasikan perkembangan identitas remaja
dengan gaya-gaya pengasuhan. Orang tua dengan gaya pengasuhan demokratis,
yang mendorong remaja untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
keluarga akan mempercepat pencapaian identitas. Orang tua dengan gaya

9
pengasuhan otokratis, yang mengendalikan perilaku remaja tanpa memberi suatu
peluang untuk mengemukakan pendapat, akan menghambat pencapaian identitas.
Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif, yang memberi bimbingan terbatas
kepada remaja dan mengizinkan mereka mengambil keputusan sendiri akan
meningkatkan kebingungan identitas (Bernard,1981;Enright,dkk,1980;
Mercia,1980).
Selain melakukan studi tentang gaya pengasuhan, para peneliti juga menguji
peran individualitas dan keterkaitan, perannya penting dalam perkembangan
identitas remaja. Individualitas (individuality) terdiri dari dua dimensi , yaitu :
Penegasan diri (self-assertion ), yaitu kemampuan untuk memiliki dan
mengkomunikasikan suatu sudut pandang,
Keterpisahan (separateness), yaitu penggunaan pola-pola komunikasi untuk
mengemukakan bagaimana seseorang berbeda dari yang lain.

Ketertarikan (connectedness) juga terdiri dari dua dimensi yaitu :

mutualitas (mutuality), yaitu kepekaan dan penghormatan terhadap


pandangan-pandangan orang lain
kemampuan menerima (permeability), yaitu keterbukaan terhadap
pandangan-pandangan orang lain.

E.3 Kebudayaan dan Aspek Etnis pada Identitas

Erikson, 1968 secara khusus tertarik terhadap peran kebudayaan dalam


perkembangan identitas. Kelompok-kelompok etnis minoritas berjuang untuk
mempertahankan identitaskebudayaan mereka saat berbaur ke dalam kebudayaan
yang dominan. Bagi banyak pemuda etnis minoritas, kurangnya model peran yang
berhasil membuat beberapa pemuda etnis minoritas mengikuti nilai-nilai etnis
yang dominan kelas menengah dan berhasil mengidentifikasikan diri dengan
model-model itu. Dalam lingkungan perkotaan yang berpenghasilan rendah
dimana dukungan bagi pengembangan identitas yang positif tidak ada, organisasi
dan program yang efektif bagi pemuda dapat memberi kontribusi yang penting
bagi pengembangan identitas yang positif. Mereka berharap akan organisasi yang
mampu memahami sifat mereka sebagai remaja yang memiliki kekhawatiran,
mudah tergoda, dan kesepian namun sekaligus juga memandang mereka sabagai

10
individu yang memiliki potensi, berharga, dan ingin memiliki kehidupan yang
sehat dan produktif yang memberi jalan positif bagi perkembangan identitas
pemuda etnis minoritas.

E.4 Gender dan Perkembangan Identitas

Dalam sajian klasik Erikson, 1968 tentang perkembangan identitas,


pembagian kerja di antara jenis kelamin tercermin dalam pernyataan bahwa
aspirasi kaum laki-laki berorientasi pada karir komitmen-komitmen ideologis,
sementara aspirasi kaum perempuan terpusat sekitar pernikahan dan pengasuhan
anak. Studi terbaru memperlihatkan bahwa ketika kaum perempuan
mengembangkan minat-minat pekerjaan yang lebih kuat, perbedaan jenis kelamin
dalam identitas beralih menjadi persamaan. Akan tetapi yang lain berpandapat
bahwa ikatan-ikatan relasi dan emosi lebih sentral dalam perkembangan identitas
kaum perempuan daripada kaum laki-laki, dan bahwa perkembangan identitas
kaum perempuan dewasa ini lebih kompleks daripada perkembangan identitas
kaum laki-laki.

E.5 Eksplorasi dalam perkembangan Pendidikan, Pekerjaan, dan


Identitas.
Susan Harter, 1990 menyatakan pentingnya program-program pengembangan
bagi pemuda yang meningkatkan eksplorasiyang aktif dan realistis terhadap tujuan
identitas yang lebih luas, seperti pilihan pendidikan dan pekerjaan. Strategi untuk
meningkatkan perkembangan identitas adalah dengan mendorong masyarakat
untuk menyadari keuntungan kompetensi yang positif dalam banyak bidang yang
berbeda, tidak hanya kompetensi akademis. Strategi lain adalah mengakui bahwa
pendidikan merupakan alat utama untuk mencapai keberhasilan, dan untuk
memberi dukungan yang lebih baik dan perhatian yang lebih terindividualisasi
kepada remaja yang keterampilan akademisnya buruk dan harga dirinya rendah.

11
BAB III

KASUS, ANALISIS, DAN SOLUSI

A. KASUS

kasus 1

Lokasi : Sukun, Malang


Hari / tanggal : 3 Juli 2012.
Pelaku : M Sahrul Romadhon (14 tahun)
Bentuk perilaku : Kabur dari rumah
Latar belakang : Ia diduga takut dimarahi orangtuanya lantaran
tidak naik kelas dan mengecewakan orang tuanya sehingga ia frustasi.
Pemicu : Ada teman yang lebih dahulu kabur dari rumah.
Sahrul diketahui sempat pergi bersama salah satu teman sekolahnya, TG,
yang ternyata juga kabur dari rumah orangtuanya gara-gara hal yang sama.
Akibat : Membuat cemas seluruh pihak keluarga dan
masyarakat dan merasa dirinya tak berharga.
Sumber : Tribunnews.com

kasus 2

Lokasi : Mojosongo, Solo


Hari / tanggal : 22 Juni 2010
Pelaku : Fani (16 tahun)
Bentuk perilaku : Gantung Diri
Latar belakang : Orang tuanya melarang untuk berpacaran.
Pemicu : Didera stress yang mengakibatkan tekanan
sisiologis dalam jiwa (Depresi) karna tak mendapat restu untuk pacaran
dari orang tua.
Akibat : Meninggal Dunia.
Sumber : Joglosemar.com

12
B. Analisis

Kasus 1

Tingkat emosi seorang remaja memang sangat labil, sehingga ia sangat


sulit untuk mengatur emosinya. Dengan demikian banyak remaja apabila
sedang stress karena suatu keinginan yang tak tercapai, usaha yang terwujud
maka ia akan sangat bingung, malu, serta marah. Tak jarang dia akan
mengambil suatu keputusan yang sangat jauh dari nalar, karena itu diluar akal
yang sehat. Contoh pada kasus 1 seorang remaja melakukan kegiatan kabur dari
rumah, karena dia tidak naik kelas. Sehingga ia sangat malu dan frustasi karena
telah mengecewakan orang tuanya.

Karena fikirannya sudah sangat kalut sehingga ia mengambil


keputusan untuk kabur dari rumah, untuk menghilangkan rasa malu dan
frustasinya. Padahal itu adalah suatu kegiatan yang akan menimbulkan efek
besar terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Mengapa demikian? Karena jika
ia kabur dari rumah, maka pendidikannya akan terganggu, tidak mendapatkan
kasih sayang orang tua, membuat resah orang tua, dan bakal menjadi pencarian
pihak berwajib sebagai orang hilang.

Semua efek diatas tidak akan terfikirkan olehnya, karena pada saat itu
difikirannya hanya ingin lari dari rasa frustasi dan malu. Sehingga ia melakukan
hal itu yaitu kabur dari rumah.

Kasus 2

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami


peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah
(Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami
masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai
akibat terjadinya perubahan sosial.

13
Kehidupan yang penuh stres pada saat ini seperti adanya bencana yang
terjadi dimana-mana, dan berbagai peristiwa hidup yang menyedihkan dapat
menyebabkan remaja mengalami depresi. Perlu diketahui bahwa remaja pun
bisa kena depresi dan kalau tidak diatasi, episode depresi dapat berlanjut hingga
remaja tersebut dewasa. Tetapi yang paling membahayakan dari depresi adalah
munculnya ide bunuh diri atau melakukan usaha bunuh diri. Hinton (1989)
mengatakan bahwa meskipun depresi yang diderita tidak parah namun risiko
untuk bunuh diri tetap ada .Tingkat emosi seorang remaja memang sangat labil
dalam pencarian identitas diri, sehingga ia sangat sulit untuk mengatur
emosinya. Remaja merupakan kelompok labil karena sedang dalam fase
perkembangan kepribadian. Remaja berada dalam pencarian kepastian hidup,
misalnya mengenai masa depan, identitas diri, apa yang akan dikerjakan dalam
hidup. Jika pengalaman yang ada tidak sesuai dengan harapan, anak akan
merasa tidak ada kepastian diri, tidak memiliki masa depan sehingga remaja
merasa tidak berarti

Dwidjo menambahkan, lingkungan sangat berperan. Anak yang tidak


berkembang secara optimal dan kurang mendapat dukungan kondusif dari
keluarga dan lingkungan akan tumbuh menjadi remaja yang tidak tangguh.
Bentuknya, remaja bertindak nakal, atau sebaliknya berupaya bunuh diri.

Karena hal yang sangat-sangat sepele atau sebelah mata pada kasus ini,
yaitu orang tuanya melarang remaja itu untuk berpacaran dulu. Mereka (orang
tua) menginginkan agar anaknya lebih konsentrasi dalam belajarnya,agar ia
dapat sukses dahulu. Tapi sang anak tersebut tidak bisa memikirkan segi positif
apa yang diharapkan orang tuanya, sehingga ia menganggap kalau orang tuanya
tersebut mengekang kebebasannya. Semua hal itu tidak akan terjadi apabila
sang remaja tersebut memiliki kedewasaan atau ketenangan dalam berfikir.

Apabila sang remaja tersebut tidak dapat dewasa atau ketenangan dalam
berfikir, maka ia akan melakukan hal tersebut yaitu bunuh diri. Sebab ia sangat
frustasi dengan ketentuan orang tuanya yang melarangnya untuk berpacaran.
Sehingga ia akan bunuh diri.

14
Teori yang relevan

1. Masa remaja ialah suatu periode ketika konflik dengan orang tua
meningkat melampui tingkat masa anak-anak (Steinberg, 1993).
2. Pelarian diri dari rumah, kenakalan remaja, putus sekolah, kehamilan dan
pernikahan yang terlalu dini, keterlibatan dengan sekte-sekte keagamaan,
dan penyalahgunaan obat-obatan (Brook, dkk,1990)
3. Orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi
lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang
tua (Collins, 1990)
4. Konflik sehari-hari yang mencirikan relasi orang tua-remaja sebenarnya
dapat berperan sebagai fungsi perkembangan yang positif (Blos, 1989;
Hill, 1983)
5. Remaja yang mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan orang tua
menjajaki perkembangan identitas lebih aktif daripada remaja yang tidak
menggungkapkan ketidaksetujuannya dengan orang tua mereka (Cooper,
dkk, 1982).
6. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa konflik antara orang tua dan
remaja adalah yang paling penuh tekanan selama puncak pertumbuhan
pubertas (Hill, dkk, 1985; Silverberg & Zeinberg, 1990; Steinberg, 1981,
1988)
7. Beberapa teman sebaya mendukung pencapaian akademis yang tinggi,
sedangkan teman sebaya lainnya menunjukkan isyarat bahwa prestasi
akademis bukanlah hal yang mereka kehendaki, mungkin melalui
pemberian olok-olok kepada siswa yang rain, atau melalui dorongan
kepada teman-temannya untuk membolos (Altermatt & Pomerantz, 2003;
B.B. Brown, 1993; E.N. Walker, 2006)
8. Remaja meluangkan banyak waktu dengan teman-teman sebaya lebih
banyak daripada pada pertengahan dan akhir masa anak-anak.
9. Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat
bersifat positif maupun negative (Camarena,1991; Foster-Clark & Blyth,
1991; Pearl, Bryan, & Herzog,1990; Wall, 1993)

15
10. Pada tahap remaja, remaja cenderung pergi bersama-sama dengan seorang
teman sebaya untuk mencuri dop mobil, menggambar graffiti di dinding,
atau mencuri kosmetik di suatu toko (Berndt & Perry; 1990)
11. Partisipasi jenis kelamin yang berbeda dalam kelompok meningkat selama
masa remaja (Dunphy;1983).
12. Kebanyakan anak perempuan di Amerika Serikat mulai berkencan pada
usia 14 tahun, sementara anak laki-laki mulai pada suatu waktu antara usia
14 dan 15 tahun (Douvan & Adelson, 1966)
13. Remaja perempuan memiiliki keinginan yang lebih kuat untuk penjajakan
keintiman dan kepribadian dalam berkencan daripada remaja laki-laki
(Duck, 1975)
14. Berkencan dapat menjadi sumber konflik di suatu kebudayaan, berkencan
pada remaja diawasi, dan berkencan di kalangan anak-anak perempuan
remaja di larang.
15. Saat memasuki remaja, beberapa remaja membentuk hubungan yang lebih
intens, lebih sarat muatan afeksi, dan lebih bersifat jangka anjangdengan
lawan jenisnya; hubungan tersebut seringkali juga (namun tidak selalu)
disertai keintiman seksual (B.B Brown, 1999; J. Connoly & Goldberg,
1999)

C. SOLUSI
1. Solusi Konseptual:
a. Menjaga komunikasi dengan orang tua.
b. Mengenali pribadi sendiri lebih dalam.
c. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif sesuai minat dan bakat.
2. Solusi Operasional
a. Menjaga komunikasi dengan orang tua.
Pada jaman sekarang ini banyak sekali himbauan bagi orang tua
untuk lebih terbuka dengan anak-anak mereka. Bagaimana jika remaja
sendiri yang mempunyai inisiatif untuk terbuka dengan orangtua?
Tidak sedikit, remaja cenderung untuk dekat dengan teman sebaya dari
pada dengan orangtua. Mengapa ada hal ini? Karna kebanyakan para

16
remaja berpikir orang tua bisanya hanya menghujam, melarang dan
mengomeli. Padahal semua orangtua tidak selamanya seperti apa yang
dipikirkan oleh remaja. Justru orangtua akan menyesal dan merasa
gagal jika remaja hanya terbuka pada kekasih atau teman-temannya.
remaja mungkin juga merasa canggung dan segan untuk bercerita
dengan ayah atau ibu di rumah tentang masalah yang dihadapi.Bila ada
masalah, remaja mungkin akan memilih diam atau pergi dari rumah.
Bahkan akan menjadi sangat buruk jika memutuskan bunuh diri hanya
karena masalah yang sebenarnya bisa dipecahkan dengan kegiatan
komunikasi.
Cara untuk lebih terbuka pada orangtua bisa dilakukan dengan
bersikap Asertif. Tujuan dari bersikap asertif adalah mengutarakan
keinginan kita pada ayah dan ibu di rumah. Berikut adalah tips yang
mungkin dapat membantu para remaja untuk lebih bersikap asertif
(terbuka) dengan keluarga:
Percaya pada orang tua kalau mereka pasti akan membantu
kita menyelesaikan masalah
Bila sulit dengan keduanya, tentukan manakah antara ayah
atau ibu yang lebih dekat.
Ketika berbicara dengan mereka, kenali perasaan orangtua
Ekspresikan masalah atau keinginan dengan jujur dan jelas
Berpikir positif ketika menghadapi masalah dengan
orangtua
Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orangtua pada kita
sebelum menanggapi perkataan mereka.
Perlu sebuah komunikasi yang saling menghargai antara
kita sebagai anak dan orangtua.
b. Mengenali pribadi diri sendiri lebih dalam.
Dalam perkembangan sosio-emosional remaja, remaja akan
mencari-cari jati dirinya dalam usahanya akan membuat harapan-
harapan yang ideal tentang masa depanya, seperti mendapat pekerjaan
apa, pasangan hidup siapa, dan lain-lain. Masa depan merupakan

17
bagian dari kehidupan, untuk itu jangan sampai tidak mengetahui apa
yang menjadi harapan remaja sendiri. Selama berjalannya waktu, di
situlah kesempatan untuk bisa mengenal diri sendiri. Meskipun tidak
akan langsung mengetahuinya, akan tetapi di masa depan nanti akan
lebih mengenal tentang diri dari apa yang telah dilalui
sebelumnya.Dalam pencarian jati diri ini remaja akan bertanya-tanya
pada diri sendiri tentang identitasnya, potensi dan bakat apa yang
dimiliki. Mengenali diri sendiri akan membuat remaja lebih percaya
diri dan dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi kehidupan.
Remaja dapat mengetahui dan mengenal kepribadiannya lebih dalam
dengan beberapa solusi sebagai berikut :
Bertanya kepada orang lain.
Jadi remaja harus bertanya-tanya juga kepada orang lain,
misalnya kepada teman-teman terdekat, orang tua, psikiater
dan guru bimbingan konseling yang ada di sekolahnya.
Agar dapat memperbanyak penilaian diri dari orang lain.
Membuat Time Schedule.
Dalam point pertama di jelaskan untuk mendapat penilaian
diri dari orang lain tentang pribadi seorang remaja. Maka
hal itu harus ada jadwal yang terorganisir dalam bertanya.
Agar penilaian tersebut benar adanya dalam rentang waktu.
Apakah sama dalam penilaian pertama, kedua dan
seterusnya. Hal itu akan membuat remaja mengetahui
perkembangan pribadi dirinya. Sehingga benar benar
terjaga kebenarannya.
Perbanyak membaca buku psikologi sifat-sifat manusia.
Memahami ajaran agama yang di anut dan lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta karena
sesungguhnya jalan kehidupan telah digariskanNya.
c. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif sesuai minat dan bakat.
Masa remaja adalah masa yang berapi-api. Masa medium atau
pertengahan menuju kedewasaan. Masa remaja adalah masa yang

18
paling penting untuk bekal hidup di waktu dewasa nanti. Agar menjadi
remaja yang sukses di masa depan remaja dapat mengikuti kegiatan
yang positif. Kegiatan yang positif mampu untuk mencegah diri dari
berbuat hal yang merugikan diri sendiri dan tentunya keluarga.
Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah sesuai dengan
hobi, minat dan bakat seperti, berorganisasi, basket, sepak bola, karate,
pramuka, dan sebagainya. Remaja akan menemukan jati diri dan
menemukan teman yang positif dari kegiatan tersebut. Peran orang
dewasa juga sangat perlu untuk mengarahkan remaja ke kegiatan yang
positif. Berikut adalah manfaat dari kegiatan berorganisasi yang dapat
memberi manfaat bagi remaja.
Memperluas pergaulan
Meningkatkan wawasan/pengetahuan
Membentuk pola pikir yang lebih baik
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Melatih leadership (kepemimpinan)
Belajar mengatur waktu
Memperluas jaringan (networking)
Mengasah kemampuan sosial

19
LAPORAN PRESENTASI
Pesentasi makalah yang berjudul Perkembangan Sosio-emosional pada
Remaja oleh kelompok 8 sebagai tim penulis yang telah di laksanakan pada
pertemuan kedua. di kelas TEP off A pada tanggal 27 September 2012 berupa
tampilan slide yang kami buat bersama sebagai berikut :

Slide 1

Slide 2

Ardiyanti Ulyana (120121410976)


Febri Prasetiawan (120121410985)
Fajar Ilman Aulia (120121410986)

20
Slide 3

Slide 4

Apa itu Perkembangan Sosio-


emosional Remaja ???

Perkembangan Sosio-emosional Remaja adalah


Remaja yang berada dalam pencarian kepastian
hidup, misalnya mengenai masa depan, identitas
diri, apa yang akan dikerjakan dalam hidup remaja
terutama dipengaruhi oleh keluarga,terutama orang
tua, dan teman-teman sebaya.

21
Slide 5

1.Keluarga

2.Teman Sebaya

3.Kebudayaan dan
Perkembangan Remaja

4. Identitas

Slide 6

keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat, baik secara fisik


maupun dukungan sosial. Sehingga terjadi kedekatan dan juga
sebaliknya yang dapat menimbulkan konflik

Otonomi dan Attachement

Tuntutan remaja akan otonomi/ kemandirian dan tanggung jawab


membingungkan dan membuat marah banyak orang tua. Orang tua akan
menjadi frustrasi karena mereka berharap remaja mereka menuruti nasehat
mereka, mau meluangkan waktu bersama dengan keluarga , dan tumbuh untuk
melakukan apa yang benar

22
Slide 7
Konflik Orang tua dan remaja

Masa awal remaja ialah suatu periode ketika konflik dengan orang tua
meningkat melampaui tingkat masa anak-anak

Kematangan Remaja dan orang tua

perubahan remaja ialah pubertas, berkembangnya penalaran logis dan


meningkatnya pemikiran idealistis dan egosentris, pelanggaran harapan-
harapan, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, serta menuju
kemandirian.

Slide 8

23
Slide 9
TekananTeman sebaya dan tuntutan
konformitas
Bersifat Positif
Bersifat Negatif

Klik dan Kelompok


kelompok
Klik atau persahabatan individual

Kelompok Remaja versus Kelompok


Anak-anak
anggotanya berjenis kelamin sama mulai berinteraksi satu sama lain
kelompok remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas

Berkencan
saat di mana perempuan ingin tampil feminim
dan laki-laki ingin tampil maskulin.

Slide 10

Kebudayaan dan
Perkembangan Remaja

A. Perbandingan Lintas Budaya dan Ritual Peralihan


Ritual-ritual menandai suatu transisi individual dari
suatu status ke status lain, khususnya ke masa dewasa.
B. Etnisitas
Memahami perbedaan ini merupakan aspek penting
untuk dapat berhubungan baik dengan orang lain dalam
suatu dunia yang beraneka ragam, multikultural

Identitas

24
Slide 11

Lokasi : Sukun, Malang


Hari / tanggal : 3 Juli 2012.
Pelaku : M Sahrul Romadhon (14 tahun)
Bentuk perilaku : Kabur dari rumah
Latar belakang : Ia diduga takut dimarahi orangtuanya lantaran tidak
naikkelas dan mengecewakan orang tuanya sehingga ia frustasi.
Pemicu : Ada teman yang lebih dahulu kabur dari rumah. Sahrul
diketahui sempat pergi bersama salah satu teman sekolahnya, TG, yang ternyata juga
kabur dari rumah orangtuanya gara-gara hal yang sama.
Akibat : Membuat cemas seluruh pihak keluarga dan masyarakat
dan merasa dirinya tak berharga
Sumber :Tribunnews.com

Slide 12

KAS US 2
Lokasi : Mojosongo, Solo
Hari / tanggal : 22 Juni 2010
Pelaku : Fani (16 tahun)
Bentuk perilaku : Gantung Diri
Latar belakang : Orang tuanya melarang untuk berpacaran.
Pemicu : Didera stress yang mengakibatkan tekanan
sisiologis dalam jiwa (Depresi) karna tak mendapat restu untuk
pacaran dari orang tua.
Akibat : Meninggal Dunia.
Sumber : Joglosemar.co

25
Slide 13

Kasus 1 Kasus 2
Orang tua merasa malu karna Orang tua memaksakan
anaknya tidak naik tingkat kehendak, melarang anak
Anak merasa tertekan dengan berpacaran.
tingkat emosi yang sangat labil Anak menjadi jenuh, depresi
sehingga membuatnya frustasi dan tertekan sehingga merasa
dirinya tak berharga lagi

Slide 14

Teori yang relevan

Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa


remaja dapat bersifat positif maupun negative (Camarena,1991;
Foster-Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan, & Herzog,1990; Wall,
1993)

Ka s u s 1

Remaja perempuan memiiliki keinginan yang lebih kuat untuk


penjajakan keintiman dan kepribadian dalam berkencan
daripada remaja laki-laki (Duck, 1975)
Ka s u s 2

26
Slide 15

Kenali diri terlebih dahulu


Lebih mendekatkan diri kepada yang maha kuasa
Tata niat terlebih dahulu untuk sekolah dengan sungguh-sungguh
Tentukan harapan yang ideal
Lakukan sesering mungkin untuk share/curhatdengan orang tua
Tingkatkan komunikasi dengan anak(untuk orang tua)
Turuti kemauan orang tua
Perbanyak belajar dalam waktu luang

Slide 16

Mengikuti training-training motivasi keagamaan dan belajar


yang efektif
Kegiatan semacam ini dapat menambah rasa kepercayaan diri siswa
terutama untuk remaja yang hanya mendapatkan sedikit peran dari
orang tua, untuk kasus yang kedua yaitu gantung diri yang dapat
menyebabkan hilangnya nyawa yang di larang oleh seluruh agama di
dunia harus mengikuti kajian lebih mendalam bahwa bunuh diri itu
dilarang .

Mencari kesibukan dengan menyalurkan bakat-bakat yang


kita miliki
Misalnya saja dengan mengikuti ekstrakulikuler dan unit-unit kegiatan
yang sesuai dengan minat si remaja. Sehingga waktu luang dapat
digunakan untuk hal hal yang bermanfaat.

27
Slide 17
Refresing setelah lama belajar
Refresing ini bertujuan untuk mengembalikan semangat belajar kita ketika
kita lelah setelah belajar. Misalnya dengan Hang-out bersama teman-teman
sebaya Bernyanyi, bermain, Menari bersama dan dapat di manfaatkan untuk
mencari identitas diri bersama teman-temannya.

Memperbaiki sistem pendidikan


Sistem pendidikan di Indonesia saat masa perkembangan
remaja seharusnya lebih di tingkatkan dalam hal spiritual
dan pencarian jati diri agar tehindar dari konflik-konflik
yang menghinggapi masa labil remaja. Anak-anak remaja di
didik untuk berperikelakuan yang positif, menumbuhkan
semangat belajar dan mengerti norma-norma yang berlaku
di masyarakat.

Slide 18

28
Setelah mempresetasikannya, diadakan sesi Tanya jawab sebagai respon
dari materi yang telah di jelaskan dari kelompok lainnya. Serta adanya respon
berupa kritik dan saran yang sangat membantu dalam penyelesaian revisi makalah
ini.

A. Pertanyaan dan Jawaban

1. Dari : Diyah Ayu EQ (kel.15)


Pertanyaan : Pada solusi konseptual yang ada pada slide ke 15 point ke
6 itu mencantumkan Tingkatkan komunikasi anak dengan
orang tua(orang tua). Cara meningkatkan komunikasi
yang baik dengan orang tua itu bagaimana?
Jawab : Cara meningkatkan komunikasi dengan orang tua adalah
orang tua dan anak harus bisa saling menjaga komunikasi
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.Sesibuk apapun
orang tua, orang tua harus mengingat anaknya. Orang tua
dan anak harus tahu kabar masing-masing. Cara
meningkatkannya banyak hal yang dapat di lakukan,
misalnya :
Pada saat makan bersama di lakukan diskusi-diskusi
kecil antara orang tua dan remaja.
Mengkspresikan masalah atau keinginan dengan jujur
dan jelas kepada orang tua
Misalnya remaja jauh dari pengawasan orang tua, dan
jarang bertemu ada bantuan Handphone yang dapat
meningkatkan komunikasi remaja dan orang tua.
Mereka dapat saling menanyakan kabar dari alat
tersebut.

29
2. Dari : Hidayat Saifullah (kel.7)
Pertanyaan : Remaja kan pada dasarnya masih labil. Seumpama mau
pacaran tapi dilarang. Kalau boleh langsung saja nikah
kata orang tua. Itu di turuti apa tidak?
Jawaban : sebagai remaja yang memikirkan masa depan kita harus
bisa berfikir yang rasional, orang tua berkata seperti itu
karena orang tua hanya memperingatkan dengan cara
halus. Kita sebagai remaja apabila menikah di usia muda
masa depan kita bagaimana, sedangkan pendidikan kita
belum selesai. Yah jangan di turuti, maka para remaja itu
harus memikirkan masa depan.

3. Dari : Aldhintio Wendhi (kel.4)


Pertanyaan : pada kasus pertama solusi apa yang di lakukan saat anak
tidak naik kelas, sehingga anak tidak kabur?
Jawaban : seharusnya anak dan orang tua harus mempunyai
komunikasi yang baik, jadi saat terjadi kasus seperti ini
anak tidak frustasi dan malu. Orang tua akan
memberikan pengarahan bahwa hal itu akan menjadi
pelajaran buat sang anak agar tidak mengulanginya lagi
dan harus memberikan motivasi kepada anak untuk lebih
giat lagi belajar.

4. Dari : Wiku Aji Sugiri (kel.3)


Pertanyaan : Pada kasus kedua anak kan ngeyel untuk di bilangi kalau
pacaran itu tidak boleh, jika anak tetap ngeyel bagaimana ?
Jawaban : jika anak tetap ngeyel atau tidak mau menuruti kemauan
orang tua. Orangtua harusnya memberikan alas an kenapa
orang tua mengharapkan anaknya tidak pacaran, karna
orang tua ingin pendidikan anaknya itu sukses dahulu.
Dengan memberikan penjelasan dan alas an yang relevan
di harapkan anak akan mau mengikuti kemauan orang tua,

30
anak di ajak berfikir ke masa depan. Karna sesungguhnya
orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

5. Dari : Umar johari (kel.5)


Pertanyaan : pada slide 9 di jelaskan kelompok remaja versus
kelompok anak-anak. pada masa remaja bergaul dengan
sesamanya. apa pergaulan masa remaja dan anak-anak itu
berbeda?
Jawaban : iya berbeda. karna kelompok remaja akan lebih
mengedepankan teman-temannya dan mengikuti
perkembangan pergaulannya, seperti pada kelompok
remaja laki-laki yang ada di sekitar kita contohnya tiap
akhir minggu berkumpul hanya untuk ngopi bersama,
kumpul bersama, merencanakan akan hang-out kemana.
untuk remaja perempuan akan lebih memilih berkumpul
dengan remaja perempuan lainnya misalnya remaja yang
suka dandan akan berkumpul di suatu kelompok, remaja
yang mengikuti fashion temannya. itu semua merupakan
konformitas yang bersifat positif.berbeda dengan
kelompok remaja anak-anak yang lebih mengedepankan
bermain tak perlu memikirkan sesama jenis atau tidak
asalkan mereka senang bermain.
B. Saran dan Kritik
1. Dari : Laila (kel.16)
Tentang : menambahkan jawaban pada pertanyaan nomer 1.
Menekankan pada kasus kedua
Semua pastinya remaja rata-rata sudah punya
pacar. Komunikasi dengan pacar biasanya
lebih intensif daripada dengan orang tua.
Dunia pacar yang biasanya telfon-telfonan,
sms-an saling menanyakan kabar, sayang lagi
ngapain? sayang udah mandi belum? sayang

31
sudah makan? Dan lain-lain. Hal itu
seharusnya diganti dengan dunia orangtua,
kata sayang di ganti ke ibu atau ayah.
Sehingga komunikasi antar orang tua dan
anak sama harmonisnya seperti pada pacar.
Keterkaitan semangat belajar dengan
hubungan pacaran itu saling terkait. Misalnya
dalam hubungan pacaran itu tidak baik maka
semngat belajar akan turun sebaliknya bila
hubungan baik-baik saja semngat belajar
akan tetap ada.

2. Dari : Adi Atmoko


Tentang : Solusi Konseptual dan Solusi Operasional haruslah
mempunyai keterkaitan karena dalam solusi
konseptual hanya menjelaskan solusi sedangkan
pada solusi operasional adalah metode/caranya
untuk menanggulangi kasus. Dalam makalah
sebelumnya tim penulis menyatakan 8 point pada
solusi konseptual dan hanya 4 point pada solusi
operasional. Cara memperbaikinya dengan cara
mengambil beberapa point di solusi konseptual dan
menjelaskannya secara mendalam di solusi
operasional.

32
Daftar Pustaka

Santrock,John.W, 2002, Life Span Development, Jakarta:Erlangga.

Herlan.S, 2008, Perkembangan Sosio Emosional, (Online), (http://herlan-


abn.blogspot.com/2008/12/perkembangan-sosio-emosional.html) diakses 24
September 2012.

Yulia Damayanti Purnomo, 2010, Fenomena Anak Bunuh Diri Saatnya Orang
Tua Introspeksi Diri, (Online), (http://joglosemar.co/berita/fenomena-anak-
bunuh-diri-saatnya-orangtua-introspeksi-diri-18421.html), diakses 20
September 2012.

TribunNews.com, 2012, Bocah SMP Kabur dari Rumah karena tak Naik Kelas,
(Online), (http://www.tribunnews.com/2012/08/11/bocah-smp-kabur-dari-
rumah-karena-tak-naik-kelas), diakses 20 september 2012.

Psikologi Zone, 2011, Tips Cara Terbuka dengan Orangtua, (Online),


(http://www.psikologizone.com/tips-cara-terbuka-dengan-
orangtua/065111224), diakses 28 september 2012.

33

Anda mungkin juga menyukai