1. Terdapat suatu aktifitas berulang, berupa suatu pola prilaku (standing patern of behavior). Dapat
terdiri atas satu atau lebih pola prilaku ekstraindividual.
2. Dengan tata lingkungan tertentu (Circumfacent milieu), mileu ini berkaitan dengan pola prilaku.
3. Membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya, (synomorphy)
4. Dilakukan pada priode waktu tertentu.
2. Sistem Aktivitas
Menurut Chapin dan Brail (1969;Porteous,1977) dalam Laurens (2005:184) sistem
aktivitas dalam sebuah lingkungan terbentuk dari rangkaian sejumlah behavior setting. Sistem
aktivitas seseorang menggambarkan motivasi, sikap, dan pengetahuannya tentang dunia dengan
batasan penghasilan, kompetisi, dan nilai-nilai budaya yang bersangkutan.
Laurens (2005:184) menyebutkan dalam pengamatan behavior setting, dapat dilakukan
analisis melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut,
a. Mengugunakan Time Budget
Time Budget memungkinkan orang mengurai/mendekomposisikan suatu aktivitas sehari-hari,
aktivitas mingguan atau musiman, kedalam seperangkat behavior setting yang meliputi hari kerja
mereka, atau gaya hidup mereka (Michelson dan Reed, 1975). Fungsi dan time budget adalah
memperlihatkan bagaimana seseorang individu mengonsumsi atau menggunakan waktunya.
i. Jumlah waktu yang dialokasikan untuk kegiatan tertentu, dengan variasi waktu dalam
sehari, seminggu, atau semusim.
ii. Frekuensi dari aktivitas dan jenis aktivitas yang dilakukan.
iii. Pola tipikal dari aktivitas yang dilakukan.
b. Melakukan Sensus
Sensus adalah istilah yang dikemukakan oleh para ahli psikologi lingkungan untuk
menggambaan proses pembelajaran semua aktivitas seorang individu dalam waktu tertentu dengan
metode pengamatan. Seperti yang dilakukan Barker dan Wright dengan mengamati perilaku
seseorang anak sepanjang hari. Cara ini dipakai dengan tujuan mendapatkan pengertian mengenai,
misalnya bagaimana paa pekerja menggunakan bangunan.
Untuk mendapatkan data mengenai pola interaksi dalam lingkungan tersebut, dilakukan
sejumlah pengamatan yang membandingkan bagian demi bagian dalam sebuah lingkungan, atau
membanndingkan lingkungan yang sama pada waktu yang berbeda, dan memandingkan
lingkungan yang berbeda sama sekali. Biasanya tahun dilakukannya survey atau pengamatan
meru[akan suatu interval tertentu untuk mendapatkan data rata rata dari fluktuasi perubahan yang
mungkin terjadi karena adanya pergantian penghuni, musim, atau factor lain.
Hal yang dapat mewakili data pengamatan behavior Setting meliputi :
i. Manusia (siapa yang dating, ke mana dan mengapa, siapa yang
mengendalikan setting?);
ii. Karakteristik ukuran (berapa banyak orang per jam ada di dalam setting
bagaimana ukuran setting secara fisik, berapa sering dan berapa lama setting itu ada?);
iii. Objek ( ada berapa banyak objek dan apa jenis objek yang dipakai dalam
Setting, kemungkinan apa saja yang ada bagi stimulasi, respon, dan adaptasi?);
iv. Pola aksi (aktivitas apa saja yang terjadi di sana, seberapa sering terjadi
pengulangan yang dilakukan orang?).
Setiap setting diamati secara individual. Orang orang yang memiliki informasi dan
pengetahuan dapat dimintai keterangannya mengenai setting yang bersangkuta. Adanya sampel
dari semua setting meruakan kekuatan metode ini karena dapat menghindari terjadinya masalah
sampling. Namun, sealigus juga merupakan kelemahan metode ini karena menjadi sangat sulit
untuk mendekati semua lingkungan.
Dari observasi bise diketahui kondisi lingkungan secara fisik, seperti jumlah, jenis tatanan
perabot yang ada. Melalui pengukuran yang lebih rinci bias diketahui keadaan ambiennya seperti
suhu ruangan, kelembaban, pencahayaan ruangan, atau tingkat kebisingan.
Analisis sistem fungsional, termasuk aktivitas dan komponen fisik. Melalui pengamatan dapat
diperoleh data bagaimana ruang digunakan dan fungsi fungsi apa saja yang ada. Seperti terlihat
disini, ruang digunakan sebagai kantor dan gudang. Melalui pengamatan yang lebih tajam, dapat
dikenali yang manakah aktivitas yang lebih dominan.
Dengan tatanan kantor yang terbuka, ketika seseorang staf masuk membawa sesuatu atau
mendiskusikan suatu dengan seseorang. Staf lain telihat terganggu. Melalui pengamatan juga dapat
diketahui bagaimana interaksi antara kedua staf tersebut.
3. Sistem Setting
System of setting dapat berarti sistem tempat atau ruang yang diartikan sebagai rangkaian unsur-
unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk
suatu kegiatan tertentu. Contohnya adalah ruang trebuka atau trotoar yang dijadikan berjualan kaki
lima.
Menurut Barker (1968), dalam Laurens (2004:131), behaviour setting di sebut juga
dengan tatar perilaku yaitu pola perilaku manusia yang berkaitan dengan tatanan
lingkungan fisiknya. Senada dengan Haviland (1967) dalam Laurens (2004:131) bahwa
tatar perilaku sama dengan ruang aktivitas untuk menggambarkan suatu unit hubungan
antara perilaku dan lingkungan bagi perancangan arsitektur.
Barker dan Wright (1968) dalam Laurens (2004:133) mengungkapkan ada kelengkapan
kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas, agar dapat dikatakan sebagai sebuah
behaviour setting yang merupakan suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas, tempat,
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku (standing
pattern of behaviour)
2. Tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu), milieu berkaitan dengan pola
perilaku.
3. Membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya, (synomorphy)
4. Dilakukan pada priode waktu tertentu.
Selanjutnya yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas untuk menjadi sebuah behaviour
setting menurut Laurens (2004:136) adalah :
1. Aktivitas
2. Penghuni
3. Kepemimpinan, Untuk mengetahui posisi fungsional penghuni, untuk mengetahui
peran sosialnya yang ada didalam komunitas tersebut.
4. Populasi, Sebuah setting dapat mempunyai banyak atau sedikit partisipan.
Komunitas dianggap lebih baik apabila memiliki banyak setting.
5. Ruang, Ruang tempat terjadinya setting tertentu sangat beragam, bisa di ruang
terbuka atau ruang tertutup.
6. Waktu, Kelangsungan sebuah setting dapat terjadi secara rutin atau sewaktu-
waktu. Durasi pada setting yang sama dapat berlangsung sesaat atau terus-
menerus sepanjang tahun.
7. Objek
8. Mekanisme Pelaku
Terdapat dua model pengamatan atau observasi dalam penelitian arsitektur dan
perilaku manusia, yaitu model dengan metoda place centered map dan person centered
map.
a. Menentukan jenis sampel person yang akan diamati (aktor atau penggunaan ruang
secara individu)
b. Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang dan malam)
c. Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing sampel person
d. Mencatat aktivitas sampel person yang diamati dalam matriks atau table.
Metoda person centered mapping dilakukan dengan membuat alur sirkulasi sampel
person di area yang diamati atau di peta untuk mengetahui dari mana dan kemana orang
pergi dengan mengidentifikasi arah lintasan pergerakannya. Metoda lain yang dikenalkan
oleh Sommer adalah Phsycal traces atau jejak-jejak fisik. Pengamatan terhadap jejak-
jejak fisik hasilnya dapat disajikan dalam bentuk rekaman tanda-tanda yang ditinggalkan
oleh kegiatan yang berlangsung sebelumnya.
Ruang yang menjadi wadah dari aktivitas di upayakan untuk memenuhi kemungkinan
kebutuhan yang diperlukan manusia, yang artinya menyediakan ruang yang memberikan kepuasan
bagi pemakainya. Setting terkait langsung dengan aktivitas manusia sehingga dengan
mengidentifikasi sistem aktivitas yang terjadi dalam suatu ruang akan teridentifikasi pula sistem
settingnya yang terkait dengan keberadaan elemen dalam ruang. (Rapoport,1991)