Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari

sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa

kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah

manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu

Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati.1

Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka

merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous

tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh

darah, jaringan saraf dan tulang.1

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka

kelalaian atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut Kejahatan

Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf. Kejahatan terhadap jiwa ini

diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja)

dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis

kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-

358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359,360

dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata, mati, menjadi

sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara, yang tidak

disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi, karena salahnya diartikan

sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian.1

1
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak

hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban korban

perlukaan. Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan mengenai jenis

luka apa yang ditemui, jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka

dan bagaimana kualifikasi dari luka itu. Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal

istilah penganiayaan. Jadi istilah penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam

Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya dokter tidak boleh mengabaikan luka

sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satu-dua hari akan sembuh

sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari

kaca mata hukum.1

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP

dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli

tersebut adalah Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran

tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati. Seorang

dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka. Visum et

Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan

material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang

pengadilan.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti

kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu.

Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma

atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda

paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan

akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.2

Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan

pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah

hilangnya kontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah

pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menganggu kesehatan seseorang.

Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat

atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan.1

Trauma tajam adalah kekerasan yang diakibat oleh persentuhan benda

tajam seperti pisau, pedang, silet, gunting, kapak, sedangkan trauma tumpul

adalah kekerasan yang diakibatkan oleh benda tumpul yang terjadi karena alat

atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak atau

bergerak kearah benda.3

3
2.2 Trauma Tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini

adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing yang

bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca,

gelas, logam, sembilu, bahkan tepi kertas atau rumput.

Gambaran umum luka yang diakibatkan adalah tepi dan dinding luka yang

rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk

garis atau titik.

Luka akibat benda tajam dapat berupa:

a. Luka iris atau sayat

b. Luka tusuk

c. Luka bacok

2.2.1 Luka Iris atau Sayat

Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan

pinggir rata, menimbulkan perdarahan banyak, jarang disertai memar dipinggir

luka, semua jaringan otot, pembuluh darah, saraf dalam luka terputus. Dalam

pemeriksaan luka ini dibedakan dengan luka robek, sebab pada luka robek

jaringan ini masih ada yang utuh dan disebut dengan jembatan jaringan.1

Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh

darah yang dekat ke permukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan

tangan dan lipat paha. 1

4
Luka iris mempunyai gambaran kedua sudut luka lancip dan dalam luka

tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada

tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat

bergeraknya korban. Bila diikuti gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang

tidak selalu berupa garis.1

2.2.2 Luka Tusuk

Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda tajam lainnya,

dimana ukuran dalamnya luka melebehi lebar nya luka. Pinggir luka dapat

menunjukkan bagian yang tajam (lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau

berpinggir tajam satu sisi. Lebar luka penting diukur dengan merapatkan kedua

tepi luka, sebab itu akan mewakili lebar alat. Bila luka masuk dan keluar melalui

alur yang sama maka lebar luka sama lebar alat. Tetapi yang sering terjadi lebar

luka melebihi lebar pisau karena tarikan ke samping waktu menusukkan dan

waktu menarik pisau.1

5
Demikian juga bila pisau masuk kejaringan dengan posisi miring,

begitupula dalamnya luka tidak menggambarkan panjang senjata, kecuali bila

mengenai organ padat seperti hati. Umumnya dalam luka lebih pendek dari

panjang senjata, karena jarang ditusuk sampai kepangkal senjata. Tetapi dalamnya

luka bisa melebihi panjang dari senjata karena elastisitas jaringan misalnya luka

tusuk ppada perut.1

Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perikiraan benda

penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut

lancip dan yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda tajam

bermata satu. Bila kedua sudut lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda

tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk

dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang

menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya. 4

Luka tusuk ada 2 jenis yaitu:


a. Penetrasi
Pada luak ini benda menyebabkan penetrasi yang merobek kulit dan jaringan
yang lebih dala, lalu masuk ke rongga tubuh, seperti pada rongga thorax,
abdomen, dll. Dengan denikian bahwa luka hanya merupakan tempat masuk.
b. Perforasi
Jika luka merobek jaringan tubuh manusia sampai menembus dari satu sisi ke
sisi yang lainnya.

Penyebab kematian pada luka tusuk adalah:


Cedera pada organ vital tubuh
Perdarahan dari pembuluh darah yang mengenai cedera
Infeksi

6
Penyebab kematian yang paling sering adalah cedera pada organ vital tubuh.
Ciri-ciri luka tusuk:
Kedalaman luka lebih besar dibandingkan panjang antara lebarnya
Tepi luka tajam atau rata
Rambut terpotong pada sisi tajam
Sekitar luka terkadang ada luka memar (contussion), ekimosis
karena tusukan sampai mengenai tangkai pisau
Sudut luka tajam namun kurang jtajam pada sisi tumpul 4

2.2.3 Luka Bacok

Senjata tajam yang berat dan diayumkan dengan tenaga akan

menimbulkan luka menganga yang lebar disebut luka bacok. Luka ini sering

sampai ke tulang. Bentuknya hampir sama dengan luka sayat tetapi dengan derajat

luka yang lebih berat dan dalam. Luka terlihat terbuka lebar atau ternganga.

Perdarahan sangat banyak dan mematikan.1

Luka bacok memiliki gambaran mirip luka iris, yaitu kedua sudut lancip

dan dalam luka tidak melebihi panjang luka.

7
Karakteristik Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan

Lokasi luka Sembarangan Terpilih Terpapar


Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal / banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka prcobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

Tabel 2.1 Karakteristik luka pada kejadian pembunuhan, bunuh diri,


kecelakaan.

2.3 Trauma Tumpul

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini

adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa:1

a. Memar (kontusio, hematoma)

b. Luka lecet (ekskoriasi, abrasio )

c. Luka terbuka/robek (vulnus laseratum)

d. Patah tulang

e. Tekanan atau kompresi

8
2.3.1 Memar

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat

pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka

memar kadangkala memberikan petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya,

misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi.

Letak, ukuran, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan

jenis jaringan ( jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak

dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit

kardiovaskular, diathesis hemoragik).

Umur luka memar dapat secara kasar diperkirakan melalui perubahan

warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi

ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan

berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam

14 sampai 15 hari.

Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian

biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan

sehingga dapat dibedakan dari lembam mayat dengan cara melakukan penyayatan

kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pasca mati) darah akan mengalir keluar dari

pembuluh darah yang tersayat sehingga bila di aliri air, penampang sayatan akan

tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna

merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi

ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.1

9
Tanda-tanda luka memar adalah:

Kulit kelihatan merah kebiru-biruan dan lama kelamaan kehijauan kemudian

coklat dan akhirnya kuning lalu hilang setelah sembuh

Proses penyembuhan 1-4 minggu

Kadang-kadang memar bisa diragukan dengan lebam mayat apalagi bila

memar berada dibagian bawah setentang dengan lebam mayat. Perbedaan antara

memar mayat dengan lebam mayat yaitu : 5

10
Luka Memar Lebam Mayat

Dijumpai pembengkakan jaringan Tidak dijumpai

Permukaan lebih tinggi dari kulit Sama dengan kulit

Terjadi diluar kapiler dan di dalam


Di dalam kapiler
jaringan

Dibagian terendah dari kulit


Lokalisasi luka tidak tentu
mayat

Darahnya tidak bisa dicuci Darahnya bisa dicuci

Batas jelas Batas tidak jelas

Tabel 2.2 Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat

2.3.2 Luka Lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan

benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian

kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut

yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Berdasarkan mekanisme terjadinya,

luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai: 2

a. Luka lecet gores

Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan

permukaan kulit didepannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat

sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi

11
b. Luka lecet serut

Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan

permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat

letak tumpukan epitel.

c. Luka lecet tekan

Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit

adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu

sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih

memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang

khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya.

Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit

yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih

padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang

berlangsung pasca mati.

d. Luka lecet geser

Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan

bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut.

Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari

luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati. 2

12
2.3.3 Luka Robek/Terbuka

Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan

kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan

terjadi robekan pada kulit.

Luka terbuka mempunyai ciri-ciri :

bentuk luka yang umumnya tidak beraturan

tepi atau dinding tidak rata

tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka (otot, pembuluh darah,

serabut saraf)

bentuk dasar luka tidak beraturan

sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka

bengkak

sering kotor (sesuai dengan penyebab)

perdarahan tidak banyak. 2

Proses penyebuhan terlihat mulai dari penggupalan darah dipermukaan

luka. Pembentukan jaringan ikat dimulai dari dalam luka dan terakhir

pembentukan jaringan kulit. Dalam jaringan kulit baru tidak didapati kelenjar

keringat dan lain-lain apendik kulit.1

Perkiraan umur luka tidak bisa ditentukan dengan tepat. Seperti juga pada

luka memar dan luka lecet, umur luka hanya dapat dinyatakan dalam kategori

sangat baru, baru, beberapa hari dan lebih dari beberapa hari. Luka robek bisa

sangat hebat, sehingga bisa terjadi pendarahan yang fatal. Luka didaerah jaringan

berlemak dapat menyebabkan emboli lemak pulmonal atau sistemik.1

13
Perdarahan organ dalam bisa terjadi segera, tetapi dapat juga tertunda

beberaa hari kemudian (pada luka robek yang tidak komplik) yang akan

memperlemah daya tahan jaringan tersebut, sehingga suatu saat jebol dan

menimbulkan perdarahan yang fatal. Dari segi medikolegal hal ini sangat penting

ditentukan dokter apakah perdarahan trauma tersebut berkaitan dengan trauma

awal.1

2.3.4 Patah tulang

Pada trauma tumpul yang kuat dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak

dan orang muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang kuat.

Tekanan berat (misalnya di lindas mobil) pada dada anak-anak dapat

menyebabkan hancurnya organ dalam tampa patah tulang iga. Pecahan tulang

dapat menunjukan arah trauma. Patah tulang dapat menimbulkan perdarahan luar

dan perdarahan dalam. Yang paling berbahaya adalah trauma tumpul pada tulang

kepala, karena dapat terjadi perdarahan epidural, subdural, subaraknoid dan

intraserebral. 1

Patah tulang dapat menimbulkan rasa nyeri dan gangguan fungsi. Rongga

dalam tulang panjang banyak mengandung sel-sel lemak, yang bila patah dapat

memasuki sirkulasi darah dan menyebabkan emboli pulmonal dan atau emboli

14
otak. Gejala emboli otak dapat muncul sesudah 2- 4 hari kemudian. Emboli paru-

paru terlihat dari gejala gangguan pernapasan (respiratory disstres) sesudah 14-16

jam. Perdarahan ekstradural terjadi karena robeknya arteri meninggeal medial

yang berada pada bagian tempurung kepala.1

2.3.5 Tekanan atau Kompresi

Tekanan yang lama pada jaringan dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

darah sehingga menimbulkan matinya jaringan (gangren). Bila terjadi pada tangan

dan kaki dapat menyebabkan tindakan amputasi. Bila tekanan didada dapat

menyebabkan asfiksia (traumatik asfiksia).1

2.4 Pemeriksaan Luka

Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan

tidak boleh dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga, sebab pada banyak

kasus ada kecenderungan korban akan memperbesar keluhannya dengan maksud

mendramatisir perlukaan untuk kepentingannya.

Pemeriksaan ditunjukan untuk menentukan deskripsi luka : 6

15
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan regio anatomiknya.
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian
tertentu dari tubuh.
3. Bentuk luka, meliputi:
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk
panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi:
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi:
Batas (tegas atau tidak tegas)
Tepi (rata atau tidak rata)
Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi:
Memar (ada atau tidak)
Lecet (ada atau tidak)
Tatoase (ada atau tidak)
6. Arah luka

7. Luka ante-mortem atau post-mortem

16
No Dinilai Dari Trauma Tumpul Trauma Tajam
1 Bentuk luka Tidak teratur Teratur
2 Tepi luka Tidak rata Rata
3 Jembatan jaringan Ada Tidak ada
4 Rambut Tidak ikut terpotong Ikut terpotong
5 Besar luka Tidak teratur Beberapa garis/titik
6 Sekitar luka Ada luka lecet/ memar Biasanya bersih

Tabel 2.3 Perbedaan Deskripsi Luka Trauma Tumpul Dan Trauma Tajam

2.5 Waktu Terjadinya Kekerasan

Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi

keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum

terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,

informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai

bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, tidak seharusnya seseorang

dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada ditempat

yang jauh dari tempat kejadian perkara.7

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti, akan dapat ditentukan:

Luka terjadi antemortem atau postmortem.

Umur luka.

2.5.1 Luka Antemortem dan Postmortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka itu

terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu

dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka terjadi

17
sebelum mati dan demikian pula sebaliknya. Tanda intravital itu sendiri pada

hakekatnya merupakan tanda yang menunjukan bahwa: 7

a. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.

Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan

hidup ketika terjadi trauma antara lain:

1. Retraksi jaringan

Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan

kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka

memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga,

tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis maka bentuk luka tak

begitu menganga.

2. Reaksi vaskuler

Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu:

Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa:

- Eritema (kulit berwarna kemerahan)

- Vesikel atau bulla

Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa:

- Kontusi atau memar

3. Reaksi mikroorganisme (infeksi)

Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan

meninggalkan luka terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta

menimbulkan infeksi yang ciri-cirinya sebagai berikut:

- Warna kemerahan.

18
- Terlihat bengkak.

- Terdapat pus.

- Bila sudah lama telihat adanya jaringan granulasi.

4. Reaksi biokimiawi

Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada

daerah tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa:

- Kenaikan kadar serotonin(kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah

trauma).

- Kanaikan kadar histamine (kadar maksimal terjadi 20-30 menit

sesudah trauma).

- Kanaikan kadar enzim (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase)

yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari

mekanisme pertahanan jaringan.

b. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma7

Jika organ dalam (jantung atau paru-paru) masih dalam keadaan

berfungsi ketika terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain:

1. Perdarahan hebat (profuse bleeding)

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan

perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus-

menerus memompa darah keluar lewat luka. Berbeda sekali dengan

trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah disini secara

pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya tidak banyak.

19
Perdarahan pada luka intravital dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan

internal dan eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena

darah tertampung dirongga badan (rongga perut, rongga dada, rongga

panggul, rongga kepala, dan kantong perikardium) sehingga dapat

diukur pada waktu otopsi. Sedangkan perdarahan eksternal (darah

tumpah ditempat kejadian) hanya dapat disimpulkan jika pada waktu

otopsi ditemukan tanda-tanda anemis (muka dan organ-organ dalam

pucat) disertai tanda-tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama

tidak berisi darah.

2. Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara

arterial (sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena

yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik

seperti misalnya vena jugularis eksterna atau subclavia. Udara akan

masuk ketika tekanan dijantung kanan negatif. Gelembung udara

yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju kedaerah paru-

paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.

Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara

venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat

dari tindakan pneumotorak artefisial atau karena luka-luka yang

menembus paru-paru. Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara

masuk pembuluh darah koroner atau otak.

20
3. Emboli lemak

Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai

jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang

panjang. Akibatnya, jaringan lemak akan mengalami pencairan dan

kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah menuju

atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru-

paru.

4. Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita

luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka

tersebut dapat berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau

udara paru-paru akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.

Semakin lama udara yang masuk kerongga pleura, semakin banyak

yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru

sehingga pada akhirnya paru-paru menjadi kolap.

5. Emfisema kulit (krepitasi kulit)

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan

menusuk paru-paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat

masuk ke jaringan ikat dibawah kulit. Pada palpasi akan terasa ada

krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin

terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia. Jika

trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan-

21
kelainan tersebut diatas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat itu

jantung dan paru-parunya sudah berhenti bekerja

2.6 Umur Luka

Untuk mengetahui kapan terjadinya kekerasan, perlu diketahui umur luka.

Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan

tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup ataupun mati) dilakukan

mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah

atau penyakit defisiensi) serta faktor kualitas dari kekerasan itu sendiri.6

Adapun demikian ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

memperkirakannya, yaitu dengan melakukan: 7

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa

umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan dihitung dari saat trauma sampai

saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat

kematiannya.

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan dengan

mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula pada daerah yang

mengalami trauma akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasasi dan inflamasi,

berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 samapai 5 hari warna tersebut berubah

menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi kekuningan.

Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan

mengamati perubahanperubahannya. Dalam selang waktu 12jam sesudah trauma

akan terjadi pembengkakan pada tepi luka, selanjutnya kondisi luka akan di

22
dominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda-tanda

penyembuhan.

b. Pemeriksaan mikroskopik

Mengingat hasil pemeriksaan makroskopik sangat variatif dan jauh dari

ketetapan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati.

Selain berguna bagi penentuan intravitalisasi luka, pemeriksaan mikroskopik juga

dapat menentukan umur luka secara lebih teliti. Caranya ialah dengan mengamati

perubahan-perubahan histologiknya.

Menurut Walcher, Robertson dan Hodge, infiltrasi perivaskuler dari leukosit

polimorfonukler dapat dilihat dengan jelas pada kasus-kasus dengan periode

survival sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel leukosit

mungkin dapat dilihat lebih dini lagi, bahkan dalam beberapa menit sesudah

trauma. Leukosit yang mula-mula masuk kejaringan adalah jenis

polimorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak monosit, namun leukosit

jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang dari 12 jam sesudah trauma. Pada

trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai puncaknya

dalam waktu 48 jam.

Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga, sedangkan sel-sel fibroblast mulai

menunjukan perubahan reaktif (dalam bentuk proliferasi) sekitar 15 jam sesudah

trauma. Tingkat proliferasi tersebut serta proses pembentukan kapiler-kapiler baru

sangat variatif, tetapi biasanya jaringan granulasi lengkap dengan vaskularisasinya

akan terbentuk paling tidak sesudah 3 hari.serabut-serabut kolagen yang baru juga

mulai tebentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.

23
Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan perut tampak pada akhir minggu

pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sl-sel epitel dan

jaringan dibawah nya mengalami tahapan regresi. Akibatnya jaringan epitel akan

mengalami atrofi, vaakularisasi jaringan di bawahnya juga berkurang diganti

serabut-serabut kolagen,sampai beberapa minggu sesudah penyembuhannya,

serabut-serabut elastis masih tampak lebih banyak dari jaringan yang tak terkena

trauma. Perubahan-perubahan histologik dari luka ini sangat dipengaruhi oleh ada

tidaknya infeksi dan perlu diketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses

penyembuhan luka.

c. Pemeriksaan Histokemik

Perubahan-perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat trauma

merupakan akibat dari fenomena fungsional yang sering sejalan dengan aktifitas

enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik. Oleh

sebab itu di temukannya enzim yang bertanggung jawab terhadap perubahan

tersebut dapat membuktikan lebih dini tentang adanya trauma sebelum perubahan

morfologiknya dapat dilihat.

Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat dengan

pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu. Mula-mula luka

atau bagian dari luka dipotong dengan mengikutsertakan jaringan disekitarnya,

kira-kira setengah inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan menggunakan

formalin 10% didalam refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam

untuk membuktikan adanya aktifitas esterase dan fosfatase. Separonya lagi

24
dibekukan dengan isopentane dengan menggunakan es kering (dry ice) guna

mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan aminopeptidase.

Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat lebih

dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase

dapat dilihat sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan acid phosphatase dan alkali

phosphatase sesudah 4 jam.

d. Pemeriksaan Biokemik

Meskipun pemeriksaan histokemik lebih banyak menolong, tetapi reaksi

trauma yang dapat ditunjukkannya masih memerlukan waktu yang relatif panjang

yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi korban mati

beberapa saat sesudah trauma sehingga belum dapat dilihat reaksinya dengan

metode tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan biokemik.

Perlu diketahui bahwa histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada stadium

yang paling awal dari trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik telah

dipublikasikan untuk yang pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas dan

Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya kenaikan histamine bebas pada jejas

jerat antemortem pada kasus menggantung. Oleh peneliti lain dibuktikan bahwa

kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah trauma sedangkan serotonin naik

setelah 10 menit.7

25
2.7 Aspek Medikolegal

Penentuan luka secara medikolegal seperti tindakan bunuh diri, kecelakaan

atau pembunuhan dapat ditentukan dengan mengumpulkan data pemeriksaan

korban.1

Bunuh diri Pembunuhan Kecelakaan


Satu atau
Jumlah luka Banyak Banyak
banyak
Pada daerah yang
mudah dijangkau,
misalnya bagian
Bagian tubuh yang Dimana saja
depan dan
vital, misalnya biasanya bagian
Letak luka samping tubuh,
kepala, dada, tubuh yang
seperti leher,
abdomen menonjol
pergelangan
tangan, lipat paha,
dada, dll.
Biasanya luka Luka tusuk, Abrasi, memar,
Jenis luka
potong atau tusuk laserasi laserasi
Dari kiri
Arah luka kekanandan dari Tidak tentu Tidak tentu
atas kebawah
Tingkat
Tingkat Biasanya tidak
Paling parah keparahan
keparahan parah
bervariasi
Mungkin ada Berkaitan
Luka lainnya Tidak ada karena ada denagan
perlawanan kecelakaan
Rusak dan
Pakaian Tidak rusak Biasanya rusak
terkena kororan
Alat yang Terdapat disekitar
menyebabkan korban, dalam Tidak ada Ada
luka genggaman.

Tabel 2.4 Perbedaan Aspek Medikolegal Bunuh Diri, Pmbunuhan Dan


Kecelakaan

26
2.8 HUKUM PIDANA
1. Luka ringan
a. Pasal 352 KUHP
Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan jabatan atau pekerjaan, diancam karena penyaniayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama 3 bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Luka sedang
a. Pasal 351 (2) KUHP
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
b. Pasal 353 (1) KUHP
Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
3. Luka berat
a. Pasal 351 (3) KUHP
Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
b. Pasal 353 (2) KUHP
Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
c. Pasal 354 (1) KUHP
Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
d. Pasal 355 (1) KUHP
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 1

27
BAB III

KESIMPULAN

Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian

terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka dapat

diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul,

akibat benda tajam.

Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi

antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur

luka. Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan

tepat kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam faktor

yang mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit

defisiensi.

Dari deskripsi luka kita sebagai dokter juga dapat membantu pihak hukum

untuk menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP Bab XX pasal 351 dan

352 serta Bab IX pasal 90. Yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman

yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang kita

buat. Oleh karena itu diharapkan kita sebagai calon dokter yang nantinya sebagai

dokter di masyarakat umum akan banyak menemukan kasus kekerasan yang

menyebabkan luka baik pada korban hidup maupun korban mati, bisa

mendeskripsikan luka sebaik-baiknya dalam Visum et Repertum.

28

Anda mungkin juga menyukai