Barotrauma
Barotrauma
1. Definisi
Aerotitis atau barotrauma merupakan suatu gangguan telinga yang
terjadi akibat perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu
tubuh bergerak ke atau dari lingkungan tekanan yang lebih tinggi sehingga
menyebabkan tuba gagal untuk membuka.1,2Apabila perubahan tekanan melebihi
90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadinya tekanan negatif di rongga tengah, sehingga cairan keluar
dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur
pembuluh darah, sehingga cairan ditelinga tengah dan rongga mastoid tercampur
darah.5
2. Etiologi
Aerotitis paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini tertutama
karena rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal selalu
tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan,mengunyah, menguap, dan
dengan manuver Valsava. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara
dalam telinga dalam telinga tengah dan dalam tuba eustachius menjadi tertekan.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembuluh darah kecil pada mukosa telinga
akan berdilatasi dan pecah dan menyebkan hemotimpanum dan kadang dapat
menyebabkan ruptur membran timpani. Aerotitis terjadi akibat perbedaan tekanan
barometrik, baik saat menyelam atau saat terbang.2,3
3. Patofisiologi
Pilek, rinitis alergika serta berbagai reaksi individual, semuanya
merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba eustachius. Aerotitis dengan
ruptur timpani dapat terjadi setelah menyelam atau melakukan perjalanan dengan
pesawat terbang.1
Saluran telinga luar, teling tengah, telinga dalam dapat dianggap sebagai
kompartmen tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang lain oleh membran
timpani dan membran tingkap bundar dan tinggkap oval.1,2
6. Tatalaksana
Untuk mengurangi rasa nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga,
pertama yang perlu dilakukan adalah berusaha membuka tuba eustachius dan
mengurangi tekanan dengan mengunyah permen karet atau menguap, atau
menghirup udara, kemudian menghembuskan secara perlahan lahan sambil
menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut.
Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas,
membran nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat
diusahakan menginflasi tuba eustachius dengan preparat politzer, khususnya
dilakukan pada anak- anak berusia 3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan,
antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai gejala
hilang, antibiotik tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi didalam air
yang kotor. Preparat politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibit
tertutup sementara ditiupkan udara kedalam salah satu nares dengan kantong
politzer atau apparatus senturi, nares yang ditutup. Kemudian anak dikejutkan
dengan meletusnya balon ditelinganya, bila tuba eustachius berhasil inflasi,
sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat
gelembung-gelembung udara pada cairan.
Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan
dirumah sakit dan istirahat dengan elevasi kepala 30- 400. Kerusakan telinga
dalam merupakan masalah yang serius dan memungkinkan adanya tindakan
pembedahan untuk mencegah hilangnya pendengaran yang menetap. Suatu insisi
dibuat didalam gendang telinga untuk menyamakan tekanan dan untuk
mengeluarkan cairan (miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi).
Walaupun demikian pembedahan biasanya jarang dilakukan.
7. Pencegahan
Usaha preventif terhadap barotruma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Khusus pada bayi disarankan agar
menunda penerbangan bila disertai pilek. Bila memungkinkan maka bayi sesaat
sebelum mendarat harus tetap disusui atau harus tetap menghisap air botol, agar
tuba eustachius tetap terbuka.1
Nasal dekongestan atau anti histamin bisa digunakan sebelum terpapar
perubahan tekanan yang besar. Usahakan untuk menghindari perubahan tekanan
yang besar selama mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas atau
serangan alergi. 1,5
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari aerotitis, antara lain tulikonduksi,
rupturatauperforasi membrane timpani, dan infeksitelingaakut.2
1. Adams G.L & Boeis L.R. BOEIS : Buku Ajar Penyakit THT. EGC.
Jakarta : 1997. Hal.90-92.
2. Fung k. Available at http://www.MedlinePlus.com. Ear Barotrauma.
Accessed on May,21th 2008.
3. Marthur N. Innear Ear, Noise-Induced Hearing Loss. Dalam: Femdes S,
Talavera F.
http://www.emedicine.comlotolaryngologyandfacialplasticsurgery/inneare
ar.htm. May 2, 2007.
4. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Leher dan
Kepala. Edisi6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :
2008.
5. Shyamal, Kumar DE. Fundamental of Ear, Nose and Throat & Head-
NeckSurgery. Calcuta: The New Book Stall; 1996. 191-8
6. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of
Aerotitis. In advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505
7. Putz RV, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA Kepala, Leher,
Ekstremitas Atas Jilid 1. Edisi 21. Editor: Suyono YJ. Jakarta: EGC;
2000.
8. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006.
Hal 1-6