Anda di halaman 1dari 4

HEMANGIOMA KAPILER INTRAORAL: LAPORAN KASUS LANGKA

Abstrak
Hemangioma adalah tumor vaskuler jinak pada regio kepala dan leher yang mencapai
7% dari seluruh tumor jinak pada masa bayi dan kanak-kanak. Orang dewasa jarang
terkena dan tumor ini memiliki predileksi pada perempuan. Berdasarkan tampilan
mikroskopis, hemangioma diklasifikasikan ke dalam jenis kapiler, kavernosa,
campuran dan sclerosing. Insidensi hemangioma kapiler intraoral (CH) adalah jarang
dan presentasi topografinya pada mukosa palatal dan gingiva sangat jarang terjadi.
Tumor ini jarang ditemui oleh dokter gigi. Tujuan artikel ini adalah untuk menyajikan
kasus CH pada laki-laki berusia 46 tahun yang datang dengan keluhan bengkak pada
palatum keras posterior di sisi kiri yang melibatkan gingiva dan mukosa palatal.

Kata Kunci: Hemangioma kapiler, hemangioma, hemangioma kapiler lobuler,


granuloma piogenik.

Pendahuluan
Hemangioma ditandai dengan proliferasi pembuluh darah. Secara mikroskopis,
hemangioma kapiler (CH) terdiri dari beberapa kapiler kecil yang dilapisi oleh lapisan
tunggal sel endotel disokong oleh stroma jaringan ikat dengan berbagai densitas.
Insiden CHs intraoral bermacam-macam mulai dari 0.5 hingga 1.0% dari seluruh
neoplasma intraoral. Sangat sedikit kasus CHs intraoral yang dilaporkan dalam
literatur. Kasus ini sungguh penting karena lokasinya yang tidak umu pada palatal
gingiva dengan ekstensi pada mukosa palatal dan terjadi pada indvidu dengan usia
pertengahan.

Riwayat Kasus
Seorang laki-laki berusia 46 tahun datang dengan keluhan utama pembengkakan pada
bagian langit-langit mulut selama 3-4 bulan. Bengkak tidak nyeri dan awalnya
berukuran kecil yang secara bertahap menjadi ukuran saat ini. Pasien mengeluhkan
adanya ketidaknyamanan saat berbicara. Riwayat medis dan kesehatan gigi tidak
signifikan. Pasien tersebut memiliki kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun.

1
2

Pemeriksaan ekstraoral tidak menunjukkan adanya asimetri wajah. Pemeriksaan


intraoral (Gambar 1 dan 2) menunjukkan lobul soliter berbatas jelas, bengkak
berbentuk lonjong dengan ukuran kira-kira 2.5 x 3 cm pada palatum keras posterior di
region 26 dan 27. Lesi berpedunkulasi dan berasal dari region interdental papiler 26
dan 27 pada palatal dan melebar hingga ke mukosa palatal. Warna mukosa pada
pembengkakan masih normal kecuali pada bagian pusat dengan eritema. Bengkak
bersifat agak keras, konsistensi lunak hingga keras dengan permukaan rata, tidak
bereduksi dan tidak terkompresi. Terjadi pumucatan saat ditekan dengan sedikit
perdarahan saat provokasi, tidak ada pulsasi yang dirasakan. Faktor lokal bersifat
moderat dan umum. Diagnosis sementara yang dibuat adalah granuloma pirogenik.

Radiograf periapical intraoral 27 dan 27 menunjukkan destruksi tulang yang tidak


signifikan (Gambar 3). Biopsi eksisional pada lesi direncanakan dan pasien
dijadwalkan untuk menjalani tes darah rutin, dimana hasilnya dalam batas normal.
Lesi dieksisi dibawah anastesi lokal. Pemeriksaan histopatologi (Gambar 4 dan 5)
menunjukkan stroma fibrovaskuler jaringan ikat, menunjukkan saluran vaskuler
berlapis endothelium dengan sel darah merah. Stroma juga menunjukkan proliferasi
sel endotel yang luas dengan beberapa kapiler. Bagian tepi lesi menunjukkan area
nekrosis dan perdarahan infiltrasi sel inflamasi kronis yang hebat. Berdasarkan
temuan mikroskopis di atas, diagnosa akhir yang ditetapkan adalah CH. Profilaksis
oral dilakukan pada kunjungan tindak lanjut. Pasien tetap melakukan kunjungan
follow up secara teratur selama satu tahun tanpa adanya kekambuhan (Gambar 6).

Diskusi
Hemangioma ditandai dengan tiga tahap, yaitu proliferasi sel endotel, pertumbuhan
cepat dan involusi spontan. Tumor ini banyak dijumpai pada Kaukasian. Tumor ini
lebih jarang dijumpai pada orang berkulit hitam. Tidak ada detail yang tersedia
perihal insiden pada populasi India. Tumor ini mungkin menyerang kutaneus,
mukosal, intramuscular dan intraosseous. Pada kovitas oral, tumor ini amat jarang
terjadi pada mukosa palatal dan gingiva. Tumor ini jarang terjadi pada orang dewasa;
pada kasus ini pasien berusia dekade ke empat kehidupan. Etiologi pasti hemangioma
masih belum diketahui. Ketidakseimbangan angiogenesis memainkan peranan penting
dalam perkembangan hemangioma. Berdasarkan tampilan mikroskopis, tumor ini
3

diklasifikasikan ke dalam jenis kapiler, kavernosa, campuran dan sclerosing. Pada


kasus ini, lesi tersebut adalah hemangioma tipe kapiler.
Secara klinis, radiografi dan terkadang mikroskopis, tumor ini menyerupai lesi
lainnya yang membuat diagnosis menjadi sulit. Granuloma piogenik (PG), granuloma
perifer sel raksasa, fibroma pengerasan perifer, epulis, epulis granulomatosa dan
kanker sel squamous sebaiknya dimasukkan dalam diagnosis pembanding. Kedua PG
dan CH terjadi pada usia dini dengan insidensi tinggi pada perempuan dan sangat
jarang menyerang palatum. Kedua lesi ini menghadirkan dilema diagnostik pada
klinisi, dan karenanya evaluasi mikroskopis wajib dilakukan untuk membuat
diagnosis definitif. Secara mikroskopis, PG diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
hemangioma kapiler lobuler (LCH) dan non-LCH. Secara mikroskopis, tipe LCH
adalah PG yang terdiri dari lapisan endotel tipis dikelilingi oleh dikelilingi oleh
proliferasi sel yang agak seragam yang gemuk sampai poros sel sedangkan CH terdiri
dari sel endothelial yang lebih menonjol dan sederetan pembuluh darah berukuran
kapiler dengan arsitektur lobular. Pada PG tipe LCH, kapiler sering tersusun tegak
lurus terhadap permukaan. Diferensiasi mikroskopis ringan antara hemangioma
sebenarnya pada masa bayi dan PG mungkin sulit; Namun, penelitian yang terakhir
menunjukkan perbedaan imunositokimia dan ultrastruktural. Radiograf sebaiknya
dilakukan untuk menyingkirkan destruksi tulang yang mungkin menandakan berbagai
pusat hemangioma atau keganasan.

Penanganan hemangioma pada mukosa oral tergantung pada berbagai faktor seperti
usia pasien, ukuran lesi, lebar lesi, daerah yang terserang, dan gejala klinis lainnya.
Modalitas penanganan hemangioma paling umum adalah operasi eksisi lesi, dengan
atau tanpa ligase pembuluh darah dan embolisasi. Manajemen pembedahan
sebaikanya dilakukan dengan perhatian bahwa adanya kemungkinan perdarahan
intraoperatif dan postoperatif. Akhir-akhir ini dikembangkan modalitas pengobatan
termasuk terapi steroid, electrosurgery, Nd: YAG laser, CO2 laser, cryosurgery dan
skleroterapi. Saat ini, skleroterapi digunakan terutama karena kemampuan dan
efisiensinya untuk menjaga jaringan sekitarnya. Manajemen saat ini terdiri dari
involusi spontan, steroid terapi, dan kemoterapi (primum non nocere). Pada kasus
ini, berdasarkan diagnosis sementara PG dan dengan pertimbangan kecilnya ukuran
lesi tanpa adanya tulang yang terlibat maka biopsi eksisi direncanakan.
4

Kesimpulan
CH intraoral adalah entitas patologis yang jarang terjadi. Bedah eksisi CH sederhana
dapat menyebabkan perdarahan intraoperatif dan postoperatif dan karenanya harus
dilakukan dengan hati-hati. Oleh sebab itu,dokter bedah mulut harus waspada pada
resiko-resiko yang ada selama diagnosis dan manajemen serta harus melakukan
tindakan pencegahan yang diperlukan sebelum eksisi lesi yang tampaknya tidak
berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai