Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin-NYA makalah pengantar
ilmu sosial dasar ini dapat terselesaikan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
kami dan Mahasiswa yang lain.Tugas makalah ini kami buat dengan tujuan agar mahasiswa maupun
mahasiswi dapat mengetahui tentang apa saja yang melatarbelakangi Adanya Pengemis agar dapat
mengetahui dan dapat tahu tentang apa itu pengemis yang mungkin selama ini menjadi sesuatu
permasalahan sosial yang belum bisa teratasi. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Yeye selaku Dosen
pembimbing dari tugas makalah yang kami buat ini terselesaikan dengan baik.kami selaku penyusun makalah
ini menyadari bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah, yaitu untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Garis besar dari isi makalah ini meliputi permasalahan pengemis dan cara
penanggulanganna di kota Bandung. Makalah ini diharapkan akan memeberi informasi guna
meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan bagaimana menyikapi seorang pengemis.
Oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kesalahan yang terdapat pada makalah ini dan kami
mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun bagi siapa saja yang membaca makalah ini. Bila ada
kesalahan dalam hal penulisan, bahasa, kata-kata maupun susunan makalah ini kami mohon maaf dan terima
kasih.

Bandung, Februari 2013

Penyusun

Kata Pengantar Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1 BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1-1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1-1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................1-1
2 BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................................2-1
3 BAB III METODOLOGI ................................................................................................3-1
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ...............................................................................3-1
3.2 Kehadiran Peneliti ....................................................................................................3-1
3.3 Lokasi Penelitian ......................................................................................................3-1
3.4 Waktu Penelitian. .....................................................................................................3-1
3.5 Pengupulan Data ......................................................................................................3-1
3.6 Produk yang Dihasilkan ...........................................................................................3-1
4 BAB IV PEMBAHASAN ...............................................................................................4-1
4.1 Pengertian Pengemis dan Permasalahan Adanya Pengemis ....................................4-1
4.2 Faktor Ekonomi ........................................................................................................4-1
4.3 Faktor Pendidikan ....................................................................................................4-2
4.4 Faktor Pola Asuh ......................................................................................................4-3
4.5 Solusi Penanganan Pengemis ...................................................................................4-5
5 BAB V PENUTUP ..........................................................................................................5-1
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................5-1
5.2 Saran .........................................................................................................................5-1
6 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................6-1

Daftar Isi Page ii


1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah sosial dan pengemis merupakan masalah yang sangat kompleks karena masalah pengemis
mencakup berbagai aspek sosial, aspek budaya, aspek psikologi, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek
keamanan. Banyak pengemis menimbulkan banyaknya masalah pada kebersihan, keindahan, kesusilaan,
keamanan, dan ketentraman bagi masyarakat. Pengemis tidak mempunyai tempat tinggal serta penampilan
dirinya yang tidak layak pada dasarnya itu semua perwujudan dari kemiskinan ekonomi, sosialdan budaya.
Oleh sebab itu masalah ini harus ditanggulangi dengan program bimbingan sikap mental, bimbingan sosial,
bimbingan keterampilan kerja. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 tahun1980 tentang
penanggulangan gelandangan dan pengemis yang dimaksud dengan pengemis ialah orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat tertentu dan hidup
mengembara di tempat umum. Masalah pengemis berkaitan pula dengan ketidak mampuan
anak memperoleh haknya sebagaimana diatur oleh konvensi hak anak juga di sebabkan kurangnya aksebilitas
anak, akibat berbagai keterbatasan sarana dan prasarana yang ada baik dirumah dan lingkungan sekitarnya,
untuk dapat berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya.Terkait dengan kondisi tersebut, permasalah
pengemis sudah merupakan permasalahan krusial yang harus ditangani sampai keakar-akarnya. Sebab jika
permasalahan ditangani di permukaannya saja, maka permasalah tersebut akan terus muncul, bahkan dapat
menimbulkan permasalahn yang lain yang lebih kompleks seperti munculnya orang dewasa jalanan dan
kriminalitas, premanisasi, eksploitasi tenaga,eksploitasi seksual, penyimpangan prilaku dll.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah ilmu sosial dasar. Adapun tujuan melakukan studi ini diantaranya :
Untuk mengetahui berapa banyak pengemis yang ada di kota Bandung
Untuk mengetahui dampak apa saja yang diakibatkan pengemis di kota Bandung
Bagaimana cara pemerintah daerah untuk menangggulangi pengemis di kota
Bandung
Mahasiswa dapat berperan dalam antisipasi pemberantasan pengemis

Pendahuluan Page 1-1


2 BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam Panduan IDT (1997) bahwa kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang
terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari
dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah
lama diperbincangkan karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan upaya
penanganannya. Dalam Panduan Keluarga Sejahtera (1996: 10) di kutip dari Wulan, UNPAS
(2011) kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya
sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga,
mental maupun fisiknya dalam memenuhi kebutuhannya.
Kemiskinan ini ditandai oleh sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang
seakan-akan tidak dapat diubah yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju,
rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya
produktivitas, terbatasnya modal yang dimiliki berpartisipasi dalam pembangunan.
Mengamati secara mendalam tentang kemiskinan dan penyebabnya akan muncul berbagai
tipologi dan dimensi kemiskinan karena kemiskinan itu sendiri multikompleks, dinamis, dan
berkaitan dengan ruang, waktu serta tempat dimana kemiskinan dilihat dari berbagai sudut
pandang. Kemiskinan dibagi dalam dua kriteria yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang diukur dengan tingkat pendapatan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sedangkan kemiskinan relatif adalah
penduduk yang telah memiliki pendapatan sudah mencapai kebutuhan dasar namun jauh
lebih rendah dibanding keadaan masyarakat sekitarnya. Kemiskinan menurut tingkatan
kemiskinan adalah kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis. Kemiskinan sementara
yaitu kemiskinan yang terjadi sebab adanya bencana alam dan kemiskinan kronis yaitu
kemiskinan yang terjadi pada mereka yang kekurangan ketrampilan, aset, dan stamina
(Aisyah, 2001: 151) di kutip dari Wulan, UNPAS, (2011).
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber
daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki
sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah;
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah;
3.Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Metodologi Page 2-1


Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious
circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar, kurangnya modal
menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya
pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya
tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan
seterusnya. Logika berpikir seperti itu mengemukakan bahwa negara miskin itu miskin
karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).
Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty) menurut Waluyojati bahwa ada
lima ketidakberuntungan yang melingkari orang atau keluarga miskin yaitu sebagai berikut:
1. Kemiskinan (poverty) memiliki tanda-tanda sebagai berikut: rumah mereka reot dan dibuat
dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat minim, ekonomi
keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang serta pendapatan yang tidak
menentu;
2. Masalah kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari ketidakmampuan
keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan ekonomi yang dicapai dengan susah
payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika penyakit menghampiri keluarga mereka yang
membutuhkan biaya pengobatan dalam jumlah yang besar;
3. Masalah ketidakberdayaan. Bentuk ketidakberdayaan kelompok miskin tercermin dalam
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi elit dan para birokrasi dalam menentukan
keputusan yang menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi
dirinya;
4. Lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kualitas maupun
kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya
produktivitas mereka;
5. Masalah keterisolasian. Keterisolasian fisik tercermin dari kantong-kantong kemiskinan
yang sulit dijangkau sedang keterisolasian sosial tercermin dari ketertutupan dalam integrasi
masyarakat miskin dengan masyarakat yang lebih luas.
Dari berbagai teori yang ada bahwa orang miskin itu adalah mereka yang tak mampu
memiliki penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka
membutuhkan uluran tangan dan bantuan orang lain untuk mencukupi kebutuhannya.

Metodologi Page 2-2


3 BAB III METODOLOGI
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang kita lakukan adalah pendekatan dengan menggunakan metode
observasi, langsung terhadap obyek terkait yaitu pengemis dan pengamatan lokasi terjadinya
yaitu di kampus UNPAS serta dengan metode kajian pustaka. Wawancara juga dilakukan
dengan target narasumber baik pengemis maupun dinas sosial.

3.2 Kehadiran Peneliti


Kehadiran peneliti saat dilakukan pengamatan lokasi dan wawancara adalah 100 %.
Selanjutnya peneliti melakukan tugas masing-masing sesuai proposal yang telah dibuat,
sebagai contoh ada yang bertugas untuk mengkaji kajian dari segi pustaka, lalu dalam
penulisan semua bahan yang telah terkumpul dirumuskan secara bersama-sama sehingga
tersusunlah laporan ini.

3.3 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian meliputi kampus UNPAS, diantaranya:

a. Belakang kampus UNPAS


b. Geger kalong
c. Dinas Sosial

3.4 Waktu Penelitian.


Proses wawancara pada pengemis dilakukan pada tanggal 22 Februari 2013 dan proses
wawancara kepada petugas dinas social pada tanggal 1 Maret 2013

3.5 Pengupulan Data


Data yang dihasilkan dari penelitian kali ini berbentuk transkrip wawancara yang di
sertai foto.

3.6 Produk yang Dihasilkan


Produk yang dihasilkan dalam penelitian kali ini adalah solusi penanggulangan pengemis
di Bandung yang diharapkan dapat diwujudkan.

Metodologi Page 3-1


4 BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Pengemis dan Permasalahan Adanya Pengemis
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di
muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang
lain. Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar dalam kesulitan dan mendesak
karena tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar dan dia tidak punya suatu keahlian yang
memadai, bukan karena malas untuk mencari mata pencaharian layak lain dan bukan untuk
memperkaya diri sendiri dengan meminta kepada orang yang ditemuinya. Kami meyakini naluri
personal seseorang manusia pasti tidak akan mengingikan menjadi seseorang pengemis , tentunya hal tersebut
tak lepas dari faktor-faktor tertentu yang ada didalamnya yang bisa mendorong seseorang menjadi seperti itu.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan seseorang menjadi pengemis antara lain :
1 .Faktor Ekonomi.
2 .Faktor Pendidikan.
3 .Faktor Pola Asuh.

4.2 Faktor Ekonomi


Berkembangnya anak jalanan dan pengemis tidak dapat dipisahkan dengan aktifitas ekonomi
masyarakat pada umumnya krisis ekonomi terjadi sejak 1997 telah memporak porandakan seluruh aspek
perekonomian di Indonesia, terutama ekonomi rakyat kecil. Krisis yang berkepanjangan saat ini juga telah
mengakibatkan krisis multi dimensional yang mengakibatkan jumlah penduduk miskin semakin
meningkat, krisis perbankan, masalah kemiskinan menjadi topik menarik karena jumlah penduduk
yang jatuh dibawah garis kemiskinan meningkat sekali. Kehadiran anak jalanan dan pengemis tidak bisa
dilepaskan dari keberadaaan kota-kota besaryang berkembang secara ekonomi. Pengemis merupakan
fenomena kota besar dimana saja semakin cepat perkembangan sebuah kota semakin cepat pula peningkatan
pengemis. Alasan ekonomis selalu menjadi prioritas untuk diungkapkan jika ditanya apa sebabnya menjadi
pengemis. Banyaknya pengemis yang menempati fasilitas umum di Bandung disebabkan oleh
faktor penarik kota itu sendiri. dengan ada krisis ekonomi yang melanda Indonesia, semakin banyak
keluarga miskin yang terpinggirkan. Dalam keadaan seperti ini sangatlah mudah bagi seseorang
untuk terjerumus kejalanan. Berbagai tindakan pun dilakukan seseorang untuk mendapatkan uang.Secara
tidak langsung.Tindak kekerasan yang diterima anak merupakan follow up (hasil) dari eksploitasi
ekonomi.

Pembahasan Page 4-1


Gelandangan dan pengemis merupakan suatu indikator kemiskinan yang berat dipedesaan. Jumlah
gelandangan dan pengemis dari tahun ketahun selalu meningkat menunjukkan bahwa di desa mengalami
persoalan kemiskinan. Lapangan kerja yang sempit, secara jumlah angkatan kerja selalu meningkat sehingga
menciptakan kelompok masyarakat yang tidak berpengahasilan Tujuan gelandangan dan pengemis semata
mata untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, layaknya orang lain mereka juga memiliki kebutuhan seperti
pendidikan a ,kesehatan , dan sebagainya yang harus di penuhi. Ada dugaan bahwa ada mafia dibalik
pengemis yang menyerbu daerah-daerah perkotaan. mereka dikoordinasikan oleh segelintir orang untuk
mendapatkan keuntungan sebelah pihak. Sehingga hal tersebutlah yang membuat banyaknya profesi
gelandangan dan pengemis dikota-kota besar. Solusi dari semua itu adalah adanya perbaikan dalam dunia
perekonomian indonesia. Sebab - sebab ekonomi seperti :1) Kesulitan menanggung hidup, lebih- lebih yang
mempunyai keluarganya besar.2) Kecilnya pendapatan perkapita sehingga lambat laun tak dapat berkerja
terus.3) Kegagalan di bidang pertanian (area tanah tidak dapat diperluas lagi untuk pertanian). Belum
berkembangnya industry yang bisa mensejahterakan pegawainya secara total sehingga tidak dapat
menampung tenaga kerja lebih banyak lagi

4.3 Faktor Pendidikan


Ternyata faktor pendidikan juga turut mempengaruhi responden untuk melakukan kegiatan mengemis.
Pada tingkat umur yang masih di kategorikan anak-anak semestinya mereka sedang mengikuti kegiatan
pendidikan formal di sekolah. Namun mereka memilih menjadi gepeng di bandingkan bersekolah karena
tidak memiliki kemampuan financial untuk kebutuhan sekolah sebagai akibat dari kemiskinan orang tua.
Tidak berpendidikan responden menyebabkan mereka tidak memperoleh pengtahuan dan pemahaman
tentang budi pekerti, agama, dan ilmu pengetahuan lainnya yang mampu mengunggah hati mereka untuk
tidak melakukan kegiatan sebagai gepeng. Seperti diketahui di negeri ini banyak sekali di temukan anak yang
tidak mendapatkan kehidupan yang layak apa lagi pendidikan yang cukup. Meski sudah sering terdengar
bahwa pemerintah member janji untuk meningkatkan kehidupan dan pendidikan pada anak-anak, khususnya
kepada merka yang kurang mampu di dalam ekonomi. Dan yang lebih memprhatinkan akhir-akhir ini terjadi
beberapa tindak kekerasan baik yang di lakukan anak-anak maupun yang terjadi pada mereka. Kejadian
pembunuhan juga sering melibatkan anak di bawah umur. Pendidikan merupakan usaha yang di jalankan oleh
seorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan tuntutan dalam hidup
tumbuhnya anak-anak. Sedangkan menurut UU 20 tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan
terancam untuk mewujudkan suasana dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan

Pembahasan Page 4-2


akhlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Beberapa
pengertian dasar batas-batasan yang perlu dipahami sebagai berikut :
1.Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik langsung terus sampai anak didik mencapai pribadi
dewasa susila
2.Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi
3.Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik
4.Tindakan tujuan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu dan hal ini
tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik.
Pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap YME dan berbudi pekertiluhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesejahteraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung
jawab kemasyarkatan dan kebangsaan. Memberi nilai pada usaha yang di lakukan Lembaga hukum
perlindungan anak yang menangani kasus-kasus tindak kekerasan terhadap anak-anak tidak menyelesaikan
persoalan terhadap mereka karena kejadian-kejadian tersebut sesungguhnya lebih banyak diakibatkan oleh
kehidupan mereka yang layak serta tidak adanya pendidikan. Ini semestinya tidak terjadi bila mana mereka
mendapatkan hidup dan pendidikan yang layak seperti yang lainnya. Karena kehidupan pendidikan yang
cukup akan membuat mereka berperilaku yang pantas dan terhormat. Salah satu upaya untuk mencegah
upaya kejadian putus sekolah maka pemerintah melakukan program dan kebijakan pokok pendidikan dasar
sebagai berikut : meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi anak pendidikan dasar,
meningkatkan kualitas dan relevensi pendidikan dasar, meningkatkan akses pendidikan dasar dan
melaksanakan gerakan nasional penuntasan program pendidikan dasar (anonymous,2009)

4.4 Faktor Pola Asuh


Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengawasi, dan membimbing anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap proses
perkembangan anak yaitu : factor lingkungan, pengetahuan dan latar belakang pendidikan. Pengasuhan
didefinisikan sebagai perilaku yang di praktikkan oleh ibu, bapak ,nenek,atau orang lain dalam memberikan
makanan pemeliharaan kesehatan. Pengertian pola asuh dalam keluarga bisa di telusuri dari pedoman
Yang dikeluarkan Tim penggerak PKK puast (1955) yakni: usaha orang tua dalam membina anak dan
membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18 tahun). Secara garis besar pola
asuh yang ditetapkan orang tua kepada anaknya dapat digolongkan menjadi :

Pembahasan Page 4-3


Pola asuh otoriter. Yang di maksud adalah setiap orang tua dalam mendidik anak mengharuskan
setiap anak patuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua.
Pola asuh demokratis. Sikap orang tua yang mau mendengarkan pendapat anaknya kemudian
dilakukan musyawarah antara pendapat orang tua dan pendapat anak.
Pola asuh permisif.Orang tua dalam mendidik anak memberikan kebebasan secara mutlak kepada
anak dalam bertindak tanpa ada pengarahan dari orang tua.
Keluarga.
Secara sosiologis keluarga di tuntut berperan dan berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera
yang dihuni oleh individu keluarga yang bahagia dan sejati. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berdasarkan
pendekatan budaya dan sosiologis fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

Fungsi biologis bagi pasangan suami istri fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual dan
mendapatkan keturunan. Fungsi ini memberikan kesempatan hidup bagi setiap anggotanya.
Fungsi pendidikan fugnsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk mengkondisikan
kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan sehingga terhadap proses saling belajar di antara
anggota keluarga.
Fungsi beragama fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk mengenalkan,
membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai
kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan.
Fungsi perlindungan fungsi perlindungan dalam keluarga ialah menjaga dan memelihara anak dan
anggota keluarga lainnya.
Fungsi sosialisasi anak fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi
anggota masyrakat yang baik
Fungsi ekonomi fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis
Fungsi status keluarga fungsi ini dapat di capai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya yang
lain.. Fungsi keluarga ini menunjukan pada kadar kedudukan (status) keluarga yang di bandingkan
dengan keluarga lainnya.
Jenis kekerasan yang menonjol ada dua yaitu kekrasan fisik dan ekonomi. Namun pada dasarnya kedua jenis
ini saling berkaitan satu sama lain. Di samping juga bisa menjadi hubungan sebab akibat. Kekerasan fisik yang
banyakdijumpai seperti pemukulan terhadap anak, penyiksaan lain dengan membakar anak dan
sebagainya. Dalam mengembangkan anak untuk menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas di
perlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai dengan kondisi anak. Sebagai manusia
setiap anak mempunyai cirri individual yang berbeda satu dengan yang lain . disamping itu si anak yang lahir

Pembahasan Page 4-4


di dunia ini berhak hidup dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang dimilikinya.
Anak adalah titipan Allah kepada kedua orangtuanya yang berkewajiban memelihara setiap titipan, proses
pemeliharaan optimum diharapkan dapat menjadikan seorang anak sehat jasmani danrohani. Itulah namanya
investasi sumber daya manusia yang sosialisasi keluarga proses pemberian kesempatan pendidikan
pemerintah. Dalam keluarga semakin panjang ketika juga ada kekerasan suami terhadap istrinya atau
sebaliknya. Kalau semua kasus diatas itu terjadi maka model keluarga yang sakinah, mawaddah,warohmah
hanya berhenti menjadi perbuatan normatif agama sama saja dari sisi mikro keluarga sebagai faktor bisa jadi
penyebabnya. Peranan orang tua menurut gunarasa (1995,31-38) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka
ada dua individu yang memainkan oleh orang tua yang berada pada posisi atau situasi tertentu dengan
karakteristik atau kekhasan tertentu pula. Pola asuh keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama
dimana anak dapat berinteraksi pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian
sangatlah besar artinya.

4.5 Solusi Penanganan Pengemis


Sudah banyak upaya yang dilakukan terutama oleh Pemda atau Dinas terkait dengan cara
penertiban pengemis karena banyaknya pengaduan masyarakat yang kerap mengganggu
kenamanan perjalanan maupun pemandangan. Salah satu alasan yang menjadikan banyaknya
pengemis adalah banyaknya penghasilan yang didapatkan oleh karena itu untuk solusi
sementara kita masyarakat pada umumnya sebagai sumber dari pemnghasilan mereka
dihimbau agar tidak lagi memberikan uang kepada mereka, mudah-mdahan dengan tidak
adanya atau berkurangnya penghasilan mereka, mereka menjadi jera dan tidak akan
melakukan ngemis lagi sehingga jumlah pengemis terutama di kota Bandung dapat
berkurang.

Pembahasan Page 4-5


5 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil adalah pengemis tentunya tidak akan ada jika faktor-faktor
penyebab dapat di minimalisir baik dari pihak pemerintah dan keluarga. Pemerintah tentunya mesti lebih
memberikan perhatian lebih kepada para pengemis dengan cara lebih memberikan solusi yang pasti tentang
kesejahteraan dan jaminan hidup mereka, Namun tidak hanya pemerintah yang mesti memberikan perhatian
lebih kepada mereka namun keluarga juga harus ikut ambil dalam menyelesaikan masalah ini dengan cara
melakukan pola asuh yang benar dan tidak otoriter serta tidak menggunakan kekerasan. Dan juga kita sebagai
sumber dari penghasilan mereka agar tidak lagi memberi mereka uang dengan harapan akan berkurangnya
jumlah pengemis terutama di kota Bandung.

5.2 Saran
Kami juga menghimbau kepada keluarga agar dapat memberikan pola asuh yang baik,sehingga tidak
mendorong anak-anak penerus bangsa terjerumus didalam kehidupan social yang menyimpang. Peraturan
pemerintah mengenai pelarangan pengemis yang beroperasi di tempat-tempat umum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya agar pengemis merasa jera bila akan beroperasi di
tempat-tempat umum

Penutup Page 5-1


6 DAFTAR PUSTAKA

Ana. 2009. Permasalahan Pengemis. http://www.google.Ana.Wordpress.com/2009/07/28 .


Diakses: 25/Februari/2013

Ayu, Putri. 2010. Pengemis. file:///D:/Documents/makalah-pengemis-yang-ada-di-uny.html.


Diakses : 03/Maret/2013

Fazar. 2010. http://pepository.usu.ac.id . 27/Februari/2013

Ilyas. 2010. Defenisi Pengemis. http://www.google.rudyct.com/pps702-


ipb/09145/Sritjhahrini.pdf. Diakses: 25/Februari/2013

Reza. 2011. Faktor factor. http://gadesedana.wordpress.com . Diakses: 27/Februari/2013

Daftar Pustaka Page 6-1


[Type text] Page 2
[Type text] Page 3

Anda mungkin juga menyukai