DHF 2
DHF 2
KTI DHF
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TnM DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)
Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF ( Dengue haemorragic Fever ) merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, Nyamuk ini merupakan spesies
nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas
permukaan laut. (Price & Wilson. 2007). Nyamuk ini merupakan vektor bagi virus demam berdarah,
karena nyamuk Aedes ini sangat antropolitik dan hidup dekat manusia dan sering hidup didalam
rumah.(Soedarmo, 2006) Indonesia merupakan salah satu negara yang ditetapkan sebagai negara
endemik demam berdarah. Karena indonesia merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan yang
Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan ditemukan
lagi pada abad 18, 19 dan awal abad 20, sedangkan di Indonesia dengue pertama kali ditemukan di
Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh wabah penyakit yang menyerupai
Dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini
berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui transportasi laut. ( soedarmo, 2006).
Keistimewaan lain dari DHF menurut Hidra, (2004) yaitu nyamuk betina cenderung menggigit
manusia pada pagi hari antara jam 09.00 10.00 dan sore hari antara jam 16.00 17.00, dan
karakteristik masyarakat yang terkena DHF biasanya masyarakat yang kurang aktif dalam menjaga
sanitasi lingkungan tempat tinggalnya seperti jarang menguras bak mandi, membiarkan adanya bak-bak
memerlukan perawatan di rumah sakit, lebih dari 40% penduduk di dunia hidup di daerah endemis
Menurut WHO, (1997) memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue
memerlukan perawatan di rumah sakit, lebih dari 40% penduduk di dunia hidup di daerah endemis
demam dengue dan Thailan merupakan negara peringkat pertama yang melaporkan banyaknya kasus
DHF yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan menurut Depkes RI,(2008) Indonesia termasuk peringkat
kedua berdasarkan jumlah kasus DHF yang dilaporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya.
Kasus penyakit DHF terus meningkat dari tahun ke tahun di kota mataram. Pada tahun 2009
ditemukan kasus sebesar 531 kasus dengan dua orang meninggal, tahun 2010 ditemukan kasus sebesar
658 kasus denagan dua orang meninggal, dan tahun 2011 ditmeukan kasus sebesar 678 dengan kasus 3
orang meninggal (Surveilans Kota Mataram). Sedangkan di Puskesmas Ampenan pada tahun 2010
ditemukan kasus sebesar 35 kasus, tahun 2011 sebesar 51 kasus. (Surveilans Puskesmas Ampenan).
Menurut soedarto,(2005) DHF di sebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dan dapat menimbulakan masalah kesehatan seperti demam, resiko terjadi
Menurut Sumarno, (2005) upaya yang paling efektif untuk pemberantasan DHF dapat tercapai
dengan baik apabila masyarakat ikut berperan aktif dalam melakukan langkah 3 M yakni
Menguras,Menutup, dan Menimbun selain itu dapat dilakuakan tindakan kuratif berupa pengobatan
terhadap pasien yang terjangkit DHF yang dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan.
Dari uraian dan penjelasan diatas, yang disertai dengan data-data yang lengkap, penulis merasa
tertarik dalam mengambil Karya Tulis Ilmiah yang akan disusun sebagai proposal KaryaTulis Ilmiah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Dengue Hemoragic Fever (DHF) di Wilayah
TINJAUAN PUSTAKA
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya
manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian
(Arief Mansjoer dan Suprohaita, 2000 dalam Susilowati, 2007), dan menurut Hindra (2004), DHF adalah
penyakit infeksi yang dalam waktu relative singkat, dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak
ditangani secepatnya.
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2007).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler
(Soemarno, 2007).
2.1.2 Etiologi
1. Virus Dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus (Arthropodborn virus) group B,
tetapi dari empat tipe yaitu virus dngue tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavivirus ini berdiameter 40 nanometer, dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby homster kidney)
maupun sel-sel artrophoda misalnya sel Aedes Arbovirus. (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).
2. Vektor
Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan vector penularan virus dengue dari
penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di
daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk tersebut perperan dalam penularan
(Soedarto, 2005). Nyamuk aedes aegepti berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapar
bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di luar rumah
dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih lainnya,
selain itu nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
persendian.
(Soedarto, 2005).
2.1.4 Patofisiologi
Menurut Noer, dkk, (1999). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat
pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat
terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
1. Demam
Demam tinggi mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal
atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian,
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya tejadi pada hari ke-2 dan ke-3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa uji tourniquet positif, ruang kulit (petekiae, ekimosis dan purpura), perdarahan
mukosa/saluran cerna/ salur kemih, perdarahan gusi serta hematuri. (Ngastiyah, 1999)
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati
juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal harus
4. Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis
golongan, yaitu :
1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
2. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 ,
4. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/ sangat lemah, tekanan darah tidak
teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit
tampak biru.
dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakkan dengan
1. permeriksaa Laboratorium :
3. Rontgen Thorac = Effusi Pleura, Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus
kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan
pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Mubarak, (2009) Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering
digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk,
10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil
Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander
12. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan
teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan
13. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi
pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan
14. Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian
sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan
apabila : Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi.
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di
siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DHF nya (Hidayat,
2007). Menurut Chritianti Efendi,(2007) ada Beberapa cara yang paling efektif dalam
antara lain:
desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam,
2.1.11 Pengobatan
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif (junaidi,
2007).
syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5
sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) (Soemarno, 2005)..
misalnya :
Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung
diberikan pada pasien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan pada standar keperawatan dalam
Asuhan Keperawatan pada kasus DHF diberikan sesuai tahap-tahap dalam proses keperawatan
sebagai berikut :
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini
data/informasi pasien yang dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan/keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan pengelompokan data (Hidayat, 2008).
Adapun data yang dikumpulkan pada kasus DHF menurut Dongoes, (1999) adalah :
1. Data Biografi
Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin , pendidikan, pekerjaan, tanggal atau
jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnose, dan identitas penanggungjawab meliputi
b Keluhan Utama
Biasanya pasien dengan penderita DHF mengeluh Sakit kepala, badan panas dan tidak ada nafsu
makan.
Bagaimana kesehatan pasien sebelumnya, pasien apakah pernah mengalami penyakit atau
ada riwayat penyakit yang lain dan jika ada, biasanya pergi berobat kemana
Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara anggota keluarganya ada yang
Dalam pengkajian kebiasaan sehari hari atau kebutuhan dasar, penulis menggunakan
a. Kebutuhan respirasi
Pengumpulan data tentang pernapasan klien, apakah mengalami gangguan pernapasan atau
tidak
b. Kebutuhan nutrisi
Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaiaman nafsu makan klien, jumlah makan
atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat
menelan.
c. Kebutuhan eliminasi
Pada pola eliminasi yang perlu ditanykan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada atau
tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi dan
inkontenensia.
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, dan
siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur, masalah selama tidur, adanya insomnia.
e. Kebutuhan aktifitas
Pada pengumpulan data ini yang peerlu ditanyakan adalah kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, apakah klien mampu melakukannya sendiri secra mandiri atau di bantu
PQRST. Dimana , P (provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan oleh
meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah terganggu dan mengakibatkan
terjadinya hipoksia jaringan.Q (kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat,
apakah rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region) yaitu daerah
terjadinya/ perjalanan nyeri (0-10) atau (0-5). T (time) waktu klien merasakan nyari, apakah
terus menerus atau klien merasakn nyari pada waktu pagi hari, siang, sore, atau malam.
harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan panas
maupun dingin dengan mengubah temperatur, kelembapan atau pergerakan udara atau dengan
h. Kebutuhan bekerja
dalam perawatan maka dalam penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan klien
sangat penting, dimana sakit bisa lebih ringan apabila seseorang dapat terrus bekerja
i. Kebutuhan berpakaian
bagaimna kebiasaan klien dalam dalam berpakaian dan beberapa kali klien mengganti baju
dalam sehari
pada pemgumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah berapa kali klien mandi,menyikat
gigi,keramas dan memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan sabun mandi, pasta gigi,
dan sampo. Namun hal tersebut tergantung keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada
umumnya kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan keluarga.
orang lain dan bagaimana cara klien berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai kebiasaan klien dalam
menggunakan waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang dikunjungi.
Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan sebagaimana halnya orang
sakit, bagi orang sakit biasanya bermain/ berekreasi dengan membaca, berbincang-bincang tetapi
tergantung individu.
m. Kebutuhan sepiritual
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana cara klien mendekatkan diri kepada
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai masalah-masalah yang ada. Kebutuhan
belajar ini biasanya tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung dari tingkat pendidikan
klien.
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).
b. Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan dan hemokonsentrasi.Pada
grade II disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi
kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah (tachycardia),tekanan nadi sempit, hipotensi, cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari, kulit dingin dan lembab.Pada grade IV nadi tidak teraba dan
sopor coma. Grade 1 sampai dengan IV dapat terjadi kejang, nyeri kepala dan nyeri di berbagai
d. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada grade III, akan mengungkapkan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai
dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
f. Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam makulopapular
(Carpenito, 2006)
1. Diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan secara klinis yang
keperawatan aktual penulisannya adalah adalah adanya masalah (P), adanya pernyataan evaluasi
individu, keluarga, atau komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding dengan
yang lain pada situasi yang sama. Diagnosis keperawatan ini mengganti istilah diagnosis
keperawatan potensial dengan menggunakan resiko terhadap atau resiko tinggi terhadap.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko tinggi yang memperlihatkan keadaan dimana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan
karakteristik
data tambahan, dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala
Menurut NANDA adalah diagnosis keperawatan sehat adalah ketentuan klinis mengenai
individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat
dari sekelompok diagnosis aktual atau resiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu
2. Gangguan keseimbangan Cairan dan elektrolit berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari keburuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang
4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien mengatakan cemas ddengan
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau apa obat dan
bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang penyakitnya, klien belum tau
Keperawatan
1 . Mengetahui
Gangguan kondisi dan
1 Observasi Vital mengidentifikasi
keseimbangan sign setiap jam atau
Setelah fluktuasi cairan
cairan dan lebih.
dilakukan intra vaskuler.
2 elektrolit
berhubungan tindakan
keperawatan 2 Penurunan
dengan haluaran urine /
selam 3 x 24 jam 2 Observasi intake
pindahnya diharapkan devisit urine yang pekat
cairan dan output, catat dengan
voume cairan
intavaskuler ke tidak jumlah, warna, peningkatan BJ
ekstravaskuler terjadi dengan konsentrasi dan BJ
di tandai kriteria urine
dengan pasien Tujuan & kriteria 3 Untuk pemenuhan
mengatakan Hasil 3 Anjurkan pasien kebutuhan ciran
tidak suka hasil: untuk banyak tubuh peroral.
Diagnosa Input dan output minum 1500-2000
Keperawatan seimbang, Vital ml /hari 4 Meningkatkan
sign dalam batas
minum dan jumlah cairan
normal (TD 4 Kolaborasi
perut terasa 100/70 mmHg, N: tubuh untuk
kenyang, pemberian cairan mencegah
80-120x/mnt), intra vena, plasma
minum terus, Tidak ada tanda terjadinya syok
atau darah.
turgor kulit presyok, Akral hipovolemik
baik, mukosa hangat,
bibir kering, Capilarry refill < 3
urine berwarna detik, Pulsasi kuat
kuning pekat,
panas hari
kedua
panjang,
( Doengoes, 2000)
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-
bahaya fisik dan perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembngan
pasien
dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan
sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai
(nursalam,2006)
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kreteria dan
implementasi keperawatan.
O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamat yang objektif setelah
implemnatsi keperawatan.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan masalah keluarga yang
dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi
formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan
Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat
1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga
2. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah
3. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang
Menurut Potter (2008) mendefenisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak atau
tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang .
Dokumentasi keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan mempertahankan
akontabilitas perawza dan keperawatan (Webster New World Dictionary dalam Marelli (2004).
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur untuk
Nursalam (2006) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi keperawatan
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan.
d. Catatan perawat
e. Laporan khusus
Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah klien. System ini mengintegrasikan
semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan tim
a. Data dasar
b. Daftar masalah
c. Perencanaan awal
Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dan hasil penemuan yang menyimpang
Adalah pencatatan dengan pendekatan orientasi proses dengan penekanan pada proses keperawatan
6. FOCUS
Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk mengorganisir dikumentasi asuhan
keperawatan dimana:
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk:
tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima
dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan
diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan dengan
langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya
dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk
Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar
mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek
lapangan.
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini
erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,
sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang
keperawatan/kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian
dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa
dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat/bidan maupun tenaga
kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan
Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian
No RM : 249687
Identitas Klien
Nama : Tn M
Umur : 17 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMPN
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : belum Kawin
Nama : Tn H
Umur : 35Th
Pekerjaan : Petani
Agama : islam
Klien mengatakan badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Awalnya tidak terlalu panas dan klien selalu
dikompres dengan air hangat oleh keluarganya, namun beliau merasakan badannya bertambah panas, mual muntah,
nyeri sendi, kepala pusing, nafsu makan menurun pada sore harinya sehingga pada tanggal 17 juli 2012 jam 09.15
wita klien kemudian dibawa ke IGD Puskesmas Ampenan. Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu
dan juga di sertai mual muntah, kemudian di bawa ke ruang inap untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya namun klien penrah masuk RSUP
klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita penyakit seperti yang dialami klien saat ini dan
tidak terdapat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dan penyakit jantung.
Genogram
17 th
Keterangan :
:Perempuan
:Laki-Laki
:Klien
:Perempuan Meninggal
:Garis Perkawinan
:Garis Keturunan
klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.
1. Pola Pernafasan
Sebelum Sakit : Klien mengatakan tidak pernah gangguan dalam bernafas, seperti sesak nafas dan tidak mengalami nyeri saat
bernafas
Selama sakit : Klien mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi mimisan di sertai
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : klien mengatakan klien makan 3x/hari, dengan komposisi, nasi, lauk-pauk, sayuran, habis 1 porsi,
serta minum air putih 7-8 gelas/hari, klien kadang minum teh, BB sebelum sakit 46 kg.
Selama sakit : klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat menghabiskan
1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya diberi bubur dalam porsi kecil. Klien
tampak lemah,klien mual muntah kurang lebih 2x/hari, mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB saat sakit
42 kg.
3. Pola Eliminasi
lum Sakit : klien mengatakan biasa BAB 1-2x/hari, teratur setiap pagi dengan konsistensi lembek dan warna kuning, bau khas BAB,
ma sakit : klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau khas feses, BAK 5-6x/hari dengan
belum Sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam beristirahat. Biasanya klien bisa tidur malam pukul 22.00-
lama Sakit : Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena demam yang tinggi, tidur malam pukul 20.00 05.00 wita, tidur
belum sakit : Klien mengatakan klien dapat beraktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa bantuan dan gaya berjalanya baik tidak
mengalami gangguan.
lama sakit : Klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas karena klien sedang sakit, terpasang infus RL 20 tetes/menit, dalam
belum sakit : Klien mengatakan selalu merasa aman dan nyaman apalagi jik bersama keluarga dan teman temannya
lama sakit : Klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaanya sekarang karena kondisinnya yang lagi sakit.
belum sakit : klien mengatakan jika ia mengalami demam, biasanya keluarganya memberikan kompres air hangat. Dan jika suhu dingin
ma Sakit : Klien Mengatakan pada awal dirasakannya penyakit, ia sering mengalami demam dengan suhu 38,5 oC. Badannya terasa
um sakit : Klien mandi dan gosok gigi 2x/hari, dan klien keramas 2x/minggu, dan klien melakukan secara mandiri tanpa bantuan
keluarga.
ma sakit : Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari dan mandi
9. Kebutuhan Bekerja
elum sakit : Klien mengatakan bisa malukan pekerjaan ringan seperti membantu bapaknya bertani dan beternak dan pekerjaan lainnya
lum sakit : Klien mengatakan klien dapat melakukan ibadah sholat 5 kali sehari semalam.
ma sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan sholat tetapi hanya berdoa di tempat tidur karena keadaan yang tidak
lum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit ia sering bermain bersama keluarga dan teman-temanya.
a sakit : Klien mengatakan hanya ditemani oleh keluarga selama berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana karena
sakit.
lum sakit : klien mengatakan biasanya sering membaca buku dan mengerjakan tugas dari sekolah.
ma sakit : Klien mengatakan selama sakit tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena terpasang infus (RL 20 tetes/menit) dan
elum sakit : Klien mengatakan bisa menggunakan 2-3 stel pakaian dari bahan kaos dan katun serta menggunakan celana pendek/
panjang
ma sakit : Klien mengatakan menganti pakaiannya 1 kali sehari dari bahan yang mudah menyerap keringat dengan dibantu oleh
keluarganya
lum sakit : Klien selalu berkomunikasi dengan keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar rumahnya, bahasa yang di gunakan
ma sakit : Klien tetap berkomikasi dengan keluarga dan komunikasi dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di ucapkan jelas.
eriksaan Fisik
GCS = E = 4, V = 5, M=6
3. Tanda-Tanda Vital
TD : 90/60 mmHg
N : 94 x /mnt
S : 38,5 oC ( aksila )
RR : 20 x /mnt
4. Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
S : Klien mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi mimisan di sertai darah
O : Simetris, tampak bersih tidak ada sekret, tidak ada polip, Respirasi 20 x/menit, teratur, tidak terdapat retraksi dinding
dada, Tidak ada nyeri tekan, tidak tampak penggunaan alat bantu pernapasan, kulit tidak ditemukan tanda sianosis.
b. Sistem Kardiovaskuler
O : Tekanan darah : 90/60 mmHg, denyut nadi 94 x /mnt, tekana cukup, Irama jantung teratur, tidak ada suara lain
menyerta
d. Sistem Perkemihan
S : klien mengatakan BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih, bau khas urine..
O : tidak ada lesi, tidak oedema, dan klien tampak mual muntah dan sering merasa lemas.
e. Sitem Pencernaan
S : klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat
menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya
O : Klien tampak lemah, mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ada caries gigi, gigi lengkap, tidak ada pembesaran
f. Sistem Integumen
S : Klien mengatakan badan panas sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak
nyaman.
O : Badan teraba panas suhu : 38,5 oC. Klien tampak gelisah, Akral hangat, Mukosa mulut kering,
warna kulit sawu matang, cyanosis tidak ditemukan, kebersihan kulit cukup, , terpasang infus RL
Infus RL 40 tetes/menit
Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Cemas
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue ditandai dengan Klien mengatakan badannya panas sejak 3
hari yang lalu, klien mengatakan ia merasa tidak nyaman, Suhu tubuh klien 38,5 oC, Badan teraba panas, Klien
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan Klien
mengatakan Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, Klien mengatakan sering mual muntah kurang lebih 2x/ hari,
Klien tampak lemah, Klien tidak mau makan, , Wajah tampak pucat, Keadaan umum lemah, Klien hanya
menghabiskan 1/3 porsi bubur yang desediakan Puskesmas, Mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas vaskuler ditandai dengan Klien
mengatakan mual muntah kurang lebih 2 x/ hari, Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, Turgor kulit menurun,
Trombosit menurun : 147 10^3/UL, Tekanan darah : 90/60 mmHg, Nadi : 94 x /mnt
4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien mengatakan cemas dengan keadaannya
10.40 2. Mengobservasi
capillary rafill time.
Mengobservasi intake 3. Klien dapat cairan
dan output, infus RL 20
Tetes/menit, urine
10.50 3. catat warna warna kuning dan
urine/konsentrasi. bau khas urine.
4. Menjelaskan
pentingnya tirah baring
bagi klien dan
akibatnya jika hal itu
08.40 tidak
terdapat pada bab 2 dengan tinjauan kasus pada bab 3 serta menguraikan mengapa kesenjangan itu
terjadi.
Pembahasan terhadap kesenjangan dan keterkaitan yang terjadi adalah sebagaimana yang digambarkan
4.1 Pengkajian
Menurut teori pengumpulan data mulai dilakukan sejak klien masuk ke rumah sakit, selama klien
dirawat terus menerus serta dapat dilakukan ulang untuk merubah dan melengkapi data yang telah
ada. Berdasarkan sumber data, data pengkajian dapat di bedakan atas data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang didapat secara langsung dari klien, sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh selain dari klien seperti perawat, dokter atau ahli gizi, keluarga, hasil dari pemeriksaan dan
sebagainya. Bila berdasarkan tipe data, data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif. Data
subyektif adalah data yang merupakan persepsi klien tentang masalah kesehatan yang dihadapinya,
sedangkan data obyektif adalah data yang di kumpulkan dari hasil observasi/ pengukuran, yang dibuat
Pada pengkajian riwayat kesehatan tidak ada kesenjangan yang muncul antara teori dan
1.Identitas
dikaji yaitu : nama, umur, tempat tinggal, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
Dalam tinjauan kasus identitas klien yang dikaji yaitu : nama, umur, alamat, agama, pendidikan, suku
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang ditemukan pada tinjauan teori dan tinjauan kasus.
b) Identitas penanggung jawab
Dalam tinjauan teori identitas penanggung jawab yang perlu dikaji adalah nama, hubungan dengan
Dalam tijnauan kasus identitas penanggung jawab yang didapat yaitu : nama, umur, alamat, pekerjaan,
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang didapat dalam pengkajian identitas penanggung jawab klien
2. Keluhan utama
Dalam tinjauan teori Keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan atau berobat ke
rumah sakit. Biasanya pada klien dengan DHF Sakit kepala, badan panas dan tidak ada nafsu makan.
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang didapat dalam pengkajian antara tinjauan teori dengan tijauan
kasus.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Faktor pencetus dengan menyebutkan peristiwa atau hal
yang menyebabkan timbulnya penyakit DHF Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa
Dalam tinjauan kasus saat pengkajian ditemukan Klien mengatakan badannya panas sejak 3 hari yang
lalu. Awalnya tidak terlalu panas dan klien selalu dikompres dengan air hangat oleh keluarganya,
namun beliau merasakan badannya bertambah panas, mual muntah, nyeri sendi, kepala pusing, nafsu
makan menurun pada sore harinya sehingga pada tanggal 17 juli 2012 jam 09.15 wita klien kemudian
dibawa ke IGD Puskesmas Ampenan. Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu dan juga di
sertai mual muntah, kemudian di bawa ke ruang inap untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang ditemukan dalam tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
apakah pernah mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan jika ada, biasanya pergi
berobat kemana
Dalam pengkajian ditemukan Klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini
sebelunya dan baru pertama kalinya masuk rumah saki akan tetapi sebelunya klien sering berobat ke
alternatif di rumahnya.
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang ditemukan dalam tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah diantara
anggota keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien saat ini.
Dalam pengkajian ditemukan klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita
a. Kebutuhan respirasi
Dalam tinjauan teori pengumpulan data tentang pernafasan klien, apakah mengalami
Dalam tinjauan kasus Klien mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya
terjadi mimisan di sertai darah kurang lebih 2cc pada hidung dan pilek saja.
b. Kebutuhan nutrisi
Dalam tinjauan teori dijelaskan Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaiaman nafsu
makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan
Dalam tinjauan kasus klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya
dapat menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya diberi
bubur dalam porsi kecil. Klien tampak lemah,klien mual muntah kurang lebih 2x/hari, mukosa bibir
c. Kebutuhan eliminasi
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan defekasi perhari, ada atau tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan berkemih, ada tidaknya
Dalam pengkajian klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan
bau khas feses, BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih,bau khas urin.
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
Dalam tinjauan teori di jelaskan bahwa Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam
tidur pada malam hari, pagi, dan siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur, masalah
Dalam tinjauan kasus Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena demam yang tinggi, tidur
malam pukul 20.00 05.00 wita, tidur siang pukul 13.00-15.00 wita.
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
e. Kebutuhan aktifitas
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah klien mampu melakukannya sendiri secara
mandiri atau di bantu oleh keluarga maupun perawat. Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien
mengatakan tidak dapat beraktivitas karena klien sedang sakit, terpasang infus RL 20 tetes/menit,
dalam pemenuhan ADL di bantu oleh keluarganya yang menunggunya secara bergantian.
Jadi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa bagaimana kenyamanan klien, pengkajian nyeri
menggunakan PQRST. Dimana P (provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan oleh
meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah terganggu dan mengakibatkan terjadinya
hipoksia jaringan.Q (kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat, apakah rasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region) yaitu daerah terjadinya/perjalanan
nyeri. S (skala) bagaimana skala nyerinya bisa dengan menggunakan skala nyeri (0-10) atau (0-5). T
(time) waktu klien merasakan nyeri, apakah terus menerus atau klien merasakan nyeri pada waktu pagi
hari, siang, sore atau malam. Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien mengatakan tidak nyaman
dengan keadaanya sekarang karena kondisinnya yang lagi sakit. Jadi tidak terjadi kesenjangan antara
Dalam teori dijelaskan bahwa pada harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah
tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperatur, kelembapan atau pergerakan
udara atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya. Dalam tinjauan
kasus ditemukan bahwa Klien Mengatakan Klien Mengatakan pada awal dirasakannya penyakit, ia sering
mengalami demam dengan suhu 38,5oC. Badannya terasa panas, pasien tampak gelisah, akral hangat.
Jadi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
h. Kebutuhan bekerja
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa dalam perawatan maka dalam penilaian terhadap
interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa lebih ringan apabila seseorang
dapat terus bekerja dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi. Dalam pengkajian
Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dimana dalam
tinjauan teori dijelaskan bahwa untuk mengurangi rasa sakit klien harus terus bekerja. Sedangkan
dalam tinjauan kasus klien tidak mampu bekerja karena kondisi klien yang lemah.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pada pemgumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
berapa kali klien mandi,menyikat gigi,keramas dan memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan
sabun mandi, pasta gigi, dan sampo. Namun hal tersebut tergantung keadaan klien dan gaya hidup
klien, tetapi pada umumnya kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan
keluarga.
Dalam pengkajian ditemukan bahwa Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh
keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari dan mandi dengan dilap oleh keluarganya 2x/hari.
Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
Dalam teori dijelaskan bahwa pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai
kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat
yang dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan sebagaimana
halnya orang sakit, bagi orang sakit biasanya bermain/berekreasi dengan membaca, berbincang-
bincang tetapi tergantung individu. Dalam tinjauan kasus penulis melakukan pengkajian sesuai dengan
teori dimana dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien mengatakan hanya ditemani oleh keluarga
selama berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana karena sakit.
klien tidak bisa bermain dan pergi ketempat rekreasi bersama dengan keluarganya karena kondisi klien
masih sakit, klien hanya bisa pasrah dan berbaring ditempat tidur.
Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
h. Kebutuhan spiritual
Dalam tinjauan teori dijelaskan baahwa Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana cara
klien mendekatkan diri kepada tuhan dan pantangan dalam agama selama klien sakit.
Dalam tinjauan kasus penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori dimana dalam tinjauan kasus
ditemukanbahwa Klien mengatakan klien mengatakan tidak dapat melakukan sholat tetapi hanya
berdoa di tempat tidur karena keadaan yang tidak memungkinkan, keadaanya saat itu masih
tampak lemas.
berdasarkan teori, dimana dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa sebelum saklit klien klien dapat
menjalankan ibadah seperti shalat dan mangaji tanpa hambatan sedangkan saat sakit klien tidak
pernah melakukan ibadah, klien hanya bisa pasrah dan berbaring ditempat tidur.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai
kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat
yang dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan sebagaimana
halnya orang sakit, bagi orang sakit biasanya bermain/ berekreasi dengan membaca, berbincang-
Dalam tinjauan kasus ini ditemukan bahwa Klien mengatakan hanya ditemani oleh keluarga selama
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
j. Kebutuhan belajar
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai
masalah-masalah yang ada. Kebutuhan belajar ini biasanya tergantung dari individu itu sendiri dan
Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien mengatakan selama sakit tidak dapat beraktivitas seperti
biasa karena terpasang infus (RL 20 tetes/menit) dan keadaannya yang lemah.
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
k. Kebutuhan berpakaian
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa bagaimana kebiasaan klien dalam berpakaian dan berapa kali
Dalam pengkajian ditemukan bahwa Klien mengatakan menganti pakaiannya 1 kali sehari dari bahan
yang mudah menyerap keringat dengan dibantu oleh keluarganya Klien mengatakan menganti
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.
bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang lain dan bagaimana cara klien berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan orang lain. Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien tetap berkomikasi
dengan keluarga dan komunikasi dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di ucapkan jelas.
Klien tetap berkomikasi dengan keluarga dan komunikasi dengan petugas kesehatan dengan baik, kata-
Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena
7. Pemeriksaan fisik
Dalam tinjauan teori hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total cara karena ada kecendrungan
dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti:
1) Kesadaran penderita : apatis, gelisah, komposmetis, koma tergantung pada keadaan klien.
Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: apakah terdapat Sesak atau
tidak, terjadi perdarahan melalui hidung (epistaksis) atau tidak, pernapasan dangkal atau tidak, pada
auskultasi terdengar ronchi atau tidak, Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan adalah Klien
mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi perdarahan pada
huidung dan pilek saja. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan
2) Sistem Kardiovaskuler
Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi : apakah tejadi perdarahn spontan atau tidak,
terjadi kegagalan sirkulasi atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan adalah Pasien
mengatakan tidak mengalami nyeri dada, badannya lemas, Tekanan darah : 90/60 mmHg, denyut nadi
94 x /mnt, tekana cukup, Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai. Jadi tidak terdapat
kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian
berdasarkan teori.
Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: Bagaimana tingkat kesadaran klien, apakah klien
merasakan nyeri kepala atau tidak, bagaimana tingkat penglihatan klien. Sedangkan dalam tinjauan
kasus yang ditemukan adalah pasien mengatakan kepalanya sering pusing dan penglihatannya kadang-
kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian
berdasarkan teori.
4) Sistem Perkemihan
Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: bagaimana produksi urine apakah meningkat atau
berkurang, apakah tedapat nyeri saat BAK atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan
adalah klien mengatakan BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih, bau khas urine, tidak ada lesi,
tidak oedema, Dan klien tampak mual muntah dan sering merasa lemas. Jadi tidak terdapat
kesenjangan yang terjadi antara`tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan
5) Sistem Pencernaan
Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: terjadi perdarahan di gusi atau tidak,bagaimana
selaput mukosa bibir apakah kering atau lembab, terdapat nyeri tekan abdomen atau tidak,nafsu
makan mneunurun atau tidak, mual muntah atau tidak BAB disertai darah atau tidak. Sedangkan dalam
tinjauan kasus yang ditemukan adalah klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang
karena klien hanya dapat menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan,
dan klien hanya diberi bubur sedikit tapi sering. Klien tampak lemah, klien mual muntah, mukosa bibir
tampak kering, lidah bersih, tidak ada caries gigi, gigi lengkap, tidak ada pembesaran tonsil. tidak Ada
nyeri tekan abdomen, Pristaltik usus 20x/mnt(15-20x/menit). Jadi tidak terdapat kesenjangan yang
terjadi antara`tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan
teori.
6) Sistem integumen
Dalam tiajauan teori yang perlu dikaji meliputi: Terjadi peningkatan suhu tubuh
(Demam) atau tidak, kulit kering atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan
adalah Klien mengatakan badan panas sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak
nyaman. Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
Sebelum menentukan diagnose keperawatan, terlebih dahulu dilakukan analisa terhadap data-data
yang dikumpulkan. Pada rumusan analisa data penulis mengacu pada tinjauan teori yang
memperlihatkan adanya data senjang yang mendukung suatu diagnosa keperawatan baik data subyektif
maupun data obyektif pada tinjauan teori terdapat 5 diagnosa keperawatan (NANDA, 2006), yaitu :
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
vaskuler
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau
apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang
penyakitnya, klien belum tau obat apa saja yang harus diminumnya.
sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak nyaman, Suhu tubuh klien 38,5 oC, Badan
teraba panas, Klien tampak gelisah, Akral hangat, Akral hangat, Mukosa mulut kering.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan Klien mengatakan Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, Klien mengatakan sering mual
muntah kurang lebih 2x/ hari, Klien tampak lemah, Klien tidak mau makan, , Wajah tampak
pucat, Keadaan umum lemah, Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi bubur yang
desediakan Puskesmas, Mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB sebelum sakit : 46 kg
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas vaskuler ditandai
dengan Klien mengatakan mual muntah, Mukosa bibir kering, Turgor kulit menurun, Kliem tampak mual
muntah.
4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan Klien mengatakan cemas dengan
keadaannya sekarang, Klien tampak cemas, Ekspresi wajah klien tampak murung
Setelah penulis menganalisa dan membandingkan kedua hal tersebut diatas yaitu antara tinjauan
teori dan kasus DHF maka tidak ditemukan adanya kesenjangan dimana ada satu diagnosa keperawatan
dalam tinjauan teori namun dalam perawatan kasus ini tidak ditemukan adanya diagnosa keperawatan
tersebut yaitu :
a. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau apa obat dan
bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang penyakitnya, klien belum tau
Tahap perencanaan merupakan tahap untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah-rnasalah klien (Aziz Alimul Hidayat, 2007). Dalam penyusunan rencana
keperawatan, penulis berusaha menggunakan teori tapi disesuaikan dengan keadaan klien yang kira-
kira dapat dilaksanakan oleh klien. Format yang digunakan penulis adalah format rencana keperawatan
yang sesuai dengan tinjauan teori (Nursalam, 2006) meliputi diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria
hasil, intervensi dan rasionalisasi. Pada asuhan keperawatan dengan Demam Berdarah, tahap
perencanaan secara umum telah penulis rumuskan seperti dalam tinjauan teori, yang mana untuk
menetapkan prioritas masalah penulis mengacu pada masalah kesehatan yang mengancam serta
masalah yang dialami, sehingga berdasarkan indikator tersebut urutan prioritas masalah keperawatan
pada tinjauan kasus ini adalah sebagai berikut: Hipertermi, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuban tubuh, gangguan keseimbanagan cairan dan elektrolit, cemas, rencana
keperawatan pada tinjauan kasus dirumuskan berpedoman pada rencana keperawatan yang ada pada
tinjauan teori.
Tahap pelaksanaan atau implementasi adalah tahap mengaplikasikan rencana keperawatan yang
telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah diterapkan pada tinjauan teori
maupun tinjauan kasus dengan harapan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn " M" dapat
pelaksanaan Asuhan Keperawatarn pada Tn "M " terdapat tindakan mandiri perawat dan tindakan
2. Tindakan kolaborasi
Dalam tinjauan teori tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan yang sudah
berhasil dicapai (Nursalam, 2006). Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan
yang merupakan tahap perbandingan hasil yang diamati dengan standar yang dibuat dalam perencanaan
(Suprajitno, 2007). Proses evaluasi pada asuhan keperawatan pada Tn "M" sudah sesuai dengan tinjauan
teori. Penulis menggunakan evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dengan menggunakan format SOAP yang terdiri dari tiga komponen yaitu:
S : Adalah hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan
O: Adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan
A: Adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan keperawatan dan standar
Dilihat dari diagnosa yang telah ditemukan pada Tn. M maka perkembangan setiap diagosa
a. Diagnosa keperawatan hipertemi teratasi sebagian setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam, yang mana dalam rencana perawatan penulis merumuskan tujuan keperawatan 3x24 jam, hal
ini sesuai dengan kriteria tujuan seperti yang ditetapkan pada rencana keperawatan.
b. Diagnosa Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, hal ini sesuai dengan kriteria tujuan seperti pada rencana
keperawatan.
c. Diagnosa keperawatan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi sebagian setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, yang mana dalam rencana keperawatan penulis
merumuskan tujuan keperawatan 3x24 jam, hal ini tidak sesuai dengan kriteria tujuan seperti yang
d. Diagnosa Kecemasa teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, hal ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis DHF yang
dilaksanakan di Puskesmas Ampenan penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan.
Dari uraian yang sudah dikemukakan oleh penulis mulai dari BAB 1 sampai BAB 4 sesuai dengan
5.1.1 Pengkajian.
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan. Dimana dalam Tahap ini penulis melakukan pengkajian pada klien yang dapat
dilaksanakan dengan baik sehingga didapat data- data yang mampu menunjang munculnya suatu
masalah. Hasil pengkajian yang didapat tidak jauh berbeda antara konsep teori dengan penerapan pada
praktik,
Diagnosa Keperawatan merupakan suatu proses perumusan masalah keperawatan yang dapat
timbul berdasarkan data yang diperoleh dari proses pengkajian,yang penentuannya ditetapkan
berdararkan prioritas masalah yang paling mengancam dan paling dirasakan oleh klien, dan didalam
diagnosa keperawatan penulis tidak banyak mengalami kesulitan karena diagnosa yang dijumpai dikasus
5.1.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana dalam tahap ini
hasil,menentukan rencana tindakan dan rasionalisasinya, dan dalam perencanaan penulis membuat
rencana sesuai dengan masalah yang dihadapi klien, dan rencana yang disusun dalam tinjauan kasus
5.1.4 Pelaksanaan
Merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan yang di laksanakan penulis untuk
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis melakukan sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Pelaksanaan dalam tinjauan teori maupun tinjauan kasus, penulis buat
dalam bentuk tabel catatan keperawatan dan sebagian besar tindakan keperawatan yang dilakukan
mengacu pada rencana keperawatan seperti yang dijelaskan pada tinjauan kasus.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dimana penulis membandingkan respon hasil setelah dilakukan
tindakan dengan tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan untuk mengetahui apakah masalah klien
teratasi atau belum yang disesuaikan dengan kriteria waktu pada rencana, dan tujuan yang telah
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang dikemukakan diatas penulis mengemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pemberian asuhan keperawatan pada klien
b. Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama untuk mencapai derajat kesehatan
c. Dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga
Menjadi suatu sumber untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta melengkapi referensi
Dengan adanya Penelitian ini masyarakat dapat mengenali gejala efusi pleura lebih dini sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2006.. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Effendy, Christianti. 2007. Perawatan Pasien DHF. Volume 3. (terjemahan). Jakarta: EGC
Junaidi. 2007. Diagnosis Terapi Pasien DHF. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
M. Noer,dkk. 1999, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2006. Kapita Slekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius