Anda di halaman 1dari 69

Senin, 27 April 2015

KTI DHF

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TnM DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPENAN

1.1. Latar Belakang

Demam berdarah atau biasa dikenal dengan DHF ( Dengue haemorragic Fever ) merupakan

suatu penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, Nyamuk ini merupakan spesies

nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang ketinggiannya mencapai 2200 m diatas

permukaan laut. (Price & Wilson. 2007). Nyamuk ini merupakan vektor bagi virus demam berdarah,

karena nyamuk Aedes ini sangat antropolitik dan hidup dekat manusia dan sering hidup didalam

rumah.(Soedarmo, 2006) Indonesia merupakan salah satu negara yang ditetapkan sebagai negara

endemik demam berdarah. Karena indonesia merupakan negara tropis yang memiliki curah hujan yang

cukup tinggi. (Depkes RI, 2008)

Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan ditemukan

lagi pada abad 18, 19 dan awal abad 20, sedangkan di Indonesia dengue pertama kali ditemukan di

Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh wabah penyakit yang menyerupai

Dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini

berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui transportasi laut. ( soedarmo, 2006).

Keistimewaan lain dari DHF menurut Hidra, (2004) yaitu nyamuk betina cenderung menggigit

manusia pada pagi hari antara jam 09.00 10.00 dan sore hari antara jam 16.00 17.00, dan

karakteristik masyarakat yang terkena DHF biasanya masyarakat yang kurang aktif dalam menjaga

sanitasi lingkungan tempat tinggalnya seperti jarang menguras bak mandi, membiarkan adanya bak-bak

penampungan air dan lain-lain.


Menurut WHO, (1997) memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue

memerlukan perawatan di rumah sakit, lebih dari 40% penduduk di dunia hidup di daerah endemis

Menurut WHO, (1997) memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue

memerlukan perawatan di rumah sakit, lebih dari 40% penduduk di dunia hidup di daerah endemis

demam dengue dan Thailan merupakan negara peringkat pertama yang melaporkan banyaknya kasus

DHF yang dirawat di rumah sakit. Sedangkan menurut Depkes RI,(2008) Indonesia termasuk peringkat

kedua berdasarkan jumlah kasus DHF yang dilaporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya.

Kasus penyakit DHF terus meningkat dari tahun ke tahun di kota mataram. Pada tahun 2009

ditemukan kasus sebesar 531 kasus dengan dua orang meninggal, tahun 2010 ditemukan kasus sebesar

658 kasus denagan dua orang meninggal, dan tahun 2011 ditmeukan kasus sebesar 678 dengan kasus 3

orang meninggal (Surveilans Kota Mataram). Sedangkan di Puskesmas Ampenan pada tahun 2010

ditemukan kasus sebesar 35 kasus, tahun 2011 sebesar 51 kasus. (Surveilans Puskesmas Ampenan).

Menurut soedarto,(2005) DHF di sebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti dan dapat menimbulakan masalah kesehatan seperti demam, resiko terjadi

perdarahan, nyeri persendian, gangguan nutrisi dan sebagainya.

Menurut Sumarno, (2005) upaya yang paling efektif untuk pemberantasan DHF dapat tercapai

dengan baik apabila masyarakat ikut berperan aktif dalam melakukan langkah 3 M yakni

Menguras,Menutup, dan Menimbun selain itu dapat dilakuakan tindakan kuratif berupa pengobatan

terhadap pasien yang terjangkit DHF yang dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan.

Dari uraian dan penjelasan diatas, yang disertai dengan data-data yang lengkap, penulis merasa

tertarik dalam mengambil Karya Tulis Ilmiah yang akan disusun sebagai proposal KaryaTulis Ilmiah yang

berjudul Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Dengue Hemoragic Fever (DHF) di Wilayah

Kerja Puskesmas Ampenan .


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian DHF

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya

manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian

(Arief Mansjoer dan Suprohaita, 2000 dalam Susilowati, 2007), dan menurut Hindra (2004), DHF adalah

penyakit infeksi yang dalam waktu relative singkat, dapat merenggut nyawa penderitanya jika tidak

ditangani secepatnya.

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)

yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2007).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler

dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan

(Soemarno, 2007).

2.1.2 Etiologi

1. Virus Dengue

Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam arbovirus (Arthropodborn virus) group B,

tetapi dari empat tipe yaitu virus dngue tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut terdapat di

Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serolis virus dengue yang termasuk dalam

genus flavivirus ini berdiameter 40 nanometer, dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby homster kidney)

maupun sel-sel artrophoda misalnya sel Aedes Arbovirus. (Soedarto, 2005 dalam Susilawati, 2008).

2. Vektor

Nyamuk aedes aegepti maupun aedes albopictus merupakan vector penularan virus dengue dari

penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya, nyamuk aedes aegepti merupakan vector penting di

daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan kedua nyamuk tersebut perperan dalam penularan

(Soedarto, 2005). Nyamuk aedes aegepti berkembang biak pada genangan air bersih yang terdapar

bejana-bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegepti) maupun yang terdapat di luar rumah

dilubang-lubang pohon, di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih lainnya,

selain itu nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada

waktu pagi dan senja hari (Junaidi, 2007).

Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti menurut Soedarto, (2005) antara lain:


a. Badannya kecil
b. Warnanya hitam dan berbelang belang
c. Mengigit pada siang hari
d. Badannya mendatar saat hinggap
e. Gemar hidup ditempat tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari)

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue


Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,

Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam

berdarah menurut Soedarto,(2005) sebagai berikut:

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).

2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan

3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan

(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah

(Melena), dan lain-lainnya.


4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit

dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas

20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).

7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan

nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada

persendian.

(Soedarto, 2005).

2.1.4 Patofisiologi

Menurut Noer, dkk, (1999). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen

(Suriadi & Yuliani, 2007).

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama

kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat

pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat

terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus

dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,

sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-

antibodi) yang tinggi (price, 2005).


2.1.6 Manifestasi Klinis

1. Demam

Demam tinggi mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian menuju suhu normal

atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri tulang dan persendian,

rasa lemah serta nyeri perut. (Soedarto, 2005)

2. Perdarahan

Perdarahan biasanya tejadi pada hari ke-2 dan ke-3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit

dan dapat berupa uji tourniquet positif, ruang kulit (petekiae, ekimosis dan purpura), perdarahan

mukosa/saluran cerna/ salur kemih, perdarahan gusi serta hematuri. (Ngastiyah, 1999)

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati

juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal harus

diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita. (Soederita, 2006)

4. Renjatan

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-

tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta

sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis

yang buruk. (Soedarto, 2004).

2.1.7 Klasifikasi DHF

WHO, (1986) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji

tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti

petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.


3. Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 ,

120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)

4. Derajat IV : Terjadi syok berat dimana nadi tidak teaba/ sangat lemah, tekanan darah tidak

teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit

tampak biru.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

Untuk mendiagnosis Dengue Hemoragik Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan

dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakkan dengan

melakuakan beberapa pemeriksaan menurut WHO (1997) sebagai berikut:

1. permeriksaa Laboratorium :

Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hematokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100.

000/ mm3 atau kurang )

2. Uj Serologi :Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )

3. Rontgen Thorac = Effusi Pleura, Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral dekubitus

kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan

pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan

efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.

2.1.9 Penatalaksanaan

Menurut Mubarak, (2009) Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

1. Tirah baring atau istirahat baring.

2. Diet makan lunak.


3. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit

oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering

digunakan.

5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk,

observasi ketat tiap jam.

6.. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

9. Pemberian antibiotik bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.

10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil

pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai

pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander

atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg BB.

12. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan

teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan

sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.

13. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi

pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan

abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.

14. Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian

sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan

apabila : Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya

dehidrasi.

2.1.10 Pencegahan Penyakit DHF


Pencegahan Penyakit Demam Berdarah. Pencegahan dilakukan dengan

menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di

siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak

nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DHF nya (Hidayat,

2007). Menurut Chritianti Efendi,(2007) ada Beberapa cara yang paling efektif dalam

mencegah penyakit DHF melalui metode pengontrolan atau pengendalian faktornya

antara lain:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi

tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan

desain rumah.

2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam,

dan bakteri (Bt.H-14).

3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).

4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti,

gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Gambar 2.2 Cara Pencegahan Penyakit DHF (Christiant Efendi, 2007)

2.1.11 Pengobatan

Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif (junaidi,
2007).

Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Fokus pengobatan pada penderita

penyakit DHF adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan

syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5

sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) (Soemarno, 2005)..

Penambahan cairan tubuh melalui infus intravena mungkin diperlukan untuk

mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet


dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis (Soemarno, 2005). Selanjutnya adalah
pemberian obat-obatan menurut Soemarno, (2005) terhadap keluhan yang timbul,

misalnya :

1. Paracetamol membantu menurunkan demam

2. Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare

3. Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung

diberikan pada pasien dengan berbagai tatanan pelayanan kesehatan pada standar keperawatan dalam

lingkup/wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Nursalam, 2006).

Asuhan Keperawatan pada kasus DHF diberikan sesuai tahap-tahap dalam proses keperawatan

sebagai berikut :

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini

data/informasi pasien yang dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan/keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan pengelompokan data (Hidayat, 2008).

Adapun data yang dikumpulkan pada kasus DHF menurut Dongoes, (1999) adalah :

1. Data Biografi

a. Biodata pasien dan Penanggung jawab

Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin , pendidikan, pekerjaan, tanggal atau

jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnose, dan identitas penanggungjawab meliputi

nama, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa.

b Keluhan Utama

Biasanya pasien dengan penderita DHF mengeluh Sakit kepala, badan panas dan tidak ada nafsu

makan.

c Riwayat penyakit sekarang


Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa lama, bagaimana kejadiannya dan apa saja upaya

untuk mengatasi penyakitnya.

d Riwayat penyakit dahulu

Bagaimana kesehatan pasien sebelumnya, pasien apakah pernah mengalami penyakit atau

ada riwayat penyakit yang lain dan jika ada, biasanya pergi berobat kemana

e Riwayat penyakit keluarga

Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara anggota keluarganya ada yang

mengalami penyakit yang sama


2 Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

Dalam pengkajian kebiasaan sehari hari atau kebutuhan dasar, penulis menggunakan

konsep dasar menurut Virginia Handersoon yaitu:

a. Kebutuhan respirasi

Pengumpulan data tentang pernapasan klien, apakah mengalami gangguan pernapasan atau

tidak

b. Kebutuhan nutrisi

Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaiaman nafsu makan klien, jumlah makan

atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan kerusakan pada saat

menelan.

c. Kebutuhan eliminasi

Pada pola eliminasi yang perlu ditanykan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada atau

tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan berkemih, ada tidaknya disuria, hematuri, retensi dan

inkontenensia.

d. Kebutuhan istirahat tidur

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, dan
siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur, masalah selama tidur, adanya insomnia.

e. Kebutuhan aktifitas
Pada pengumpulan data ini yang peerlu ditanyakan adalah kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari, apakah klien mampu melakukannya sendiri secra mandiri atau di bantu

oleh keluarga maupun perawat

f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Biasanya ditanyakan bagaiman kenyamanan klien, pengkajian nyeri dengan menggunakan

PQRST. Dimana , P (provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan oleh

meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah terganggu dan mengakibatkan

terjadinya hipoksia jaringan.Q (kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat,
apakah rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region) yaitu daerah

terjadinya/ perjalanan nyeri (0-10) atau (0-5). T (time) waktu klien merasakan nyari, apakah

terus menerus atau klien merasakn nyari pada waktu pagi hari, siang, sore, atau malam.

g. Pengaturan Suhu Tubuh

harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan panas

maupun dingin dengan mengubah temperatur, kelembapan atau pergerakan udara atau dengan

memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya.

h. Kebutuhan bekerja

dalam perawatan maka dalam penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan klien

sangat penting, dimana sakit bisa lebih ringan apabila seseorang dapat terrus bekerja

i. Kebutuhan berpakaian

bagaimna kebiasaan klien dalam dalam berpakaian dan beberapa kali klien mengganti baju

dalam sehari

j. Kebutuhan personal hygiene

pada pemgumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah berapa kali klien mandi,menyikat

gigi,keramas dan memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan sabun mandi, pasta gigi,

dan sampo. Namun hal tersebut tergantung keadaan klien dan gaya hidup klien, tetapi pada
umumnya kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan keluarga.

k. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain


pada data ini yang perlu ditanyakan adalah bagaimnahubungan klien dengan keluarga dan

orang lain dan bagaimana cara klien berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain.

l. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai kebiasaan klien dalam

menggunakan waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat yang dikunjungi.

Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan sebagaimana halnya orang

sakit, bagi orang sakit biasanya bermain/ berekreasi dengan membaca, berbincang-bincang tetapi

tergantung individu.
m. Kebutuhan sepiritual

Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana cara klien mendekatkan diri kepada

tuhan dan pantangan dalam agama selama klien sakit.

n. Kebutuhan belajar

Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai masalah-masalah yang ada. Kebutuhan

belajar ini biasanya tergantung dari individu itu sendiri dan tergantung dari tingkat pendidikan

klien.

3 Pemeriksaan Fisik secara Persistem menurut Soemarno, (2007)

a. Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea, pergerakan dada

simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).

b. Sistem Cardiovaskuler

Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan dan hemokonsentrasi.Pada

grade II disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi

kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah (tachycardia),tekanan nadi sempit, hipotensi, cyanosis

sekitar mulut, hidung dan jari-jari, kulit dingin dan lembab.Pada grade IV nadi tidak teraba dan

tekanan darah tak dapat diukur.

c. Sistem Persyarafan / neurologi


Pada grade I dan II kesadaran compos mentis. Pada grade III dan IV gelisah, rewel, cengeng apatis

sopor coma. Grade 1 sampai dengan IV dapat terjadi kejang, nyeri kepala dan nyeri di berbagai

bagian tubuh, penglihatan fotopobia dan nyeri di belakang bola mata

d. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada grade III, akan mengungkapkan

nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,

pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai

dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat

muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).

f. Sistem integumen

Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam makulopapular

2.2.2 Analisa Data

Tabel 2.1 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subyektif : Proses infeksi virus dengue Peningkatan
a. Pasien mengeluh badan suhu tubuh
panas Menyerang antibody (Hipertermi)
b. Pasen mengatakan tidak
nyaman. Viremia
Data obyektif :
a. Suhu badan pasien 38,5 Demam
b. Badan teraba panas
c. pasien tampak gelisah

Lanjutan Tabel 2.1 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


Data subyektif : Peningkatan suhu tubuh Devisit volume
2 Pasien mengatakan tidak Ektravasasi cairan cairan tubuh
suka minum dan perut Intake kurang
terasa kenyang minum
terus. Volume plasma berkurang
Data Obyektif :
Turgor kulit baik Penurunan volume cairan
Mukosa bibir kering tubuh
Urine berwarna kuning
pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000
TD : 100/60 mmHg, N ;
98x/mnt.
3
Data Subyektif : Gangguan
Nafsu makan menurun
Pasien menyatakan keseimbanangan

tidak mau makan, nutrisi kurang
Intake nutrisi tidak adekuat
tetapi tidak mual. dari kebutuhan

Data Obyektif : tubuh
Nutrisi kurang dari kebutuhan
KU lemah
tubuh
Makan pagi hanya mau 3
4 sendok
Cemas
Data Obyektif
Virus Dengue
Klien mengatakan cemas

dengan keadaannya Viremia
Data Obyektif :
a. pasie tampak cemas Cemas
b. ekspresi wajah tampak
murung

Lanjutan Tabel 2.1 Analisa Data


DATA ETIOLOGI MASALH
NO
Data Subyektif : Virus Kurang
5
Klien Mengatakan tidak pengetahuan
tau apa obat dan Viremia tentang penyakit
bagaimana cara
menangani penyakitnya Hipertermi
Data Obyektif :
a. klien beelum mengeti
tentang penyakitnya Anoreksia
b. klien belum tau obat apa
saja yang harus Gangguan Nutrisi Kurang
diminumnya. dari kebutuhan tubuh

Kurang Pengetahuan
tentang penyakit dan
prosedur perawatan

(Carpenito, 2006)

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (North American Nursing Diagnosies Asspciation) (2008) Diagnosa

keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu :

1. Diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan secara klinis yang

telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasikan. Diagnosa

keperawatan aktual penulisannya adalah adalah adanya masalah (P), adanya pernyataan evaluasi

(E), dan adanya pernyataan tanda dan gejala (S).


2. Diagnosa dengan resiko atau resiko tinggi menurut NANDA adalah keputusan klinis trentang

individu, keluarga, atau komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding dengan

yang lain pada situasi yang sama. Diagnosis keperawatan ini mengganti istilah diagnosis

keperawatan potensial dengan menggunakan resiko terhadap atau resiko tinggi terhadap.

Validasi untuk menunjang diagnosis resiko tinggi yang memperlihatkan keadaan dimana

kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan

karakteristik

3. Diagnosis keperawatan kemungkinan


Menurut NANDA adalah pernyataan tentang masalah-masalah yang diduga masih memerlukan

data tambahan, dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala

utama faktor resiko.

4. Diagnosis keperawatan sehat-sejahtera

Menurut NANDA adalah diagnosis keperawatan sehat adalah ketentuan klinis mengenai

individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat

kesehatan yang lebih baik.

5. Diagnosa keperwatan sindrom


Menurut NANDA diagnosis keperawatan sindrom adalah diagnosis keperawatan yang terdiri

dari sekelompok diagnosis aktual atau resiko tinggi yang diduga akan tampak karena suatu

kejadian atau situasi tertentu.

Menurut NANDA (2008) (North American Nursing Diagnoses Asspciation) Diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada pasien DHF antara lain :

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

2. Gangguan keseimbangan Cairan dan elektrolit berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari keburuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang

tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun

4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien mengatakan cemas ddengan

keadaannya, klien tampak cemas, ekspresi wajah tampak murung.

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau apa obat dan

bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang penyakitnya, klien belum tau

obat apa saja yang harus diminumnya.


2.2.4 Rencana Keperawatan

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria
Hasil
1 Peningkatan Setelah 1 Berikan kompres 1 Kompres akan
suhu tubuh dialukan air biasa / kran memberikan
(hipertermi) tindakan pengeluaran panas
berhubungan keperawatan secara induksi.
dengan proses selama 3x
infeksi virus 24 jam 2. Mengganti cairan
dengue di diharapkan 2 Anjurkan pasien tubuh yang keluar
tandai dengan suhu tubuh untuk banyak karena panas dan
pasien normal minum 1500 2000 memacu
mengatakan dengan ml pengeluaran urine
badannya kriteria guna pembuangan
terasa hasil: panas lewt urine.
panas,kepala -suhu tubuh
pusing, akral Pasien 3 Memberikan rasa
dingin,TTV: S: normal nyaman dan Lanj
385, Nadi -membran 3 Anjurkan untuk memperbesar
:98x/mnt, TD : mukosa memakai pakaian penguapan panas
100/60 mmHg, basah yang tipis dan
RR : 25x/ -nyeri otot menyengat keringat.
mnt hilang 4, Deteksi terjadinya
4 Observasi intake kekurangan volu
dan out put cairan me cairan
tubuh Mencegah
terjadinya kelelahan
umum dan
LLanjutan
kekakuan sendi

5 Menentukan Tabel 2.2


5. Observasi TTV intervensi lanjutan
tiap jam bila
Rencana

Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
6 Memberikan 6 Pemberian
terapi cairan in- cairan sangat
travena & obat- penting bagi pasien
obatan sesuai dengan suhu tinggi
dengan Pemberian cairan
program dokter me-rupakan
(masa-lah wewenang dokter
kolaborasi) sehingga perawat
perlu ber-
kolaborasi.

1 . Mengetahui
Gangguan kondisi dan
1 Observasi Vital mengidentifikasi
keseimbangan sign setiap jam atau
Setelah fluktuasi cairan
cairan dan lebih.
dilakukan intra vaskuler.
2 elektrolit
berhubungan tindakan
keperawatan 2 Penurunan
dengan haluaran urine /
selam 3 x 24 jam 2 Observasi intake
pindahnya diharapkan devisit urine yang pekat
cairan dan output, catat dengan
voume cairan
intavaskuler ke tidak jumlah, warna, peningkatan BJ
ekstravaskuler terjadi dengan konsentrasi dan BJ
di tandai kriteria urine
dengan pasien Tujuan & kriteria 3 Untuk pemenuhan
mengatakan Hasil 3 Anjurkan pasien kebutuhan ciran
tidak suka hasil: untuk banyak tubuh peroral.
Diagnosa Input dan output minum 1500-2000
Keperawatan seimbang, Vital ml /hari 4 Meningkatkan
sign dalam batas
minum dan jumlah cairan
normal (TD 4 Kolaborasi
perut terasa 100/70 mmHg, N: tubuh untuk
kenyang, pemberian cairan mencegah
80-120x/mnt), intra vena, plasma
minum terus, Tidak ada tanda terjadinya syok
atau darah.
turgor kulit presyok, Akral hipovolemik
baik, mukosa hangat,
bibir kering, Capilarry refill < 3
urine berwarna detik, Pulsasi kuat
kuning pekat,
panas hari
kedua
panjang,

Lanjutan Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


No Keperawatan Kriteria Hasil
trombosit .
:133.000, TD :
Diagnosa
Keperawatan
100/60 mmHg,
N: 98x/ mnt.

1 Kaji keluhan mual,1 Menentukan


gangguan Setelah muntah atau intervensi
3 keseimbangan dilakukan penurunan nafsu selanjutnya Menduk
nutrisi kurang tindakan makan ung
dari kebutuhan keperawatan
tubuh selama 2 x 2 Berikan makanan
berhubungan 24 jam yang mudah 2 Mengurangi
dengan nafsu diharapkan ditelan mudah kelelahan pasien dan
makan yang Tidak terjadi cerna mencegah
menurun di gangguan perdarahan
tandai dengan kebutuhan gastrointestinal.
pasien nutrisi /
menyatakan Nutrisi 3 Berikan makanan 3 Menghindari mual
tidak mau terpenuhi porsi kecil tapi dan muntah
makan tetapi dengan sering.
tidak mual kriteria hasil:
Tidak ada 4 Hindari makanan
tanda-tanda yang merangsang4 Mencegah
malnutrisi, (pedas/asam) dan terjadinya distensi
Tujuan & mengandung gas. pada lambung yang
kriteria Hasil dapat menstimulasi
tidak terjadi 5 kolaborasi muntah.
penurunan pemberia cairan
berat badan, parental 5 Nutrisi parenteral
Nafsu makan sangat diperlukan
meningkat, jika intake peroral
porsi sangat kurang
makanan
yang
disajikan
mampu

Lanjutan tabel 2.2 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Keperawatan kriteria Hasil
dihabiskan
pasien, mual
dan muntah
berkurang
Kecemasan Setelah 1. anjurkan klien 1. Dengan
4 berhubungan dilakukan untuk menceritakan menceritakan
dengan krisis tindakan perasaannya perasaan akan
situasional keperawatan mengurangi beban
ditandai dengan selama 2x24 2. berikan privasi klien
cemas, klien, jam untuk klien dan 2. menghilangkan
ekspresi wajah diharapkan orang terdekat kecemasan klien
tampak kecemasan
murung. berkurang 3. berikan penjelasan
dengan kepada klien dan 3. Dengan
kriteria hasilkeluarga mengenai memberikan
klien penyakit yang penjelasan klien
mengatakan diderita dapat mengerti
cemas tentang penyakit
berkurang 1. berikan penjelasan yang diderita.
atau hilang mengenai
pengertian
Kurang Setelah ,penyebab dan tanda 1. Agar klien dan
pengetahuan dilakuakan gejala dari demam keluarga dapat
tentang penyakit tindakan berdarah. mengetahui arti,
5 berhubungan keperawatan penyebab, tanda,
dengan Klien selama 2x24 2. Jelaskan dan gejala dari
Mengatakan jam penanganan demam berdarah
tidak tau apa diharapkan pertama apabila
obat dan oarang klien terjadi peningkatan 2. Agar tidak
bagaimana cara dan kluarga suhu tubuh memperburuk
menangani mendapat keadaan klien.
penyakitnya, informasi
klien beelum dengan
mengeti tentang kriteria hasil:
penyakitnya, -klien tidak
bertanya-
tanya lagi

Lanjutan Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
klien belum tentang 3. Jelaskan akibat 3. Agar klien dapat
tau obat apa penyakitnya. yang bisa terjadi cepat melakukan
saja yang -Klien dapat apabila penyakit tindakan yang
harus mengetahuai demam berdarah intensip dan tidak
diminumnya penyebab tidak cepat sampai
penyakit serta ditangani memperburuk
cara keadaan.
penanggulangan
di rumah 4. Kaji tingkat 4. Untuk
pemahaman klien mengetahui
dan keluarga tingkat
tentang penjelasan pemahaman klien
penyakit yang
sudah diberikan

( Doengoes, 2000)

2.2.5 Tindakan Keperawatan

Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai

strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-

bahaya fisik dan perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur

tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembngan

pasien

(Aziz Alimul Hidayat, 2007).

Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent (mandiri),

dan kolaborasi.

1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan

sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.

2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter

dan petugas kesehatan lain.

2.2.6 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai

(nursalam,2006)

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kreteria dan

standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya (Hidayat, 2005).

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian:


S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamat yang objektif setelah

implemnatsi keperawatan.

A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan masalah keluarga yang

dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana

keperawatan keluarga.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat

dilaksanakan oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi

formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang

dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan

terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,

diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Suprajitno, 2007).

Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat

terjadi karena beberapa faktor :

1. Tujuan tidak realitas

2. Tindakan keperawatan yang tidak jelas

3. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Adapun metode yang digunakan dalam penilaian yaitu :

1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga

2. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah

menjalankan anjuran yang diberikan perawat

3. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang

dilaksanakan sesuai dengan rencana

4. Latihan stimulasi : latihan stimulasi berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan

melaksanakan asuhan keperawatan


2.3. Konsep Dokumentasi Keperawatan

2.3.1 Pengertian Dokumentasi Keperawatan

Menurut Potter (2008) mendefenisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak atau

tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang .

Dokumentasi keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan mempertahankan

akontabilitas perawza dan keperawatan (Webster New World Dictionary dalam Marelli (2004).

Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur untuk

mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang

diselenggarakan di rumah sakit (Fisbach, 2006).

Nursalam (2006) yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi keperawatan

yang masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Enam model pendokumentasian tersebut adalah sebagai berikut :

1. SOR (Source Oriented Record)

Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan.

Catatan berorientasi pada sumber yang terdiri dari 5 komponen:

a. Lembar penerimaan berisi biodata

b. Lembar order dokter

c. Lembar riwayat medik

d. Catatan perawat

e. Laporan khusus

2. POR (Problem Oriented Record)

Model ini memusatkan data tentang klien disusun menurut masalah klien. System ini mengintegrasikan

semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh perawat, dokter dan tim

kesehatan lainnya terdiri dari 4 komponen:

a. Data dasar

b. Daftar masalah
c. Perencanaan awal

d. Catatan perkembangan (progress note)

3. Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan (Progress Oriented Record)

Tiga jenis catatan perkembangan:

a. Catatan perawata (nursing note)

b. Lembar alur (floe sheet)

c. Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan (discharge summary).

4. CBE (Charting by Exception)

Adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dan hasil penemuan yang menyimpang

dari keadaan normal (standar dari praktik keperawatan).

5. PIE (Problem Intervention and Evaluation)

Adalah pencatatan dengan pendekatan orientasi proses dengan penekanan pada proses keperawatan

dan diagnose keperawatan.

6. FOCUS

Biasa juga disebut dengan format DAR (Data, Action, Respons)

Suatu proses pencatan terfokus pada klien. Digunakan untuk mengorganisir dikumentasi asuhan

keperawatan dimana:

a. Data : berisi data subjektif dan objektif serta data focus

b. Action : tindakan yang akan dikaukan

c. Respons : keadaan respon yang akan dilakukan

2.3.2 Tujuan Dokumentasi

Keperawatan Menurut Hernawati,

(2008) tujuan dokumentasi antara lain :

1. Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk:

a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan.


b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah

tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan

ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien.

c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.

2. Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima

dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan

diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan dengan

langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya

dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk

menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.

3. Sebagai Informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan

kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.

4. Sebagai Sarana Pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan

membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar

mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek

lapangan.

5. Sebagai Sumber Data Penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini

erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,

sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang

aman, efektif dan etis.

6. Sebagai Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan


Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan

keperawatan/kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian

dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa

dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat/bidan maupun tenaga

kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan

keperawatan/kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.

7. Sebagai Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan /kebidanan Berkelanjutan

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan

keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan.

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 17 Juli 2012 Jam : 09.30

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17 Juli 2012 Jam : 09.15

No RM : 249687

Diangnosa Medis : DHF

3.1.1 Data Biografi

Identitas Klien

Nama : Tn M

Umur : 17 Th

Alamat : Sukaraja Ampenan

Agama : Islam

Pendidikan : SMPN

Suku/ Bangsa : Sasak/Indonesia

Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : belum Kawin

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn H

Umur : 35Th

Alamat : Sukaraja Ampenan

Pekerjaan : Petani

Agama : islam

Hubungan dengan klien : Ayah Klien

3.1.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama : Klien mengeluh badannya panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan badannya panas sejak 3 hari yang lalu. Awalnya tidak terlalu panas dan klien selalu

dikompres dengan air hangat oleh keluarganya, namun beliau merasakan badannya bertambah panas, mual muntah,

nyeri sendi, kepala pusing, nafsu makan menurun pada sore harinya sehingga pada tanggal 17 juli 2012 jam 09.15

wita klien kemudian dibawa ke IGD Puskesmas Ampenan. Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu

dan juga di sertai mual muntah, kemudian di bawa ke ruang inap untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya namun klien penrah masuk RSUP

mataram karen penyakit mag.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita penyakit seperti yang dialami klien saat ini dan

tidak terdapat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dan penyakit jantung.

Genogram
17 th

Keterangan :

:Perempuan

:Laki-Laki

:Klien

:Laki-Laki Meninggal pada tahun 2009 karna hernia

:Perempuan Meninggal

:Garis Perkawinan

:Garis Keturunan

------- :tinggal serumah


Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, klien tinggal bersama kedua orang tuanya, di antara keluarga

klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.

3.1.3 Riwayat Biopsokososial Spiritual menurut Virgina Henderson

1. Pola Pernafasan

Sebelum Sakit : Klien mengatakan tidak pernah gangguan dalam bernafas, seperti sesak nafas dan tidak mengalami nyeri saat

bernafas

Selama sakit : Klien mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi mimisan di sertai

darah kurang lebih 2cc pada hidung dan pilek saja.

2. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : klien mengatakan klien makan 3x/hari, dengan komposisi, nasi, lauk-pauk, sayuran, habis 1 porsi,

serta minum air putih 7-8 gelas/hari, klien kadang minum teh, BB sebelum sakit 46 kg.

Selama sakit : klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat menghabiskan

1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya diberi bubur dalam porsi kecil. Klien

tampak lemah,klien mual muntah kurang lebih 2x/hari, mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB saat sakit

42 kg.

3. Pola Eliminasi

lum Sakit : klien mengatakan biasa BAB 1-2x/hari, teratur setiap pagi dengan konsistensi lembek dan warna kuning, bau khas BAB,

BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih.

ma sakit : klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau khas feses, BAK 5-6x/hari dengan

warna kuning jernih,bau khas urin.

4. Pola istirahat tidur

belum Sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam beristirahat. Biasanya klien bisa tidur malam pukul 22.00-

05.00wita, dan tidur siang kadang-kadang hanya 2 jam.

lama Sakit : Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena demam yang tinggi, tidur malam pukul 20.00 05.00 wita, tidur

siang pukul 13.00-15.00 wita.


5. Pola Aktivitas

belum sakit : Klien mengatakan klien dapat beraktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa bantuan dan gaya berjalanya baik tidak

mengalami gangguan.

lama sakit : Klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas karena klien sedang sakit, terpasang infus RL 20 tetes/menit, dalam

pemenuhan ADL di bantu oleh keluarganya yang menunggunya secara bergantian.

6. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

belum sakit : Klien mengatakan selalu merasa aman dan nyaman apalagi jik bersama keluarga dan teman temannya

lama sakit : Klien mengatakan tidak nyaman dengan keadaanya sekarang karena kondisinnya yang lagi sakit.

7. Mempertahankan tempratur suhu tubuh

belum sakit : klien mengatakan jika ia mengalami demam, biasanya keluarganya memberikan kompres air hangat. Dan jika suhu dingin

klien menggunakan pakaian tebal atau hanga

ma Sakit : Klien Mengatakan pada awal dirasakannya penyakit, ia sering mengalami demam dengan suhu 38,5 oC. Badannya terasa

panas, pasien tampak gelisah, akral hangat.

8. Pola Personal Higiene

um sakit : Klien mandi dan gosok gigi 2x/hari, dan klien keramas 2x/minggu, dan klien melakukan secara mandiri tanpa bantuan

keluarga.

ma sakit : Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari dan mandi

dengan dilap oleh keluarganya 2x/hari.

9. Kebutuhan Bekerja

elum sakit : Klien mengatakan bisa malukan pekerjaan ringan seperti membantu bapaknya bertani dan beternak dan pekerjaan lainnya

ma sakit : Klien mengatakan belum mampu untuk bekerja karena sakit.

10. Kebutuhan Spiritual

lum sakit : Klien mengatakan klien dapat melakukan ibadah sholat 5 kali sehari semalam.

ma sakit : Klien mengatakan tidak dapat melakukan sholat tetapi hanya berdoa di tempat tidur karena keadaan yang tidak

memungkinkan, keadaanya saat itu masih tampak lemas.


11. Bermain dan Rekreasi

lum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit ia sering bermain bersama keluarga dan teman-temanya.

a sakit : Klien mengatakan hanya ditemani oleh keluarga selama berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana karena

sakit.

12. Kebutuhan belajar

lum sakit : klien mengatakan biasanya sering membaca buku dan mengerjakan tugas dari sekolah.

ma sakit : Klien mengatakan selama sakit tidak dapat beraktivitas seperti biasa karena terpasang infus (RL 20 tetes/menit) dan

keadaannya yang lemah.

13. Kebutuhan Berpakaian

elum sakit : Klien mengatakan bisa menggunakan 2-3 stel pakaian dari bahan kaos dan katun serta menggunakan celana pendek/

panjang

ma sakit : Klien mengatakan menganti pakaiannya 1 kali sehari dari bahan yang mudah menyerap keringat dengan dibantu oleh

keluarganya

14. Pola komunikasi

lum sakit : Klien selalu berkomunikasi dengan keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar rumahnya, bahasa yang di gunakan

Bahasa sasak kadang-kadang juga menggunakan bahasa indonesia.

ma sakit : Klien tetap berkomikasi dengan keluarga dan komunikasi dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di ucapkan jelas.

eriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Lemah

2. Tingkat kesadaran : Composmentis

GCS = E = 4, V = 5, M=6

3. Tanda-Tanda Vital

TD : 90/60 mmHg

N : 94 x /mnt

S : 38,5 oC ( aksila )

RR : 20 x /mnt
4. Pemeriksaan Fisik Secara Persistem

a. Sistem pernafasan/ Respirasi

S : Klien mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi mimisan di sertai darah

kurang lebih 2cc pada hidung dan pilek saja.

pada huidung dan pilek saja.

O : Simetris, tampak bersih tidak ada sekret, tidak ada polip, Respirasi 20 x/menit, teratur, tidak terdapat retraksi dinding

dada, Tidak ada nyeri tekan, tidak tampak penggunaan alat bantu pernapasan, kulit tidak ditemukan tanda sianosis.

b. Sistem Kardiovaskuler

S : Pasien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, badannya lemas

O : Tekanan darah : 90/60 mmHg, denyut nadi 94 x /mnt, tekana cukup, Irama jantung teratur, tidak ada suara lain

menyerta

c. Sistem Persyarafan / Neurosensori

S : pasien mengatakan kepalanya sering pusing dan penglihatannya kadang-kadang berkunang-kunang

O : Tingkat kesadaran : Composmetis , GCS : E = 4, V = 5, M=6

d. Sistem Perkemihan

S : klien mengatakan BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih, bau khas urine..

O : tidak ada lesi, tidak oedema, dan klien tampak mual muntah dan sering merasa lemas.

e. Sitem Pencernaan

S : klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya dapat

menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya

diberi bubur dalam porsi kecil.

O : Klien tampak lemah, mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ada caries gigi, gigi lengkap, tidak ada pembesaran

tonsil. tidak Ada nyeri tekan abdomen, Pristaltik usus 20x/mnt

f. Sistem Integumen

S : Klien mengatakan badan panas sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak
nyaman.
O : Badan teraba panas suhu : 38,5 oC. Klien tampak gelisah, Akral hangat, Mukosa mulut kering,

warna kulit sawu matang, cyanosis tidak ditemukan, kebersihan kulit cukup, , terpasang infus RL

20 tetes/menit pada tangan kanan, tidak terdapat oedema.


3.1.5 Data Penunjang
Tabel 3.1 hasil Pemeriksaan Darah tanggal 17 juli 2012

Jenis Hasil Satuan Nilai Normal


Pemeriksaan
WBC 3.60 10^3/UL 4.80 - 10.80
NEU% 63.5 % 50.0 - 70.0
LYM% 27.2 % 20.0 - 40.0
MON% 7.7 % 3.0 - 12.0
EOS% 1.1 % 0.5 - 5.0
BAS% 0.5 % 0.0 - 1.0
NEU# 2.29 10^3/UL 2.00 - 7.00
LYM# 0.98 10^3/UL 0.80 - 4.00
MON# 0.28 10^3/UL 0.12 - 1.20
EOS# 0.04 10^3/UL 0.02 - 0.50
BAS# 0.01 10^3/UL 0.00 - 0.10
RBC 4.23 10^6/UL 4.20 - 5.40
HGB 10.8 g/dl 12.0 - 16.0
HCT 35.4 % 37.0 - 47.0
MCV 88.6 Fl 81.0 - 99.0
MCH 29.1 Pg 27.0 - 31.0
MCHC 34.8 d/dl 33.0 - 37.0
RDW-CV 11.1 % 11.5 - 14.5
RDW-SD 39.1 Fl 35.0 - 56.0
PLT 147 10^3/UL 150 - 450
MPV 8.6 Fl 7.0 - 11.0
PDW 16.3 15.0 - 17.0
LED 20 mm/jam NL: 0 10P :0-15

3.1.6 Terapy Medis pada tanggal 17 juli 2012

Infus RL 40 tetes/menit

Inj. Novalgin 1 Amp./8 jam `1x/hari

Inj. Antrain 1 Amp 1x/hari

Inj. Ondancentron 2 mg/iv 1 Amp/8 jam 2x/hari

Sanmol tablet 500 mg 3x/hari


3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Analisa Data


Tabel 3.1 Analisa Data

No Symtom Etiologi Problem


Data Subyektif : Infeksi virus dengue Demam (Hipertermi)
1 a. Klien mengatakan badan
panas sejak 3 hari yang
lalu
b. Klien mengatakan ia Menyerang anti body
merasa tidak nyaman
Data Obyektif :
a. Suhu tubuh klien
38,5 oC Viremia
b. Badan teraba panas
c. Klien tampak gelisah
d. Akral hangat
e. Mukosa mulut kering Demam (Hipertermi)

2 Data Subyektif : Infeksi Virus Dengue Ketidak seimbangan


a. Klien mengatakan tidak nutrisi kurang dari
ada nafsu makan kebutuhan tubuh
b. Klien mengatakan sering
mual muntah kurang lebih
2x/hari. Mual Muntah
Data Oubyektif :
a. Klien tampak lemah Anoreksia
b. Wajah tampak pucat
c. Keadaan umum lemah

Intake nutrisi kurang


dari kebutuhan
btubuh

Lnjutan Tabel 3.1 Analisa Data

No Symtom Etiologi Problem


d. Klien hanya
2 menghabiskan 1/3 porsi
bubur yang
desediakan Puskesmas
e. Mukosa bibir tampak
kering dan pecah-pecah
f. BB sebelum sakit : 46 kg
sedangkan BB. saat sakit
:42 kg.

Data Subyektif : Infeksi Virus Gangguan


3 a. Klien mengatakan mual Dengue Keseimbangan
muntah kurang lebih 2 x/ cairan dan elektrolit
hari
Data Subyektif :
a. Mukosa bibir kering Trombositopeni
b. Turgor kulit menurun
c. Trombosit menurun :
147 10^3/UL
d. Tekanan darah Permeabilitas
: 90/60 mmHg vaskuler/ terjadinya
e. Nadi : 94 x /mnt peningkatan
pelebaran pembuluh
darah

Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit

Data Subyektif : Virus Dengue Cemas


4 Klien mengatakan cemas
dengan keadaannya
sekarang
Data Obyektif : Viremia
Klien tampak
cemas /gelisah

Cemas
3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue ditandai dengan Klien mengatakan badannya panas sejak 3

hari yang lalu, klien mengatakan ia merasa tidak nyaman, Suhu tubuh klien 38,5 oC, Badan teraba panas, Klien

tampak gelisah, Akral hangat

Mukosa mulut kering

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan Klien

mengatakan Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, Klien mengatakan sering mual muntah kurang lebih 2x/ hari,

Klien tampak lemah, Klien tidak mau makan, , Wajah tampak pucat, Keadaan umum lemah, Klien hanya

menghabiskan 1/3 porsi bubur yang desediakan Puskesmas, Mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB

sebelum sakit : 46 kg sedangkan BB. saat sakit : 42 kg.

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas vaskuler ditandai dengan Klien

mengatakan mual muntah kurang lebih 2 x/ hari, Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, Turgor kulit menurun,

Trombosit menurun : 147 10^3/UL, Tekanan darah : 90/60 mmHg, Nadi : 94 x /mnt

4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien mengatakan cemas dengan keadaannya

sekarang, Klien tampak cemas/ gelisah

3.3 Rencana Keperawatan

Tabel 3.3 Rencana keperawatan

Hari/ No Tujuan dan Rencana Rasional


Tanggal Dx kriteria haasil Keperawatan
Selasa 1 Setelah 1. Observasi TTV : 1. TTV merupakan
17 juli 2012 dilakukan tekanan darah, acuan untuk
tindakan nadi, suhu, mengetahui
keperawatan respirasi keadaan umum
3x24 jam klien
diharapkan suhu 2. Penjelasan
tubuh kembali 2. Berikan tentaang kondisi
normal dengan penjelasan yang dialami
kriteria hasil : tentang penyebab klien dapat
DS : klien demam atau mengurangi
mengatakan peningkatan suhu kecemasan klien.
dirinya sudah tubuh. 3. Untuk mengatasi
tidak demam demam dan
lagi, 3. Berikan menganjurkan
DO : penjelasan pada klien dan
1. Suhu tubuh klien dan keluarga keluarga untuk
normal (36- tentang hal-hal lebih kooperatif
37 oC) yang dilakukan. 4. Keterlibatan
2. Turgor kulit keluarga sangat
lembab 4. Jelaskan berarti dalam
pentingnya tirah proses
3. Klien tidak baring bagi klien penyembuahan
berkeringat lagi dan akibatnya jika klien di Rumah
hal itu tidak Sakit.
dilakukan 5. Peningkatan
5. Anjurkan klien suhu tubuh
untuk banyak mengakibatkan
minum kurang penguapan cairan
lebih 2,5-3 tubuh meningkat
liter/hari dan sehingga perlu
jelaskan diimbangi
mamnfaatnya. Dengan asupan
cairan yang
banyak.

Lanjutan tabel 3.3 Rencana Keperawatan

Hari/ No Tujuan dan Rencana Rasional


Tanggal Dx kriteria haasil Keperawatan
6. Berikan kompres 6. kompres hangat
hangat dan dapat membantu
anjurkan memakai menurunkan suhu
pakaian yang tipis. tubuh dan pakaian
yang tipis akan
membantu
meningkatkan
7. Berikan therapy penguapan panas
antipiretik sesuai tubuh.
dengan program 7. .Antipiretik
dokter mempunyai
reseptor
dihipotalamus dapat
meregulasi tubuh
sehingga
suhu tubuh
diupayakan
mendekati suhu
normal

Selasa 2 Setelah 1. Kaji riwayat1. Mengidentifikasi


17juli dilakukan nutrisi termasuk difisiensi,
2012 tindakan makanan yang menduga
keperawatan disukai kemungkinan
3x24 jam 2. Observasi dan intervensi.
duharapkan catat masukan2. Mengawasi
kebutuhan makanan klien masukan kalori/
nutrisi dapat kualitas
terpenuhi kekurangan
dengan kriteria:
3. Berikan / anjurkan konsimsi makanan
DS : pada klien 3. Makan dalam
Klien makan dalam porsi porsi dapat
mengatakan kecil menurunkan
nafsu kelemahan,
makannya meningkatan
meningkat masukan juga
DO : mencegah distensi
1. Nafsu gaster
makan menin
gkat

Lanjutana tabel 3.1 Rencana Keperawatan

Hari / No Tujuan dan Rencana Rasional


tanggal Dx kriteria hasil keperawatan
2. Berat badan
4. Sajikan makanan 4. Untuk
klien ideal : 46 dalam keadaan meningkatkan
kg. hangat dan bervariasi selera makan
3. Klien tidak5. Observasi porsi klien
mengalami makan klien, berat
mual dan badan dan keluhan 5. Untuk
muntah lagi lain mengetahui
Mukosa bibir 6. Kolaborasi dalam sejauh mana
lembab tidak pemberian obat mual perkembangan
pecah-pecah muntah klien
6. Untuk
mengurangi mual
dan muntah

Selasa 3 Setelah 1. Awasi vital sign tiap1. Vital sign


17 juli dilakukan 3 jam sesuai indikasi membantu
2012 tindakan fluktuasi cairan
keperawatan intravaskuler
selSelama 2. Observasi 2. Indikasi
3x24 jam capillary refill time keadekuatan
diharapkan sirkulasi perifer
tidak terjadi 3. Observasi intake dan3. Penurunan
defisit volume output, catat warna haluaran urine
cairan dengan urine/ konsistensi, BJ pekat dengan
kriteria : peningkatan BJ
1. Input dan 4. Anjurkan untuk diduga dehidrasi
output minum air 1500- 4. Untuk memenuhi
seimbang 2000 ml/ hari (sesuai kebutuhan cairan
2. Vital sign toleransi)
dalam batas 5. Kolaborasi pemberian5. Meningkatkan
normal cairan intravena jumlah cairan
3. Mukosa bibir tubuh, untu
tidak kering mencegah
dan tidak hifopolemik syok
pecah-pecah
4. Klien tidak
mengalami
mual dan
muntah
Keadaan umum
baik

Lanjutan tabel 3.1 Rencana Keperawatan

Hari / No Tujua Rencana Rasional


tanggal Dx dan kriteria hasil Keperawatan
Selasa 4 Setelah 1. Kenali 1. Dengan mengenal
17 juli dilakukan kekhawatiran dan kekhawatiran dan
2012 tindakan kebutuhan klien informasi serta
keperawatan akan informasi dukungan, klien
3x24 jam dan dukungan akan merasa
diharapkan klien tenang dan terlihat
tidak cemas lagi secara positif
dengan kriteria dalam perawatan
hasil : 2. Agar klien
DS : klien mengetahui
mengatakan 2. Jelaskan terapi tindakan yang
tidak cemas lagi yang akan diberikan dan
dengan diberikan kepada mengetahui
penyakitnya klien. perkembangannya.
DO : 3. Dengan
1. Klien kooperatif memberikan
dalam setiap dukungan kepada
tindakan yang 3. Berikan dukungan klien, klien tidak
dilakukan kepada klien. merasa sedih dan
2. Keluarga takut
mengajukan dengan
pertanyaan yang keadaannya.
tepat, diskusi 4. membantu
kondisi klien dan kelancaran dalam
perawatnyang pemberian Askep.
baik. 4. Motivasi keluarga
agar terlibat
dalam perawatan
klien.

3.4 Tindakan Keperawatan


Tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari / Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf


tanggal Dx
Rabu 08.00 1 1. Mengobservasi tanda- 1. TTV klien : Zaenul
o
18 juli 2012 tanda vital : suhu, nadi, S : 37,5 C hak
tekanan darah, N : 94 x /mnt
respirasi. TD : 90/60
mmHg
RR : 18x /menit.
2. Klien dan
08.15 2. Memberikan keluarganya
penjelasan kepada klien memperhatikan
dan keluarga tentang apa yang telah
penyebab demam atau dijelaskan, dan
peningkatan suhu tampak
tubuh. kooperatif.
3. Keluarga klien
3. Memberikan penjelasan mengatakan akan
08.20 kepada keluarganya melakukan hal-
tentang hal-hal yang hal yang menduk
dilakukan, seperti ung kesehatan
memberikan kompres klien.
hangat, menganjurkan 4. Klien tampak
memakai pakaian tipis, memperhatikan
dan lain-lain penjelasan
4. Menjelaskan dengan antusias
pentingnya tirah baring
bagi klien dan
08.50 akibatnya jika hal itu 5. Klien tampak
tidak dilakukan. minum air putih
5. Menganjurkan klien dan minum
untuk banyak minum minuman buah
kurang lebih 2,5-3 liter vita rasa jambu
/ hari merah
09.00

Lanjutan Tabel 3.4 Tindakan Keperawatan


Hari / Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf
tanggal Dx
09.05 6. Memberikan kompres 6. Klien dikompres
hangat di dahi dan di diketiak dan dahi,
lipatan ketiak dan dan pakaian klien
anjurkan klien diganti.
memakaia pakaian yang7. Setelah 2 jam
tipis pemberian obat
09.10 7. Memberikan Terapy suhu tubuh klien
antipiretik sesuai kembali normal
dengan program yaitu 37,2 oC
dokter seperti obat oral
sanmol tablet 500 mg
dan inj. Antrain

Rabu 09.15 2 1. Mengkaji riwayat 1. Klien mampu Zaenul


18 juli nutrisi termasuk menghabiskan 1/3 Hak
2012 makanan yang disukai. porsi makan yang
disediakan
dari Rumah
2. Mengobservasi Sakit.
09.20 dan mencatat masukan 2. Makanan yang
makanan klien disediakan habis
3. Memberikan atau 1/3 porsi
09.25 menganjurkan kepada 3. Klien tampak
klien untuk makan dalam
makan dalam porsi porsi kecil.
kecil
4. Mengobservasi porsi
09.30 makan klien, berat 4. Porsi makananan
badan dan keluhan lain. yang habis 1/3.
BB klien: 42kg.
5. Berkolaborasi dengan 5. Kien diberi diet
tim gizi untuk rencana TKTP
09.50 die

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari / Jam No Tindakan Keperawatam Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
Rabu 10.00 3 1. Mengobservasi vital 1. TTV klien : Zaenul
o
18 juli sign tiap 3 jam/ sesuai S : 37,5 C Hak
2012 indikasi. N : 94 x /mnt
TD : 90/60
mmHg
RR : 18x /meni
2. CRT > 2 detik.
10.15 2. Mengobservasi 3. Klien dapat
capillary refill time cairan infus RL
10.20 3. Mengonservasi intake 40 tetes/ menit,
dan output warna urine/ warna urine
konsentrasi. kuning dan bau
khas urine.
4. Klien diberi
minum 6 gelas/
4. Menganjurkan untuk hari
10.35 minum 1500-2000
ml/hari ( sesuai 5. Turgor kulit tidak
indilasi). elastis
5. Mengkaji turgor kulit 6. Klien
11.00 klien. mendapatkan
6. Berkolaborasi dalam infus RL 40 tetes/
11.20 pemberian cairan menit.
intravena.

Rabu 11.25 4 1. Mengkaji tingkat 1. Klien dan Zaenul


18 juli pengetahuan klien dan kelurganya Hak
2012 kelurga tentang mengatakan
penyakit yang diderita saya kurang tau
klien. apa yang terjadi
apa yang terjadi
pada klien.
2. Keluarga tampak
11.30 2. Menjelaskan keadaan bersedih dan
klien kepada keluarga cemas.

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari / Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
11.35 3. Memberi kesempatan 3. Keluarga banyak
kepada keluarga untuk bertanya tentang
bertanya tentang hal-hal kondisi anaknya.
yang belum dimengerti.4. Keluarga klien
4. Menganjurkan kepada mengerti dengan
keluarga untuk selalu apa yang
11.40 kontak dengan klien. dianjurkan
perawat.
5. Klien dan
5. Memberi pendidikan keluaraga ingin
kesehatan kepada klien dijelaskan lebih
dan lengkap
11.50 keluarganya. Dengan
media SAP
Kamis 08.15 1 1. Mengobservasi TTV 1. TTV Klien : Zaenul
19 juli klien. S : 37,5 oC Hak
2012 N : 94 x /mnt
TD : 90/60
mmHg
08.25 2. Memberikan 2. Klien dan
penjelasan kepada klien keluaraganya
dan keluarga tentang memperhatikan
penyebab demam atau apa yang telah
peningkatan suhu dijelaskan dan
tubuh. tampak
kooperatif.
3. Memberikan penjelasan3. Keluarga klien
08.30 keapada klien dan mengatakan akan
keluaraga tentang hal- melakaukan hal-
hal yang hal yang boleh
dilakukan. seperti
memberikan kompres
hangat,

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari / Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
menganjurkan memakai dilakukan kepada
pakaian tipis, dan lain- klien demi
lain kenyamanan dan
kesehatan klien.
4. Keluarga klien
tampak memberi
08.50 4. Menjelasakan kan klien posisi
pentingnya tirah baring tirah baring, dan
bagi klien dan klien tampak
akibatnya jika hal itu tenang
tidak dilakukan. 5. Kluarga klien
memberikan klien
minum air aqua
09.00 5. Menganjurkan klien dan minuman
untuk banyak minum buah vita rasa
kurang lebih 2,5-3 jambu merah
liter/hari dan jelaskan serta sari kurma.
manfaatnya. 6. Klien dikompres
diketiak, dahi,
dan pakaian
diganti.
6. Memberikan kompres
09.15 hangat di dahi dan di 7. Setelah 2 jam
lipatan ketiak dan pemberian obat
anjurkan memakai suhu tubuh klien
pakaian yang tipis. kembali normal
7. Memberikan therapy yaitu 37,2 oC
antipiretik sesuai
dengan program dokter,
seperti obat oral sanmol
tablet 500 mg dan inj.
Antrain.

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari / Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
Kamis 09.35 2 1. Mengkaji riwayat 1. Klien mampu Zaenul
19 juli 2012 nutrisi termasuk menghabiskan 1/3 Hak
makanan yang disukai. porsi yang
disediakan puskesm
2. Mengobservasi dan as
09.40 catat masukan makanan 2. Makanan yang
klien. disediakan habis
1/3 porsi.
3. menganjurkan kepada 3. Klien bisa
09.50 keluarga klien untuk makan dalam porsi
memberi makan dalam kecil.
porsi kecil.
4. Mengobservasi porsi
makan klien, berat 4. Porsi habis 1/3
10.00 badan dan keluhan lain. porsi, BB : 42,5kg.
5. Berkolaborasi dengan
tim gizi untuk rencana 5. Klien diberi diet
diet
TKTP.
10.30

Kamis 10.35 3 1. Mengawasi vital sign 1. TTV Klien : Zaenul


19 juli 2012 tiap 3 jam/ sesuai S : 37,5 oC Hak
indikasi. N : 94 x /mnt
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
2. CRV> 2 detik.

10.40 2. Mengobservasi
capillary rafill time.
Mengobservasi intake 3. Klien dapat cairan
dan output, infus RL 20
Tetes/menit, urine
10.50 3. catat warna warna kuning dan
urine/konsentrasi. bau khas urine.

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperatawatan


Hari/ Jam No Tindakan Keperawatn Respon Hasil Paraf
Tanggal Dx

11.00 4. Menganjurkan untuk 4. Klien diberi


minum 1500-2000 minum 6 gelas/
ml/hari (sesuai hari
toleransi).
11.25 5. Mengkaji turgor kulit 5. Turgor kulit klien
klien. tidak elastis.
6. Klien
11.35 6. Berkolaborasi pemberian mendapatkan
cairan intravena. infus RL 20
tetes/menit
Kamis 11.45 4 1. Mengkaji tingkat 1. Klien tampak Zaenul
19 juli 2012 kecemasan klien. cemas dan gelisah
dengan Hak
kondisinya.
2. Keluarga klien
12.00 2. Menjelaskan tingkat selalu bertanya
perkembangan kepada setiap tindakan
klien dan kelurga. yang dilakukan
petugas
kesehatan.
3. Keluarga klien
bertanya kepada
3. Memberikan petugas kesehatan
12.10 kesempatan kepada tentang kondisi
klien dan keluaraga klien.
bertanya tentang hal-hal
4. Keluarga klien
yang belum dimengerti. tampak belum
puas dengan
4. Menjelaskan keadaan penjelasan yang
klien secara jujur diberikan
12.25 perawat.

Lanjutan Tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari/ Jam No Tindakan keperawatan Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
12.45 5. Menganjurkan kepada 5. Keluarga klien Zaenul
keluarga klien untuk menanyakan Hak
selalu kontak dengan bagaimana
klien dan turut serta kondisi klien dan
dalam perawatan klien. kapan bisa
pulang.

Jumat 08.15 1 1. Mengobservasi tanda- 1. TTV Klien : Zaenul


20 juli 2012 tanda vital. S : 37 oC, N : 94 x Hak
/mnt, TD :
100/70 mmHg,
RR : 18 x/menit.
2. Keluarga klien
tampak
memperhatikan
2. Memberikan apa yang telah
08.25 penjelasan kepada dijelaskan dan
keluarga klien tentang tampak
penyebab demam kooperatif.
atau peningkatan suhu 3. Keluaraga klien
tubuh. mengatakan akan
melakukan hal-
3. Memberikan penjelasan hal yang boleh
kepada klien dan dilakukan kepada
08.35 keluarga tentang hal-hal klien demi
yang dilakukan. seperti kenyamanan dan
memberikan kompres kesehatan klien.
hangat, menganjurkan 4. Keluarga klien
memakai pakaian tipis, memberikan klien
dan lain-lain posisi
tirah baring,

4. Menjelaskan
pentingnya tirah baring
bagi klien dan
akibatnya jika hal itu
08.40 tidak

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari/ Jam No Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


Tanggal Dx
dilakukan. Dan klien tampak
nyaman.
5. Keluarga klien
09.00 5. Menganjurkan klien klien minum air
untuk banyak minum k putih kurang lebih
Kurang lebih 2,5- 2 gelas.
3 liter/hari. 6. Klien dikompres
6. Memberikan Kompres di ketiak dan dahi,
09.10 hangat di dahi dan di dan pakaian klien
lipatan ketiak dan diganti.
anjurkan memakai 7. Setelah 2 jam
pakaian yang tipis. pemberian obat
7. Memberikan therapy suhu tubuh klien
antipiretik sesuai kembali normal
09.20 dengan program yaitu 37,2 oC
dokter seperti obat oral
sanmol tablet 500 mg
dan inj. Antrain

Jumat 09.25 2 1. Mengkaji riwayat 1. Makanan yang Zaenul


20 juli 2012 disediakan habis
nutrisi termasuk 1/3 porsi Hak
makanan yang disukai.
2. Mengobservasi dan 2. klien tampak
catat masukan makanan menyantap
09.35 klien. manakanan bubur
3. Memberikan klien yang disediakan.
makan dengan porsi 3. Klien bisa
kecil. makan dalam
09.50
4. Mengobservasi porsi porsi kecil.
makan klien, BB badan4. Porsi Habis 1/2
dan keluhan lain. porsi. BB klien
11.10
5. Berkolaborasi dengan 43,5 kg.
tim gizi untuk rencana
diet. 5. Klien
diberikan diet
11.20
TKTP.

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari/ Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
Jumat 11.25 3 1. Mengawasi vital sign 1. TTV klien : Zaenul
20 juli 2012 tiap 3 jam/sesuai S : 37,2 oC, N Hak
indikasi. : 90 x /mnt, TD :
110/70 mmHg,
RR : 18 x/menit.
2. CRT> 2 detik.

11.35 2. Mengobservasi 3. Klien dapat


Capillary Refill time. cairan infus RL
3. Mengobservasi intake 20 tetes/menit,
11.40 dan output, catat warna urine warna
urine/konsentrasi. kuning dan bau
khas urine.
4. Menganjurkan klien 4. Klien diberi
untuk minum 1500- minum 6 gelas/
11.55 2000 ml/hari (sesuia hari.
toleransi).
5. Mengkaji turgor kulit 5. Turgor kulit klien
klien. tidak elastis.
12.05 6. Klien
6. Berkolaaborasi dengan mendapatkan
dokter dalam pemberian infus RL 20
12.15 cairan intravena. tetes/menit.

Jumat 12.20 4 1. Menjelaskan tingkat 1. Klien merasa Zaenul


20 juli 2012 perkembangan kepada senang dengan Hak
klien dan klelurganya. tingkat
perkembangan
2. Memberikan kesehatannya
12.30 kesempatan kepada 2. Keluarga klien
klien dan keluarganya mengatakan kapan
untuk bertanya tetntang klien bisa pulang.
hal-hal yang
belum dimengerti.

Lanjutan tabel 3.4 Tindakan Keperawatan

Hari / Jam No Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf


Tanggal Dx
12.50 3. Menganjurkan kepada 3. Keluraga klien
keluarga klien untuk tampak rajin dan
selalu kontak dengan menjaga klien.
klien dan turut serta
dalam perawatan klien.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.4 Evaluasi Keperawatan

Hari / No Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal /jam Dx
Sabtu 1 S : Klien mengatakan badanya sudah tidak Zaenul
21 juli 2012 panas lagi Hak
08.30 wita O : Keadaan Umum sedang
1. Klien tidak teraba panas
2. Klien tidak gelisah lagi
3. Akral hangat
4. Mukosa bibir lembab
5. Suhu tubuh 37,2 oC
A : Masalah Hipertermi teratasi
P : Intervensi dihentikan
Sabtu 2 S : Klien mengatakan nafsu makannya Zaenul
21 juli 2012 sudah meningkat Hak
09.20 wita O : K/U : sedang
1. TTV Klien :
TD : 120/70 mmHg.
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,2 oC
RR : 20 x/menit
2. Klien dapat menghabiskan porsi
makanan yang di sediakan oleh
puskesmas.
3. BB klien : 44 kg.
4. Klien ada nafsu makan

Lanjutan Tabel 3.4 Evaluasi Keperawatan

Hari / No Catatan Perkembangan Paraf


Tanggal /jam Dx
5. Wajah klien tampak segar
6. Terpasang infus RL 20 tetes/menit.
A : Masalah Intake nutrisi kurang dari
kebutuhan btubuh teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan :
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan
yang disukai
2. Berikan / anjurkan pada klien
makan dalam porsi kecil
3. Mengobservasi porsi makan klien, berat
badan dan keluhan lain.
4. Berkolaborasi dengan tim gizi untuk
rencana diet.
Sabtu 3 S : Klien mengatakan sudah tidak mual Zaenul
21 juli 2012 muntah lagi. Hak
09.40 wita O : K/U : sedang
1. TTV Klien :
TD : 120/70 mmHg.
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,2 oC
RR : 20 x/menit
Trombosit : 152 10^3/UL
2. Mukosa bibir klien lembab.
3. Turgor kulit baik
4. Konjungtiva tidak pucat
A : Masalah Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit teratasi
P : Intervensi dihentikan
Sabtu 4 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa Zaenul
21 juli 2012 cemas lagi dengan penyakitnya. hak
10.30 Wita O : Klien dan keluarganya tampak lebih
rileks.
1. Keluarga klien tampak kooperatif
dalam setip tindakan.
2. Klien dan keluarganya merasa
bersyukur dengan perkembangan
kesehatan klien.
A : Masalah kecemasan klien teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang kesenjangan dan keterkaitan antara tinjauan teori yang

terdapat pada bab 2 dengan tinjauan kasus pada bab 3 serta menguraikan mengapa kesenjangan itu

terjadi.

Pembahasan terhadap kesenjangan dan keterkaitan yang terjadi adalah sebagaimana yang digambarkan

penulis pada setiap langka proses keperawatan sebagai berikut :

4.1 Pengkajian

4.1.1 . Pengumpulan data

Menurut teori pengumpulan data mulai dilakukan sejak klien masuk ke rumah sakit, selama klien

dirawat terus menerus serta dapat dilakukan ulang untuk merubah dan melengkapi data yang telah

ada. Berdasarkan sumber data, data pengkajian dapat di bedakan atas data primer dan sekunder. Data

primer adalah data yang didapat secara langsung dari klien, sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh selain dari klien seperti perawat, dokter atau ahli gizi, keluarga, hasil dari pemeriksaan dan

sebagainya. Bila berdasarkan tipe data, data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif. Data

subyektif adalah data yang merupakan persepsi klien tentang masalah kesehatan yang dihadapinya,

sedangkan data obyektif adalah data yang di kumpulkan dari hasil observasi/ pengukuran, yang dibuat

oleh pengumpul data.

Pada pengkajian riwayat kesehatan tidak ada kesenjangan yang muncul antara teori dan

kenyataan pada kasus Asuhan Keperawatan pada TnM

Pengkajian data dasar pada klien dengan DHF meliputi :

1.Identitas

a) Identitas lengkap klien yang perlu di kaji

adalah Dalam tinjauan teori identitas klien yang

dikaji yaitu : nama, umur, tempat tinggal, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

status perkawinan, sedangkan

Dalam tinjauan kasus identitas klien yang dikaji yaitu : nama, umur, alamat, agama, pendidikan, suku

bangsa, pekerjaan, dan status perkawinan.

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang ditemukan pada tinjauan teori dan tinjauan kasus.
b) Identitas penanggung jawab

Dalam tinjauan teori identitas penanggung jawab yang perlu dikaji adalah nama, hubungan dengan

klien, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat.

Dalam tijnauan kasus identitas penanggung jawab yang didapat yaitu : nama, umur, alamat, pekerjaan,

agama, hubungan dengan klien

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang didapat dalam pengkajian identitas penanggung jawab klien

antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

2. Keluhan utama

Dalam tinjauan teori Keluhan utama yang mendorong klien mencari pertolongan atau berobat ke

rumah sakit. Biasanya pada klien dengan DHF Sakit kepala, badan panas dan tidak ada nafsu makan.

Dalam tinjauan kasus didapat keluhan utama klien badannya panas

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang didapat dalam pengkajian antara tinjauan teori dengan tijauan

kasus.

3. Riwayat penyakit saat ini

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Faktor pencetus dengan menyebutkan peristiwa atau hal

yang menyebabkan timbulnya penyakit DHF Kapan mulai ada keluhan, sudah berapa

lama, dan bagaimana.

Dalam tinjauan kasus saat pengkajian ditemukan Klien mengatakan badannya panas sejak 3 hari yang

lalu. Awalnya tidak terlalu panas dan klien selalu dikompres dengan air hangat oleh keluarganya,

namun beliau merasakan badannya bertambah panas, mual muntah, nyeri sendi, kepala pusing, nafsu

makan menurun pada sore harinya sehingga pada tanggal 17 juli 2012 jam 09.15 wita klien kemudian

dibawa ke IGD Puskesmas Ampenan. Klien mengeluh badannya panas sejak 3 hari yang lalu dan juga di

sertai mual muntah, kemudian di bawa ke ruang inap untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang ditemukan dalam tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

4. Riwayat penyakit dahulu


Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji yaitu Bagaimana kesehatan pasien sebelumnya, pasien

apakah pernah mengalami penyakit atau ada riwayat penyakit yang lain dan jika ada, biasanya pergi

berobat kemana

Dalam pengkajian ditemukan Klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini

sebelunya dan baru pertama kalinya masuk rumah saki akan tetapi sebelunya klien sering berobat ke

alternatif di rumahnya.

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang ditemukan dalam tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

5. Riwayat penyakit keluarga

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah diantara

anggota keluarganya ada yang mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita klien saat ini.

Dalam pengkajian ditemukan klien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah menderita

penyakit seperti yang dialami klien saat ini

6. Riwayat kebutuhan Bio-Psiko-sosial-Spritual

Dalam tinjauan teori digunakan pengkajian kebiasaan sehari-hari/kebutuhan dasar,

penulis menggunakan konsep dasar menurut (Virginia handerson ) yaitu ;

a. Kebutuhan respirasi

Dalam tinjauan teori pengumpulan data tentang pernafasan klien, apakah mengalami

gangguan pernafasan atau tidak

Dalam tinjauan kasus Klien mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya

terjadi mimisan di sertai darah kurang lebih 2cc pada hidung dan pilek saja.

Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

b. Kebutuhan nutrisi

Dalam tinjauan teori dijelaskan Pada pola nutrisi yang akan ditanyakan adalah bagaiaman nafsu

makan klien, jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual dan muntah dan

kerusakan pada saat menelan.

Dalam tinjauan kasus klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang karena klien hanya

dapat menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan, dan klien hanya diberi
bubur dalam porsi kecil. Klien tampak lemah,klien mual muntah kurang lebih 2x/hari, mukosa bibir

tampak kering dan pecah-pecah.

c. Kebutuhan eliminasi

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah

kebiasaan defekasi perhari, ada atau tidaknya konstipasi, diare, kebiasaan berkemih, ada tidaknya

disuria, hematuri, retensi dan inkontenensia.

Dalam pengkajian klien mengatakan klien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna kuning dan

bau khas feses, BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih,bau khas urin.

Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus

d. Kebutuhan istirahat tidur

Dalam tinjauan teori di jelaskan bahwa Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam

tidur pada malam hari, pagi, dan siang hari. Apakah klien merasa tenang sebelum tidur, masalah

selama tidur, adanya insomnia.

Dalam tinjauan kasus Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena demam yang tinggi, tidur

malam pukul 20.00 05.00 wita, tidur siang pukul 13.00-15.00 wita.

Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

e. Kebutuhan aktifitas

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, apakah klien mampu melakukannya sendiri secara

mandiri atau di bantu oleh keluarga maupun perawat. Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien

mengatakan tidak dapat beraktivitas karena klien sedang sakit, terpasang infus RL 20 tetes/menit,

dalam pemenuhan ADL di bantu oleh keluarganya yang menunggunya secara bergantian.

Jadi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

f. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa bagaimana kenyamanan klien, pengkajian nyeri

menggunakan PQRST. Dimana P (provokatif) yaitu penyebab nyeri yang biasanya disebabkan oleh

meningkatnya tekanan intra luminal sehingga suplai darah terganggu dan mengakibatkan terjadinya
hipoksia jaringan.Q (kualitas) yaitu apakah kualitas nyeri ringan, sedang, berat, apakah rasa nyeri

seperti ditusuk-tusuk benda tajam atau trauma tumpul. R (region) yaitu daerah terjadinya/perjalanan

nyeri. S (skala) bagaimana skala nyerinya bisa dengan menggunakan skala nyeri (0-10) atau (0-5). T

(time) waktu klien merasakan nyeri, apakah terus menerus atau klien merasakan nyeri pada waktu pagi

hari, siang, sore atau malam. Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien mengatakan tidak nyaman

dengan keadaanya sekarang karena kondisinnya yang lagi sakit. Jadi tidak terjadi kesenjangan antara

tinjauan teori dan tinjauan kasus.

g. Pengaturan suhu tubuh

Dalam teori dijelaskan bahwa pada harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah

tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperatur, kelembapan atau pergerakan

udara atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya. Dalam tinjauan

kasus ditemukan bahwa Klien Mengatakan Klien Mengatakan pada awal dirasakannya penyakit, ia sering

mengalami demam dengan suhu 38,5oC. Badannya terasa panas, pasien tampak gelisah, akral hangat.

Jadi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

h. Kebutuhan bekerja

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa dalam perawatan maka dalam penilaian terhadap

interprestasi terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa lebih ringan apabila seseorang

dapat terus bekerja dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi. Dalam pengkajian

Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari

dan mandi dengan dilap oleh keluarganya 2x/hari.

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dimana dalam

tinjauan teori dijelaskan bahwa untuk mengurangi rasa sakit klien harus terus bekerja. Sedangkan

dalam tinjauan kasus klien tidak mampu bekerja karena kondisi klien yang lemah.

i. Kebutuhan personal hygiene

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pada pemgumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah

berapa kali klien mandi,menyikat gigi,keramas dan memotong kuku, perlu juga ditanyakan penggunaan

sabun mandi, pasta gigi, dan sampo. Namun hal tersebut tergantung keadaan klien dan gaya hidup
klien, tetapi pada umumnya kebutuhan personal hygiene dapat terpengaruhi miskipun hanya bantuan

keluarga.

Dalam pengkajian ditemukan bahwa Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh

keluarganya untuk gosok gigi 2x/hari dan mandi dengan dilap oleh keluarganya 2x/hari.

Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Klien hanya dibantu oleh keluarganya untuk gosok gigi

2x/hari dan mandi dengan dilap oleh keluarganya 2x/hari.

Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

j. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Dalam teori dijelaskan bahwa pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai

kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat

yang dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan sebagaimana

halnya orang sakit, bagi orang sakit biasanya bermain/berekreasi dengan membaca, berbincang-

bincang tetapi tergantung individu. Dalam tinjauan kasus penulis melakukan pengkajian sesuai dengan

teori dimana dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien mengatakan hanya ditemani oleh keluarga

selama berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana karena sakit.

klien tidak bisa bermain dan pergi ketempat rekreasi bersama dengan keluarganya karena kondisi klien

masih sakit, klien hanya bisa pasrah dan berbaring ditempat tidur.

Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

h. Kebutuhan spiritual

Dalam tinjauan teori dijelaskan baahwa Bagaimana keyakinan klien pada agamanya, bagaimana cara

klien mendekatkan diri kepada tuhan dan pantangan dalam agama selama klien sakit.

Dalam tinjauan kasus penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori dimana dalam tinjauan kasus

ditemukanbahwa Klien mengatakan klien mengatakan tidak dapat melakukan sholat tetapi hanya

berdoa di tempat tidur karena keadaan yang tidak memungkinkan, keadaanya saat itu masih

tampak lemas.
berdasarkan teori, dimana dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa sebelum saklit klien klien dapat

menjalankan ibadah seperti shalat dan mangaji tanpa hambatan sedangkan saat sakit klien tidak

pernah melakukan ibadah, klien hanya bisa pasrah dan berbaring ditempat tidur.

i. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Pada pengumpulan data ini biasanya klien ditanya mengenai

kebiasaan klien dalam menggunakan waktu senjang, kebiasaan bermain atau berekreasi dan tempat

yang dikunjungi. Umumnya kebutuhan bermain dan berekreasi tidak bisa dilaksanakan sebagaimana

halnya orang sakit, bagi orang sakit biasanya bermain/ berekreasi dengan membaca, berbincang-

bincang tetapi tergantung individu.

Dalam tinjauan kasus ini ditemukan bahwa Klien mengatakan hanya ditemani oleh keluarga selama

berada di Rumah Sakit, klien tidak mampu kemana-mana karena sakit.

Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

j. Kebutuhan belajar

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya mengenai

masalah-masalah yang ada. Kebutuhan belajar ini biasanya tergantung dari individu itu sendiri dan

tergantung dari tingkat pendidikan klien.

Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien mengatakan selama sakit tidak dapat beraktivitas seperti

biasa karena terpasang infus (RL 20 tetes/menit) dan keadaannya yang lemah.

Jadi tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

k. Kebutuhan berpakaian

Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa bagaimana kebiasaan klien dalam berpakaian dan berapa kali

klien mengganti baju dalam sehari.

Dalam pengkajian ditemukan bahwa Klien mengatakan menganti pakaiannya 1 kali sehari dari bahan

yang mudah menyerap keringat dengan dibantu oleh keluarganya Klien mengatakan menganti

pakaiannya 1 kali sehari dari bahan yang mudah menyerap keringat.

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

l. Kebutuhan berkomunikasi dengan orang lain


Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa dalam pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah

bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang lain dan bagaimana cara klien berkomunikasi dan

bersosialisasi dengan orang lain. Dalam tinjauan kasus ditemukan bahwa Klien tetap berkomikasi

dengan keluarga dan komunikasi dengan petugas kesehatan, kata-kata yang di ucapkan jelas.

Klien tetap berkomikasi dengan keluarga dan komunikasi dengan petugas kesehatan dengan baik, kata-

kata yang di ucapkan jelas.

Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena

penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori.

7. Pemeriksaan fisik

Dalam tinjauan teori hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total cara karena ada kecendrungan

dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti:

1) Kesadaran penderita : apatis, gelisah, komposmetis, koma tergantung pada keadaan klien.

2) Keadaan : akut, kronik, ringan, sedang, berat.

b. Pemeriksaan Fisik secara Persistem

1) Sistem Pernafasan/ Respirasi

Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: apakah terdapat Sesak atau

tidak, terjadi perdarahan melalui hidung (epistaksis) atau tidak, pernapasan dangkal atau tidak, pada

auskultasi terdengar ronchi atau tidak, Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan adalah Klien

mengatakan tidak mengalami sesak sejak kemarin, akan tetapi klien hanya terjadi perdarahan pada

huidung dan pilek saja. Jadi tidak terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan

tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan teori..

2) Sistem Kardiovaskuler

Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi : apakah tejadi perdarahn spontan atau tidak,

terjadi kegagalan sirkulasi atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan adalah Pasien

mengatakan tidak mengalami nyeri dada, badannya lemas, Tekanan darah : 90/60 mmHg, denyut nadi

94 x /mnt, tekana cukup, Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai. Jadi tidak terdapat
kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian

berdasarkan teori.

3) Sistem Persyarafan/ Neurosensori

Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: Bagaimana tingkat kesadaran klien, apakah klien

merasakan nyeri kepala atau tidak, bagaimana tingkat penglihatan klien. Sedangkan dalam tinjauan

kasus yang ditemukan adalah pasien mengatakan kepalanya sering pusing dan penglihatannya kadang-

kadang berkunang-kunang, Tingkat kesadaran : Composmetis , GCS : E = 4, V = 5, M=6. Jadi terdapat

kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian

berdasarkan teori.

4) Sistem Perkemihan

Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: bagaimana produksi urine apakah meningkat atau

berkurang, apakah tedapat nyeri saat BAK atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan

adalah klien mengatakan BAK 5-6x/hari dengan warna kuning jernih, bau khas urine, tidak ada lesi,

tidak oedema, Dan klien tampak mual muntah dan sering merasa lemas. Jadi tidak terdapat

kesenjangan yang terjadi antara`tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan

pengkajian berdasarkan teori.

5) Sistem Pencernaan

Dalam tinjauan teori yang perlu dikaji meliputi: terjadi perdarahan di gusi atau tidak,bagaimana

selaput mukosa bibir apakah kering atau lembab, terdapat nyeri tekan abdomen atau tidak,nafsu

makan mneunurun atau tidak, mual muntah atau tidak BAB disertai darah atau tidak. Sedangkan dalam

tinjauan kasus yang ditemukan adalah klien mengatakan sejak sakit nafsu makan klien berkurang

karena klien hanya dapat menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan oleh Puskesmas Ampenan,

dan klien hanya diberi bubur sedikit tapi sering. Klien tampak lemah, klien mual muntah, mukosa bibir

tampak kering, lidah bersih, tidak ada caries gigi, gigi lengkap, tidak ada pembesaran tonsil. tidak Ada

nyeri tekan abdomen, Pristaltik usus 20x/mnt(15-20x/menit). Jadi tidak terdapat kesenjangan yang
terjadi antara`tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan

teori.

6) Sistem integumen

Dalam tiajauan teori yang perlu dikaji meliputi: Terjadi peningkatan suhu tubuh

(Demam) atau tidak, kulit kering atau tidak. Sedangkan dalam tinjauan kasus yang ditemukan

adalah Klien mengatakan badan panas sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak

nyaman. Jadi terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus

karena penulis melakukan pengkajian berdasarkan teori.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Sebelum menentukan diagnose keperawatan, terlebih dahulu dilakukan analisa terhadap data-data

yang dikumpulkan. Pada rumusan analisa data penulis mengacu pada tinjauan teori yang

memperlihatkan adanya data senjang yang mendukung suatu diagnosa keperawatan baik data subyektif

maupun data obyektif pada tinjauan teori terdapat 5 diagnosa keperawatan (NANDA, 2006), yaitu :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

3. Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas

vaskuler

4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situaasional

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau

apa obat dan bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang

penyakitnya, klien belum tau obat apa saja yang harus diminumnya.

Dalam fakta diagnose yang ditemukan ada 4 yaitu


1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue ditandai dengan Klien mengatakan badan panas

sejak 3 hari yang lalu, Klien mengatakan ia merasa tidak nyaman, Suhu tubuh klien 38,5 oC, Badan

teraba panas, Klien tampak gelisah, Akral hangat, Akral hangat, Mukosa mulut kering.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai

dengan Klien mengatakan Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, Klien mengatakan sering mual

muntah kurang lebih 2x/ hari, Klien tampak lemah, Klien tidak mau makan, , Wajah tampak

pucat, Keadaan umum lemah, Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi bubur yang

desediakan Puskesmas, Mukosa bibir tampak kering dan pecah-pecah, BB sebelum sakit : 46 kg

sedangkan BB. saat sakit : 39 kg.

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan permeabilitas vaskuler ditandai

dengan Klien mengatakan mual muntah, Mukosa bibir kering, Turgor kulit menurun, Kliem tampak mual

muntah.

4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan Klien mengatakan cemas dengan

keadaannya sekarang, Klien tampak cemas, Ekspresi wajah klien tampak murung

Setelah penulis menganalisa dan membandingkan kedua hal tersebut diatas yaitu antara tinjauan

teori dan kasus DHF maka tidak ditemukan adanya kesenjangan dimana ada satu diagnosa keperawatan

dalam tinjauan teori namun dalam perawatan kasus ini tidak ditemukan adanya diagnosa keperawatan

tersebut yaitu :

a. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan Klien Mengatakan tidak tau apa obat dan

bagaimana cara menangani penyakitnya, klien beelum mengeti tentang penyakitnya, klien belum tau

obat apa saja yang harus diminumnya.

4.1 Rencana Keperawatan

Tahap perencanaan merupakan tahap untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan untuk

mengatasi masalah-rnasalah klien (Aziz Alimul Hidayat, 2007). Dalam penyusunan rencana

keperawatan, penulis berusaha menggunakan teori tapi disesuaikan dengan keadaan klien yang kira-
kira dapat dilaksanakan oleh klien. Format yang digunakan penulis adalah format rencana keperawatan

yang sesuai dengan tinjauan teori (Nursalam, 2006) meliputi diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria

hasil, intervensi dan rasionalisasi. Pada asuhan keperawatan dengan Demam Berdarah, tahap

perencanaan secara umum telah penulis rumuskan seperti dalam tinjauan teori, yang mana untuk

menetapkan prioritas masalah penulis mengacu pada masalah kesehatan yang mengancam serta

masalah yang dialami, sehingga berdasarkan indikator tersebut urutan prioritas masalah keperawatan

pada tinjauan kasus ini adalah sebagai berikut: Hipertermi, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuban tubuh, gangguan keseimbanagan cairan dan elektrolit, cemas, rencana

keperawatan pada tinjauan kasus dirumuskan berpedoman pada rencana keperawatan yang ada pada

tinjauan teori.

4.2 Tindakan Keperawatan / Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau implementasi adalah tahap mengaplikasikan rencana keperawatan yang

telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah diterapkan pada tinjauan teori

maupun tinjauan kasus dengan harapan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn " M" dapat

dilaksanakan secara berkesinambungan dan komprehensif (Nursalam,2006) . Pada tahap

pelaksanaan Asuhan Keperawatarn pada Tn "M " terdapat tindakan mandiri perawat dan tindakan

kolaborasi yang dapat diuraikan sebagai berikut

1. Tindakan mandiri perawat

a. Mengobservasi keadaan umum klien

b. Mengobservasi dan mencatat masukan makanan klien

c. Mengkaji kemampuan klien dalam melaksanakan ADL

d. Mengatur posisi klien senyaman mungkin

e. Meningkatkan cuci tangan yang baik.

2. Tindakan kolaborasi

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian pengobatan


4.3 Evaluasi

Dalam tinjauan teori tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan yang sudah

berhasil dicapai (Nursalam, 2006). Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan

yang merupakan tahap perbandingan hasil yang diamati dengan standar yang dibuat dalam perencanaan

(Suprajitno, 2007). Proses evaluasi pada asuhan keperawatan pada Tn "M" sudah sesuai dengan tinjauan

teori. Penulis menggunakan evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai melakukan

tindakan dengan menggunakan format SOAP yang terdiri dari tiga komponen yaitu:

S : Adalah hal-hal yang dikemukakan oleh klien secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan

O: Adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan

A: Adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan keperawatan dan standar

terkait dengan diagnosis, dan

P: Adalah perencanaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis.

Dilihat dari diagnosa yang telah ditemukan pada Tn. M maka perkembangan setiap diagosa

keperawatan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan hipertemi teratasi sebagian setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam, yang mana dalam rencana perawatan penulis merumuskan tujuan keperawatan 3x24 jam, hal

ini sesuai dengan kriteria tujuan seperti yang ditetapkan pada rencana keperawatan.

b. Diagnosa Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, hal ini sesuai dengan kriteria tujuan seperti pada rencana

keperawatan.

c. Diagnosa keperawatan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi sebagian setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, yang mana dalam rencana keperawatan penulis

merumuskan tujuan keperawatan 3x24 jam, hal ini tidak sesuai dengan kriteria tujuan seperti yang

ditetapkan pada rencana keperawatan.

d. Diagnosa Kecemasa teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, hal ini sesuai dengan

kriteria tujuan seperti pada rencana keperawatan.


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis DHF yang

dilaksanakan di Puskesmas Ampenan penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan.

Dari uraian yang sudah dikemukakan oleh penulis mulai dari BAB 1 sampai BAB 4 sesuai dengan

tahap-tahap proses keperawatan meliputi : Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Perencanaan,

Pelaksanaan dan evaluasi sebagaimana uraian berikut :

5.1.1 Pengkajian.

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

keseluruhan. Dimana dalam Tahap ini penulis melakukan pengkajian pada klien yang dapat

dilaksanakan dengan baik sehingga didapat data- data yang mampu menunjang munculnya suatu

masalah. Hasil pengkajian yang didapat tidak jauh berbeda antara konsep teori dengan penerapan pada

praktik,

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan suatu proses perumusan masalah keperawatan yang dapat

timbul berdasarkan data yang diperoleh dari proses pengkajian,yang penentuannya ditetapkan

berdararkan prioritas masalah yang paling mengancam dan paling dirasakan oleh klien, dan didalam

diagnosa keperawatan penulis tidak banyak mengalami kesulitan karena diagnosa yang dijumpai dikasus

hampir sama dengan yang ada dikonsep teori

5.1.3 Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana dalam tahap ini

penulis menetapkan prioritas masalah, merumuskan tujuan keperawatan, menetapkan kriteria

hasil,menentukan rencana tindakan dan rasionalisasinya, dan dalam perencanaan penulis membuat

rencana sesuai dengan masalah yang dihadapi klien, dan rencana yang disusun dalam tinjauan kasus

dapat dilaksanakan semua.

5.1.4 Pelaksanaan

Merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan yang di laksanakan penulis untuk

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam

rencana keperawatan. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan penulis melakukan sesuai dengan

rencana yang telah disusun. Pelaksanaan dalam tinjauan teori maupun tinjauan kasus, penulis buat

dalam bentuk tabel catatan keperawatan dan sebagian besar tindakan keperawatan yang dilakukan

mengacu pada rencana keperawatan seperti yang dijelaskan pada tinjauan kasus.

5.1.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dimana penulis membandingkan respon hasil setelah dilakukan

tindakan dengan tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan untuk mengetahui apakah masalah klien

teratasi atau belum yang disesuaikan dengan kriteria waktu pada rencana, dan tujuan yang telah

ditetapkan, Dengan harapan semua masalah pada klien dapat diatasi.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang dikemukakan diatas penulis mengemukakan beberapa saran sebagai

berikut :

5.2.1 Bagi Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan

a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pemberian asuhan keperawatan pada klien

dengan diagnosa medis DHF.

b. Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal.

c. Dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga

dapat mencegah timbulnya penyakit DHF.


5.2.2 Bagi Instansi Pendidikan

Menjadi suatu sumber untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta melengkapi referensi

keilmuan di bidang keperawatan.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Dengan adanya Penelitian ini masyarakat dapat mengenali gejala efusi pleura lebih dini sehingga

untuk penatalaksanaannya di rumah sakit juga lebih mudah.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2006.. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC.

Dongoes E.M, 2000, Rencana Asuhan Keperawata. Edisi 3. Jakarta : EGC

Effendy, Christianti. 2007. Perawatan Pasien DHF. Volume 3. (terjemahan). Jakarta: EGC

Hidayat,A. Aziz, Alimul. 2007. Tindakan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,


(terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Junaidi. 2007. Diagnosis Terapi Pasien DHF. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

M. Noer,dkk. 1999, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2006. Kapita Slekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius

Anda mungkin juga menyukai