Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
1.1.1.1. Keadaan Geografis
a. Letak Wilayah
Kecamatan Cempaka Putih adalah salah satu kecamatan yang
berada di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, terdiri dari Kelurahan
Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan Rawasari.
b. Batas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
1. Sebelah Utara : Jl. Let. Jendral Suprapto (berbatasan dengan
Kecamatan Kemayoran)
2. Sebelah Barat : Rel Kereta Api Stasiun Kramat, Jl. Mardani,
Jl.Percetakan Negara (berbatasan dengan Kecamatan Johar Baru)
3. Sebelah Selatan : Jl. Pramuka Raya (berbatasan dengan Kecamatan
Matraman)
4. Sebelah Timur : Jl. Jendral A. Yani (berbatasan dengan Kecamatan
Pulo Gadung)

Gambar 1.1 Peta Kecamatan Cempaka Putih


Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014
c. Luas Wilayah
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
Kelurahan Luas Wilayah Jumlah RW Jumlah RT
(Ha)
Cempaka Putih Barat 121.87 Ha 13 151
Cempaka Putih Timur 222.06 Ha 8 106
Rawasari 124.75 Ha 9 109
Jumlah 468.68 Ha 30 366
(Sumber : Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB I, CPB II, CPT dan Rawasari)

Dilihat dari data pada tabel di atas Cempaka Putih Timur memiliki
wilayah sekitar 222.06 Ha dan merupakan wilayah terluas dibandingkan dengan
Cempaka Putih Barat dan Rawasari.

1.1.1.2. Keadaan Demografi


Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Cempaka Putih sampai akhir bulan
Desember 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cempaka Putih


Jumlah Penduduk
No. Kelurahan WNI WNA Jumlah
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 Cempaka Putih Barat 20.402 19.935 21 10 40.368
2 Cempaka Putih Timur 14.151 13.948 19 17 28.135
3 Rawasari 13.418 13.235 7 8 26.668
Jumlah 47.971 47.118 47 35 95.171
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB, CPT dan Rawasari)

Jumlah penduduk di Kelurahan Cempaka Putih Barat merupakan yang


tertinggi dibandingkan dengan Kelurahan Cempaka Putih Timur dan
Kelurahan Rawasari. Disusul oleh Kelurahan Cempaka Putih Timur dengan
28.135 penduduk dan Kelurahan Rawasari sebesar 26.668 penduduk.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Alamiah dan Mobilitas Penduduk
No Kelurahan Lahir Mati Pindah Datang
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
1 Cempaka Putih Barat 89 82 7 4 127 132 168 220
2 Cempaka Putih Timur 12 14 4 4 38 40 24 14
3 Rawasari 131 136 95 61 350 324 255 273
Jumlah 232 232 106 69 515 496 447 507
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB, CPT dan Rawasari)

Dari data di atas bahwa didapatkan data terbanyak pada kasus


perpindahan didapat pada Kelurahan Rawasari dan data kedatangan didapat
pada Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Tabel 1.4 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


No Jenis Pendidikan Kelurahan Jumlah
CPB CPT Rawasari Penduduk
1 Tidak Sekolah - 385 1.090 1.475
2 Tidak Tamat SD 158 4.388 523 5.069
3 Tamat SD/Sederajat 2.170 4.933 1.076 8.179
4 Tamat SLTP/Sederajat 2.809 7.558 1.945 12.312
5 Tamat SMU/Sederajat 19.103 6.886 759 26.748
6 Tamat Universitas/PT 3.410 1.963 158 5.531
Jumlah 27.650 26.113 5.551 59.314
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB, CPT dan Rawasari)

Menurut data di atas mayoritas penduduk di Kelurahan Rawasari


memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah di bandingkan dengan
Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Timur. Di lihat berdasarkan jumlah
penduduk di Kelurahan Rawasari yang tidak sekolah sebesar 1.090 dan yang
tamat Universitas/PT hanya sebesar 158 orang. Sedangkan Kelurahan
Cempaka Putih Barat merupakan Kelurahan yang lebih baik tingkat pendidikan
pada penduduknya dilihat dari tidak adanya penduduk yang tidak sekolah dan
jumlah penduduk yang tamat universitas/PT sebesar 3.410.
Tabel 1.5 Gambaran Penduduk Menurut Agama
No Kelurahan Jumlah Agama
Penduduk Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1 Cempaka Putih Barat 35.490 32.971 1.225 1.089 111 94
2 Cempaka Putih 25.335 14.555 4.762 3.111 1.667 1.240
Timur
3 Rawasari 16.164 14.585 323 1.169 116 7
Jumlah 76.989 62.111 6.310 5.369 1.894 1.341
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB,CPT dan Rawasari)

Agama Islam merupakan agama terbanyak dari ketiga Kelurahan. Hal


tersebut dilihat dari jumlah penduduk yang memeluk agama Islam sebesar
62.111 penduduk.

Tabel 1.6 Gambaran Penduduk Menurut Tenaga Kerja


No Jenis Kelurahan Jumlah
Pencaharian CPB CPT Rawasari Penduduk
1 Karyawan 6.099 6.294 3.312 15.705
2 Pedagang 9.156 2.915 398 12.469
3 Pegawai 2.567 4.891 2.389 9.856
Negeri Sipil
4 TNI/Polri 1.710 41 25 1.776
5 Pensiunan 3.385 2.954 881 7.220
TNI/Polri/PNS
6 Pertukangan 73 1.149 21 1.243
7 Lain-lain 111 6.323 3.407 9.841
Jumlah 23.110 24.567 10.433 58.110
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor
Lurah
CPB,CPT dan Rawasari)

Dari data di atas, terlihat penduduk di Kecamatan Cempaka Putih paling


banyak bekerja sebagai karyawan dengan total 15.705 penduduk.

1.1.1.3. Fasilitas Umum


Tabel 1.7 Jumlah Rumah Menurut Jenis Bangunan
No Jenis Bangunan Kelurahan Jumlah
CPB CPT Rawasari
1 Rumah Permanen 3.570 2.700 1.529 7.799
2 Rumah Semi Permanen 1.003 4.205 982 6.190
3 Rumah Biasa 1.500 807 775 3.082
4 Rusun Apartemen 1 - 1 2

Tabel 1.7 Jumlah Rumah Menurut Jenis Bangunan (lanjutan)


No Jenis Bangunan Kelurahan Jumlah
CPB CPT Rawasari
5 Rumah Susun - - - -
Jumlah 6.074 7.712 3.287 17.073
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB,CPT dan Rawasari)

Mayoritas penduduk di Kecamatan Cempaka Putih bertempat tinggal di


rumah yang permanen dan semi-permanen berdasarkan jumlah masing-masing
yaitu 7.799 dan 6.190. Di daerah Cempaka Putih Barat menyumbangkan nilai
terbesar dari rumah permanen sebesar 3.570 dibandingkan dengan wilayah
yang lain. Untuk Cempaka Putih Timur mayoritas penduduknya masih
bertempat tinggal pada rumah yang semi-permanen.

Tabel 1.8 Sarana Tempat Ibadah


No Kelurahan Tempat Ibadah
Musholla Masjid Majelis Gereja Wihara
Talim
1 Cempaka Putih Barat 13 14 27 2 -
2 Cempaka Putih Timur 4 14 29 4 -
3 Rawasari 16 10 26 - -
Jumlah 33 38 82 6 -
(Sumber: Laporan Tahunan Kantor Kecamatan Cempaka Putih dan Kantor Lurah
CPB, CPT dan Rawasari)

Dari data tabel diatas didapatkan terdapat banyak masjid dan majelis
talim yang didirikan disana yaitu sekitar 38 dan 82 tempat ibadah.
Tabel 1.9 Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kecamatan Cempaka Putih
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Rumah Sakit 3
2 Puskesmas 3
3 Pos Kesehatan 16
4 Balai Pengobatan 0
5 Apotik 3
6 Rumah/Toko Obat 0
7 Posyandu 16
8 Klinik KB 9
9 Karang Balita/Pos Penimbangan 9
10 PPKB 23
11 Panti Pijat 0
12 Laboratorium Klinik 2
13 Tenaga Medis
1. Dokter Umum 7
2. Dokter Anak 0
3. Dokter THT 0
4. Dokter Gigi 0
5. Dokter Kebidanan/kandungan 0
6. Dokter Kulit 0
7. Dokter Mata 0
8. Dokter Penyakit Dalam 0
9. Akupuntur 0
10. Shinse 0
11. Bidan Praktek 0
12. Dukun Bayi 1
13. Dokter Hewan 0
14. Dukun Sunat 0
14 Rumah Bersalin 2
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)

Dari data tabel di atas bahwa didapatkan fasilitas kesehatan di wilayah


Kecamatan Cempaka Putih terbanyak yaitu Pos Kesehatan sebanyak 16,
Posyandu sebanyak 16 dan PPKB sebanyak 23.

1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas


1.1.2.1 Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi
yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda
terdepan dan mempunyai misi sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian wilayah kecamatan,
mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara
dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut
untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan
tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private
goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap
puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang
dimiliki namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang
menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif yang meliputi promotif (peningkatan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah
sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah
maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan yaitu
terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi paradigma
sehat.
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang
sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif rehabilitative.
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi
investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership).
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi
otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.

1.1.2.2 Wilayah Kerja


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
walikota/bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000
50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah
penduduk 371.335 jiwa atau lebih merupakan puskesmas pembina yang
berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi.

1.1.2.3 Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
a. Promotif (peningkatan kesehatan)
b. Preventif (upaya pencegahan)
c. Kuratif (pengobatan)
d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

1.1.2.4 Visi Puskesmas


Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama,
yaitu:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk Kecamatan.

Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi


pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
Kecamatan setempat.

1.1.2.5 Misi Puskesmas


a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan, menuju kemandirian
hidup.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan
dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal
di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan
ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.

1.1.2.6 Strategi Puskesmas


a. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
b. Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan
masyarakat dan keluarga
c. Meningkatkan profesionalisme petugas
d. Mengembangkan kemandirian puskesmas sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

1.1.2.7 Fungsi Puskesmas


1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan
dan memantau progran kesehatan. Pemberadayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosisal budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan.
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Diagram1.1 Fungsi Puskesmas
(Sumber : Trihoho, 2005)

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,


puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan program kesehatan
perorangan dan program kesehatan masyarakat, yang bila ditinjau dalam sistem
kesehatan nasional, keduanya merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Program kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu program
kesehatan wajib dan program kesehatan pengembangan.

1.1.2.8 Upaya Kesehatan Wajib


Program yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan
global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Program kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap Puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia. Program kesehatan wajib Puskesmas adalah:
a. Program Promosi Kesehatan
b. Program Kesehatan Lingkungan
c. Program Kesehatan Ibu dan Anak
d. Program Keluarga Berencana
e. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
f. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
g. Program Pengobatan Dasar
Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib yang ditampilkan
dalam bentuk tabel, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.10 Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Program Kegiatan Indikator
Kesehatan Wajib
Promosi Promosi hidup bersih dan Tatanan sehat
Kesehatan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Kesehatan Penyehatan pemukiman Cakupan air bersih
Lingkungan Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Kesehatan Ibu dan ANC Cakupan K1, K4
Anak Pertolongan persalinan Cakupan linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan imunisasi, terdiri
dari :
HB0, BCG, Polio 1,
DPT/HB1, Polio 2,
DPT/HB2, Polio 3,
DPT/HB3, Polio 4,
Campak
Keluarga Pelayanan Keluarga Cakupan MKET
Berencana Berencana
Pengendalian Diare Cakupan kasus diare
Penyakit Menular ISPA Cakupan kasus ISPA
Malaria Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Gizi Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A /Fe / cap
yodium yodium
PSG % gizi kurang / buruk,
SKDN
Tabel 1.10 Indikator Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas (lanjutan)
Program Kegiatan Indikator
Kesehatan Wajib
Promosi Kesehatan % kadar gizi
Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang
ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
(Sumber : Trihono, 2005)

1.1.2.9 Upaya Kesehatan Pengembangan


Program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Program kesehatan pengembangan dipilih dari daftar program kesehatan pokok
puskesmas yang telah ada yakni :
a. Program Kesehatan Sekolah
b. Program Kesehatan Olahraga
c. Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Program Kesehatan Kerja
e. Program Kesehatan Gigi & Mulut
f. Program Kesehatan Jiwa
g. Program Kesehatan Mata
h. Program Kesehatan Usia Lanjut
i. Program Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pemilihan program kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh
puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan
masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan
apabila program kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal
dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan program kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Dalam keadaan tertentu program kesehatan pengembangan puskesmas
dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Penyelenggaraan program kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap program puskesmas, baik program
kesehatan wajib maupun program kesehatan pengembangan.

Tabel 1.11 Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya kesehatan Kegiatan Indikator
pengembangan
Upaya Kesehatan UKS/UKGS Jumlah Sekolah dg
Sekolah UKS/UKGS
% sekolah sehat

Upaya kesehatan olah Memasyarakatkan Jumlah kelompok senam


raga olah raga untuk Jumlah klub jantung sehat
kesehatan
Upaya perawatan Kunjungan rumah % keluarga rawan yang
kesehatan masyarakat konseling dikunjungi

Upaya kesehatan kerja Memasyarakatkan % pos UKK


masker (norma sehat Tingkat perkembangan pos
dalam bekerja) UKK

Upaya kesehatan gigi Poliklinik gigi Jumlah kasus gigi


dan mulut

Upaya kesehatan jiwa Konseling Jumlah kasus penyakit


jiwa

Upaya kesehatan mata Mencegah kebutaan Jml pend. katarak yg


dioperasi
Jml kelainan visus yang
dikoreksi

Upaya kesehatan usia Memasyarakatkan % Posyandu Usila


lanjut perilaku sehat di usia Tingkat perkembangan
lanjut Posyandu Usila

Usaha Membina pengobatan Jumlah sarasehan battra


pembinaanpengobatan tradisional yang Jumlah battra yang dibina
tradisional rasional
(Sumber : Trihono, 2005)
1.1.2.10 Azas Puskesmas
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas Pemberdayaan Masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain
a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa percontohan
Kesehatan Lingkungan (DPKL)
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Pokestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Program Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga
(TOGA),Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra)
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Program memadukan penyelengaraan berbagai program kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh : MTBS, UKS, Puskesmas
Keliling, Posyandu

b. Keterpaduan Lintas Sektor


Program memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program
dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatn dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain
1. UKS, Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
pendidikan & agama.
2. Promosi Kesehatan, keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.
3. Perbaikan Gizi, keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan
organisasi kemsyarakatan.
4. Kesehatan kerja, keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, tenaga kerja & dunia usaha.

4. Azas Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama. Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni
:
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan program kesehatan
perorangan dibedakan atas :
1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis
(contoh: operasi) dan lain-lain.
2. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
1. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.
2. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan
karena bencana alam.
3. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas
tidak mampu.
Gambar 1.2 Sistem Rujukan Puskesmas
(Sumber :Trihono, 2005)

1.1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih mulai beroperasi pada bulan Juli
1990 setelah terjadi pemisahan wilayah dengan Kecamatan Johar Baru. Pada
tahun 2010 mengalami rehab total. Pada tanggal 21 Januari 2014 Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih menempati gedung baru di Jl. Rawasari Selatan No 1
Kelurahan Cempaka Putih Timur Kecamatan Cempaka Putih sesuai dengan
instruksi Ka Sudinkes Jakarta Pusat. Menempati luas tanah 1.350 m2 dengan
bangunan empat setengah lantai memiliki Unit Rawat Inap Umum dan Rumah
bersalin. Rawat inap Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih diresmikan tanggal
15 April 2014, dengan memiliki 18 kasur, rumah bersalin 14 kasur dan UGD 5
kasur.
Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih membawahi 3 Puskesmas
Kelurahan yaitu Kelurahan Cempaka Putih Barat, Cempaka Putih Timur dan
Rawasari.
Sejak bulan Maret 2001 Puskesmas ini ditetapkan sebagai Puskesmas
Swadana, kemudian tahun ini ditetapkan juga oleh Gubernur DKI Jakarta bahwa
setiap Puskesmas Kecamatan harus membuka Unit Puskesmas Siaga 24 jam.
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta nomor
2086/2006 tanggal 28 Desember 2006 tentang penetapan 44 Puskesmas
Kecamatan sebagai Unit Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta yang
menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara
bertahap. Maka Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih sejak tahun 2007
menjalankan keputusan tersebut.

Gambar 1.3 Skema Puskesmas di wilayah Kecamatan Cempaka Putih


Keterangan : Puskesmas Kecamatan
: Puskesmas Kelurahan
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)

1.1.3.1 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
Dengan surat keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No 15 Tahun 2001 tentang uji coba Puskesmas Kecamatan di Daerah
Khusus Ibukota DKI Jakarta sebagai unit swadana daerah maka Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih resmi menjadi Puskesmas Unit Swadana
Kecamatan Cempaka Putih terhitung mulai tanggal 14 Februari 2001.
Puskesmas Unit Swadana merupakan Puskesmas yang diberi wewenang
mengelola sendiri penerimaan fungsionalnya untuk keperluan operasional secara
langsung dan mengoptimalkan mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
A. Visi Puskesmas adalah menjadikan Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih
sebagai Puskesmas pilihan dengan layanan Prima, Berkualitas dan
terpercaya guna terwujudnya masyarakat sehat seutuhnya di wilayah
Jakarta Pusat.
B. Misi Puskesmas sebagai berikut :
1. Meningkatkan profesionalitas SDM melalui peningkatan kemampuan
mengatur dan pelatihan-pelatihan sesuai kompetisi.
2. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana dalam
mencapai layanan prima.
3. Mengetahui dan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Petugas mampu melaksanakan pelayanan prima dengan penuh tanggung
jawab dan etika
5. Melaksanakan pelayanan prima melaluli program-program dan layanan
unggulan.
C. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih adalah memberikan
pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada peningkatan
kepuasan pelanggan melalui pemenuhan persyaratan pelanggan serta
peraturan terkait.
D. Tujuan Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
2. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif
3. Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
4. Memperbanyak ragam pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif
5. Mengembangkan proses Perencanaan (P1), Pengorganisasian dan
Pelaksanaan (P2), Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) dan
pelayanan kesehatan
6. Mengembangkan pengorganisasian pelayanan kesehatan
7. Mengembangkan sistem pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan
8. Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelayanan
kesehatan
9. Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknis petugas medis dan
paramedik
10. Meningkatkan kemampuan teknis petugas-petugas non medis
11. Mensosialisasikan paradigma baru

1.1.3.2 Tugas Pokok


Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknik Dinas
Kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan,
pengendalian, Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan,
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya.

1.1.3.3 Fungsi Puskesmas


1. Puskesmas Kecamatan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan,
pengendalian Puskesmas Kelurahan, pengembangan upaya kesehatan dan
pendidikan di wilayah kerjanya
2. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian terhadap pengelolaan
dan pelayanan Puskesmas Kelurahan
3. Memberikan pelayanan kesehatan klinis meliputi: loket, rekam medis,
klinik umum, ibu anak, KB, gigi, spesialis, konsultasi remaja, gizi,
geriatri, klinik 24 jam, persalinan
4. Rawat inap, laboratorium klinik, apotek, farmasi komunikasi, radiologi,
optik, serta klinik lainnya sesuai kebutuhan
5. Mengkoordinasi temu lintas batas, lintas sektoral dalam penanggulangan
masalah kesehatan.
6. Mengkoordinasikan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
meliputi Kader Kesehatan, Posyandu, Karang wredha dan lain-lain.

1.1.3.4 Sarana dan Prasarana


a. Gedung Puskesmas di Kecamatan Cempaka Putih
Tabel 1.12 Uraian Gedung Puskesmas di Kecamatan Cempaka Putih
Uraian Kecamatan Kelurahan Kelurahan Kelurahan
Cempaka Cempaka Cempaka Rawasari
Putih Putih Barat I Putih Barat
II
Luas Tanah (m2) 1.350 621 138 287
Luas Bangunan (m2) 3.499 855 284 195,98
4,5 lantai 3 lantai 2 lantai 1 lantai
Pembangunan Gedung Renovasi total 2011 Renovasi 1977
tahun 2010 tahun 2006
Atap Genteng Genteng Genteng Genteng
Plafon Gypsum Gypsum Gypsum Eternit
Dinding Tembok Tembok Tembok Tembok
Lantai Keramik Keramik Keramik Keramik
Pagar Besi Besi Stainless Besi
WC 31 7 6 2
Listrik (watt) 161.000 23.000 16.500 3.500
Telepon Ada Ada Ada Ada
Internet Ada Ada Ada Ada
Air PAM Pump PAM Pump
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)

b. Alat transportasi
1. Lima buah sepeda motor di Puskesmas Kecamatan
2. Pada awal tahun 2004 menerima satu unit Mobil Ambulance Mitsubishi
L 300 untuk operasional Puskesmas
3. Tahun 2005 menerima satu Unit Mobil Dinas Suzuki APV untuk
Operasional Puskesmas
4. Tahun 2014 menerima satu Unit Mobil Ambulance KIA Travelo untuk
Operasional Puskesmas
c. Alat medis dan non medis
1. Alat Rontgen diruangan khusus
2. Peralatan Laboratorium lengkap
3. Alat pemeriksaan khusus untuk kasus THT sudah dioprasikan
4. Alat audiometri untuk sementara belum bisa dioperasikan
5. Alat pemeriksaan empat unit EKG
6. Enam Dental unit di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, dan masing-
masing 1 unit di Puskesmas Kelurahan. (dari 6 Dental Unit Puskesmas
Kecamatan Cempaka Putih, karena keterbatasan hanya bisa
dioperasionalkan 5 Dental Unit)
7. Satu Unit alat USG belum bisa dioperasikan karena belum ada SDM yang
memadai
8. Obat-obatan. (perncanaan obat-obatan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing Puskesmas dengan melihat jumlah kunjungan pada tahun
sebelumnya).

Gambar 1.4 Denah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


(Sumber : Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih)
1.1.3.5 Sumber Daya Manusia
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas wilayah Kecamatan
Cempaka Putih Periode Januari Desember 2014 berjumlah 88 orang, dengan
perincian:

Tabel 1.13 Ketenagaan di Puskesmas Se-kecamatan Cempaka Putih Tenaga PNS


Tenaga Kesehatan
PUSKESMAS
PENDIDIKAN Kec. Kel. Kel. Rawasari Jumlah
Cemput CPB CPT
1
S2
Kesmas 0 0 0 0 0
Spesialis 1 0 0 0 1
Dokter 6 0 1 1 8
Umum
Dokter gigi 3 1 1 1 6
S1 Perawat 4 0 2 0 6
Apoteker 1 0 0 0 1
TENAGA KESEHATAN

SKM 1 0 0 0 1
D 4 Kebidanan 0 0 0 0 0
Perawat 12 1 0 0 13
Kebidanan 3 2 2 2 9
Radiologi 2 0 0 0 2
D 3 Akfis 1 0 0 0 1
Gizi 2 0 0 0 2
Kesling 1 0 0 0 1
Farmasi 0 0 0 0 0
Analis 1 0 0 0 1
Kesehatan
Rekam 0 0 0 0 0
Medis
D1 Gizi 2 0 0 0 2
D1 Kesling 0 0 0 0 0
Lain- D1 Bidan 2 0 0 0 2
lain SPK 1 0 0 0 1
SAA 0 0 0 1 1
SPRG 2 0 0 0 2
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)
Tenaga Non Kesehatan
PENDIDIKAN PUSKESMAS Jumlah
Kec. Kel. Kel. Kel.
Cemput CPB1 CPB2 Rawasari
Analis
1 0 0 0 1
Kesehatan
Non SPAG 0 0 0 0 0
Kesehatan Pek. Kes 1 1 0 0 2
S 1 Adm 1 0 0 0 1
D 3 Komputer 0 0 0 0 0
Lain- SLTA 3 0 0 0 3
lain SLTP 0 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
JUMLAH 51 5 6 5 67
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)

Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak


PUSKESMAS
PENDIDIKAN Jumla
h
Kec. Kel. Kel. Rawasar
Cempu CPB CPB i
t 1 2
S2 Kesmas 0 0 0 0 0
Spesialis 0 0 0 0 0
Dokter 4 1 0 0 5
S1 Dokter 1 0 0 0 1
gigi
Perawat 0 0 0 0 0
Apoteker 2 0 0 0 2
SKM 0 0 0 0 0
D4 Kebidana 0 0 0 0 0
n
TENAGA Perawat 4 0 0 1 5
KESEHATA Kebidana 8 0 0 0 8
N n
D3 Radiologi 0 0 0 0 0
Akfis 0 0 0 0 0
Gizi 0 0 0 0 0
Kesling 0 0 0 0 0
Farmasi 0 1 0 0 1
Rekam 1 0 0 0 1
medik
Analis 1 0 0 0 1
Kesh
Lain D1 Gizi 0 0 0 0 0
- D1 0 0 0 0 0
lain Kesling
D1 Bidan 0 0 0 0 0

Tenaga PTT/ Honorer/ Kontrak (lanjutan)


PUSKESMAS
PENDIDIKAN Jumla
h
Kec. Kel. Kel. Rawasar
TENAGA KESEHATAN

Cempu CPB CPB i


t 1 2
Lain SPK 0 0 0 0 0
- lain
SPRG 0 0 0 0 0
SAA 3 0 1 0 4
Analish 0 0 0 0 0
Kesh
SPAG 0 0 0 0 0
Pek Kes 0 0 0 0 0
S1 Adm 4 0 1 0 5
NON D3 Kompute 2 0 0 0 2
KESEHATA r
N Lain SLTA 7 1 0 1 9
- lain
SLTP 0 0 0 0 0
SD 0 0 0 0 0
JUMLAH 37 3 2 2 44
(Sumber: Arsip Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih 2014)

1.1.3.6 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih


Stuktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih tahun 2010,
terdiri atas Kepala Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih yang dibantu oleh
Tata Usaha, bagian Mutu, seksi Kesehatan Masyarakat, seksi Pelayanan
Kesehatan dan bertanggung jawab terhadap Puskesmas Kelurahan Cempaka
Putih Barat 1, Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat 2, dan Puskesmas
Kelurahan Rawasari. Seksi kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap
bagian P2M, PTM, Gizi/PSM, Jiwa/NAPZA, Kesehatan Lingkungan dan
Pomosi Kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab terhadap
pelayanan dasar yang membawahi BPU, BPG, KIA/KB, Jamsostek, MTBS,
Tindakan, Laboratorium, Rontgen, Loket, apotik selain itu seksi pelayanan
kesehatan membawahi Gadar, Gakin, dan RB (Ruang Bersalin).
Kepala
Puskesmas
Kecamatan

Sub Bagian TU

Koordinator Koordinator Puskesmas


Pelayanan Penunjang Kelurahan

Satuan Pelayanan Satuan Pelayanan


Kesehatan Penunjang

Subkelompok
Jabatan
Fungsional

Diagram 1.2 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih

(Sumber : Arsip Profil Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih)

1.2 Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2)


Dari tujuh program kesehatan dasar di puskesmas, akan dibahas mengenai
satu program yang ada di Puskesmas Cempaka Putih, yaitu program
Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) yang termasuk di dalam
program P2M. Upaya pengendalian penyakit menular lebih ditekankan pada
pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara
dini, yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan
penderita.

Kebijakan penanggulangan penyakit menular khususnya dalam


penanggulangan wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu
UU No. 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No.
40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut
pada intinya mengatur :
1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah.
2. Upaya penanggulangan.
3. Peran serta masyarakat.
4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit.
5. Ganti rugi dan penghargaan.
6. Pembiayaan penanggulangan wabah.
7. Pelaporan.
Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas dan
jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah Indonesia
adalah demam berdarah, malaria, filariasis, leptospirosis dan rabies.
Tingkat endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (fisik, sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan
Cempaka Putih dengan karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang
berbeda, memiliki endemisitas penyakit menular yang berbeda.

1.1.1.1. Leptospirosis
Kegiatan yang dilakukan :
1. Surveilans
a. Surveilans penyakit
b. Surveilans vektor
c. Surveilans faktor risiko
2. Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini
3. Pengendalian faktor risiko
4. Partisipasi masyarakat
Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probabe ataupun
confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan Epidemiologi
lingkungan dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius
200 meter dari rumah penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan
komplikasi.
Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang
sama maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan
menggunakan formulir laporan W1 dan kasus tambahan selanjutnya
dilaporkan dengan W2. Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus
dan lingkungan serta dilakukan pengambilan spesimen terhadap penderita
dan hewan tersangka sekitar lokasi dengan bantuan tim kota/ kab
administrasi provinsi dan pusat. Pencegahan :
1. Kebersihan perorangan dan lingkungan
2. Penggunaan APD (alat pelindung diri)
3. Pengendalian vektor (tikus dan insektivora)
4. Vaksinasi hewan kesayangan dan hewan ternak dinas kelautan dan
pertanian
Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan kasus penyakit
leptospirosis pada bulan Januari Mei 2015

1.1.1.2. Rabies
Berdasarkan SK Mentri Pertanian No: 566/kpts/PD.640/10/2004
Provinsi DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk
mempertahankan telah dibentuk Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas
Penyakit Rabies dan Penyakit Menular Hewan Linnya di Provinsi DKI
Jakarta. Sesuai Surat Keputusan Gubernur No: 2070/2005 tanggal 25
Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI Jakarta telah bebas Rabies, tetapi
tetap merupakan daerah yang terancam penularan Rabies, karena beberapa
Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah dinyatakan bebas, ditemukan
kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun manusia. Demikian pula
masih ada Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI
Jakarta selain yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang
pengawasan hewan rentan Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan,
juga melakukan :
1. Surveilans dan Intervensi ketat, antara lain :
a. Tahapan Hewan : Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang
dilaksanakan oleh jajaran Dinas Perternakan, perikanan dan
kelautan. Pada Kecamatan Cempaka Putih diadakan pelayanan
malam hari untuk vaksinasi gratis setiap tiga bulan sekali.
b. Tahapan manusia
- Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK
lainnya, sambil melaporkan hewannya ke pemilik/Sudin
Pertenakan untuk dipantau dan diumpan balikkan apakah
termasuk hewan penular rabies/ HPR (hilang, mati, terjangkit
atau tidaknya akan rabies)
- Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment
center
- Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai
ruang isolasi.
2. Adapun langkah-langkah yang dilakukan apabila ada kasus gigitan
HPR :
- Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir
selama kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting
karena virus rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita
gigitan ataun keluarga sudah dicuci pencucuan luka harus tetap
dilakukan atau diulangi.
- Kemudian dapat diberikan antara lain : Alkohol 40 %, 70%,
betadin, iodium tincture, larutan yang mengandung amonium
kuartener
3. Luka gigitan tidak boleh dijahit, apabila harus dijahit maka jahitan
yang dilakukan adalah jahitan situasi
4. Luka gigitan dibedakan: Resiko rendah yaitu : badan dan kaki cukup di
puskesmas atau UPK lainnya, resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu
keatas atau muka multipel harus dirujuk ke rabies treatment center.
5. Apabila HPR diketahui pemiliknya, agara keluarga korban gigitan
berkoordinasi dengan pemilik HPR untuk mengghubungi slaha satu
yaitu :
- Penilik/ sudin peternakan setempat
- Balai kesehatan hewan dan ikan, jalan harsono RM no 28 ragunan,
telp 7805447 agar HPR dapat diobservasi.
6. Apabila HPR yang menggigit tidak diketahui pemiliknya/ liar, kasus
gigitan dirujukan ke rabies treatment center yang ada di :
a. RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai Raya, Jakarta Utara, telp
6506559, 64011412
b. RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7 Jakarta Pusat telp 3842938
7. Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin
(verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan
di regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian
hari ke 7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.
Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan penyakit rabies pada periode
Januari Mei 2015.

1.1.1.3. Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat
malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian,
menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan
kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria. Pemberantasan malaria
haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya seperti: manusia,
parasit malaria, vektor dan lingkungannya. Pemberantasan malaria harus
ditujukan untuk memutus penularan penyakit malaria, dengan sasaran
antara lain :
1. Penemuan penderita
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus
penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan
dengan penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case
Detection) dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi
rumah secara teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD=Passive
Case Detection) yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan
kesehatan (puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang
menunjukkan gejala klinis malaria.
2. Pengobatan penderita
Kegiatan pengobatan penderita antara lain :
1. Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria
berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.
2. Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria
berdasarkan diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium
sediaan darah.
3. Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan
massal pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di
daerah tersebut yang diobati.
4. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga
transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria (Depkes RI,
2000).
3. Pemberantasan vektor
Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan
rumah menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa,
membunuh jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan
menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk
mengurangi jumlah nyamuk (Depkes RI, 2000).
Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan penyakit malaria pada
periode Januari-Mei 2015.

1.1.1.4. Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit
yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan
menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di
dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki
gajah di lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Tenggara.
Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas
nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 20042009. Tujuan
umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan
tujuan khusus program adalah (a) menurunnya angka mikrofilaria
(microfilaria rate) menjadi 0% di setiap Kabupaten/Kota, (b) mencegah
dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi
Global Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup
pemutusan rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah
endemis filariasis dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan
dengan albendazole sekali setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah
dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis,
baik kasus akut maupun kasus kronis.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama
program eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai
tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
Menetapkan tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat
kabupaten/kota.
b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi
sumber daya kabupaten/kota.
c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta
kerjasama lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi
filariasis di puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan
kasus klinis kronis filariasis di daerahnya.
g. Membentuk KOMDA POMP filariasis.
h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP
filariasis.
i. Mengalokasikan anggaran dan melaksanakan pengobatan selektif,
penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus
klinis filariasis.
j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai
pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota.
Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit)
penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan
wilayah terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk
penentuan endemisitas maupun pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah
kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka kegiatan POMP filariasis
harus segera dilaksanakan.
Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional
eliminasi filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu
dengan cara POMP filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota
tersebut kecuali anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang
sedang sakit berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan
balita dengan marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.
Di Kecamatan Cempaka Putih tidak ditemukan kasus penyakit
filariasis pada periode Januari Mei 2015.

1.1.1.5. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Program P2B2 yang berjalan di puskesmas Kecamatan Cempaka
Putih adalah pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah
dengue (DBD). Kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit
demam berdarah meliputi :
1. Penyuluhan
2. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Tujuan: Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN
DBD 30 menit sekali seminggu secara Serentak Di Prop. DKI
Jakarta dgn memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik
Berkala/PJB) dan dikaitkan dgn kejadian Kasus DBD di RW
Sasaran: Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling
Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan & pelaporan, senter,
gayung dan larvacid.
Indikator :
Jumlah rumah diperiksa (-) jentik
Angka Bebas Jentik 95% = 100%
Jumlah tot al rumah diperiksa
Pemeriksaan jentik berkala adalah suatu usaha yang dilakukan
dalam rangka mengendalikan perkembangan vektor penularan
penyakit demam berdarah yaitu nyamuk Aedes aegypti tertutama pada
siklus nyamuk saat berupa jentik nyamuk.Pemeriksaan ini dilakukan
oleh dua pihak yaitu kader-kader kesehatan atau yang sering disebut
dengan juru pemantau jentik (JUMANTIK) yang merupakan warga di
RT dalam wilayah Kecamatan Cempaka Putih dan oleh non
JUMANTIK yaitu petugas kesehatan dari puskesmas Kecamatan
Cempaka Putih. Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan setiap hari
Jumat.
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh JUMANTIK adalah :
1) Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK .
2) Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total
coverage.
3) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk
di setiap rumah/bangunan berdasarkan tujuh tatanan.
4) Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Kantor
Kelurahan.
5) Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan
bulanan ke Sudin Kesmas.
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh NON JUMANTIK adalah
:
1) Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan .
2) Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah
rumah/bangunannya masing-masing .
3) Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksaan jentik dan per RW.
3. Penyelidikan epidemiologi (PE)
Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian penderia
DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk
penularan DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan
sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-
kurangnya 100 meter.
Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas
maka akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.

4. Fogging Fokus DBD kasus (+)


Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+) , kegiatan yang dilakukan
adalah :
1) Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2x24 Jam .
2) Radius Pengasapan 200 meter .
3) Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari .

Jumlah Fogging Jumlah


HASIL PE Keadaan Penderita
Fokus Penderit
a hasil
NO BULAN Tidak Jumlah
Posi Nega Bukan Siklus Siklus PE (+)
Ditem Sembuh Meninggal
tif tif DBD I II dan PE
ukan
(-)
1 Januari 3 2 5 3 13 3 3 5 13 0
2 Februari 4 2 3 4 13 4 4 6 13 0
3 Maret 2 7 7 11 27 9 9 9 27 0
4 April 1 10 4 5 20 1 1 11 20 0
5 Mei 3 8 1 7 19 3 3 19 19 0

Data Penderita DBD Perkelurahan Wilayah Kecamatan Cempaka Putih

No Puskesmas Jumlah Jumlah Penderita Target IR per CFR IR


Penduduk Hidup Meninggal 100.000 (Case Fatality
(a) (b) (c) penduduk Rate) (%)
[c/(b+c)]x100%
1 Kelurahan 40.368 28 0 < 50 0 69,36
Cempaka
Putih Barat
2 Kelurahan 28.135 46 0 <50 0 163,497
Cempaka
Putih
Timur
3 Kelurahan 26.668 18 0 <50 0 67,496
Rawasari
Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Tabel penderita DBD Perkelurahan Bulan April sampai dengan Mei 2015

No Kelurahan Jumlah Januari Februari Maret April Mei


Kasus
1 Cempaka 28 4 7 5 6 6
Putih Barat
Cempaka 46 7 4 19 6 10
Putih Timur
Rawasari 18 2 2 3 8 3
Total 92 13 13 27 20 19

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cempaka Putih


Rekapitulasi Data PE perkelurahan bulan Januri sampai dengan mei 2015 tahun
2015

No Kelurahan Sudah dilakukan PE Total Cakupan PE


Kasus terhadap kasus
PE PE(-) Bukan Tidak
DBD (a+b)/(e-c-
(+) DBD ditemukan
d)x100% dari
target 100%

1 Cempaka 7 8 7 6 28 100
Putih Barat
2 Cempaka 2 12 12 20 46 100
Putih
Timur

3 Rawasari 4 9 1 4 18 100

Total 13 29 20 30 92 100

Sumber: Bagian SurveillansPuskesmas Kecamatan Cempaka Putih

Rekapitulasi Data Foging focus perkelurahan bulan Januari sampai dengan Mei
tahun 2015

No KELURAHAN PE (+) Jumlah Jumlah Jumlah Cakupan Cakupan Fogging


Fogging Fogging Fogging Fogging Fokus siklus 2
(a)
Fokus Fokus terhadap siklus 1
Siklus 1 Siklus 2
(b) PE (b/a x (d/c x 100%)
(c) (d)
100%) dari dari Target 100%
Target 100%

1 Cempaka Putih 7 14 7 7 100 100


Barat

2 Cempaka Putih 2 4 2 2 100 100


Timur

3 Rawasari 4 8 4 4 100 100

Total 13 26 13 13 100 100

1.3.Identifikasi Masalah

Ditemukan beberapa masalah pada program P2B2 khususnya DBD:


Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat, Puskesmas Kelurahan Cempaka
Putih Timur, Puskesmas Kelurahan Rawasari,
1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 69,36/100.000 penduduk.
2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000 penduduk.
3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Rawasari pada bulan Januari-Mei 2015
sebesar 67,496/100.000 penduduk.

1.3 Rumusan Masalah

Setelah didapatkan identifikasi masalah dari salah satu program wajib di


Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih maka dipilih satu program yang menjadi
masalah, dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara
apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed),
selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah dari program
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 69,36/100.000 penduduk tidak mencapai target
yaitu <50 / 100.000 penduduk
2. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000 penduduk, tidak mencapai
target yaitu <50 / 100.000 penduduk
3. Incidence Rate DBD di Kelurahan Rawasari pada bulan Januari-Mei
2015 sebesar 67,496/100.000 penduduk tidak mencapai target yaitu <50 /
100.000 penduduk
BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1. Penetapan Prioritas Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan
apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua permasalahan yang timbul
harus dicarikan jalan keluarnya. Namun, karena keterbatasan sumber daya, dana,
dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus.
Untuk itu perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas Setelah pada tahap awal
merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah
yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada
secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang
cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat dari tujuh program
kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih. Karena keterbatasan
sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari semua masalah yang telah
dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu
dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara
menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan
mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan
dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria.
2. Memberikan bobot masalah.
3. Menentukan skoring tiap masalah.
Dari hasil diskusi maka kelompok kami memilih Scoring Technique yaitu
MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment) untuk menentukan prioritas masalah
karena kelebihan MCUA yaitu dapat memecahkan masalah dengan sempurna dan
lebih mudah dilaksanakan.
2.1.1. Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-
masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria
diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah yang ada
sehingga hasil yang didapat lebih objektif.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah.
Kriteria yang dipakai terdiri dari:
1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian.
2. Greatees member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.
3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan.
4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.
5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional.

2.1.2. Metode MCUA


Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam
kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai
berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun
angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
Misalnya masalah K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah
angka kematian ibu, dan lain sebagainya.
2. Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang
terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa
penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.
Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan
cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program
kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap
sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan
adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa
mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah
ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,
fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta
ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah
masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah
kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal
tersebut dapat dinilai dengan apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah
yang concern terhadap permasalahan tersebut, apakah ada lembaga atau
organisasi masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah
dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif.
Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan
digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu
dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot
yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang
mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai
lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting.
Bobot 4 : sangat penting sekali.
Bobot 3 : sangat penting.
Bobot 2 : penting.
Bobot 1 : cukup penting.

2.1.2.1. Emergency
Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan
Case Fatality Rate (CFR).

Tabel 2.1 Penentuan Score Emergency pada Incidence Rate


di wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih berdasarkan skala
No Skala () Score
1 0-0,9 1
2 1,0-1,9 2
3 2,0-2,9 3
4 3,0-3,9 4
5 4,0-4,9 5
6 5,0-5,9 6

Tabel 2.2 Penentuan Emergency Score


di wilayah Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
No Wilayah CFR (%) Score
1 Cempaka Putih Barat 0 1
2 Cempaka Putih Timur 0 1
3 Rawasari 0 1
Jumlah 0 1

2.1.2.2. Greatest Member


Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang
terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi.
Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar
score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member
No Range (per 100.000 penduduk) Score
1 0-40 1
2 41-80 2
3 81-120 3
4 121-160 4
5 161-200 5

Tabel 2.4 Daftar Masalah Greatest Member Score


di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
No Masalah Target IR Selisih Score
1 Incidence Rate Cempaka Putih <50 69,36 19,36 1
Barat
2 Incidence Rate Cempaka Putih <50 163,497 113,497 4
Timur
3 Incidence Rate Rawasari <50 67,496 17,496 1

2.1.2.3. Expanding Scope


Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu
permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan. Berapa banyak jumlah
penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Untuk keterpaduan lintas sektor diberikan nilai 10 karena masalah
pada suatu program memungkinkan untuk menimbulkan masalah pada
banyak sektor lainnya yang berhubungan langsung, sedangkan yang tidak
ada kaitan dengan sektor lain diberikan nilai 5.

Tabel 2.5 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Jumlah Penduduk


No Jumlah Penduduk Score

1 Jumlah penduduk > 20.000 10

2 Jumlah penduduk 20.000 5


Tabel 2.6 Penentuan Expanding Scope Score Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral
No Lintas Sektor Score

1 Tidak ada keterpaduan lintas sektor 5

2 Ada keterpaduan lintas sector 10

Tabel 2.7 Penentuan Expanding Scope Score di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode
Januari-Mei 2015
Lintas
Jumlah Penduduk Jumlah
No Daftar Masalah Sektor
20.000 >20.000

1 Incidence Rate DBD di Puskesmas 10 10 20


Kelurahan Cempaka Barat
2 Incidence Rate DBD di Puskesmas 10 10 20
Kelurahan Cempaka Timur
3 Incidence Rate DBD di Puskesmas 10 10 20
Kelurahan Rawasari

2.1.2.4. Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya,
kriteria ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter
kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu
masalah dapat diselesaikan meliputi :
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk,
maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin
besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan
di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang
menjadi sasaran program kesehatan di masing masing wilayah
Puskesmas. Katagori tenaga kerja dinilai berdasarkan ratio jumlah
tenaga kerja dengan jumlah penduduk semakin banyak jumlah tenaga
medis maka akan semakin ideal. Semakin sedikit jumlah tenaga medis,
semakin besar masalah yang dapat timbul.
Tabel 2.1 Penentuan Score Feasibility berdasarkan Rasio Tenaga Kerja
Puskesmas terhadap Jumlah Penduduk
No Range Score
1 1 : 1 1 : 1000 1
2 1 : 1001 1 : 2000 2
3 1 : 2001 1 : 3000 3
4 1 : 3001 1 : 4000 4
5 1 : 4001 1 : 5000 5
6 1 : 5001 1 : 6000 6
7 1 : 6001 1 : 7000 7
8 1 : 7001 1 : 8000 8
9 1 : 8001 1 : 9000 9
10 1 : 9001 1 : 10000 10

Tabel 2.8 Scoring Rasio tenaga medis P2B2 dengan jumlah penduduk
Jumlah tenaga Jumlah
No Kelurahan Perbandingan Score
kerja penduduk
1 Cempaka Putih 4 40.368 1:10000 10
Barat
2 Cempaka Putih 6 28.135 1:4689 4
Timur
3 Rawasari 5 26.668 1:5333 6

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang


dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan
suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang
dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu,
dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-
kegiatan tersebut. Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu
ketersediaan obat dan ketersediaan alat. Penilaian berdasarkan ada
dalam jumlah mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan
cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu
selalu tersedia dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia
dan diberi nilai dua.

Tabel 2.9 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan


Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
No Kategori Ketersediaan Score
1 Obat Tidak ada 2
Ada 1
2 Alat Tidak ada 2
Ada 1

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan


Puskesmas penilaian dibagi dua yaitu Ada dan tidak ada. Penilaian
berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala
Puskesmas tekait.

Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan


Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
No Dana Score
1 Ada 1
2 Tidak ada 2

Tabel 2.11 Penentuaan Score Feasibility Terhadap Kegiatan


di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
FASILITAS
No MASALAH SDM DANA JUMLAH
Obat Alat
1 Incidence Rate DBD di 1 1 1
Puskesmas Kelurahan
Cempaka Putih Barat
2 Incidence Rate DBD di 1 1 1
Puskesmas Kelurahan
Cempaka Putih Timur
3 Incidence Rate DBD di 1 1 1
Puskesmas Kelurahan
Rawasari

2.1.2.5. Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan
dari suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern
terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai
seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern
terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut
terpublikasi di berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media
cetak memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan
penyuluhan. Maka skor untuk Penyuluhan diberikan 1. Sedangkan untuk
iklan di media cetak diberikan nilai 3. Begitupun dengan media elektronik
yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media
cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media
elektronik diberikan nilai 5.

Tabel 2.12 Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan


Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
No. Parameter Score
1 Penyuluhan 1
2 Media Cetak 3
(Poster, Majalah, Koran)
3 Media Elektronik 5
(TV, radio, internet)

Tabel 2.13 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan


Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015
Iklan
Iklan Media
No Masalah Penyuluhan Media Jumlah
Elektronik
Cetak
1 Incidence Rate DBD di 1 3 5 9
Kelurahan Cempaka Putih
Barat
2 Incidence Rate DBD di 1 3 5 9
Kelurahan Cempaka Putih
Timur
3 Incidence Rate DBD di 1 3 5 9
Kelurahan Rawasari
Tabel 2.14 Penentuan Masalah Menurut Metode MCUA di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari-Mei 2015

MS-1 MS-2 MS-3


No Kriteria Bobot
N BN N BN N BN
1 Emergency 5 1 5 1 5 1 5
Greatest
2 4 1 4 4 16 1 4
Member
Expanding
3 3 20 60 20 60 20 60
Scope
4 Feasibility 2 10 20 4 8 6 12
5 Policy 1 9 9 9 9 9 9
JUMLAH 41 95 38 98 37 89
Keterangan :
1. MS-1: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat
2. MS-2: Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur
3. MS-3: Incidence Rate DBD di Kelurahan Rawasari
4. N: Score.
5. BN: Bobot x score.
2.2. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,
selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan
penyelesaian masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang
menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada
tahap ini, digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram
tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan
dibantu dengan data Puskesmas yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab
masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input yaitu
sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber daya sistem
adalah: (Azwar Azrul, 1996).
Man : Sumber daya manusia.
Money : Dana.
Material : Sarana.
Method : Cara.
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi output.
Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari:
1. Planning (perencanaan):
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi,
sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
2. Organizing (pengorganisasian):
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (penggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara
optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan
yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
jika terjadi penyimpangan.

68
Berdasarkan perhitungan tabel MCUA tiga masalah di atas diambil dua
sebagai prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena
keterbatasan sumber daya, tenaga, waktu dan dana, yaitu :
o Incidence Rate DBD di Puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat pada
bulan Januari-Mei 2015 sebesar 69,362/100.000, tidak mencapai target
yaitu <50/100.000.
o Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000, tidak mencapai target yaitu
<50/100.000.
2.3.1. Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat
Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat pada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 69.362 /100.000, tidak mencapai target yaitu
<50/100.000, dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab
masalah.
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah :
1. Kebijakan Puskesmas Kec. Cempaka Putih (man)
2. Jumlah Petugas terbatas (money)
3. Setiap kader memiliki alat pribadi untuk PSN (material)
4. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat
prosedur dijalani dengan baik (method)
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari process adalah:
1. Kader menganggap briefing yang dilakukan hanya menghabiskan waktu
(planning)
2. Masyarakat menganggap pekerjaan kader hanya membuang waktu dan
tidak ada penghargaan (organizing)
3. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)
4. Kurangnya jumlah SDM terkait kegiatan PSN baik di tingkat Kelurahan
maupun Kecamatan (controlling)
5. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat
(environment)
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab
masalah yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan
justifikasi:

69
1. Jumlah petugas terbatas (money)
2. Setiap kader memiliki alat pribadi untuk PSN (material)
3. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat
prosedur dijalani dengan baik (method)
4. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)

2.3.2 Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timur


Incidence Rate DBD di Kelurahan Cempaka Putih Timurpada bulan
Januari-Mei 2015 sebesar 163,497/100.000, tidak mencapai target yaitu
<50/100.000, dari diagram Fishbone ditemukan sembilan akar penyebab
masalah.
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari input adalah :
1. Banyaknya masyarakat yang bermata pencaharian pegawai (man)
2. Terbatasnya jumlah petugas di tingkat Kelurahan (money)
3. Kurangnya komunikasi antara petugas tingkat RW dan Kecamatan
(material)
4. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat
prosedur dijalani dengan baik (method)
Akar penyebab masalah yang ditemukan dari process adalah:
1. Kader menganggap briefing yang dilakukan hanya menghabiskan waktu
(planning)
2. Masyarakat menganggap pekerjaan kader hanya membuang waktu dan
tidak ada penghargaan (organizing)
3. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)
4. Kurangnya jumlah SDM terkait kegiatan PSN baik di tingkat Kelurahan
maupun Kecamatan (controlling)
5. Keterbatasan sumber daya yang ada untuk sosialisasi kepada masyarakat
(environment).
Dari sembilan akar penyebab masalah di atas dipilih empat akar penyebab
masalah yang paling dominan, yang didapatkan berdasarkan hasil diskusi dan
justifikasi:
1. Terbatasnya jumlah petugas di tingkat Kelurahan (money)

70
2. Kurangnya komunikasi antara petugas tingkat RW dan Kecamatan
(material)
3. Petugas menganggap dengan lisan saja sudah cukup untuk membuat
prosedur dijalani dengan baik (method)
4. Kader tidak menjadikan kegiatan PSN sebagai prioritas (actuating)

71
68
69
70
71
72

Anda mungkin juga menyukai