Anda di halaman 1dari 14

1. Tn. A, 37 tahun dibawa ke UGD Rs.

Raden Mataher setelah mengalami

kecelakaan lalu lintas saat mengendarai motornya. Lokasi kejadian

berjarak 2 jam dari IGD. Tn. A tidak memakai helm saat dibawa dan Tn.

A sempat pingsan >15 menit ketika sadar ia kembali mengeluh

kekepalanya terasa sakit dan muntah sebanyak 3 kali.Saat dilakukan

periksaan fisik ditemukan Tn.A membuka mata saat dirangsang nyeri dan

menunjukkan fleksi abnormal pada sisi kanan dan tidak dapat digerakkan

pada sisi kiri, respon verbal hanya berupa erangan. Bagaimana menilai

GCS dan interprestasinya?

a. Cedera kepala berat nilai GCS sama atau kurang dari 8 (3-8),

cedera kepala sedang memiliki nilai GCS 9-13 dan cedera kepala

ringan dengan nilai GCS 14-15

b. Cedera kepala berat nilai GCS sama atau kurang dari 8 (2-7), cedera

kepala sedang memiliki nilai GCS 7-12 dan cedera kepala ringan

dengan nilai GCS 13-16

c. Cedera kepala berat nilai GCS sama atau kurang dari 7 (2-6), cedera

kepala sedang memiliki nilai GCS 7-12 dan cedera kepala ringan

dengan nilai GCS 12-15

d. Cedera kepala berat nilai GCS sama atau kurang dari 9 (3-8), cedera

kepala sedang memiliki nilai GCS 8-12 dan cedera kepala ringan

dengan nilai GCS 12-15.

2. Ny S usia 50 thn hari sebelumnya pasien demam, kemudian dibawa

berobat ke dokter umum dan dikatakan ISK. 2 jam yang lalu pasien tiba-

tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi ngorok.
Sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak

ada kejang sebelumnya. Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit

Kasih Ibu pukul 00.15 WIB. Kemudian dari RS Y dirujuk ke IGD RSU X

pukul 13.00 WIB. TD: 80/50 mmHg, pernafasan: cheynes stokes, Nadi:

52x/menit, T : 37,8 C dan Tampak jejas dengan ukuran 5x10cm pada

parietal kanan, Pupil mengalami dilatasi ipsi lateral dan refleks cahaya

pada kedua pupil menurun.

a. Makna klinis dari tanda vital?

b. Makna klinis dari jejas, pupil, dan refleks cahaya?

Jawab :

a. TD: hipotensi, Nadi: bradikardi, T: febris, Pernafasan: Cheynes stokes

b. Jejas yang terjadi berhubungan dengan terjadinya perdarahan pada

epidural menekan (kompresi) pada n. okulomotorius dilatasi pupil

ipsi lateral dan refleks cahaya menurun. Hal ini menunjukkan adanya

tanda herniasi tentorium.

3. Pasien Tn. N, usia 61 tahun, yang berdomisili di Kalianda datang ke UGD

RS RSAM pada tanggal 6 Februari 2015 dengan keluhan penurunan

kesadaran. Pasien datang dengan keluhan tiba- tiba pingsan sejak 6 jam

SMRS. Keluhan terjadi ketika pasien berjalan menuju ruang karyawan

dari dapur kantor pada pukul 15.30 WIB tanggal 6 Februari 2015.

Sebelumnya pasien merasakan lemas tiba-tiba sehingga pasien pingsan

mengalami muntah menyembur sebanyak 3kali yang berisi makanan.

Keluhan tersebut disertai nyeri kepala seperti tertekan yang mengganggu


aktivitas dan semakin memberat. Bagaimana penatalaksanaan pada saat di

UGD? Apa makna klinis dari yang ditemukan pada pasien ini dan

bagaimana patofisiologinya?

Jawab:

Adanya tanda-tanda lucid interval dan terjadi peningkatan TIK

Patofisiologi

Pada saat trauma, terjadi robekan dan perdarahan dari a. meningea

media. Perdarahan kemudian berhenti oleh karena spasme pembuluh darah

dan pembentukan gumpalan darah. Beberapa jam kemudian terjadi

perdarahan ulang; penumpukan darah di ruang epidural ini akan

melepaskan duramater dari tulang tengkorak.

Pada waktu nyeri kepala menghebat dan kesadaran menurun, telah terjadi

kenaikan tekanan intrakranial yang kedua. Pada saat ini timbul gejala-

gejala distorsi otak.

Mekanismenya:

Nyeri Kepala dan muntah

Arteri Meningeal medial ruptur perdarahan hematoma epidural

menekan durameter melepasnya durameter dari basis cranii dan

hematoma bertambah dasar terjadi peningkatan TIK Nyeri

Kepala dan muntah

Pingsan

Peningkatan TIK kompresi pada siklus ateria formation retikularis di

medulla oblongata penurunan kesadaran pingsan


4. Ny. T usia 45 tahun pada hari senin mengalami kecelakaan saat pergi

kepasar. Ny. T tidak memakai helm sempat pingsan >15 menit ketika

sadar ia kembali mengeluh kekepalanya terasa sakit dan muntah sebanyak

3 kali. Apa saja penanganan prehospital (ditempat kejadian)?

Jawab :

Penanganan Pre-Hospital: Fokus penanganan korban dengan cedera kepala

pada area pra rumah sakit adalah menyelamatkan nyawa dan mencegah

kecacatan. Pada fase pra rumah sakit titik berat diberikan pada menjaga

kelancaran jalan nafas, kontrol adanya perdarahan dan syock, stabilisasi

pasien dan transportasi ke rumah sakit terdekat.

Airway (jalan nafas)

Gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital lain merupakan pembunuh

tercepat pada kasus trauma. Guna menghindari gangguan tersebut

penanganan masalah airway menjadi prioritas diatas segala masalah

yang lainya. Beberapa kematian karena masalah airway disebabkan

oleh karena kegagalan mengenali masalah airway yang tersumbat baik

oleh karena aspirasi isi gaster maupun kesalahan mengatur posisi

sehingga jalan nafas tertutup lidah penderita sendiri. Pengenalan segera

terhadap adanya gangguan jalan nafas harus segera di ketahui.

Terganggunya jalan nafas dapat secara tiba-tiba dan komplit, perlahan

maupun progresif. Pada pasien sadar yang dapat berbicara biasa bisa

dijamin memiliki airway yang baik (walaupun sementara), karena itu

tindakan pertama adalah berusaha mengajak bicara dengan penderita.

Jawaban yang baik menjamin airway dan sirkulasi oksigen ke otak


masih baik. Pada pasien dengan penurunan kesadaran mempunyai

resiko tinggi untuk terjadinya gangguan jalan nafas., selain mengecek

adanya benda asing, sumbatan jalan nafas dapat terjadi oleh karena

pangkal lidahnya terjatuh ke belakang sehingga menutupi aliran udara

kedalam paru. Selain itu aspirasi isi lambung juga menjadi bahaya yang

mengancam airway.
Breathing (membantu bernafas)

Tindakan kedua setelah meyakini bahwa jalan nafas tidak ada

hambatan adalah membantu pernafasan. Pastikan pernafasan pasien

masih ada. Karena henti nafas seringkali terjadi pada kasus trauma

kepala bagian belakang yang mengenai pusat pernafasan atau bisa

juga penanganan yang salah pada pasien pada pasien cedera kepala

justru membuat pusat pernafasan terganggu dan menimbulkan

henti nafas. Keterlambatan dalam mengenali gangguan pernafasan

dan membantu ventilasi/pernafasan akan dapat menimbulkan

kematian. Sehingga kemampuan dalm memberikan bantuan

pernafasan menjadi prioritas kedua.


Circulations (Mengontrol perdarahan)
Upaya untuk mempertahnakan cirkulasi yang bisa dilakukan pra

rumah sakit adalah mencegah hilangnya darah pada kasus-kasus

trauma dengan perdarahan. Jika ditemukan adanya perdarahan,

segera lakukan upaya mengontrol perdarahan itu dengan

memberikan bebat tekan pada daerah luka. Pemberian cairan

melalui oral mungkin dapat dilakukan untuk mengganti hilangnya

cairan dari tubuh jika pasien dalam keadaan sadar. Perlu dipahami

dalam tahap ini adalah mengenal tanda-tanda kehilangan cairan

sehingga antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya syock.


Stabilisasi (mempertahankan posisi)

Seringkali perubahan posisi pasien yang tidak benar justru akan

menambah cedera yang dialami. Tidak jarang pada kasus cedera tulang

belakang yang penanganan stabilisasi tidak baik justru menyebabkan

cedera sekunder yang mengakibatkan gangguan menjadi lebih parah dan

penyembuhan yang tidak sempurna. Pemasangan bidai pada trauma

ekstremitas, long spine board pada kasus cedera tulang belakang dan neck

colar pada cedera leher dapat serta alat-alat stabilisasi sederhana yang lain

bisa mengurangi resiko kerusakan akibat sekunder karena posisi yang

tidak stabil.

Transportasi (pengankutan menuji Rumah Sakit) Sebisa mungkin

segeralah penderita di bawa ke rumah sakit terdekat agar penanganan

dapat dilakukan secara menyeluruh dengan peralatan yang memadai.

Namun perlu di ingat kesalahan dalam transportasi juga menyebabkan

cedera yang diderita bisa bertambah berat. Pilihkah alat transportasi yang

memungkinkan sehingga stabilisasi dapat di pertahankan, airway,

breathing dan cirkulasi dapat selalu di pantau .

5. Laki- laki 48 tahun dibawa ke puskesmas dalam keadaan tidak sadar. Setelah

di letakkan di tempat tidur dan diperiksa, penderita tidak memberikan

respond an tetapmendengkur dengan irama napas 32 kali/ menit, nadi 100 kali/

menit, lemah. Menurut keterangan keluarga yang mengantar, penderita tidak

mengalami trauma. Obat- obat yang digunakan pada apsien gawat darurat

yaitu?

Adrenalin , Ephedrin, Dopamin, Atropin, Lidokain, cedilanid

Anda mungkin juga menyukai